Anda di halaman 1dari 50

KEMENTERIAN KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

TANTANGAN PEMBANGUNAN DALAM


KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN
KEBIJAKAN MAKRO FISKAL 2020

Adriyanto, Ph.D.
Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro
Badan Kebijakan Fiskal

Surabaya, 26 Juni 2019


KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

POKOK
BAHASAN

1
Visi dan Tantangan
Pembangunan

Perkembangan Ekonomi
2
Terkini dan APBN 2019
Kerangka Ekonomi Makro
3 dan Arah Kebijakan Makro
Fiskal 2020
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

VISI DAN TANTANGAN


PEMBANGUNAN

3
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA Tema Kebijakan Fiskal 2020:

“APBN untuk Akselerasi Daya Saing melalui Inovasi dan


Penguatan Kualitas SDM”
INDONESIA 2045:
MENJADI Infrastruktur Kualitas SDM
NEGARA MAJU Infrastruktur yang layak
menjadi penyokong
mobilitas dan mendorong
Penguatan SDM melalui
pendidikan dan riset,
program kesehatan, dan
pembangunan perlindungan sosial

Teknologi Birokrasi
PENDUDUK EKONOMI STRUKTUR
bergeser pada Pengayaan inovasi dan Pemerintah
teknologi berperan dalam
319 5 Sektor
ke Perbaikan kualitas pelayanan
Terbesar
menjawab tantangan dan efisiensi proses bisnis
Juta Jiwa di Dunia Bernilai Tambah
industri kedepan diperlukan
Tinggi
PRODUKTIVITAS MIDDLE INCOME
BISNIS
Sumber Daya
Usia
Produktif 47 70 %
Kelas
% Menengah 73 %
Tata Ruang
Wilayah Ekonomi dan
URBAN PERKAPITA
Kue Ekonomi
Pengelolaan tata ruang Keuangan
Berasal dari
Pendapatan per Kapita yang baik dan didukung APBN sehat menjadi kunci
Sektor Jasa

73 %
Tinggal
di Kota US$ 23.199 Sumber: Bappenas,
Kemenkeu
oleh sistem yang integratif kesuksesan target 2045
4
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

DAYA SAING NASIONAL HARUS


DITINGKATKAN

• Produktivitas dan daya saing harus


ditingkatkan untuk mampu mengejar level
index GCI Malaysia (upper middle income) dan
Korea Selatan (high income).
• Fokus pada aspek: infrastruktur, kualitas SDM
(kesehatan, skills, dan pasar tenaga kerja),
kemampuan berinovasi dan adaptasi teknologi,
serta sistem keuangan.
• Perbaikan infrastruktur menjadi kunci penting
dalam peningkatan daya saing dan produktivitas,
Sebagaimana rilis IMD World Competitiveness
Yearbook, peringkat Indonesia meningkat
Sumber: GCI (World Economic Forum), GDP per Capita (harga berlaku) Indonesia (BPS), Malaysia & Korea (World Bank)
signifikan dari 43 di tahun 2018 menjadi peringkat
32 pada tahun 2019. 5
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
AGING POPULATION
Tren meningkatnya Lansia (umur 60+): dari 7% (2010)  13%
(2030), sehingga ada risiko “tua sebelum kaya”
4 TANTANGAN PEMBANGUNAN: URBANIZING
Tren meningkatnya urbanisasi 48,8% (2010)  63,4%
Perlu langkah antisipatif dan responsif untuk akselerasi daya (2030), ada isu ketahanan pangan dan ketimpangan
saing, melalui inovasi dan penguatan kualitas SDM
1. Output Gap GROWING MIDDLE INCOME CLASS
Tren meningkatnya kelas menengah 19% (2010)  49% (2030),
2. Perubahan Demografi aspirasi terhadap kualitas pelayanan publik peningkatan belanja
publik vs kecukupan penerimaan
3. Middle Income Trap
4. Perubahan Struktural SKILL ADEQUACY
59% tenaga kerja berpendidikan SMP ke bawah,
terdapat risiko skill mismatch, skill gap, dan
rendahnya produktivitas
(1) OUTPUT GAP
1.0
Upaya reformasi struktural harus didorong untuk peningkatan level
Fungsi Produksi output potensial
0.5
HP Filter
0.23 • Akselerasi daya saing dilakukan melalui kebijakan reformasi
struktural: peningkatan sisi penawaran (supply side economy) untuk
-0.09-0.07 0.17
0.0 mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
-0.17-0.11 • Upaya reformasi struktural diarahkan melalui:
-0.5
 Penguatan investasi: mendorong kemudahan investasi dan
penyediaan infrastruktur
-1.0
 Peningkatan produktivitas (TFP): peningkatan penguasaan
teknologi, efisiensi produksi, dan skill tenaga kerja.
Sumber: Kemenkeu, diolah dari data BPS 6
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDUDUK


INDONESIA MASIH TERPUSAT DI PULAU JAWA

KALIMANTAN (share PDB: 8,26%)


SULAWESI (share PDB: 6,14%)
Jumlah penduduk (2018, juta jiwa) 16,9
Jumlah penduduk (2018, juta jiwa) 19,46
Pertumbuhan ekonomi (Q1-2019, %) 5,33
Pertumbuhan ekonomi (Q1-2019, %) 6,51
Pendapatan/kapita (2018, Rp juta) 72,71
Pendapatan/kapita (2018, Rp juta) 47,88
Tingkat Kemiskinan (Sept 2018, %) 6,09
SUMATRA (share PDB: 21,36%) Tingkat Kemiskinan (Sept 2018, %) 10,64
Jumlah penduduk (2018, juta jiwa) 57,76
Pertumbuhan ekonomi (Q1-2019, %) 4,55
Pendapatan/kapita (2018, Rp juta) 55,98
Tingkat Kemiskinan (Sept 2018, %) 10,39

PAPUA & MALUKU (share PDB: 2,19%)


JAWA (share PDB: 59,03%) Jumlah penduduk (2018, juta jiwa) 7,27
Jumlah penduduk (2018, juta jiwa) 149,64 Pertumbuhan ekonomi (Q1-2019, %) -10,44
Pertumbuhan ekonomi (Q1-2019, %) 5,66 BALI & NUSRA (share PDB: 3,02%) Pendapatan/kapita (2018, Rp juta) 50,90
Pendapatan/kapita (2018, Rp juta) 58,57 Jumlah penduduk (2018, juta jiwa) 14,68 Tingkat Kemiskinan (Sept 2018, %) 21,20
Tingkat Kemiskinan (Sept 2018, %) 8,94 Pertumbuhan ekonomi (Q1-2019, %) 4,64
Pendapatan/kapita (2018, Rp juta) 31,16
Tingkat Kemiskinan (Sept 2018, %) 14,02 7
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
(4) PERUBAHAN STRUKTURAL & INDUSTRI 4.0
Untuk mampu keluar dari MIT, struktur ekonomi harus bertransformasi ke aktivitas
bernilai tambah tinggi & mampu beradaptasi dengan Industri 4.0
4 TANTANGAN PEMBANGUNAN…(2) Pertanian
60% Krisis
Asia Manufaktur
50% Jasa-Jasa

40%
(3) MIDDLE INCOME TRAP
2036
Keluar dari 23,199 30%
25000 MIT 6.5
6.2
5.9 20%
20000 6,0 16,877 6
5.6
15000 5.4 5.5 10%
12,233
5.2 8,804
10000 6,305 5 0%
4,546
3,377
5000 4.5 Sumber: BPS

0 4
2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 TANTANGAN UTAMA: MENCEGAH DEINDUSTRIALISASI PREMATUR
PDB Per Capita (USD) GDP Growth (% yoy) Sumber: Bappenas
Sejak krisis Asia 1998, proses transformasi struktural mengalami perlambatan.
• MIT adalah kondisi dimana suatu negara tidak dapat meningkat menjadi Indonesia harus melanjutkan akselerasi transformasi struktural
high income countries Arah Kebijakan:
• Daya saing perekonomian lemah: • INDUSTRIALISASI untuk membangun export-based industry and natural
 dengan low income countriesupah tenaga kerja lebih murah resource processing di seluruh wilayah RI dan REINDUSTRIALISASI dengan
 dengan high income countries  kalah bersaing dalam teknologi revitalisasi manufaktur berteknologi tinggi khususnya di wilayah Jawa
• Dibutuhkan kemampuan diversifikasi industri, industri dengan teknologi • OPTIMASI SEKTOR JASA: Mempersiapkan industri di masa depan yang mampu
yang lebih maju, kondisi pasar tenaga kerja yangn kondusif, dan tingkat adaptasi dengan perkembangan Digitalisasi, e-Commerce, dan Industri 4.0
investasi yang cukup tinggi (internet of things)
• Pertumbuhan rata-rata di atas 6% dalam periode 2020-2030 menjadi
prasyarat untuk dapat keluar dari Middle Income Trap.
8
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI


DAN APBN 2019

9
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

AKTIVITAS RIIL PEREKONOMIAN DUNIA MENGALAMI PENURUNAN


Indeks manufaktur global turun ke level terendah sejak Juni 2016; Aktivitas manufaktur
Zona Eropa masih kontraktif, sementara AS juga menunjukkan perlambatan

Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara (%, yoy)


7.5 8.1
6.8 6.8 6.4 6.8 7.0 6.4 6.5
5.2 5.8 5.5 5.3 5.6
5.0 5.1 5.1 4.6 4.5 5.0
3.2 3.7 3.5
2.6 2.1 2.5 2.8
1.9 1.2 1.2 1.8 1.3 1.5 1.3 0.9

AS Tiongkok Indonesia Singapura Vietnam Uni Eropa Inggris Jepang India Malaysia Thailand Filipina
2017 Q1 2017 Q2 2017 Q3 2017 Q4 2018 Q1 2018 Q2 2018 Q3 2018 Q4 2019 Q1
Sumber: Bloomberg

Data Indeks Produksi dan PMI Manufaktur


Indeks PMI Tiongkok & India
Indeks Perdagangan dan Manufaktur Global Indeks PMI Negara Maju
56
2000 55 65 55
1800 54 54
1600 60
53 53
1400
1200 52 55 52
1000 51 51
50 50
800 50
600 49
49 45
400 48
200 48 40 47
Baltic Index Global PMI Index
Feb
Aug

