Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas
Rahmat dan karunianya sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul Penerapan Asuhan Keperawatan pada pasien Tn.T dengan Apendiks perforasi di
ruang IBA 2 RS. Sumber Waras.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini kelompok mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat :
1. Ibu Mari Astrid. Skp, selaku koordinator mata ajar DKA 303.
2. Ibu Elisabeth Ona Menteiro. Skp. M.kep., dan ibu Fitriana Suprapti Helena,
MAN, selaku dosen pembimbing laboratorium lapangan di RS. Sumber Waras.
3. Ibu Ns. Bernadetha, Skp. Selaku kepala instalasi rawat inap di RS. Sumber
Waras.
4. Ibu Sari. Selaku kepala ruangan IBA 2 RS. Sakit Sumber Waras.
5. Ibu Erna Yusnita Amd kep. Selaku pembimbing praktek di ruangan IBA 2 RS.
Sumber Waras.
6. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan baik materil maupun non
materil.
Kelompok menyadarai bahwa makalah ini jauh dari sempurna oleh karena itu
kelompok mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun demi
perbaikan makalah ini.
Kelompok berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi masyarakat dalam
peningkatan kesehatan dan bagi perawat dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan.

Jakarta, 18 September 2005


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................
A. Latar Belakang..................................................................................
B. Tujuan Penulisan...............................................................................
C. Metode Penulisan..............................................................................
D. Sistematika Penulisan.......................................................................
BAB II. TINJAUAN TEORITIS........................................................................
A. Konsep Medik..................................................................................
1. Definisi.......................................................................................
2. Anatomi Fisiologi.......................................................................
3. Etiologi.......................................................................................
4. Patofisiologi ..............................................................................
5. Tanda daan gejala.......................................................................
6. Pemeriksaan Diagnostik.............................................................
7. Komplikasi.................................................................................
8. Therapi dan Pengelolaan Medik.................................................
B. Konsep Asuhan Keperawatan...........................................................
1. Pengkajian...................................................................................
2. Diagnosa Keperawatan...............................................................
3. Perencanaan Keperawatan..........................................................
4. Perencanaan Pulang.....................................................................
C. Patolo Diagram..................................................................................
BAB III. PENGAMATAN KASUS.....................................................................
A. Pengkajian..........................................................................................
B. Analisaa data dan Diagnosa Keperawatan.........................................
C. Perencanaan Keperawatan.................................................................
D. Pelaksanaan Keperawatan..................................................................
E. Evalasi................................................................................................
BAB IV. PEMBAHASAN KASUS......................................................................
BAB V. KESIMPULAN.....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Apendiksitis merupakan suatu masalah kesehatan yang serius, dimana
membutuhkanan pertolongan dengan segera. Orang dengan gaya hidup yang tidak
memperhatikan pola makan, misalnya diit tinggi lemak dan rendah serat, merupakan
faktor resiko tertinggi orang menderita apendiksitis. Sementara apendiksitis perforasi,
faktor terbesar yang mempengaruhi adalah fecolith didalam lumen, umur (orang tua atau
anak muda) dan keterlambatan diagnosis. Dengan insidens 60% penderita diatas usia 60
tahun (Buku ajar Ilmu Bedah, R. Sjamsuhidrajat, Wim de jong. 1997).
Pengobatan apendiksitis akan berhasil apabila dilakukan tindakan apendictomy, kecuali,
jika sudah terjadi komplikasi, dalam hal ini diharapkan pasien akan pulih tanpa masalah
lebih lanjut. Rata-rata angka kematian pada kusus ini tanp komplikasi adalah sekitar
0,1% (..................)
Ketika apendiks mengalami perfoasi atau infeksi hebat kemungkiana sangat tinggi akan
terjadi komplikasi, dengan pemulihan yang sangat rendah, akan terjadinya kematian dari
kasus ini. Angka tertinggi dari apendiks rata-rata terjadinya perforasi, dan kematian
antara anak-anak dan orangtua; Mortalitas pada apendiksitis adalah akibat
keterlambatan, morbiditas antara 17-60% dengan mortalitas 1-15% (Ilmu Penyakit
dalam, Soeparman dan Sarwono Waspadji, jilid II).
Oleh karena itu, peran tim kesehatan dalam memberikan penyuluhan kepada
masyarakat tentang penyakit ini sangat diperlukan.
Penyuluhan bagi masyarakat penderita diperlukan untuk mencegah terjadinya
komplikasi, sedangkan bagi masyarakat bukan penderita penyuluhan ini tetap diberikan
untuk mencegah penyakit ini.
Dalam hal ini, diperlukan kerjasama antara tim kesehatan, dengan masyarakat,
sehingga semua program pengobatan dapat berjalan dengan baik, dan sesuai dengan
rencana. Oleh karena iu, penyuluhan kepada klien dan keluarga akan sangat membantu
meningkatkan partisipasi dalam usaha mencapai hasil yang optimal.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. memperoleh pengalaman belajar nyata dalam merawat klien dengan Apendiksitis
sehingga dapat menerapkan secara langsung konsep-konsep asuhan keperawatan
yang telah diperoleh dalam perkuliahan.
2. Memperdalam Anatomi Fisiologi daan Patofisiologi yang merupakan dasar dalam
melakukan pengkajian dan intervensi Keperawatan.
3. Memenuhi penugasan kelompok, MA DKA 303.
C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah :
1. Studi kepustakaan.
Dengan mempelajari beberapa literatur yang membahas tentang apendiksitis.
2. Studi kasus.
Pengamatan langsung pada klien dengan apendiksitis di unit IBA 2 RS. Sumber
waras.

