Anda di halaman 1dari 16

PEDOMAN

ASESMEN KEBUTUHAN PENDIDIKAN PASIEN


DAN KELUARGA

RS GRAND MEDISTRA

JL. MEDAN NO.66


TELP. (061) 7955114 (Hunting)
FAX (061) 7950114
LUBUK PAKAM – KAB DELI SERDANG
I. PENDAHULUAN
Pedoman asesmen kebutuhan pendidikan pasien dan keluarga rumah sakit adalah
upaya semua staf mengerti fungsinya dalam memenuhi kebutuhan pelayanan
pendidikan pasien dan keluarga.
Pendidikan diberikan kepada pasien dan keluarganya untuk membantu pasien
membuat keputusan dalam proses asuhan. Pendidikan yang diberikan sebagai bagian
dari proses memperoleh informed concent yang di dokumentasikan di rekam medis
pasien.

II. TUJUAN PEDOMAN ASESMEN KEBUTUHAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA :


a. Peran staf dalam memberikan pendidikan pengetahuan untuk membantu keputusan
dalam proses asuhan.
b. Peran staf dalammeningkatkan kemampuan dan pengetahuan pasien sebagai bagian
dari proses memperoleh informed concent untuk pengobatan (misalnya
pembedahan dan anestesi)

III. Ruang Lingkup


1. Panduan komunikasi eektif ini diterapkan kepada:
a. Antar pemberi pelayanan saat memberikan perintah lisan atau melalui telpon
b. Petugas laboratorium saat membacakan hasil laboratoruim secara lisan atau
melalui telepon
c. Petugas informasi saat memberikan informasi pelayanan rumah sakit kepada
pelanggan
d. Petugas PKRS saat memberikan edukasi kepada pasien
e. Semua karyawan saat berkomunikasi via telpon dan lisan
2. Pelaksana panduan ini adalah seluruh pemberi pelayanan, petugas laboratorium,
petugas informasi, pelaksana PKRS, semua karyawan.
IV. STRUKTUR ORGANISASI ASESMEN KEBUTUHAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA
Struktur organisasi asesmen kebutuhan pendidikan pasien dan keluarga adalah
bagian dari tim PPK, seperti ditunjukkan struktur dibawah ini

Ketua

Sekretaris

Tim Assesment Tim Assesment Tim Assesment


Kebutuhan Pendidikan Verifikasi

Anggota Assesment Anggota Anggota


Kebutuhan Assesment Pendidikan Assesment Verifikasi

URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

1 Tim Asesment 1. Melaksanakan assessment 1. Membuat daftar


kebutuhan dan kebutuhan dan kemampuan pasien kebutuhan pasien
kemampuan 2. Melaporkan kegiatan assessment 2. Identifikasi
pasien kebutuhan dan kemampuan pasien kemampuan pasien
dan keluarga pasien
untuk diberikan
pendidikan
3. Identifikasi kesiapan
pasien dan keluarga
dalam menerima
pendidikan
4. Identifikasi hambatan
pasien dan keluarga
dalam menerima
pendidikan
5. Identifikasi inverse
untuk mengurangi
hambatan yang sesuai
6. Merumuskan metode
pembelajaran yang
sesuai berdasarkan
kebutuhan dan
kemampuan pasien
7. Melakukan pencatatan
assessment pasien
kebutuhan dan
kemampuan pasien

IV. CARA MELAKSANAKAN KERJA ASESMEN KEBUTUHAN PENDIDIKAN PASIEN DAN


KELUARGA
a. Langkah awal asesmen pasien & keluarga
b. Cara penyampaian informasi & edukasi yang efektif