Apr

Feb
Apr

Feb
Oct

Aug

Aug

Apr
Dec

Oct
Dec

Oct
Dec
Jun

Jun

Jun
0 47 46

Aug

Feb

Aug

Feb

Aug

Feb
Apr

Apr

Apr
Jun

Oct
Dec

Jun

Oct
Dec

Jun

Oct
Dec
Mar

Nov

Mar

Nov

Mar

Nov

Mar
Jan

May
Jul
Sep

Jan

May
Jul
Sep

Jan

May
Jul
Sep

Jan

May

2017 2018 2019


2017 2018 2019
2016 2017 2018 2019 AS EU Inggris Jepang Batas Tiongkok India Batas
Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg 10
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA Sumber Tantangan Ekonomi Global
Perang Dagang & Brexit Moderasi Pertumbuhan
KETIDAKPASTIAN DAN Proteksionisme Tiongkok
PENURUNAN OUTLOOK • Memberikan risiko kepada tingkat
• Mempengaruhi prospek
permintaan dunia Berpotensi memberikan tekanan
PERTUMBUHAN GLOBAL perdagangan Eropa dan pada Neraca Perdagangan
• Memberikan risiko terhadap Inggris Indonesia, mengingat Tiongkok
perekonomian AS dan Tiongkok, • Memberikan sentimen negatif merupakan mitra dagang utama
yang merupakan negara-negara di pasar keuangan global
mitra dagang utama Indonesia

Fluktuasi Harga Komoditas Keamanan dan Geopolitik Perubahan Iklim

Memberikan risiko pada Neraca Berpotensi mempengaruhi Menciptakan ketidakpastian pada


Perdagangan, penerimaan negara, sentimen di pasar keuangan produktivitas global antara lain
dan subsidi dan komoditas sektor pertanian, kesehatan, dan
bencana alam
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Perdagangan Global (World Economic Outlook)
2014 2015 2016 2017 2018 2019P
Proyeksi Proyeksi Proyeksi
Pertumbuhan Ekonomi (%)
Oktober ‘18 Jan ‘19 April ’19
Global 3.6 3.4 3.4 3.8 3.6 3.7 3.5 3.3
Negara Maju 2.1 2.3 1.7 2.4 2.2 2.1 2.0 1.8
Zona Euro 1.4 2.1 2.0 2.4 1.8 1.9 1.6 1.3
Negara Berkembang 4.7 4.3 4.6 4.8 4.5 4.7 4.5 4.4
ASEAN-5 4.6 4.9 5.0 5.4 5.2 5.2 5.1 5.1

Pertumbuhan Perdagangan Internasional (%)


Volume Perdagangan Global 3.9 2.8 2.2 5.4 3.8 4.0 4.0 3.4
Volume Impor Barang & Jasa Negara Maju 3.9 4.9 2.5 4.3 3.3 4.0 n/a 3.0
Volume Impor Barang & Jasa Negara Berkembang 4.3 -1.0 1.8 7.5 5.6 4.8 n/a 4.6
11
Sumber: IMF
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

PEREKONOMIAN GLOBAL TAHUN 2020 DIPERKIRAKAN MEMBAIK,


NAMUN TETAP PERLU MEWASPADAI BEBERAPA RISIKO
Proyeksi IMF dalam World Economic Outlook
Pertumbuhan Ekonomi Global (%) Pertumbuhan Volume Perdagangan Global (%) Proyeksi Indeks Harga Komoditas
150
4.0 6.0
5.4
3.8
3.8 100

3.6 3.6 3.9


4.0
3.6 3.5 3.5 3.9 50
3.1 3.8
3.4 3.6 2.8
3.6 3.4
3.4 0
3.4
2.0 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
3.3 2.2
3.2
Minyak mentah Batu Bara
3.0
CPO Logam
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019F 2020F 0.0 Karet
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019F 2020F
Sumber: IMF WEO April

Proyeksi IMF
2017 2018 • Setelah melambat di 2019, perekonomian global diprediksi membaik di tahun 2020
2019 2020
Negara Maju 2,4 2,2 1,8 1,7
terutama ditopang oleh negara berkembang (India dan ASEAN). Sementara negara
- AS 2,2 2,9 2,3 1,9 maju tetap melambat.
- Eropa 2,4 1,8 1,3 1,5 • Meski demikian, beberapa risiko masih harus diwaspadai: Keberlanjutan perang
- Jepang 1,9 0,8 1,0 0,5
dagang, geopolitik, kondisi AS.
- Inggris 1,8 1,4 1,2 1,4
Negara • Meski perekonomian global dan volume perdagangan membaik, namun proyeksi
4,8 4,5 4,4 4,8
Berkembang harga komoditas cenderung tetap rendah dibayangi oleh produksi minyak global
- Tiongkok 6,8 6,6 6,3 6,1 yang meningkat serta isu lingkungan yang dapat mempengaruhi permintaan akan
- India 7,2 7,1 7,3 7,5
5,4 5,2 5,1 5,2
batu bara dan CPO 12
- ASEAN-5
PERTUMBUHAN PDB INDONESIA PADA Q1 2019 MENCAPAI 5,07%
KEMENTERIAN KEUANGAN Kinerja pertumbuhan masih dalam momentum perbaikan
REPUBLIK INDONESIA

Kontribusi Pertumbuhan PDB Pengeluaran


PDB (%,yoy) Tahunan (%)
5.17 7.0
5.21 5.03 5.07 6.0
5.19 5.17 5.18 5.07
5.00 5.0
5.03 5.01 5.01 5.06 5.06 2.72 2.75
4.94 4.94 2.78
4.0
3.0
2.54 1.65
4.50 2.0 2.07
1.0
0.71 0.29 1.16
0.0 -0.58
-1.16 (1.00)
-1.0
4.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 -2.0
Q1 2018 Q4 2018 Q1 2019
2016 2017 2018 2019
Net Ekspor Konsumsi LNPRT Lainnya Konsumsi Pemerintah PMTB Konsumsi RT
Sumber: BPS, diolah

Kontribusi Pertumbuhan PDB Sektoral (%, yoy)


Distribusi Pertumbuhan PDB Q1 Lebih tinggi dari Q1 di
SEKTOR Q1 2017 Q1 2018 Q1 2019
Q1 2019
Primer 0,79 0,52 0,41 20,42
2019 empat tahun sebelumnya
Pertanian dan Pertambangan
Sekunder 1,53 1,75 1,47 32,06
Industri, Listrik, Gas, Air, dan Konstruksi Konsumsi RT Dominan kontributor
Tersier 2,69 2,80 3,19 47,52
Perdagangan, Transportasi, Infokom, Jasa
Keuangan, dan Jasa-Jasa Lainnya Kontribusi
PDB 2019 Konsumsi LNPRT
Q1
Sektor tersier masih menjadi kontributor pertumbuhan tertinggi, dengan
pertumbuhan tertinggi pada sektor informasi dan komunikasi.
Perdagangan Internasional
13
PERTUMBUHAN EKONOMI SPASIAL
KEMENTERIAN KEUANGAN Struktur perekonomian masih didominasi Pulau Jawa dengan kontribusi pada Q1 2019 mencapai 59,03%.
REPUBLIK INDONESIA

Kalimantan 5,33% Sulawesi 6,51%


Share PDB 8,26% Share PDB 6,14%

Maluku & Papua -10,44%


Sumatera 4,55%
Share PDB 2,19%
Share PDB 21,36%

Jawa 5,66% Bali & Nusa Tenggara 4,64%


Share PDB 59,03% Share PDB 3,02%

Sumber: BPS

Wilayah Jawa yang masih mendominasi struktur ekonomi masih mampu tumbuh di atas perekonomian nasional

Wilayah luar Jawa yang mampu tumbuh di atas ekonomi nasional yaitu Kalimantan dan Sulawesi

Wilayah Maluku dan Papua mengalami kontraksi pertumbuhan akibat adanya penurunan produksi emas dan tembaga PT
Freeport. Provinsi Papua Barat juga menunjukkan penurunan produksi LNG di Q1. Namun demikian, wilayah Maluku dan Maluku Utara
masih menunjukkan pertumbuhan positif.

Wilayah Sumatera juga mengalami perlambatan terkait dengan struktur ekonomi yang mengandalkan komoditas batu bara dan 14
kelapa sawit
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Perkembangan Ekonomi Global:
 Pelemahan pertumbuhan ekonomi
 Perlambatan volume perdagangan
PERKEMBANGAN EKONOMI
 Stagnasi harga komoditas global
GLOBAL MEMPENGARUHI  Volatilitas keuangan global
EKONOMI DOMESTIK  Perubahan perkiraan arah kebijakan the
Fed di 2019

APBN
Pendapatan Negara dan Hibah
Growth 5,3 Risiko Penerimaan Perpajakan (akibat
risiko global dan penurunan harga
komoditas).
Dampaknya thd Ekonomi Domestik: Inflasi 3,5
 Pertumbuhan ekonomi lebih Risiko PNBP SDA (potensi penurunan
ICP, nilai tukar dan harga komoditas)
lambat Kurs 15.000
 Tekanan inflasi terkendali
SPN 3 Bulan 5,3 Belanja Negara
 Nilai tukar berpotensi menguat Penyerapan alamiah belanja K/L
akibat capital inflow ICP 70 Berkisar 94-97%

 Harga ICP lebih rendah dari Penyerapan belanja negara


diperkirakan berkisar 96-98%
perkiraan awal Lifting Minyak 775
Defisit anggaran tetap terkendali
Lifting Gas 1.250
15
REALISASI APBN 2019 S.D. 31 MEI 2019
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA PENDAPATAN NEGARA RP728,5 T, BELANJA NEGARA RP855,9 T DAN
DEFISIT 0,79% THD PDB

2017 2018 2019

APBN Realisasi % thd Realisasi s.d. % thd Growth Realisasi % thd Growth
APBN APBN
(triliun Rupiah) s.d. 31 Mei APBNP 31 Mei APBN (%) sd. 31 Mei APBN (%)

