Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang sebagian besar penduduknya bertumpu pada bidang pertanian. Bumi Indonesia yang subur mampu memproduksi beraneka ragam tanaman yang bermanfaat seperti tanaman pangan, obat-obatan dan tanaman industri (Hardjono, 2004). Salah satu komoditas bahan alam andalan Indonesia yakni temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.). Curcuma berasal dari kata Arab, kurkum yang berarti kuning. Xanthorrhiza berasal dari kata Yunani, xanthos yang berarti kuning dan rhiza berarti umbi akar. Jadi, Curcuma xanthorrhiza Roxb. berarti umbi akar kuning (Rukmana, 1995).
Temulawak merupakan tanaman yang termasuk ke dalam famili
Zingiberaceae, rimpangnya banyak digunakan untuk berbagai keperluan terutama sebagai tanaman obat. Di Indonesia tanaman obat juga sering dikategorikan sebagai tanaman Biofarmaka. Tanaman biofarmaka mencakup 15 jenis tanaman, meliputi jahe, laos/lengkuas, kencur, kunyit, lempuyang, temulawak, temuireng, temukunci, dlingo/dringo, kapulaga, mengkudu/pace, mahkota dewa, kejibeling, sambiloto, dan lidah buaya (Statistik Hortikultura, 2014). Di dalam industri, temulawak juga telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku produk makanan, minuman dan kosmetik. Pada tahun 2007 di pasar domestik, rimpang temulawak merupakan salah satu jenis biofarmaka budidaya yang banyak dipasok oleh petani untuk industri obat tradisional, baik industri besar maupun menengah, sebesar rata-rata 310.870 kg/tahun (Maximillian, 2007). Menurut Badan Pusat Statistik (2017), jumlah total produksi temulawak di Indonesia pada tahun 2017 yaitu sebanyak 24.561.046 kg.
Berbagai khasiat temulawak berkaitan erat dengan zat yang terkandung di
dalam tanaman tersebut. Rimpang temulawak mengandung zat kuning kurkumin, minyak atsiri, pati, protein, lemak, selulosa, dan mineral. Di antara komponen tersebut, yang paling banyak kegunaannya adalah pati, kurkuminoid, dan minyak atsiri (Paryanto dan Srijanto, 2006). Kurkumin digunakan dalam berbagai obat, berpotensi sebagai antioksidan, sifat anti inflamasi, antibakteri, antivirus, anti jamur, antitumor, antispasmodik, hepatoprotektif dan memiliki potensi pasar dan harga yang tinggi (Espinosa, 2012).