D. Sistematika Penulisan.
Penulisan makalah ini diawali dengan kata pengantar, dan Daftar isi, kemudian
dilanjutkan dengan BAB I : Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, Tujuan
Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika penulisan.
Kemudian dilanjutkan dengan BAB II yang berisi tentang Tinjauan Teoritis secara
Konsep Medik dan Asuhan Keperawatan.
BAB III memuat tentang tentang pengamatan kasus yang terdiri dari Pengkajian,
rumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, daan Evaluasi keperawatan.
BAB IV berisi tentang pembahasan kasus, dan BAB V berisi tentang kesimpulan
dari keseluruhan makalah.
Pada akhir makalah dilampirkan pula daftar pustaka dari literatur yang menjadi sumber
dalam penulisan makalah ini
BAB II
Tinjauan Teoritis

A. Konsep Dasar Medik


1. Defenisi
 Apendiksitis adalah peradangan pada apendiks dimana semua lapisan dinding
organ tersebut terkena (standar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, 1995).
 Apendiksitis adalah peradangan pada apendiks yang merupakan saluran buntu
yang terletak dibawah sekum (Medikal Surgical Nursing hal 1150, 2000).
 Apendiksitis perforasi adalah peradangan akut yang disertai ruptur, pada
peradangan ini terjadi pembentukan abses yang merupakan komplikasi krisis
usus buntu yang pecah

Macam-macam apendiksitis
 Apendiksitis akut : acut jucalis atau segmentalis, acut purulenta diffusa.
 Apendiksitis kronis.

2. Anatomi fisiologi
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjang kira-kira 10 cm dan
berpangkal di cecum. Lumennya sempit di bagian proximal dan melebar di bagian
distal. Namun pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan
menyempit kearah ujungnya.
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml/hari. Lendir itu secara normal dicurahkan
kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke cecum.
Hambatan lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada patogenesis
apendiksitis.

Infeksi
apendiks
3. Etiologi
a. Obstruksi lendir yang disebabkan oleh :
 Hiperplasia folikel limfoid.
 Fecolith dalam lumen apendiks
 Benda asing
 Tumor
 Cacing
 Parasit lain
 Stenosis
 Perlekatan
b. Infeksi yang disebabkan oleh kuman E. Coli (80%) dan selebihnya streptococcus
dan jarang-jarang kuman lain.