A. PENDAPATAN NEGARA 594,0 34,2 1.894,7 686,0 36,2 15,5 2.165,1 728,5 33,6 6,2
I. PENDAPATAN DALAM NEGERI 593,8 34,3 1.893,5 684,5 36,2 15,3 2.164,7 727,7 33,6 6,3
1. PENERIMAAN PERPAJAKAN 470,3 31,9 1.618,1 538,7 33,3 14,5 1.786,4 569,3 31,9 5,7
a. PENDAPATAN DJP (include PPh migas) 424,5 33,1 1.424,0 484,9 34,1 14,2 1.577,6 496,6 31,5 2,4
b. PENDAPATAN DJBC 45,8 24,2 194,1 53,8 27,7 17,4 208,8 72,7 34,8 35,1
2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 123,5 47,5 275,4 145,9 53,0 18,1 378,3 158,4 41,9 8,6
II. PENERIMAAN HIBAH 0,2 6,8 1,2 1,4 120,8 580,5 0,4 0,7 162,3 (51,1)

B. BELANJA NEGARA 722,8 33,9 2.220,7 779,5 35,1 7,9 2.461,1 855,9 34,8 9,8

I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 388,0 28,4 1.454,5 458,0 31,5 18,0 1.634,3 530,8 32,5 15,9
1. Belanja K/L 193,0 24,2 847,4 231,5 27,3 19,9 855,4 288,2 33,7 24,5
2. Belanja Non K/L 195,0 34,3 607,1 226,5 37,3 16,2 778,9 242,6 31,1 7,1
II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 334,7 43,7 766,2 321,5 42,0 (4,0) 826,8 325,1 39,3 1,1
1. Transfer ke Daerah 306,5 43,4 706,2 300,8 42,6 (1,9) 756,8 304,7 40,3 1,3
2. Dana Desa 28,2 - 60,0 20,7 34,4 - 70,0 20,4 29,2 (1,1)
C. KESEIMBANGAN PRIMER (29,9) 16,8 (87,3) 19,0 (21,7) (163,5) (20,1) (0,4) 1,9 (102,0)
D. SURPLUS/ (DEFISIT) ANGGARAN (A - B) (128,7) 32,4 (325,9) (93,5) 28,7 (27,3) (296,0) (127,5) 43,1 36,3
% Surplus/ (Defisit) Anggaran terhadap PDB (0,94) (2,19) (0,63) (1,84) (0,79)
E. PEMBIAYAAN ANGGARAN 195,6 49,3 325,9 179,4 55,0 (8,3) 296,0 157,9 53,3 (12,0)
al. I. PEMBIAYAAN UTANG 193,9 42,0 399,2 178,5 44,7 (7,9) 359,3 159,6 44,4 (10,6)
KELEBIHAN/(KEKURANGAN) PEMBIAYAAN ANGGARAN 66,9 85,9 30,4
KEMENTERIAN KEUANGAN
PELAKSANAAN APBN S.D. MEI 2019 MASIH TERKENDALI
REPUBLIK INDONESIA DENGAN DEFISIT YANG LEBIH TINGGI SEJALAN DUKUNGAN APBN
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI.

Defisit Anggaran Keseimbangan Primer


40,0
- -
0,35
(20 ,0) 20,0
(0,2 0)
(71,4)
19,0
(40 ,0) -
(93,5) 0,13
(60 ,0)
(0,4 0)
(6,3) (0,00)
-0,05
(128,7) (127,5) (20 ,0)
(0,05) (0,4)
(0,6 0)
(80 ,0)
(0,61) (40 ,0) (0,22)
(29,9)
(10 0,0) (189,1) (0,63) (0,8 0) -0,45
(110,3)
(12 0,0) (0,79) (60 ,0)
(1,0 0)
(14 0,0) (0,94) (80 ,0) -0,85
(1,2 0)
(16 0,0) (10 0,0) (0,87)
(1,4 0)
(18 0,0) (12 0,0) -1,25
(1,49)
2015 2016 2017 2018 2019
(20 0,0) (1,6 0)

2015 2016 2017 2018 2019

Defisit (Rp triliun) % defisit thd PDB keseimbangan primer (Rp triliun) % keseimbangan primer thd PDB

Pendapatan Negara Belanja Negara Pembiayaan Anggaran


800,0
33,6
40,0
779,5 855,9
36,2
700,0
34,2 35,0 35,1
686,0 722,8 34,8
215,1
600,0
30,3 685,7
27,8 728,5
594,0 30,0 195,6
500,0
604,8 33,9
177,2 179,4
533,4
400,0 496,7 25,0
32,9
157,9
300,0
20,0

200,0
79,6 72,5
100,0
15,0
49,3 55,0 53,3
30,5
- 10,0

2015 2016 2017 2018 2019

Pendapatan Negara (Rp triliun) % thd APBN/P


2015 2016 2017 2018 2019
• Pendapatan Negara s.d Mei 2019 tumbuh 6,1% Belanja Negara (Rp triliun) % thd APBN/P Pembiayaan Anggaran (Rp triliun) % thd APBN/P
• Utk memenuhi target 100% APBN, Pendapatan Negara Juni-Des 2019
harus tumbuh 14,3% dari Juni-Des 2018
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN


ARAH KEBIJAKAN MAKRO FISKAL 2020

18
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

TEMA KEBIJAKAN FISKAL


APBN 2020 diarahkan untuk:
“APBN untuk Akselerasi Daya
Inovasi dan penguatan SDM untuk
Saing melalui Inovasi dan
peningkatan produktivitas
Penguatan Kualitas SDM”

ARAH DAN STRATEGI Akselerasi daya saing untuk


penguatan investasi dan ekspor
KEBIJAKAN FISKAL
TAHUN 2020 Adopsi perkembangan ICT
(digitalisasi, e-commerce, internet
STRATEGI 2020 of things, AI, AR)
Tema RKP:
Peningkatan Sumber Daya Manusia “EKSPANSIF TERARAH Mendukung transformasi
untuk Pertumbuhan Berkualitas DAN TERUKUR” industrialisasi dan reformasi
1. Tax Ratio: 11,8-12,4% PDB institusional
2. Defisit: (1,52-1,75)% PDB
3. Primary balance: 0,0-0,23% PDB
Konsisten menjaga kesehatan
fiskal agar tetap efektif, fleksibel,
4. Debt Ratio: 29,40-30,1 % PDB
dan sustainable

19
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
REALISASI DAN PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI
SISI PENGELUARAN

2019 2020
1981-1990 1991-2000 2001-2018 KEM PPKF
APBN
(Kesepakatan dengan DPR)
Pertumbuhan ekonomi
Kons RT dan LNPRT 5,6 5,4 4,8 5,1 4,9 - 5,1 2020 akan ditopang
oleh kinerja konsumsi
Kons Pemerintah 5,2 1,1 6,2 5,4 4,1 - 4,3
rumah tangga, PMTB,
PMTB 8,7 3,4 6,8 7,0 6,9 - 7,3 dan ekspor
Ekspor 3,0 8,0 4,6 6,3 4,7 - 6,6
Impor 6,9 7,1 6,4 7,1 5,5 - 7,1
PDB 5,5 4,1 5,3 5,3 5,2 - 5,5
Perkiraan Lembaga Internasional (%)

2019 2020 • Konsumsi RT dan LNPRT diperkirakan tetap membaik didukung stabilisasi harga dan bantuan sosial Pemerintah
• Konsumsi Pemerintah diarahkan pada peningkatan value for money agar lebih efektif, efisien, dan produktif
IMF (Apr 19) 5,2 5,2 • Investasi (PMTB) diperkirakan membaik sejalan dengan perbaikan iklim investasi dan pendalaman sektor
keuangan
World Bank
(Des 18)
5,2 5,2 • Ekspor berpotensi membaik, diantaranya didorong ekspor pariwisata dan produk manufaktur, namun belum
terlalu kuat. Impor masih berpotensi meningkat, meski demikian Pemerintah tetap menjaga daya saing produk
ADB (Apr 19) 5,2 5,3 nasional

Concensus Forecast
5,1 5,1 20
(Mei 19)
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA Untuk mendukung pencapaian target
pertumbuhan ekonomi (5,2-5,5%), PMTB
KEBUTUHAN INVESTASI 2020 perlu tumbuh dalam kisaran 6,9-7,3%​

2020
2016 2017 2018 2019
Kebutuhan Investasi 5,2% - 5,5%
(Rp Triliun) (Rp Triliun) (Rp Triliun) (Rp Triliun) (Rp Triliun)
1)
Pemerintah 390,3 420,5 407,7 456,7 529,2 - 572,7
Pemerintah Pusat 169,5 208,7 184,1 189,3 241,8 - 256,8
Pemerintah Daerah 220,8 211,8 223,6 267,4 287,4 - 315,9
BUMN 265,7 320,5 455,9 532,42) 577,6 - 579,5
Perusahaan Publik (Non BUMN) 51,9 149,7 177,6 188,1 203,9 - 204,6
PMA 396,5 430,6 392,7 483,73) 529,4 - 531,2
Swasta/Masyarakat 2.935,7 3.049,3 3.356,8 3.615,6 3.878,3 - 3.849,7
Kebutuhan Investasi 4.040,2 4.370,6 4.790,6 5.276,6 5.718,4 - 5.737,6
Sumber: Perhitungan BKF
1) Belanja Modal APBN & APBD
2) Prognosa Kementerian BUMN
3) Target PMA dari BKPM
• Pemda akan meningkatkan anggaran infrastruktur terutama melalui
pemanfaatan ketentuan alokasi minimal 25% dari total Dana Transfer
• Kebutuhan investasi diharapkan dipenuhi sektor perbankan (8,4% - 10,2%) Umum.
dan pasar modal (3,2%). Kredit perbankan dan dana hasil IPO di pasar modal
diarahkan sebagai belanja modal. • Capital expenditure BUMN diharapkan sesuai target.

• Alokasi belanja modal Pemerintah terutama akan mendorong pertumbuhan • Penanaman Modal Asing (PMA) didorong untuk ditingkatkan antara lain
sektor Listrik, Transportasi, Informasi & Komunikasi serta sektor Konstruksi. melalui kebijakan insentif fiskal dan perbaikan iklim berusaha.

