Anda di halaman 1dari 2

PUBLIC SECTOR NURSING

Dalam penelitian ini, menggunakan 100 responden perawat baik yang sudah
berpengalaman, lebih muda maupun yang berpendidikan. Dilakukannya penelitian ini untuk
melihat stratgi manajemen konflik jenis apa yang mereka gunakan untuk mengatasi konflik yang
terjadi dirumah sakit sebagai pengidentifikasi sumber utama konflik interpersonal perawat di
Indonesia. Studi ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat dirumah sakit umumnya percaya
bahwa mereka lebih sering konflik dengan profesi lain dengan cara menghindar adalah pilihan
mereka terhadap perawat yang lebih mudah. Strategi yang paling sering dipilih yaitu dengan cara
menghindar, meskipun mereka mengakui bahwa kolaborasi yang terbaik. Adapun data persen
untuk responden : Peserta perempuan 79,0%, lebih dari 40 thn 58,0%, memperoleh pendidikan
tinggi 77,0%, tidak melanjutkan pascasarjana lebih lanjut 91,0% dan sangat tinggi 18% posisi
manejer, 61,0 % lebih dari 10 tahun dan 18% memegang posisi sebagai manejer, lebih dari usia
40 tahun lebih mengetahui tentang konflik masalah manajemen daripada rekan-rekan mereka yg
lebih muda, berpengalaman kerja 61% yang bekerja lebih dari 10 tahun dan hanya sekitar 18%
memegang posisi sebagai manager. Mayoritas peserta tidak memiliki pengetahuan sebelumnya
tentang manajemen konflik (63.0%), sedangkan yang melaporkan pendidikan sebelumnya
(37,0%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa sebanyak 18% yang memiliki posisi sebagai
manager rumah sakit serta umur dari >40 tahun, lebih mengetahui masalah manajemen konflik
yang terjadi dibandingkan dengan rekan kerjanya yang masih muda padahal sebelumnya, sebanyak
63% tidak mengetahui strategi manajemen konflik sebelum pelaporan masalah tersebut. Oleh
karenanya, mengapa strategi penghindaran menjadi pilihan mereka sebab dipengaruhi oleh faktor
usia, lamanya bekerja dan sedikitnya jumlah posisi sebagai manager serta perawat yang bekerja
dibawah 5 tahun dan berusian <40 tahun beranggapan bahwa strategi manajemen konflik lebih
ditujukan pada perawat yang lebih tua dan berpengalaman. Adapun data strategi sebagai berikut :
Mayoritas perawat menyatakan penghindaran (64,0%), sebagai pilihan utama mereka, diikuti oleh
kolaborasi (51,0%), dengan strategi yang paling sedikit digunakan, mediasi (10,0%) dan
akomodasi (8,0%). Sebenarnya, penghindaran adalah strategi pilihan untuk perawat muda
(78,6%), dengan respons kurang professional, bilities (72.0%, tidak ada posisi manajerial) dan
tidak ada sebelumnya pendidikan manajemen konflik (71,4%).

Tingkat dan Jenis Konflik yang Dialami Perawat di Indonesia Pengaturan Rumah Sakit : Studi
Banding

Jenis penelitian ini, jenis konflik populer terbesar yang dialami oleh perawat Saudi adalah
konflik intragroup dan konflik kompetitif sedangkan di Mesir, tipe konflik manajemen yang
digunakan ialah konflik interpersonal dan intragroup. Terdapat jenis tipe manajemen konflik
diantara; Konflik intrapersonal yang terjadi dalam satu individu, itu terjadi ketika satu dihadapkan
dengan dua atau lebih tuntutan yang tidak kompatibel, Konflik interpersonal, terjadi antara dua
atau lebih individu, yang memiliki nilai, tujuan, dan kepercayaan tidak kompatibel, Jenis
intragroup yang muncul dalam satu kelompok, mungkin karena kurangnya dukungan, masalah
baru yang memerlukan perubahan dalam peran anggota kelompok dan hubungan, nilai-nilai yang
dipaksakan dan peran di dalam kelompok, tipe antarkelompok muncul antar kelompok dengan
tujuan yang berbeda, Konflik kompetitif yang terjadi ketika dua atau lebih kelompok berusaha
untuk mencapai tujuan bersama, dan akhirnya konflik yang mengganggu yang menghasilkan dari
mencoba mengurangi atau mengalahkan lawan. Dimana, penelitian ini berfokus pada type
manajemen konflik dan menjadikan perbandingan diantara 2 negara di Rumah sakit sebagai
gambaran type tingkat konflik yang terjadi di Indonesia maupun rumah sakit di negara lainnya.
Dalam penelitian ini, menggunakan 450 responden acak perawat sebagai contoh penentuan type
manajemen konflik. Adapun data persen responden antara lain : usia peserta perawat 28-34 tahun,
yang mayoritas perawat staf rumah sakit Saudi sebesar 77,2% dan 81% di Mesir, berpendidikan
75,2%, gelar sarjana Arab saudi sebanyak 27% dan Mesir 92%, Perawat peserta memiliki tingkat
konflik yang tinggi di Saudi rumah sakit. Selain itu, lebih dari sepertiga (37%) dari perawat peserta
memiliki tingkat konflik yang lebih tinggi di Indonesia Rumah sakit Mesir dan perbedaan di antara
mereka signifikan secara statistic. Perbandingan yang ditunjukkan antar jenis konflik yang dialami
oleh perawat peserta di kedua Saudi dan rumah sakit Mesir. Nilai rata-rata tertinggi dari konflik
yang dialami di antara perawat Mesir adalah konflik antarpribadi diikuti oleh konflik antar
kelompok. Di sisi lain, skor rata-rata tertinggi dari konflik yang dialami di antara Saudi perawat
adalah konflik antar kelompok diikuti oleh persaingan konflik perempat (71,3%) perawat Saudi
berusia 20-30 mengalami konflik, sementara (60,5%) perawat Mesir di kelompok umur yang sama
mengalami konflik. Tiga perempat (74,9%) dari perawat Saudi yang memiliki kurang dari 10 tahun
pengalaman memiliki konflik, juga, (60,8%) dari orang Mesir perawat dengan pengalaman yang
sama mengalami konflik.Mengenai, status perkawinan (63,5%) dari perawat Saudi mengalami
konflik, dan sekitar dua pertiga (65,6%) dari Perawat Mesir mengalami konflik. Tentangpekerjaan,
(88,6%) dari staf perawat mengalami konflik di antara perawat Saudi dan (85,4%) perawat staf
konflik di antara perawat Mesir. menggambarkan perbandingan total konflik dialami oleh perawat
di rumah sakit Saudi dan Mesir, tingkat total konflik yang dialami oleh perawat di Saudi rumah
sakit (68,6%). Demikian juga tingkat total konflik yang dialami oleh perawat di rumah sakit Mesir
adalah (76,9%). Seperti yang diamati dari meja, perawat Mesir memiliki tingkat konflik yang lebih
tinggi daripada perawat Saudi.

Anda mungkin juga menyukai