a. LANGKAH AWAL ASESMEN PASIEN & KELUARGA


Assesmen merupakan proses pengumpulan menganalisis dan menginterpretasikan
data atau informasi tentang peserta didik dan lingkungannya. Kegiatan ini dilakukan
untuk mendapatkan gambaran tentang berbagai kondisi individu dan lingkungannya
sebagai dasar untuk memahami individu dan untuk pengembangan program pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan.
Pengkajian pasien merupakan langkah guna mengidentifikasi sejauh mana
kebutuhan pasien akan pelayanan kesehatan. Keputusan mengenai jenis pelayanan yang
paling tepat untuk pasien, bidang spesialisasi yang paling tepat, penggunaan
pemeriksaan penunjang diagnostic yang paling tepat, sampai penanganan
perawatan, gizi, psikologis dan aspek lain dalam penanganan pasien di rumah sakit
merupakan keputusan yang diambil berdasarkan pengkajian (assessment).
Sebelum pendidikan kesehatan diberikan, lebih dulu dilakukan pengkajian /
analisis terhadap kebutuhan pendidikan dengan mendiagnosis penyebab masalah
kesehatan yang terjadi. Hal ini dilakukan dengan melihat factor - faktor yang
mempengaruhi perilaku kesehatan.Lawrence Green (1980), perilaku dipengaruhi oleh 3
faktor :
1. Faktor pendukung ( predisposing factors), mencakup : Pengetahuan, sikap, tradisi,
kepercayaan / keyakinan, sistem nilai, pendidikan, sosial ekonomi, dsb.
2. Faktor pemungkin (enambling factors), mencakup : Fasilitas kesehatan, misalnya :
aspal, air bersih, pembuangan sampah, mck, makanan bergizi, dsb. Termasuk juga
tempat pelayanan kesehatan seperti RS, poliklinik, puskesmas, RS, posyandu,
polindes, bides, dokter, perawat dsb.
3. Faktor penguat (reinforcing factors), mencakup: Sikap dan perilaku : toma, toga,
petugas kes. Kebijakan / peraturan / UU, LSM.
Informasi tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan :
1. Observasi
2. Wawancara
3. Angket/quesioner
4. Dokumentasi

Jenis informasi yang diperlukan dalam pengkajian antara lain:


1. Pentingnya masalah bagi individu, kelompok dan masyarakat yang dibantu
2. Masalah lain yang kita lihat
3. Masalah yang dilihat oleh petugas lain
4. Jumlah orang yang mempunyai masalah ini
5. Kebiasaan yang dapat menimbulkan masalah
6. Alasan yang ada bagi munculnya masalah tersebut
7. Penyebab lain dari masalah tersebut

Tujuan pengkajian
1. Untuk mengetahui besar, parah dan bahayanya masalah yang dirasakan.
2. Menentukan langkah tepat untuk mengatasi masalah.

Memahami masalah
1. Mengapa muncul masalah
2. Siapa yang akan memecahkan masalah dan siapa yang perlu dilibatkan
3. Jenis bantuan yang akan diberikan

Prioritas masalah
Disusun berdasarkan hirarki kebutuhan maslow:
1. Aktualisasi diri
2. Harga diri
3. Kasih sayang
4. Aman / nyaman
5. Biologis
6. Fisiolog

Agar edukasi dapat dipahami dengan baik dilakukan dahulu assessment / penilaian
terhadap pasien dan keluarga meliputi :
1. Kepercayaan dan nilai-nilai agama yang dianut pasien dan keluarganya
2. Kecakapan baca tulis, tingkat pendidikan dan bahasa mereka
3. Hambatan emosional dan motivasi
4. Keterbatasan fisik dan kognitif
5. Kemauan pasien untuk menerima informasi
Sehingga pemberi edukasi mengetahui apakah pasien dan keluarga bersedia dan
maupun untuk belajar hasil penilaian didokumentasikan dalam rekam medis.

Agar edukasi dapat dipahami dengan baik dilakukan dahulu assessment / penilaian
terhadap pasien dan keluarga meliputi :
1. Kepercayaan dan nilai-nilai agama yang dianut pasien dan keluarganya
2. Kecakapan baca tulis, tingkat pendidikan dan bahasa mereka
3. Hambatan emosional dan motivasi
4. Keterbatasan fisik dan kognitif
5. Kemauan pasien untuk menerima informasi sehingga pemberi edukasi mengetahui
apakah pasien dan keluarga bersedia dan maupun untuk belajar hasil penilaian
didokumentasikan dalam rekam medis.