21
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
PERKIRAAN Didorong oleh sektor manufaktur,
PERTUMBUHAN EKONOMI perdagangan, serta jasa yang terkait
SISI PRODUKSI ekonomi digital dan pariwisata

Realisasi Dukungan kebijakan dan insentif fiskal akan


2019 2020 difokuskan pada perbaikan iklim investasi guna
Pertumbuhan GDP (%) 1981- 1991- 2001- APBN KEM PPKF*
1990 2000 2018 meningkatan daya saing kelompok industri strategis

Pertanian, Kehutanan, & Perikanan 3,5 2,1 3.5 3,8 3,8 - 3,9
Pertambangan dan Penggalian 0,3 3,2 1.5 0,6 1,9 - 2,0 • Sektor Industri Pengolahan (manufaktur) didorong untuk
tumbuh tinggi dengan mempercepat proses hilirisasi komoditas
Industri Pengolahan 10,0 6,8 4.4 5,1 5,0 - 5,4 tambang dan perkebunan.
Pengadaan Listrik dan Gas 12,9 11,0 6.6 6,1 4,2 - 4,5 • Modernisasi pertanian dengan mendorong produktivitas petani,
Konstruksi 6,3 4,9 6.8 6,6 5,6 - 5,9 serta optimalisasi lahan guna menopang ketahanan pangan dan
Perdagangan Besar dan Eceran 5,3 5,3 - 5,6 menekan inflasi harga bergejolak
7,0** 3,8** 5.5**
• Pembangunan infrastruktur akan mendukung kinerja sektor
Akomodasi Makan Minum 6,1 5,9 - 6,4
perdagangan dan jasa transportasi, namun pemerintah juga
Transportasi dan Pergudangan 8,8 7,0 - 7,1 tetap mewaspadai dampak trade war
6,8** 5,3** 10.9**
Informasi dan Komunikasi 10,4 7,3 - 7,7 • Pengembangan 4 daerah wisata untuk menarik kunjungan
Jasa Keuangan dan Asuransi 10,8*** 4,3*** 6,6*** 7,9 6,2 - 6,7 wisman, yakni Borobudur, Labuan Bajo, Mandalika, & Danau
Toba, akan menopang sektor pariwisata
PRODUK DOMESTIK BRUTO 5,5 4,1 5,3 5,3 5,2 - 5,5
Sumber: BPS, Bappenas, dan Kemenkeu
• Perkembangan ekonomi digital mendukung Sektor informasi
Keterangan:* menyesuaikan hasil kesepakatan RDP komisi XI dan komunikasi dan pendalaman pasar keuangan
** sebelum tahun 2010 sektor Perdagangan Besar dan Eceran serta Akomodasi Makan Minum tergabung dalam Sektor
Perdagangan, Hotel, dan Restoran; sektor Transportasi dan Pergudangan serta Informasi dan Komunikasi tergabung dalam sektor
Pengangkutan dan Komunikasi (masih menggunakan SNA 1993) . 22
***termasuk sektor real estate dan jasa perusahaan.
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
TEROBOSAN MENDORONG SUMBER PERTUMBUHAN EKONOMI

KUALITAS SDM INFRASTRUKTUR INOVASI


memperbaiki upah memperbaiki ICOR* efisiensi produksi
TENAGA KERJA KAPITAL TEKNOLOGI
AGGREGATE SUPPLY

PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING


AGGREGATE DEMAND
KONSUMSI INVESTASI EKSPOR

Meningkatkan permintaan 1. Kebijakan Fiskal: Insentif 1. Penguatan Sektor


domestik: Perpajakan, Belanja Infrastruktur, & Manufaktur Berorientasi
1. menjaga daya beli Transfer Daerah Ekspor
2. menjaga stabilitas 2. Kebijakan Kuasi-Fiskal melalui 2. Penguatan LPEI
ketersediaan pasokan dan Dukungan Special Mission Vehicle 3. Pengembangan dan
harga barang (SMV) Promosi Pariwisata
3. Kebijakan Non Fiskal: Kebijakan 4. Stabilitas Nilai Tukar
perdagangan, tenaga kerja,
kebijakan Pemerintah Daerah,
stabilitas politik dan nilai tukar

* ICOR 2018: Indonesia 6,3; Vietnam 6,0; Malaysia 4,6; Thailand 4,1. 23
KEMENTERIAN KEUANGAN Optimalisasi bauran instrumen kebijakan fiskal,
REPUBLIK INDONESIA kuasi-fiskal dan non fiskal dengan meningkatkan
kebersamaan antara Pemerintah dan dunia
TEROBOSAN INVESTASI usaha

Untuk meningkatkan level output potensial, kebijakan pembangunan infrastruktur yang telah dilakukan harus
dilanjutkan dengan langkah meningkatkan daya saing untuk menarik investasi serta mendorong ekspor

• Belanja pemerintah yang efisien dan terarah mendukung investasi


Kebijakan • Insentif perpajakan sektoral/umum dan kawasan Handholding
Fiskal • Mengarahkan penggunaan TKDD untuk mendukung iklim investasi
support:
• Peningkatan peran BUMN, BLU dan SMV Kemenkeu untuk
Kebijakan memfasilitasi masuknya investasi ke dalam negeri Pemerintah Pusat
• Membantu pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi dan Daerah
Kuasi-Fiskal merumuskan
sektor strategis untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi daerah
bauran kebijakan
yang tepat sesuai
• Efisiensi kebijakan melalui deregulasi: mempermudah prosedur
Kebijakan kebutuhan riil
investasi
Non-Fiskal dunia usaha
• Pendalaman sektor keuangan
24
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
FOKUS PENGEMBANGAN SEKTOR STRATEGIS
UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI

DASAR PENENTUAN SEKTOR STRATEGIS ASPEK SPASIAL

INDUSTRI HULU • Pengadaan Listrik dan gas


Dampak Penghasil & • Pengilangan migas & batubara Memanfaatkan potensi
Penyerapan • kimia & petrokimia daerah
Multiplier pendukung bahan
tenaga kerja baku industri • Industri logam dasar
Tinggi
(Employment
(Backward
Multiplier) • Industri makanan minuman Mempertimbangkan
Linkage) MANUFAKTUR Hasil
• Produk karet ketersediaan
hilirisasi komoditas
(relatif padat karya) • Tekstil, garmen, kulit & alas infrastruktur penunjang
kaki
Berorientasi
Ekspor/ Making
INDUSTRI PADAT • Otomotif Meningkatkan peran
Substitusi Indonesia 4.0 TEKNOLOGI • Elektronik
impor pemerintah daerah
Menengah/tinggi • Mesin & perlengkapan

• Akomodasi makan-minum Mendukung Supporting


JASA-JASA (pariwisata)
Penentuan sektor strategis didasarkan pada Tabel Input system yang dibutukan
Produktivitas tinggi • Jasa keuangan daerah
Output tahun 2010 (BPS) dan dikombinasikan dengan
sektor yang terdapat pada Making Indonesia 4.0 • Informasi & komunikasi
(Kemenperin) 25
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

RATA-RATA NILAI TUKAR DIPERKIRAKAN ANTARA Rp14.000 - Rp15.000 DI TAHUN 2020


Perubahan Nilai Tukar terhadap Dolar AS
• Nilai tukar di 12 Juni 2019 mencapai Rp14.234 per dolar AS %YTD per 12 Juni 2019
(apresiasi 1,7%, ytd). Rusia
Thailand
• Rata-rata ytd (12 Juni 2019) mencapai Rp14.194 per dollar AS. Indonesia 1,71
Filipina
• Di tahun 2020, pergerakan nilai tukar masih dipengaruhi berbagai Jepang
India
faktor, baik yang mendorong depresiasi maupun apresiasi. Brazil
Singapura
• Faktor yang mendorong pelemahan nilai tukar antara lain: UK
China
 Risiko berlanjutnya trade war dan dampaknya pada volume Malaysia
Vietnam
perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia (di tengah Euro
pertumbuhan ekonomi global yang masih relatif lemah) Korea Selatan
Turki
Argentina
 Masih terjadinya defisit neraca transaksi berjalan
-20 -15 -10 -5 0 5 10
• Impor masih tumbuh tinggi seiring masih tingginya Sumber: Bloomberg, diolah

kebutuhan investasi
• Harga komoditas global yang masih relatif stagnan akan Perkembangan Rata-Rata Nilai Tukar
16000 APBN
mempengaruhi nilai ekspor 15000 14247
15000 15000
14000 13392 13307 13384
• Faktor yang mendorong penguatan nilai tukar antara lain: 14000
13000
 Tidak berlanjutnya normalisasi kebijakan moneter the Fed atau 12000
11878

bahkan penurunan suku Bunga FFR 11000 10452

 Masuknya capital inflow seiring dengan perbaikan ekonomi 10000 9384

9000
domestik dan pendalaman pasar keuangan
8000
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
KEM PPKF Nilai Tukar Real. APBN 26
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

PERKIRAAN LAJU INFLASI 2020


Laju inflasi diperkirakan dapat terjaga pada kisaran 2,0-4,0 persen

12.0%  Target inflasi 2019: 3,5±1 persen.


