Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka Kematian Balita (AKBa) di Indonesia telah berkurang lebih dari

setengah dalam periode 2015. Menurut Kepala Perwakilan UNICEF di Indonesia,

penurunan angka kematian terjadi dari 84 kematian per 1.000 kelahiran hidup menjadi

29 per 1.000 kelahiran hidup. Meskipun begitu, upaya untuk mrngurangi angka

kematian anak telah melambat, bahkan mencapai titik stagnasi selama 5 - 10 tahun

terakhir. Menurut beberapa perkiraan, antara 136.000 dan 190.000 anak meninggal di

Indonesia setiap tahun sebelum umur 5 tahun. Kebanyakan kasus meninggal

disebabkan oleh penyakit yang seharusnya dapat dicegah dan ditangani dengan mudah,

seperti diare, pneumonia, malaria (di daerah endemis malaria), campak. UNICEF telah

memainkan peranan besar dalam memperingatkan dunia mengenai beban yang sangat

berat akibat penyakit dan kematian yang dialami oleh anak-anak di dunia. Dalam

beberapa dekade diperkirakan bahwa diseluruh dunia 12 juta anak meninggal setiap

tahunnya akibat penyakit dan paling sering gejala awalnya adalah demam (Anderson,

2007).

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam

hayati yang beraneka ragam jenisnya. Indonesia berada pada daerah tropis sehingga

banyak tanaman dan tumbuhan yang subur dihampir seluruh negeri. Tumbuhan

merupakan salah satu sumber senyawa bahan alam hayati yang memegang peranan

penting dalam pemanfaatan zat kimia berkhasiat. Tumbuhan yang dapat dimanfaatkan

sebagai obat herbal karena pada sistem metabolismenya menghasilkan suatu senyawa

metabolit sekunder yang dapat digunakan sebagai obat untuk penyakit tertentu.
Pemanfaatan tanaman yang mengandung metabolit sekunder yang dapat dijadikan

sebagai obat merupakan cara tepat untuk pemanfaatan tanaman dan tumbuhan yang ada

di bumi ini. Namun, beberapa tanaman yang tumbuh belum dimanfaatkan secara

maksimal. Bahkan ada tanaman yang tak dimanfaatkan karena tidak diketahui

khasiatnya. Penggunaan tanaman obat sebagai obat alternatif dalam pengobatan oleh

masyarakat semakin meningkat, sehingga diperlukan penelitian agar penggunaannya

sesuai dengan kaidah pelayanan kesehatan, yaitu secara medis harus dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah tentang khasiat, keamanan, dan standar

kualitasnya. Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 1992, obat tradisional adalah

bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,

sediaan sarian atau galenik, atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang secara turun

temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Laporan Badan

Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 80 % penduduk dunia percaya pada

penggunaan obat tradisional dalam mencegah berbagai penyakit.

Bawang merah merupakan salah satu dari sekian banyak tanaman yang dapat

digunakan sebagai bahan obat tradisional. Masyarakat di pedesaan yang keadaan sosial

ekonominya relatif menengah kebawah masih banyak yang menggunakan bawang

merah sebagai penurun suhu tubuh dan daerah-daerah di Indonesia sering menggunakan

bawang merah untuk meredakan demam pada anak, perut kembung, muntah-muntah,

masuk angin dan batuk (Hendro, 2009).

Bawang merah mempunyai banyak fungsi dalam pengobatan tradisional,

beberapa diantaranya adalah bawang merah bisa mengurangi resiko kolesterol, serangan

jantung, kanker hingga radang. Secara ilmiah kandungan sulfur dalam bawang merah

yang dikonsumsi secara teratur dapat menurunkan kolesterol dan menghilangkan


gumpalan darah, sedangkan kandungan flavonoid-glikosida berfungsi sebagai anti

radang, antipiretik dan pembunuh bakteri. Untuk penurunan demam sendiri

menggunakan umbi bawang merah didapat dari khasiat kandungan kimianya seperti

minyak atsiri, metilaliin, dihidroaliin, zat pati, peptide, kuersetin, saponin, fitohormon,

flavonoid dan vitamin. Senyawa flavonoid telah dikenal memiliki efek anti inflamasi

dan juga memiliki efek antipiretik yang bekerja sebagai inhibitor cyclooxygenase

(COX) yang berfungsi memicu pembentukan prostaglandin. Prostaglandin berperan

dalam proses inflamasi dan peningkatan suhu tubuh. Apabila prostaglandin tidak

dihambat maka terjadi peningkatan suhu tubuh yang akan mengakibatkan demam

(Suwertayasa, Widdhi, dan Hosea, 2013). Manfaat bawang merah sudah banyak

diketahui, di masyarakat sering digunakan sebagai bumbu masakan, selain itu juga

sebagai obat tradisional bisa menurunkan demam pada anak tanpa zat kimia dengan

efek samping yang minimal (Hendro, 2009).