b. CARA PENYAMPAIAN INFORMASI DAN EDUKASI YANG EFEKTIF


Semua aktifitas manusia melibatkan komunikasi, namun karena kita sering
menerimanya begitu saja, kita tidak selalu memikirkan bagaimana kita berkomunikasi
dengan yang lain dan apakah efektif atau tidak. Komunikasi yang baik
melibatkan pemahaman bagaimana orang –orang berhubungan dengan yang lain,
mendengarkan apa yang dikatakan dan mengambil pelajaran dari hal tersebut
Komunikasi adalah tentang pertukaran informasi, berbagi ide dan pengetahuan. Hal
ini berupa proses dua arah dimana informasi, pemikiran, ide, perasaan atau opini
disampaikan / dibagikan melalui kata-kata, tindakan maupun isyarat untuk
mencapai pemahaman bersama. Komunikasi yang baik berarti bahwa para pihak
terlibat secara aktif.Hal ini akan menolong mereka untuk mengalami cara baru
mengerjakan atau memikirkan sesuatu.Pengertian komunikasi efektif adalah sebuah
proses penyampaian pikiran atauinformasi dari seseorang kepada orang lain melalui
suatu cara tertentu sehingga orang laintersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh
penyampai pikiran-pikiran atau informasi”. (Komaruddin, 1994; Schermerhorn, Hunt &
Osborn, 1994; Koontz & Weihrich,1988).

Komunikator pesan Saluran Komunikan


or

Umpan Balik Gangguan

1. Teori komunikasi
Proses komunikasi: Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti
sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan / komunikator, pesan ditindaklanjuti dengan
sebuah perbuatan oleh penerima pesan / komunikan dan tidak ada hambatan untuk hal
itu (Hardjana, 2003).Gambar berikut memberikan ilustrasi proses komunikasi
2. Unsur-unsur /elemen dalam komunikasi efektif
Sumber/pemberi pesan/komunikator (dokter,perawat, admission, Adm. Kasir, dll),
adalah orang yang memberikan pesan.
Sumber (yang menyampaikan informasi): adalah orang yang menyampaikan isi
pernyataannya kepada penerima/komunikan. Hal-hal yang menjadi tanggung jawab
pengirim pesan adalah mengirim pesandengan jelas, memilih media yang sesuai, dan
meminta kejelasan apakah pesan tersebut sudah di terima dengan baik . (konsil
kedokteran Indonesia)
Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi,
pengetahuannya luas dan dalam tentang informasi yang disampaikan, cara berbicaranya
jelas dan menjadi pendengar yang baik saat dikonfirmasi oleh si penerima pesan
(komunikan).
a. Isi Pesan, adalah ide atau informasi yang disampaikan kepada komunikan. Panjang
pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan komunikasi, media
penyampaian, penerimanya.
b. Media / saluran pesan (Elektronic, Lisan dan Tulisan) adalah sarana komunikasi dari
komunikator kepada komunikan. Media berperan sebagai jalan atau saluran yang
dilalui isi pernyataan yang disampaikan pengirim atau umpan balik yang disampaikan
penerima. Pesan dapat berupa berita lisan, tertulis, atau keduanya sekaligus. Pada
kesempatan tertentu, media dapat tidak digunakan oleh pengirim yaitu
saatkomunikasi berlangsung atau tatap muka dengan efek yang mungkin
terjadi berupa perubahan sikap. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8). Media yangdapat
digunakan : melalui telepon, menggunakan lembar lipat, buklet, vcd, (peraga)
c. Penerima pesan / komunikan (pasien, keluarga pasien, perawat, dokter, Admission,
Adm.) atau audience adalah pihak / orang yang menerima pesan. Penerima pesan
berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran pengirim dan penerima
bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung jawab penerima adalah
berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik dan memberikan umpan balik
kepada pengirim. Umpan balik sangat penting sehingga proses komunkasi
berlangsung dua arah. (konsil kedokteran Indonesia, hal. 8).
d. Umpan Balik, adalah respon / tindakan dari komunikan terhadap respon pesan yang
diterimanya3.

1. Pemberi pesan / komunikator yang baik


Pada saat melakukan proses umpan balik, diperlukan kemampuan dalam hal-
hal berikut (konsil kedokteran Indonesia, hal 42):
a. Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya (kapan menggunakan
pertanyaan tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan, klarifikasi,
paraphrase, intonasi.
b. Mendengar (listening), termasuk memotong kalimat.
c. Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat di balikyang
tersurat (bahasa non verbal di balik ungkapan kata / kalimatnya, gerak tubuh).
d. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa tubuh) agartidak
menggangu komunikasi, misalnya karena komunikan keliru mengartikan gerak tubuh,
raut tubuh, raut muka, dan sikap komunikator.