IHK Inti Harga Diatur Pemerintah Harga Bergejolak

10.0%  Hingga Mei 2019, laju inflasi 3,32 persen (yoy) atau
8.70% 1,48 persen (ytd).
8.0%
 Strategi pengendalian inflasi secara umum
6.0% 4.08%
3.39%
diwujudkan dalam 4K, yaitu Keterjangkauan Harga,
3.61% 3.38%
4.0% 3.36% 3.32% Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan
2.95% 3.13% 3.12% Komunikasi Efektif untuk menjaga ekspektasi inflasi
2.0%
3.07% masyarakat.
0.71%
0.0%
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M
 Sasaran inflasi 2020 yang ditetapkan menurun
-2.0%
2017 2018 2019
mendorong ekspektasi inflasi masyarakat yang lebih
rendah dan mendukung terjaganya inflasi inti.
8.4
 Perbaikan tata niaga pangan, koordinasi pemantauan
distribusi, dan peningkatan produktivitas pertanian
akan dapat mengendalikan inflasi harga bergejolak.
4.0  Kebijakan harga energi harus dipastikan dapat
3.4 3.6 3.5
3.0 3.1 menjaga daya beli masyarakat dan sasaran inflasi.
5.5

4.4

4.7

4.0

3.5

3.5


5.3

5.0

4.0

4.3

2.0 Koordinasi kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah


2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
bersama Bank Indonesia ditempuh melalui kerangka
Tim Pengendalian Inflasi Nasional.
APBN APBN-P Realisasi Outlook

Sumber: BPS, diolah


27
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

PERKIRAAN SUKU BUNGA SPN 3 BULAN


Rata-rata suku bunga SPN 3 Bulan diperkirakan mencapai 5,0% - 5,6%

Rata-rata tertimbang Suku bunga SPN 3 bulan  Suku bunga SPN 3 bulan Januari-Mei 2019: 5,80 persen (stabil).
6
 Lelang terakhir (Mei 2019): 5,84 persen.
5.5 Rata-rata 2019
= 5,80%
5
Rata-rata 2018=
 Faktor Pendorong Kenaikan Suku Bunga SPN 3 Bulan
4.5 4,95%  Meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global yang
mendorong capital outflow ke negara maju (safe haven)
4
Rata-rata 2019 SPN 3 bulan Rata-rata 2018  Risiko defisit Transaksi Berjalan dapat mempengaruhi
3.5 persepsi investor dan berdampak pada suku bunga
domestik

5.8
6.0  Faktor Pendorong Penurunan Suku Bunga SPN 3 Bulan
5.7 5.6
5.3
 Pengelolaan fiskal yang baik memberi pengaruh positif
5.0 5.0 pada sentimen investor dan suku bunga surat berharga
Pemerintah.
5.0
 Stabilitas dan prospek pertumbuhan ekonomi domestik
 Kesehatan dan pendalaman sektor keuangan
 Arus likuiditas global menuju Emerging Market
5.5

6.0

5.5

5.3

5.2

5.3
6.0

6.2

5.5

5.2

 Likuiditas dalam negeri diperkirakan sedikit melonggar


2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Sumber: Kemenkeu APBN APBN-P Realisasi Outlook 28


KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

ASUMSI EKONOMI MAKRO


2017-2020

2017 2018 2019 2020 Kesepakatan Rapat


Indikator Makro
Realisasi Realisasi APBN KEM PPKF Komisi XI Komisi VII Panja Asumsi

a. Pertumbuhan ekonomi
5,07 5,17 5,3 5,3 – 5,6 5,2 – 5,5 5,2 – 5,5
(%,yoy)
b. Inflasi (%, yoy) 3,6 3,13 3,5 2,0 – 4,0 2,0 – 4,0 2,0 - 4,0
c. Tingkat bunga SPN 3
5,0 4,95 5,3 5,0 – 5,6 5,0 – 5,5 5,0 – 5,5
bulan (%)
d. Nilai tukar (Rp/US$) 13.384 14.247 15.000 14.000 – 15.000 14.000 – 14.500 14.000 – 14.500
e. Harga minyak mentah
51 67,5 70 60 – 70 60 60 – 70
Indonesia (US$/barel)
f. Lifting minyak (ribu barel
804 778 775 695 – 840 734 695 – 840
per hari)
g. Lifting gas (ribu barel
1.142 1.145 1.250 1.191 – 1.300 1.159 1.191 – 1.300
setara minyak per hari) 29
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
FOKUS Mendorong pemanfaatan anggaran lebih
produktif dan bermanfaat nyata bagi
KEBIJAKAN FISKAL 2020 perekonomian dan kesejahteraan

SDM yang berkualitas untuk Akselerasi Pembangunan Infrastruktur Birokrasi yang efisien dan efektif
produktivitas dan inovasi untuk mendukung transformasi merupakan bagian Institutional
ekonomi reform
 Membangun SDM yang sehat (produktif)  promotif
& preventif, peningkatan efektivitas program JKN  Mendukung tranformasi industrialisasi (pangan,  Mendorong produktivitas, integritas &
 Membangun SDM yang terampil  SDM yang memiliki energi, air, konektivitas) dan antisipasi masalah pelayanan publik
sosial di perkotaan (air bersih, sanitasi, pengelolaan
skill, entrepreneurship dan penguasaan ICT (industri  Peningkatan kesejahteraan (reformasi gaji &
4,0) , link and match yang dilakukan dengan sampah dan transportasi massal)
skema pensiun)
mendorong pendidikan tinggi berskala internasional,  Mendorong K/L menggunakan skema pembiayaan  Birokrasi yang berbasis kemajuan ICT
pendidikan vokasional dan revitalisasi BLK (penguatan kreatif (KPBU: VGF atau AP)
ketenagakerjaan dan pra kerja), serta kebijakan afirmatif
untuk masyarakat miskin (sinergi PIP dan Bidik Misi,
serta perluasan sasaran pada KIP Kuliah) Desentralisasi Fiskal Antisipasi
 Membangun SDM yang inovatif dan berintegritas yang Berkualitas ketidakpastian
Mendorong kegiatan penelitian a.l. melalui Dana
Abadi Penelitian dan insentif untuk riset serta  Mendorong pusat pertumbuhan ekonomi di daerah
penguatan karakter  Mitigasi risiko bencana
 Mendorong Pemda agar proaktif mengembangkan
 Membangun SDM yang sejahtera  Menjaga daya beli skema pembiayaan kreatif (KPBU)  Pelestarian lingkungan dan pengembangan EBT
masyarakat miskin dan mengakselerasi pengentasan  Penguatan mandatory spending di daerah  Stabilitas ekonomi, keamanan dan politik
kemiskinan dengan Integrasi dan sinergi bansos/subsidi
 Peningkatan akuntabilitas dan efektivitas pengelolaan  Penguatan fiscal buffer untuk fleksibilitas dan
(PKH dan BPNT/Rastra) agar lebih efektif dalam
TKDD sustainabilitas
penyaluran serta mejaga harga sembako yang
terjangkau  Pemanfaatan Dana Desa untuk pemberdayaan
masyarakat miskin di perdesaan
30
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
EKSPANSIF YANG TERARAH DAN TERUKUR (1,52-1,75% PDB)
mobilisasi pendapatan, spending better dan inovasi pembiayaan
Belanja
Pendapatan Negara Belanja Negara K/L
Penerimaan (12,7–13,9) (14,4–15,4) (4,9-5,2)
Perpajakan
POSTUR (10,6-11,2) 2019: 13,4 2019: 15,3
Belanja
Pusat
2019: 5,3

MAKRO FISKAL (9,6-10,1)


Belanja
TAHUN 2020 2019: 11,1
Non K/L
Primary balance 0,0 - 0,23
(% PDB) PNBP (2,0-2,5)
(4,7-4,9)
2019 : (0,12)(Rp20,1T)
2019: 10,1 2019: 4,8

2019: 2,35

Hibah (0,05-0,07) Defisit ((1,75) – (1,52))


Transfer ke Daerah dan
2019: 0,001 2019: (1,84)
Dana Desa
(4,8-5,3)
Pembiayaan
(1,75-1,52) 2019: 5,1

Catatan:
• Tax ratio th 2019: 12,2%
Utang Netto Investasi th 2020: 11,8-12,4%.
(2,4-2,1) ((0,3)-(0,5)) • Tax ratio termasuk penerimaan PNBP
SDA Migas dan pertambangan umum.
Rasio utang (30,1-29,4)
APBN 2019 31
2019:± 30
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
TAX RATIO DAN PERHITUNGAN TARGET
PENERIMAAN PERPAJAKAN
Perkembangan Penerimaan Perpajakan Tahun 2020
Uraian 2019 Tax Ratio = 11, 8% - 12,4% PDB
2014 2015 2016 2017 2018
(Triliun Rp) (APBN) Rasio Perpajakan= 10,6%-11,2% PDB
Perpajakan Pusat 1.146,9 1.240,4 1.285,0 1.343,5 1.518,8 1.786,4
 Baseline penerimaan perpajakan diperkirakan dengan
PNBP SDA Migas dan menggunakan pendekatan makroekonomi yang dihitung
236,2 95,9 59,9 105,6 173,1 184,7
Pertambangan Umum dengan menggunakan variabel asumsi makroekonomi yang
PDB 10.569,7 11.526,3 12.401,7 13.587,2 14.837,4 16.125,5 telah diproyeksikan sebelumnya.
 Jika baseline penerimaan sudah didapatkan hasilnya kemudian
Rasio Perpajakan 10,9 10,8 10,4 9,9 10,2 11,1
target perpajakan dirancang dengan mempertimbangkan
Tax Ratio (%) 13,1 11,6 10,8 10,7 11,4 12,2 beberapa hal yaitu:
 histori penerimaan perpajakan beberapa tahun terakhir,
 perkembangan realisasi perpajakan di tahun 2019,
• Rasio Perpajakan: penerimaan Perpajakan (pajak dan bea cukai) / PDB nominal  potensi perpajakan yang dihitung dari potensi dari
• Tax ratio: penerimaan perpajakan (pusat) + PNBP SDA Migas + PNBP SDA setiap perekonomian,
pertambangan umum / PDB Nominal
 upaya-upaya administrasi perpajakan dalam rangka
• Tax ratio Indonesia belum memasukkan pajak daerah dan jaminan sosial
optimalisasi penerimaan, dan
• Perhitungan 2018 berdasarkan angka dalam LKPP audited dan PDB nominal rilis BPS
Februari 2019  insentif perpajakan yang akan diberikan (belanja pajak)
 Pertumbuhan penerimaan perpajakan diperkirakan berkisar
antara 4-10% dari APBN 2019
32
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
REFORMASI Perpajakan yang Ramah terhadap Pertumbuhan Ekonomi
PERPAJAKAN melalui penguatan kebijakan dan perbaikan organisasi

• Tax Amnesty

2020
• Insentif Super Deduction
• Penurunan tarif pajak UMKM 0,5%
• Perluasan tax holiday,

2016
• Kenaikan PTKP • Percepatan Restitusi
dan Tax pengubahan tax allowance,
Amnesty • Peningkatan Kepatuhan Pasca TA
• Compliance Risk Management dan insentif investment
• Implementasi AEoI allowance untuk industri
• Insentif yg tepat sasaran padat karya
• Peningkatan IT

• Keringanan PPh Revaluasi • Optimalisasi Penerimaan • Melanjutkan perbaikan administrasi


Aset 2017-2019 • Joint Program dan peningkakan kepatuhan
2014-2015

• Reinventing Policy • Penguatan Fasilitasi • Menyetarakan level playing field


• Perluasan sistem IT • Peningkatan Efisiensi Pelayanan dan • Ekstensifikasi BKC baru: cukai
Efektivitas Pengawasan kantong plastik
• Penertiban Bisnis Ilegal (PICE-BT)

ORGANISASI SDM IT dan DATABASE REGULASI PROSES BISNIS 33


KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
BENTUK INSENTIF FISKAL

Insentif Fiskal Sektoral/Umum Insentif Fiskal Kawasan

Tax Holiday (PMK 150/2018) Kawasan Ekonomi Khusus


•Fasilitas pengurangan PPh badan, diberikan untuk industri pionir
• Ditangguhkan BM, Tidak dipungut PPN, PPnBM,
Dibebaskan Cukai, Barang ke TLDDP dikenakan tarif BM
Tax Allowance (PP 18/2015 stdtd PP 9/2016) 0% untuk barang hasil produksi yang memakai komponen
• Diberikan untuk sektor tertentu dan/atau daerah tertentu lokal, Fasilitas PPh khusus.