4. Patofisiologi
Keadaan yang merupakan apendiksitis adalah obstruksi, disebabkan oleh fecolith
(feaces yang mengeras), benda asing, tumor apendiks, cacing, stenosis, perlekatan,
hiperplasia folikel limfoid. Obstruksi ini menghambatkan pembengkakan jaringan
limfoid. Oleh karena itu sekresi mukus yang di hasilkan terus menerus tidak dapat
keluar, sehingga menimbulkan peregangan apendiks. Hal ini akan meningkatkan
tekanan intraluminal, bila tekanannya melebihi tekanan vena mengakibatkan
apendiks mengalami hipoksia dan selanjutnya terjadi ulcerasi serta invasi.
Disamping itu tekanan terhadap pembuluh itu akan mengakibatkan edema dinding
apendik sehingga resistensi selaput lendir berkurang dan mudah diserang kuman.
Hal ini diperkuat oleh adanya bakteri di dalam usus seperti E. Coli (80%) dan
selebihnya terutama streptococcus, yang akan mempercepat terjadi infeksi dan
pembengkakan bertambah.
Peradangan ini dapat terjadi sebagian atau seluruh lapisan dinding apendiks dalam
waktu 24-48 jam pertama. Jika radangnya mengeras dapat terjadi nekrosis dan
pembusukan, disebut apendiksitis gangrenosa atau phlegmososa. Pada apendiksitis
gang-renosa/phlegmonosa dapat terjadi perforasi akibat nekrosis ke dalam rongga
perut dengan akibat peritonitis yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri makin
hebat serta meliputi seluruh perut dan perut menjadi tegang dan kembung kemudian
peritonitis dapat menjadi kematian. Apendiksitis akut ini juga sering tampil dengan
gejala khas yang didasari oleh radang mendadak umbai cacing yang memberikan
tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsang peritonium lokal. Gejala
klasik apendiksitis ialah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri
viceral di daerah epigastrium disekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual
dan kadang ada muntah, umumnya nafsu makan menurun.
Dalam beberapa nyeri akan berpindah kekanan bawah ketiak MC. Burney. Disini
nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri
somatik tempat. Usaha pertahanan tubuh adalah membatasi proses radang dengan
menutup apendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga terbentuk
masa periapendixkuler. Yang secara salah, dikenal dengan istilah infiltart apendiks
didalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami
perforasi. Apendiks yang pernah meradang tidak akan pernah sembuh sempurna,
tetapi akan membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan
jaringan disekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang diperut
kanan bawah.

5. Manifestasi klinis
 Nyeri di periumbilikalis
 Anoreksia
 Nausea
 Muntah
 Demam derajat rendah
 Abses (nanah)
 Konstipsi
 Diare
 Rousing sign
 Nyeri bila berjalan, batuk
 Kaki kanan pasien cenderung fleksi
 Nyeri tekan Mc Buney
6. Pemeriksaan diagnostik.
c. Leukosit : diatas 12.000/mm2
d. Neutrofil : meningkatnya sampai 75%
e. Urinalisis normal : tetapi ada kemungkinan eritrosit/leukosit 
f. Foto abdomen : dapat menyatakan adanya pengerasan matrerial pada
apendiks (fecolith).

7. Penatalaksanaan
a. Terapi  Antibiotik sistemik. :
 Infus.
b. Konservatif  Puasakan :
 Pasang NGT
 Istirahat baring
c. Pembedahan

8. Komplikasi
a. Perforasi
Infeksi meningkat tajam sesudah 24 jam, perforasi dapat diketahui preoperatif,
dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih
dari 38,50C tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut dan leukositosis.
b. Peritonitis
Merupakan peradangan peritoneum yang berbahaya, yang sering terjadi akibat
penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen.
Organisme yang sering menginfeksi adalah organisme yang hidup di dalam
colon. Dan pada kasus ruptura apendiks sedangkan stafilococcus dan
streptococcus sering masuk dari luar. Reaksi awal peritonium terhadap invasi
oleh bakteri adalah keluarnya exudat fibrinosa. Kantong-kantong nanah
terbentuk diantara perlekatan fibrinosa yang menempel menjadi satu dengan
permukaan sekitarnya sehingga mengatasi infeksi.
c. Obstruksi usus
Obstruksi usus dapat di definisikan sebagai gangguan aliran normal isi usus
sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut atau kronik, partial atau total.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian Pre-Operasi
a. Pola persepsi dan pemiliharaan kesehatan
 Riwayat operasi.
 Riwayat sakit berat.
 Prilaku mencari bantuan
b. Pola nutrisi metabolik
 Kebiasaan makan rendah serat
 Makanan pedas
 Pola makan tidak teratur
 Mual
 Muntah
 Anoreksia
 Distensi
c. Pola eliminasi
 Konstipasi
 Diare
d. Pola aktivitas dan latihan
 Kurang aktivitas
 Kebiasaan dalam melakukan kegiatan sehari-hari
e. Pola tidur istirahat
 Kebiasan tidur (berapa lama)
 Kebiasaan sebelum tidur
 Gangguan tidur
f. Pola persepsi kognitif
 Cara pasien mengatasi nyeri.
 Kurang pengetahuan tentang penyakitnya
g. Pola persepsi diri dan konsep diri
 Gangguan harga diri
h. Pola peran hubungan sesama
 Interaksi dengan lingkungan sekitar.
 Gangguan penampilan peran
i. Pola reproduksi seksual
 Perubahan pola seksual.
 Jumlah anak.
 Libido meningkat atau menurun.
j. Pola koping-toleransi terhadap stres
 Perepsi penerimaan kesehatan.
 Gangguan penyesuian diri
k. Pola nilai kepercayaan
 Berdoa.
 Sarana ibadah (Kitab Suci)
Pengkajian Post-Operasi
a. Pola persepsi dan pemiliharaan kesehatan
Perubahan pemiliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi metabolik
 Mual
 Muntah
 Anoreksia
 Distensi
c. Pola eliminasi
 Konstipasi
 Diare
d. Pola aktivitas dan latihan
 Keluhan saat beraktivitas
e. Pola tidur istirahat
 Gangguan tidur
f.Pola persepsi kognitif
 Cara pasien mengatasi nyeri
g. Pola persepsi diri dan konsep diri
 Gangguan harga diri
h. Pola peran hubungan sesama
 Gangguan penampilan peran
i. Pola reproduksi seksual
 Libido menurun.
j. Pola koping-toleransi terhadap stres
 Gangguan penyesuian diri