Dalam buku “Khasiat Bawang Merah” karangan Jaelani (2007) menyatakan

bahwa penurunan suhu tubuh dengan bawang merah dapat tercapai juga disebabkan

karena bawang merah mengandung asam glutamate yang merupakan natural essence

(penguat rasa alamiah), terdapat juga senyawa propil disulfide dan propil metal disulfide

yang mudah menguap dan baluran bawang merah keseluruh tubuh akan menyebabkan

vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan perpindahan panas

dari tubuh ke kulit. Salah satu cara untuk menurunkan suhu tubuh adalah menurunkan

vasodilatasi. Vasoditalasi disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada

hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi vasoditalasi

yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh ke

kulit (Tamsuri, 2006).


Secara tradisional untuk menurunkan demam, parut bawang merah

secukupnya, balurkan di tubuh bayi/anak. Cara lain untuk masuk angin anak: ambil

beberapa bawang merah, dicuci, parut kasar dan tambahkan dengan minyak kelapa atau

minyak telon secukupnya, lalu tampelkan ke ubun-ubun, dan balur ke seluruh tubuh.

Selain menurunkan panas, bawang merah juga bisa mengobati perut kembung. Caranya,

balurkan bawang yang sudah diparut pada bagian pusar. Bisa juga menggunakan daun

jarak yang sudah dihangatkan. Olesi dengan minyak kelapa, pilin-pilin, lalu tempelkan

pada pusar bayi/anak (Zuhud, 2009).

Melihat dari mafaat daun jarak yang dapat menyembuhkan perut kembung dan

hal ini sudah turun temurun menjadi pengobatan alternatif para orang tua, mengingat

juga bahwa bayi 0 – 2 tahun terlalu dini untuk mengkonsumsi obat hanya karena perut

kembung atau masuk angin, para orang tua masa kini terutama ibu-ibu muda belum

begitu banyak mengetahui khasiat bawang merah ini yang dapat digunakan untuk

mengatasi perut kembung. Para orang tua dahulu mencampurkan minyak tanah dengan

bawang merah kemudian dioleskan pada perut bayi.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Efektifitas Bawang Merah Kombinasi Minyak

Tanah untuk Mengurangi Kembung Pada Anak Usia 6-24 Bulan Di Wilayah

Kerja UPT Puskesmas Koto Besar tahun 2020”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan

masalah penelitian yaitu “ Apakah Pemberian Bawang Merah Kombinasi Minyak


Tanah bermanfaat dalam Mengurangi Kembung Pada Anak Usia 6-24 Bulan di Wilayah

Kerja UPT Puskesmas Koto Besar tahun 2020? ”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektifitas Bawang

Merah Kombinasi Minyak Tanah untuk Mengurangi Kembung Pada Anak Usia 6-24

Bulan Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Koto Besar tahun 2020” .

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Diketahuinya karakteristik responden yang mengalami perut kembung.

b. Diketahuinya kondisi bayi yang mengalami perut kembung sebelum diberikan

bawang merah kombinasi minyak tanah.

c. Diketahuinya kondisi bayi yang mengalami perut kembung setelah diberikan

bawang merah kombinasi minyak tanah.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Menambah pengetahuan dan literatur tentang obat alternatif yang bermanfaat

dalam mengatasi perut kembung pada anak usia 6-24 bulan dan dapat

direkomendasikan kepada masyarakat yang memiliki anak usia 6-24 bulan.

1.4.2 Bagi Responden

Hasil penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memilih pengobatan

alternatif yang tepat dan praktis dalam mengatasi perut gembung pada anak usia

6-24 bulan.
1.4.3 Bagi Peneliti Lain

Sebagai data untuk penelitian selanjutnya dan penelitian ini diharapkan dapat

merangsang penelitian tentang pengobatan alternatif untuk mengatasi perut gembung

pada anak usia 6-24 bulan.

1.5 Ruang Lingkup Kegiatan Penelitian

Sesuai dengan perumusan dan tujuan masalah diatas, penelitian ini dibatasi

dengan variabel independen yaitu terapi bawang merah kombinasi minyak tanah dan

variabel dependen yaitu perut kembung. Dalam penelitian ini yang menjadi responden

adalah penderita perut kembung pada anak usia 6-24 bulan di Wilayah Kerja UPT Koto

Besar tahun 2020.

Anda mungkin juga menyukai