Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang sebagian besar
penduduknya bertumpu pada bidang pertanian. Bumi Indonesia yang subur
mampu memproduksi beraneka ragam tanaman yang bermanfaat seperti tanaman
pangan, obat-obatan dan tanaman industri (Hardjono, 2004). Salah satu komoditas
bahan alam andalan Indonesia yakni temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.).
Curcuma berasal dari kata Arab, kurkum yang berarti kuning. Xanthorrhiza
berasal dari kata Yunani, xanthos yang berarti kuning dan rhiza berarti umbi akar.
Jadi, Curcuma xanthorrhiza Roxb. berarti umbi akar kuning (Rukmana, 1995).

Temulawak merupakan tanaman yang termasuk ke dalam famili


Zingiberaceae, rimpangnya banyak digunakan untuk berbagai keperluan terutama
sebagai tanaman obat. Di Indonesia tanaman obat juga sering dikategorikan
sebagai tanaman Biofarmaka. Tanaman biofarmaka mencakup 15 jenis tanaman,
meliputi jahe, laos/lengkuas, kencur, kunyit, lempuyang, temulawak, temuireng,
temukunci, dlingo/dringo, kapulaga, mengkudu/pace, mahkota dewa, kejibeling,
sambiloto, dan lidah buaya (Statistik Hortikultura, 2014). Di dalam industri,
temulawak juga telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku produk makanan,
minuman dan kosmetik. Pada tahun 2007 di pasar domestik, rimpang temulawak
merupakan salah satu jenis biofarmaka budidaya yang banyak dipasok oleh petani
untuk industri obat tradisional, baik industri besar maupun menengah, sebesar
rata-rata 310.870 kg/tahun (Maximillian, 2007). Menurut Badan Pusat Statistik
(2017), jumlah total produksi temulawak di Indonesia pada tahun 2017 yaitu
sebanyak 24.561.046 kg.

Berbagai khasiat temulawak berkaitan erat dengan zat yang terkandung di


dalam tanaman tersebut. Rimpang temulawak mengandung zat kuning kurkumin,
minyak atsiri, pati, protein, lemak, selulosa, dan mineral. Di antara komponen
tersebut, yang paling banyak kegunaannya adalah pati, kurkuminoid, dan minyak
atsiri (Paryanto dan Srijanto, 2006). Kurkumin digunakan dalam berbagai obat,
berpotensi sebagai antioksidan, sifat anti inflamasi, antibakteri, antivirus, anti
jamur, antitumor, antispasmodik, hepatoprotektif dan memiliki potensi pasar dan
harga yang tinggi (Espinosa, 2012).

Anda mungkin juga menyukai