2. Sifat Komunikasi
Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (Pelyanan promosi).
Komunikasi yang bersifat infomasi asuhan didalam rumah sakit adalah :
a. Jam pelayanan
b. Pelayanan yang tersedia
c. Cara mendapatkan pelayanan
d. Sumber alternative mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika
kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit. Akses informasi dapat
di peroleh dengan melalui Customer Service, Admission, dan Website
Sedang komunikasi yang bersifat Edukasi (Pelayanan Promosi) adalah :
a. Edukasi tentang obat.
b. Edukasi tentang penyakit.
c. Edukasi pasien tentang apa yang harus di hindari
d. Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan qualitas
hidupnya pasca dari rumah sakit.Akses untuk mendapatkan edukasi ini bisa melalui
medical information dan nantinya akan menjadi sebuah unit PKRS (Penyuluhan
Kesehatan Rumah Sakit).
Syarat komunikasi efektif.
Syarat dalam komunikasi efektif adalah
a. Tepat waktu,
b. Akurat.
c. Lengkap
d. Jelas.
e. Mudah dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan
(kesalahpahaman).

3. Proses komunkasi efektif


Untuk mendapatkan komunikasi efektif, dilakukan melaui prinsip sebagai berikut:
a. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan
b. Penerima pesan menuliskan secara lengkap isi pesan tersebut
c. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima pesan.
d. Pemberi pesan memverifikas isi pesan kepada pemberi penerima pesan.
e. Pemberi pesan memverifikas isi pesan kepada pemberi penerima pesan.
f. Penerima pesan mengklarifikasi ulang bila ada perbedaan pesan dengan hasil
verifikasi

Proses komunikasi efektif dengan prinsip, terima, catat, verifikasi dan klarifikasi dapat
digambarkan sebagaiberikut:

Yah.. benar. Jadi isi pesannya ini


Dikonfirmasikan yah pak…

Komunikator Isi pesan Ditulis Dibacakan Komunikan

a. Dalam berkomunikasi ada kalanya terdapat informasi misalnya nama obat, nama orang ,
dll. Untuk menverifikasi dan mengklarifikasi, maka komunikan sebaiknya mengeja huruf
demi huruf menggunakan menggunakan alfabeth standart internasional yaitu:
Sumber:Wikipedia
4. Hukum dalam komunikasi efektif
Lima Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective
Communication) terangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi
itu sendiri yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya
komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih,
minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain.Hukum
komunikasi efektif yang pertama adalah
a. Respect, pengertiannya:
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap
menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesanyangkita sampaikan. Jika kita
membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati,
maka kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan
meningkatkan efektifitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan
sebagai sebuah tim.
b. Hukum komunikasi efektif yang kedua adalah Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau
kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap
empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu
sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Rasa empati akan menimbulkan
respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang
merupakan unsur utama dalam membangun teamwork. Jadi sebelum kita membangun
komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati
calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa
ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima
c. Hukum komunikasi efektif yang ketiga adalah Audible
Makna dari audible antara lain : dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik.
Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima
umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima
oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui
media atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh
penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan
berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu
kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik.
d. Hukum komunikasi efektif yang keempat, adalah Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang
terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan
multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Karena kesalahan penafsiran
atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak
yang tidak sederhana. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam
berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau
disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan
atau anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada
gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim kita.
e. Hukum komunikasi efektif yang kelima adalah Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati.
Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa
menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Sikap
Rendah Hati pernah yang pada intinya antara lain : sikap yang penuh melayani (dalam
bahasa pemasaran Customer First Attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan
menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui
kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta
mengutamakan kepentingan yang lebih besar.
Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi
yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal dan pada
gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan
penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan jangka panjang
yang saling menguntungkan dan saling menguatkan.

Prinsip
1. Untuk mendapatkan komunikasi efektif, dilakukan melaui prinsip terima, catat,
verifikasi dan klarifikasi:
a. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan
b. Penerima pesan menuliskan secara lengkap isi pesan tersebut
c. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima pesan.
d. Pemberi pesan memverifikas isi pesan kepada pemberi penerima pesan.
e. Penerima pesan mengklarifikasi ulang bila ada perbedaan pesan dengan hasil
verifikasi
2. Baca ulang dan verifikasi dikecualikan untuk kondisi darurat di ICU dan UGD
3. Penggunaan code alfabetis internasional digunakan saat melakukan klarifikasi hal-hal
penting, misal nama obat, nama pasien, dosis obat, hasil laboratorium dengan
mengeja huruf2 tersebyt saat membaca ulang (reed back) dan verifikasi
4. Tujuan utama panduan komunikasi efektif ini adalah untukmemperkecil terjadinya
kesalahan penerima pesan yang diberikan secara lisan