BMDTP (Bea Masuk Ditanggung Pemerintah) Kawasan Industri


• Diberikan untuk industri tertentu sesuai rekomendasi dari Kementerian
Perindustrian dalam jangka waktu satu tahun •Kawasan untuk pemusatan kegiatan industri; Dilengkapai sarana
dan prasarana inftrastruktur penunjang; Dapat diberikan insentif
fiskal tertentu (tax allowance dan tax holiday sesuai dengan
Insentif Perpajakan di Bidang Pertambangan wilayah pengembangan industri)
• Khusus untuk pertambangan hulu migas (cost recovery & gross split)

Insentif Bea Masuk untuk Industri Pembangkit Tenaga Listrik Free Trade Zone
untuk Kepentingan Umum •Dibebaskan BM, PPN, PPnBM, Cukai
Pembebasan Bea Masuk Mesin dan Barang Modal •Berlaku ketentuan kepabeanan impor apabila barang masuk ke
DDP
(PMK 176/2009 stdtd PMK 188/2015)
•Diberikan untuk seluruh penanaman modal di Indonesia.

Pembebasan PPN
Tempat Penimbunan Berikat
•Untuk barang strategis termasuk mesin dan peralatan pabrik untuk menghasilkan Barang Kena Pajak •Berupa Kawasan Berikat dan Pusat Logistik Berikat (PLB).
Fasilitas yang berlaku adalah penangguhan BM, tidak dipungut
PPN & PPnBM, dibebaskan Cukai
Insentif untuk UMKM 34
KEMENTERIAN KEUANGAN KUALITAS BELANJA AGAR LEBIH PRODUKTIF
NAMUN EFISIEN  SPENDING BETTER!
REPUBLIK INDONESIA

Efek Multiplier lebih optimal namun dengan biaya yang lebih efisien

PENGHEMATAN PENGUATAN BELANJA REFORMASI MENGEFEKTIFKAN


BELANJA BARANG MODAL BELANJA PEGAWAI BANSOS & SUBSIDI
Penghematan belanja barang
mengurangi beban Lap. Operasional
 menambah belanja modal Penguatan belanja modal untuk Reformasi belanja pegawai untuk Bansos dan Subsidi sebagai instrumen
pembentuk aset, atau mengurangi membentuk aset  meningkatkan efektivitas birokrasi dan efisiensi perlindungan sosial, investasi SDM
defisit APBN dan defisit Laporan ekuitas dan investasi pemerintah jangka panjang sebagai kunci dan sumber pertumbuhan ekonomi
Operasional pendukung pertumbuhan ekonomi reformasi fiskal jangka panjang

• Mengurangi • Fokus meningkatkan • Perbaikan kesejahteraan • Peningkatan ketepatan


pemborosan belanja produktivitas dan diikuti dengan sasaran dengan Basis
barang non-produktif daya saing peningkatan kinerja dan Data Terpadu (BDT)
(pendukung) perbaikan kualitas
• Percepatan • Integrasi dalam program
• Penguatan dan pelaksanaan kegiatan layanan publik bansos
singkronisasi belanja
barang ke masyarakat
(Pemda)

35
EKSPANSIF TERARAH DAN TERUKUR: DEFISIT 1,52-1,75% PDB

DEFISIT (% PDB) KEBIJAKAN PEMBIAYAAN 2020


1. Menjaga rasio utang di kisaran 30%
PDB, primary balance positif, menjaga
defisit di kisaran 1,52-1,75% PDB;
2. Pemberian PMN untuk mendorong
peran BUMN sebagai agen
pembangunan dilakukan secara selektif
(1,75) dengan pertimbangan (mampu me-
(1,75)
leverage, sehat secara finansial dan
PEMBIAYAAN kesiapan proyek secara operasional);
3. Mendorong peran BUMN, BLU untuk
YANG KREATIF akselerasi infrastruktur, kemudahan
DAN INOVATIF TANTANGAN 2020
akses pembiayaan bagi KUMKM, UMI dan
pembiayaan perumahan bagi MBR dan
 Perlu pengembangan skema pembiayaan pengembangan EBT serta
Mendorong kreatif dan sustainable mengantisipasi pemindahan Ibu Kota;
pengembangan skema
pembiayaan inovatif  Perlu pengendalian penambahan utang dan 4. Mendorong pendalaman pasar SBN
mitigasi risiko utang (risiko valas dan risiko domestik, dan memanfaatkan SAL untuk
dan pengendalian
suku bunga) antisipasi ketidakpastian;
risiko yang solid untuk
mengendalikan  Perlu mendorong efektivitas peran BUMN dan 5. Terus mendorong LPDP sebagai SWF dan
liabilitas BLU sebagai agen pembangunan mendorong peningkatan ekspor melalui
program NIA.

36
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
PENGELOLAAN PEMBIAYAAN TERUKUR

Utang merupakan alat (tools), bukan tujuan yang diperlukan agar pemerintah dapat menjalankan
fungsi penting dan mendesak dengan lebih cepat (tanpa penundaan)

Filosofi pembiayaan pembangunan melalui utang

Menjaga momentum & menghindari Mengembangkan pasar keuangan


Opportunity Loss • Menyediakan benchmark bagi industri keuangan
• Belanja prioritas (infrastruktur & SDM) tidak • Menyediakan alternatif investasi bagi masyarakat
bisa ditunda; • Membantu BI dalam kegiatan operasi moneter
 investasi SDM fasilitas kesehatan dan
pendidikan
• Penundaan belanja mengakibatkan biaya lebih
besar di masa datang

Menjaga dan mempercepat pertumbuhan Melibatkan peran serta generasi berikutnya


dalam berinvestasi yang memberi manfaat
ekonomi
jangka panjang (sharing the burden)
• Dalam kondisi perekonomian melamban,
• Utang untuk investasi sebagai pemerataan tanggung
stimulus fiskal melalui utang dapat mendorong
jawab antar generasi dalam penyediaan aset
pertumbuhan.
• Pertumbuhan mendorong peningkatan
penerimaaan pajak di masa depan untuk
membayar kembali utang
37
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

KEM PPKF 2020 dapat diunduh melalui link:


https://fiskal.kemenkeu.go.id/dw-kemppkf.asp

TERIMA Perkembangan perekonomian triwulanan


KASIH Tinjauan Ekonomi Keuangan Fiskal
juga dapat diunduh :
https://fiskal.kemenkeu.go.id/dw-triwulan.asp
MENINGKATNYA ISU TRADE WAR (AS – TIONGKOK ) MENIMBULKAN GEJOLAK
KEMENTERIAN KEUANGAN
PASAR UANG GLOBAL
REPUBLIK INDONESIA Terjadi Apresiasi Dolar AS terhadap Mata Uang negara Berkembang

Global Economic Uncertainty Index, Move Index, & VIX Index


• Meningkatnya tekanan isu perang dagang di awal minggu pertama Mei ‘19 250 80
mendorong peningkatan ketidakpastian global Economic Uncertainty Index VIX Index -rs MOVE Index - rs
70
 Tekanan di pasar keuangan global tercermin pada indikator global VIX 200
60
(saham) dan MOVE (obligasi) 150 50
40
• Ketidakpastian pasar di pasar keuangan global mendorong pergerakan arus modal 100 30
investor keluar dari negara berkembang menuju instrumen investasi di negara
20
maju (safe haven) sepanjang Mei 2019 50
10
 Berdampak pada penguatan dolar AS dan pelemahan nilai tukar negara 0 0
berkembang

Feb

Sep

Nov
Dec

Feb

Sep

Nov
Dec

Feb
Jan

Aug

Jan

Aug

Jan
Mar
Apr

Mar
Apr

Mar
Apr
May

May

May
Jul

Oct

Jul

Oct
Jun

Jun

Jun*
 Pada awal bulan Juni, Meningkatnya spekulasi bahwa AS akan menurunkan suku
2017 2018 2019
bunganya berdampak pada mengalirnya kembali modal masuk ke negara *) per 13 Jun’19
berkembang
Indeks Nilai Tukar Negara Berkembang dan Indeks Safe haven assets
170
Bloomberg EM Capital Flow Proxy Index
1660 385
165

JPY Bloomberg Correlation-Weighted


MSCI Emerging Markets Currency
160 1650 380
155
375
150 1640

Currency Index
145 370

Index
140 1630
135 365
130 1620
360
125
1610 355

Sumber Bloomberg 1600 350


Jan-19 Feb-19 Mar-19 Apr-19 May-19 Jun-19
39
Sumber: Bloomberg
NILAI TUKAR RUPIAH MENGALAMI TEKANAN SEIRING MENINGKATNYA
SENTIMEN TRADE WAR
KEMENTERIAN KEUANGAN Nilai tukar yang cukup stabil di April 2019 mulai terdepresiasi di bulan Mei 2019 -> menguat di awal Juni dipengaruhi oleh
REPUBLIK INDONESIA
naiknya peringkat utang Indonesia

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar REER vs Nilai Tukar Nominal


15,500 98
Rp/US$ per 14 Jun Januari 2017 s.d. 14 Juni 2019
15,500 96
14,304.00 15,000
15,000 94
14,500 14,500 92
14,000 90
14,000
13,500 Avg YTD: 14,196 88
13,000 13,500 86
12,500
13,000 Rp/US$ REER -rhs 84
12,000
May