A. TATALAKSANA PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI


 Petugas yang melakukan kegiatan ini harus memiliki pengetahuan tentang informasi
yang akan di sampaikan, memiliki rasa empati dan ketrampilan berkomunikasi secara
efektif.
 Pemberian informasi dan edukasi dilakukan melalui tatap muka dan berjalan secara
interaktif, dimana kegiatan ini bisa dilakukan pada saat pasien dirawat, akan pulang
atau ketika datang kembali untuk berobat
 Kondisi lingkungan perlu diperhatikan untuk membuat pasien/keluarga merasa
nyaman dan bebas, antara lain :
a. Dilakukan dalam ruang yang dapat menjamin privacy.
b. Ruangan cukup luas bagi pasien dan pendamping pasien untuk kenyamanan
mereka.
c. Penempatan meja, kursi atau barang – barang lain hendaknya tidak menghambat
komunikasi.
d. Suasana tenang, tidak bising dan tidak sering ada interupsi
 Pada pasien yang mengalami kendala dalam berkomunikasi, maka pemberian
informasi dan edukasi dapat disampaikan kepada keluarga / pendamping pasien.
 Membina hubungan yang baik dengan pasien / keluarga agar tercipta rasa percaya
terhadap peran petugas dalam membantu mereka.
 Mendapatkan data yang cukup mengenai masalah medis pasien (termasuk adanya
keterbatasan kemampuan fisik maupun mental dalam mematuhi rejimen pengobatan).
 Mendapatkan data yang akurat tentang obat – obat yang digunakan pasien, termasuk obat
non resep.
 Mendapatkan informasi mengenai latar belakang sosial budaya, pendidikan dan
tingkat ekonomi pasien/ keluarga
 Informasi yang dapat diberikan kepada pasien/keluarga adalah yang berkaitan
dengan perawatan pasien :
a. Assesment pendidikan pasien dan keluarga
b. Pendidikan kesehatan pengobatan ; Penggunaan obat – obatan yang aman:
kemungkinan nama obat, kegunaan obat, aturan pakai, teknik penggunaan obat –
obat tertentu (contoh: obat tetes, inhaler), cara penyimpanan, berapa lama obat harus
digunakan dan kapan obat harus ditebus lagi, apa yang harus dilakukan terjadinya efek
samping yang akandialami dan Bagaimana cara mencegah atau meminimalkannya,
meminta pasien / keluarga untuk melaporkan jika ada keluhan yang dirasakan pasien
selama menggunakan.
c. Pendidikan kesehatan Manajemen nyeri
d. Pendidikan kesehatan diet
e. Pendidikan kesehatan penggunaan peralatan medis
f. Pendidikan kesehatan proses penyakit
g. Pendidikan kesehatan pre operasi (informed consent)
Proses komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien & keluarganya berkaitan
dengan kondisi kesehatannya
Tahap asesmen pasien: Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu kebutuhan
edukasi pasien & keluarga berdasarkan: (data ini didapatkan dari RM):
1. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.
2. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan.
3. Hambatan emosional dan motivasi. (emosional : Depresi, senang dan marah)
4. Keterbatasan fisik dan kognitif.
5. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.

Tahap Cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif. Setelah melalui tahap
asesmen pasien, di temukan:
1. Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses
komunikasinya mudah disampaikan.
2. Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna rungu dan tuna
wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada pasien dan
keluarga sekandung (istri, anak, ayah, ibu, atau saudara sekandung) dan
menjelaskannya kepada mereka.
3. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (pasien
marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi
edukasi dan menyarankan pasien membaca leaflet. Apabila pasien tidak mengerti
materi edukasi, pasien bisa menghubungi medical information.

B. VERIFIKASI
Tahap Cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami edukasi yang
diberikan:
1. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi pasien
baik dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah : menanyakan kembali
edukasi yang telah diberikan.Pertanyaannya adalah: “ Dari materi edukasi yang telah
disampaikan, kira-kira apa yang bpk / ibu bisa pelajari?”.
2. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasiennya
mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya
dengan pertanyaan yang sama: “Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-
kira apa yang bpk / ibu bisa pelajari ?”.
3. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada hambatan
emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali
sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang diberikan dan pahami.
Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau datang langsung ke kamar pasien setelah
pasien tenang.
Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi yang
disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Dengan pasien mengikuti
semua arahan dari rumah sakit, diharapkan mempercepat proses penyembuhan pasien.

Anda mungkin juga menyukai