May

May

May

May
Mar

Mar

Mar

Mar

Mar
82
Aug

Aug

Aug

Aug
Feb

Apr

Jun

Sep

Nov

Feb

Apr

Jun

Sep

Nov

Feb

Apr

Jun

Sep

Nov

Feb

Apr

Jun

Jun*
Sep

Nov

Feb

Apr
Jan

Jul

Jan

Jul

Jan

Jul

Jan

Jul

Jan
Oct

Oct

Oct

Oct
Dec

Dec

Dec

Dec
2015 2016 2017 2018 2019
12,500 Sumber : Bank Indonesia, Bloomberg, diolah
Sumber : Bank Indonesia, diolah Last YTD AVG 80
12,000 78

Jan
Feb
Mar

Sep

Jan
Feb

Sep

Jan
Feb
Apr
May

Aug

Mar
Nov

Apr
May

Aug

Mar
Nov

Apr
May
Jun*
Jul
Jun

Dec

Jul

Dec
Oct

Jun

Oct
Pergerakan Mata Uang Dunia terhadap Dolar AS
%MTM 14 Jun 2019 2017 2018 2019
%YTD 14 Jun 2019
Rusia • Nilai Tukar Rupiah (JISDOR) per 31 Mei 2019 mencapai 14.385/US$,
Thailand terdepresiasi 1,2% (dibanding akhir April), dan terapresiasi sebesar 0,66%
Jepang
1.22 Indonesia 0.97 (ytd) dibanding akhir 2018. Pelemahan Rupiah di bulan Mei banyak
Filipina dipengaruhi oleh sentimen perekonomian global terutama oleh ekskalasi
India
Singapura perang dagang AS – Tiongkok.
China
UK • Munculnya spekulasi bahwa AS akan menurunkan suku bunga-nya berdampak
Malaysia pada melemahnya dolar AS
Euro
Korea Selatan • Penguatan Rupiah di awal Juni dipengaruhi oleh sentiment positif
Turki
Argentina meningkatnya peringkat utang Indonesia
-20 -15 -10 -5 0 5 10
-3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 • REER di April 2019 sedikit melemah namun pada periode tersebut nilai tukar
Sumber : Bloomberg
Depresiasi Apresiasi
rupiah cenderung menguat. Adjustment dan risiko pelemahan di periode
Depresiasi Apresiasi 40
berikutnya
PERTUMBUHAN PDB Q1 2019 MENURUT KOMPONEN PENGELUARAN
KEMENTERIAN KEUANGAN Momentum pertumbuhan berlanjut ditengah perlambatan investasi dan kebijakan countercyclical belanja
REPUBLIK INDONESIA pemerintah

2018 2019 • Konsumsi RT tumbuh stabil di atas 5% sejalan dengan tingkat inflasi yang terjaga.
Pertumbuhan bantuan sosial yang cukup signifikan turut menjaga tingkat konsumsi terutama
Q1 Q2 Q3 Q4 Y Q1 masyarakat berpenghasilan rendah.
• Konsumsi LNPRT didorong oleh kegiatan kampanye menjelang Pemilu.
Konsumsi RT dan • Secara total, konsumsi RT dan LNPRT mampu tumbuh 5,25%
5,01 5,23 5,07 5,20 5,13 5,25
LNPRT
Konsumsi RT 4,94 5,16 5,00 5,08 5,05 5,01 • PMTB mengalami perlambatan terkait sikap wait and see investor dalam menghadapi Pemilu
2019

Konsumsi LNPRT 8,10 8,75 8,59 10,79 9,08 16,93 • Perlambatan ekonomi global dan investasi mempengaruhi pertumbuhan perdagangan
internasional
• Ekspor dan impor mengalami kontraksi dengan penurunan impor yang lebih dalam
Konsumsi
2,71 5,20 6,27 4,56 4,80 5,21
Pemerintah
Di tengah dampak global terhadap investasi dan perdagangan internasional, konsumsi
PMTB 7,94 5,85 6,96 6,01 6,67 5,03 Pemerintah tumbuh tinggi
• Peran kebijakan fiskal dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional
Ekspor 5,94 7,65 8,08 4,33 6,48 (2,08) (countercyclical policies).
• Penyerapan belanja seperti belanja pegawai, barang, bantuan sosial dan lain-lain
menunjukkan peningkatan dan lebih baik pola belanja dibandingkan triwulan I tahun-tahun
Impor 12,64 15,17 14,02 7,10 12,04 (7,75)
sebelumnya
• Peningkatan kualitas pengelolaan APBN antara lain melalui perbaikan pola belanja untuk
PDB 5,06 5,27 5,17 5,18 5,17 5,07 menstimulasi perekonomian
Sumber: BPS, diolah 41
PERTUMBUHAN PDB Q1 2019 MENURUT SISI PRODUKSI
KEMENTERIAN KEUANGAN Kinerja positif didorong oleh aktivitas jasa-jasa, namun Pertanian dan Manufaktur melambat
REPUBLIK INDONESIA

Sektor Industri Pengolahan masih bergerak di bawah


Pertumbuhan PDB per Sektor 2017 2018 2019 ekspektasi. Perlambatan terutama disebabkan kontraksi
(%, YoY) pertumbuhan industri kilang migas dan industri alat angkutan.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

Sektor Primer 3,69 2,87 2,47 1,39 2,45 3,96 3,30 3,19 2,00
Pertanian melambat disebabkan kontraksi kinerja kelompok
Pertanian 7,11 3,32 2,83 2,39 3,34 4,72 3,66 3,87 1,81 tanaman pangan terkait sebagian besar panen yang baru akan
terjadi di triwulan II. Kinerja kelompok perkebunan juga
Pertambangan -1,30 2,11 1,83 0,04 1,06 2,65 2,67 2,25 2,32 masih menghadapi hambatan akibat penurunan produksi dan
Sektor Sekunder 4,69 4,32 5,52 5,30 5,39 4,56 4,84 4,72 4,51 ekspor CPO.

Industri Pengolahan 4,28 3,50 4,88 4,51 4,60 3,88 4,35 4,25 3,86 Pertambangan tumbuh positif ditopang oleh peningkatan
aktivitas produksi dan ekspor batubara, di tengah penurunan
Pengadaan Listrik, Gas, Air 1,80 -2,09 4,88 2,50 3,33 7,29 5,62 5,64 4,48 produksi tambang migas dan mineral logam.
Konstruksi 5,96 6,95 6,98 7,24 7,35 5,73 5,79 5,58 5,91

Sektor Tersier 5,60 5,20 5,89 5,92 5,80 5,70 6,03 5,80 6,56 Perdagangan meningkat didorong oleh peningkatan
permintaan terkait persiapan menghadapi bulan Ramadhan
Perdagangan 4,61 3,47 5,22 4,53 4,99 5,22 5,28 4,39 5,26 dan Hari Raya Idul Fitri.
Transportasi & Pergudangan 8,06 8,80 8,88 8,21 8,56 8,70 5,65 5,34 5,25
Jasa Informasi dan Komunikasi tumbuh tinggi didorong oleh
Informasi dan Komunikasi 10,48 11,06 8,82 8,27 7,76 5,11 8,14 7,17 9,03 peningkatan penetrasi penggunaan internet terkait aktivitas
e-commerce dan ekonomi digital.
Jasa Keuangan dan Asuransi 6,01 5,93 6,13 3,82 4,23 3,06 3,14 6,27 7,33
Jasa Keuangan menunjukkan peningkatan kinerja didukung
Sektor Jasa-Jasa Lainnya 4,32 3,89 4,78 6,26 5,56 6,17 6,79 6,45 6,96
oleh perbaikan kinerja perbankan nasional serta peningkatan
PDB 5,01 5,01 5,06 5,19 5,06 5,27 5,17 5,18 5,07 pertumbuhan kredit.
42
Sumber: BPS, Diolah
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN MAKRO FISKAL


JANGKA MENENGAH-PANJANG
YANG BERKESINAMBUNGAN

“Menuju Long Term Fiscal Sustainability - LTFS”


KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

MENUJU INDONESIA BERDAULAT, MAJU,


ADIL, DAN MAKMUR
Reformasi fiskal pada saat terjadinya bonus demografi (2020-2030) untuk antisipasi aging
population dan keluar dari middle income trap

2036-2045
2020-2030 2031-2035 Negara Berdaulat, Maju,
Penguatan Daya Saing Memperkokoh Daya Saing Adil, dan Makmur
PENGUATAN FONDASI TRANSISI TINGGAL LANDAS
 Reformasi perpajakan dan Reformasi  Memantapkan kualitas SDM yang  Fondasi ekonomi kuat
PNBP serta pendalaman sektor compatible ICT dan economic knowledge;  Industrialisasi berbasis local
keuangan (a.l pengelolaan aset negara);
 Memantapkan social protection yang content dan value added;
 Penguatan kualitas SDM (produktif, handal (jaminan sosial, bansos,  Kedaulatan pangan dan energi;
inovasi, karakter, skill, enterpreneurship, pemberdayaan sosial dan jaring
kompatibel dengan ICT);  Kelas menengahnya dominan;
pengaman);
 Perlindungan sosial (penguatan bansos  Kesejahteraan mapan (income perkapita tinggi);
 Infrastruktur pendukung industrialisasi
dan pemberdayaan) menjawab tantangan  Keadilan sosial;
telah memadai dan berfungsi optimal;
demografi;
 Stabilitas keamanan, politik, ekonomi;
 Infrastruktur mendukung transformasi  Birokrasi yang efisien;
 Kemandirian ekonomi (investasi, konsumsi kelas
industri; (energi EBT, pangan, konektivitas)  APBN dan insentif fiskal yang solid. menengah tinggi, ekspor tinggi, APBN sehat).
 Reformasi birokrasi selaras dengan
kemajuan ICT. 44
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI JANGKA MENENGAH


Pemerintah akan menggunakan berbagai instrumen untuk mendukung stabilitas dan mendorong
pertumbuhan ekonomi

1 Peningkatan Produktivitas SDM dan Pembangunan Infrastruktur


• Produktivitas SDM akan dilakukan dengan meningkatkan kualitas SDM, baik kualitas kesehatan maupun pendidikan
• Pembangunan infrastruktur akan difokuskan pada infratsruktur energi dan ketenagalistrikan serta infrastruktur
ekonomi untuk mendukung sektor manufaktur dan sektor unggulan.
2 Reformasi Institusi Guna Mendukung Akselerasi Pembangunan
• Reformasi institusional akan dilakukan pada berbagai aspek kenegaraan, termasuk reformasi institusi ekonomi,
hukum, maupun politik
3 Transformasi Ekonomi Untuk Neraca Perdagangan
• Mendorong pertumbuhan sektor bernilai tambah tinggi, khususnya sektor manufaktur dan jasa yang dapat menyerap
tenaga kerja dengan produktivitas tinggi
• Pendampingan kepada pelaku ekspor, baik untuk mengatasi kendala ekspor maupun untuk kegiatan promosi produk
dan negosiasi
4 Pendalaman Sektor Keuangan Sebagai Sumber Pembiayaan Investasi
• Peningkatan keuangan inklusif, pembangunan infrastruktur digital mengikuti panduan Bali Fintech, diversifikasi produk
termasuk produk ekonomi syariah, serta meningkatkan peran pasar modal sebagai alternatif perbankan 45
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI PERKIRAAN LAJU INFLASI


PROYEKSI INDIKATOR MAKRO Pertumbuhan ekonomi meningkat hingga kisaran 5,3-6,6 Laju Inflasi dapat dijaga pada kisaran 3,0 ± 1,0 persen
persen
8.4
6.6
6.2
Dipengaruhi Perkembangan Ekonomi 5.6 5.7
5.9

Global 5.0 5.2 5.3


5.0 5.1
4.9 5.5 4.0 4.0 4.0
5.3 5.3 5.3 5.3 3.5
3.4
3.0 3.1 3.1

5.5
5.3
4.4
5.0
4.7
4.0
4.0
4.3
3.5

3.5
6.0
5.5
5.8
5.7
5.3
5.2
5.1
5.2
5.4

5.3
2.0 2.0 2.0

KETIDAKPASTIAN GLOBAL 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
APBN APBN-P Realisasi Outlook
Perang Dagang & APBN APBN-P Realisasi Outlook
Brexit Fluktuasi Harga
Proteksionisme
Komoditas
• Memberikan risiko kepada • Mempengaruhi
tingkat permintaan prospek Memberikan risiko pada
dunia perdagangan Neraca Perdagangan, PERKIRAAN NILAI TUKAR RUPIAH PERKIRAAN HARGA ICP
Eropa dan Inggris penerimaan negara, dan
Pergerakan nilai tukar rupiah dijaga pada rentang Harga minyak mentah Indonesia berada pada
• Memberikan risiko • Memberikan subsidi
kisaran US$60-70 per barel
Rp13.600-15.200/US$
terhadap perekonomian sentimen negatif di 15,000 15,000 15,000 15,200 96.5
AS dan Tiongkok, yang pasar keuangan 14,247
merupakan negara- global 13,392 13,30713,384
negara mitra dagang 14,000
13,600 13,600 67.5 70.0 70.0 70.0 70.0 70.0 70.0
utama Indonesia 11,878

Moderasi Pertumbuhan Keamanan dan Geopolitik Perubahan Iklim 49.2 51.2


40.2 60.0 60.0 60.0 60.0 60.0
Tiongkok
10,500
11,600
11,900
12,500
13,900
13,500
13,300
13,400
13,400

15,000

105.0
105.0
100.0
Berpotensi mempengaruhi

60.0
50.0
40.0
45.0
45.0
48.0

70.0
Menciptakan
Berpotensi memberikan tekanan sentimen di pasar ketidakpastian pada
pada Neraca Perdagangan keuangan dan komoditas produktivitas global 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Indonesia, mengingat Tiongkok antara lain sektor
merupakan mitra dagang utama pertanian, kesehatan, APBN APBN-P Realisasi Outlook APBN APBN-P Realisasi Outlook
dan bencana alam

46
KEMENTERIAN KEUANGAN
KEBIJAKAN FISKAL
REPUBLIK INDONESIA PENYEHATAN FISKAL PERBAIKAN NERACA
EKONOMI MAKRO
 Meningkatkan pertumbuhan;  Mobilisasi pendapatan; PEMERINTAH PUSAT
 Mendorong daya saing;  Spending Better;  Peningkatan aset;
 Meningkatkan investasi.  Pembiayaan kreatif dan  Pengendalian Liabilitas
Pengendalian Risiko  Peningkatan Ekuitas

STRATEGI MAKRO FISKAL PERBAIKAN NERACA


PEMERINTAH PUSAT
Mobilisasi Pendapatan yang inovatif untuk
Kerangka Kebijakan 1 pelebaran fiscal space dalam rangka
1 ASET
memperkuat belanja pembentuk aset:
Fiskal:  Reformasi perpajakan  Mobilisasi pendapatan akan
 Reformasi PNBP berdampak pada pelebaran fiscal
space.
 Insentif fiskal  Pelebaran fiscal space dan spending
Mencapai Sasaran better diharapkan dapat
meningkatkan asset produktif
Makro Spending Better untuk efisiensi belanja dan
meningkatkan belanja modal pembentuk aset;
Penyehatan Fiskal 2  Penajaman belanja barang 2 LIABILITAS
 Penguatan belanja modal Pelebaran fiscal space, dan spending
Perbaikan Neraca  Reformasi belanja pegawai better juga dapat memitigasi risiko
dimasa depan sehingga dapat
Pemerintah Pusat  Efektifitas Bansos dan Subsidi mengendalikan Liabilitas
 Penguatan kualitas desentralisasi fiskal

3 EKUITAS
Pembiayaan yang Kreatif dan mitigasi risiko
Dengan spending better dan
3 untuk mengendalikan liabilitas:
 Pengendalian defisit dan utang
pengendalian risiko yang solid akan
dapat meningkatkan Ekuitas
 Pembiayaan yang efisien dan kreatif
47
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

MENJAGA KEBERLANJUTAN FISKAL


Keseimbangan
Tax Ratio Primer

Karena kebijakan fiskal adalah instrumen bagi kesejahteraan,


maka kesehatan kondisi fiskal perlu terus dijaga melalui
optimalisasi penerimaan negara dan pengelolaan risiko (defisit, Rasio
keseimbangan primer, dan rasio utang) Defisit
Utang

• Meningkatnya penerimaan perpajakan akan memperlebar ARAH MAKRO FISKAL


ruang fiskal untuk memperkuat kualitas belanja negara; 1. Optimalisasi pendapatan negara dengan:
• Pelebaran ruang fiskal juga ditempuh dengan reformasi PNBP, • Penerimaan perpajakan didorong meningkat
efisiensi belanja (value for money) dan skema pembiayaan
kreatif dengan KPBU; • Reformasi PNBP: Penguatan pengelolaan SDA, pelayanan K/L, aset
• Seiring melebarnya ruang fiskal, maka keseimbangan primer 2. Defisit dikendalikan pada batas aman
dapat diarahkan menuju positif dan defisit dijaga pada level • Efisiensi belanja Negara dan efektivitas desentralisasi fiskal
aman dan lebih rendah;
• Mendorong K/L menerapkan pembiayaan kreatif
• Hal tersebut dapat mengurangi pembiayaan utang, sehingga
rasio utang dikelola secara prudent dan semakin menurun 3. Keseimbangan primer didorong positif
4. Utang dikelola secara prudent dengan menjaga rasio utang pada batas aman

48
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

VISI : MENUJU INDONESIA YANG BERDAULAT, MAJU, ADIL DAN MAKMUR

ARAH “MENDORONG PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING BANGSA”


Penguatan Belanja Pengendalian Risiko
Pelebaran Fiscal
yang Berkualitas APBN sehat
Space
berkelanjutan
1. Penguatan kualitas SDM 1. Peningkatan tax ratio
(produktivitas dan inovasi agar 2. Pemberian insentif fiskal 1. Pengendalian defisit
ARAH DAN STRATEGI kompatibel dengan ICT) untuk meningkatkan daya dan rasio utang
KEBIJAKAN FISKAL 2. Percepatan pembangunan saing dan inovasi 2. Keseimbangan primer
infrastruktur mendukung 3. Pengelolaan aset yang menuju positif
JANGKA MENENGAH 3. Memperkuat ketahanan
transformasi ekonomi dan merespon optimal
2020-2024 industri 4,0 4. Peningkatan efisiensi fiskal
3. Peningkatan efektivitas perlindungan belanja
sosial dan subsidi 5. Pengembangan
4. Penguatan kualitas desentralisasi pembiayaan kreatif &
fiskal inovatif
5. Penguatan reformasi birokrasi 6.Pendalaman pasar
sebagai bagian reformasi keuangan
institusional
6. Peningkatan investasi & ekspor
49
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA TAX RATIO MENINGKAT, DEFISIT DAN RASIO UTANG TERKENDALI
DAN KESEIMBANGAN PRIMER MULAI POSITIF PADA TAHUN 2020

ARAH MAKRO FISKAL Tax Ratio (% PDB) Defisit (% PDB)


JANGKA MENENGAH 16.0 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

15.0 (1.27)
13.7 (1.42) (1.42) (1.37)
Mendorong pengelolaan fiskal yang sehat 14.0
13.1 13.0
13.3 (1.52)

dan berkesinambungan dalam jangka 13.0 12.2 12.4


12.6
(1.84) (1.50) (1.44)
(1.60) (1.55)
menengah serta efektif untuk 12.0 11.6 11.4 12.5 (1.75)
(1.75)
mewujudkan kesejahteraan 10.8 10.7 12.1 12.3
11.0 11.8 11.9
(2.14)
10.0

9.0 (2.51)
(2.59) (2.49)
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Arah Makro Fiskal Keseimbangan Primer (% PDB) Rasio Utang (% PDB)


1. Mobilisasi pendapatan melalui penerimaan
perpajakan yang didorong meningkat dan 30.10
0.48 29.68
Reformasi PNBP 0.31 0.33 0.38 29.36 29.21
0.23
28.69
2. Defisit dikendalikan pada batas aman 29.78 29.67
0.29 29.38 29.40
0.15 0.18 0.23 28.78
3. Keseimbangan primer didorong positif - 28.33 28.45
(0.01) 27.82
4. Rasio utang dijaga pada kisaran 30% PDB dan (0.12)
26.91
diupayakan menurun 27.45

(0.88) (0.92)
(1.01) 24.68
(1.24)
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

50

Anda mungkin juga menyukai