2. Diagnosa Keperawatan
Pre-operasi
a. Nyeri abdomen b.d proses infeksi.
b. Resti kekurangan volume cairan b.d mual, muntah, anorexia, diare.
c. Kurang pengetahuan tentang prosedur persiapan pre b.d kurang informasi.
d. Resti terjadi komplikasi peritonitis b.d perforasi/ruptur apendiks.
e. Cemas b.d prosedur pembedahan.

3. Rencana Keperawatan
DP 1 : Nyeri abdomen b.d proses infeksi.
HYD : Pasien mengungkapkan rasa nyeri hilang/berkurang pasien tampak rileks.

Rencana Tindakan
1) Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, intensitas nyeri
R/ Perubahan nyeri menunjukan terjadinya abces/peritonitis.
2) Pertahankan istirahat dengan posisi semi-fowler
R/ Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah.
3) Dorong ambulasi dini.
R/ Meningkatkan normalisasi fungsi organ (contoh : merangsang peristaltik,
kelancaran flatus).
4) Beri kompres es pada abdomen
R/ Menghilangkan dan mengurangi nyeri
5) Pertahankan puasa/penghisapan NGT pada awal.
R/ Menurunkan ketidak nyamanan pada peristaltik usus dini
6) Berikan analgetik
R/ Mengurangi nyeri.
DP 2 : Resti kekurangan volume cairan b.d mual, munta, anorexia, diare.
HYD : Mempertahankan keseimbangan cairan ditandai dengan
 Membran mukosa lembab
 Turgor kulit baik
 Tanda vital stabil
 Intake output seimbang
Rencana Tindakan
1) Observasi tekanan darah dan nadi.
R/ Membantu identifikasi fluktuasi volume intravaskuler.
2) Lihat membran mukosa, kaji turgor kulit
R/ Mengindikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler
3) Observasi dan catat intake output cairan
R/ Dapat mempertahankan kesimbangan cairan.
4) Auskultasi bising usus, catat kelancaran flatus, gerakan usus.
R/ Indikator kembalinya peristaltik, kesiapan untuk pemasukan peroral.
5) Berikan sejumlah kecil cairan/minuman jernih bila pemasukan oral dimulai
R/ Menurunkan iritasi gaster/muntah (meminimalkan kehilangan cairan)
6) Berikan perawatan mulut, terutama bibir.
R/ Melembabkan bibir dan memberi kenyamanan.
7) Pertahankan penghisapan gaster/usus
R/ Meningkatkan istirahat usus mencegah muntah
DP 3: Kurang pengetahuan tentang prosedur persiapan pre b.d kurang informasi
HYD : Menyatakan paham proses penyakit, proedur pre op
 Kooperatif dalam program pengobatan

Rencana Tindakan :
1) Kaji ulang pembatasan aktivitas pasca op.
R/ Memberikan informasi pada pasien untuk merencanakan kembali rutinitas
biasa tanpa menimbulkan masalah
2) Dorong aktivitas sesuai tolerani dengan periode istirahat periodik
R/ Mencegah kelemahan, meningkatkan penyembuhan.
3) Anjurkan menggunakan laksatif/pelembek feases ringan bila perlu dan hindari
enema.
R/ Membantu kembali ke fungsi usus semula, mencegah mengejan saat defekasi.
4) Diskusikan perawatan insisi, termasuk ganti balutan
R/ Meningkatkan kerja sama dengan program terapi.
5) Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik
Contoh : Penigkatan nyei, demam.
R/ Menurunkan resiko komplikasi serivs contoh lambatnya penyembuhan,
peritonitis.
DP 4 : Resti terjadi komplikasi peritonitis b.d perforasi/ruptur apendiks.
HYD : Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar.
 Bebas tandaa infeksi/inflamasi, drainase purulen, eritema

Rencana Tindakan :
1) Kaji dan catat TTV
R/ Mengetahui dugaan adanya infeksi/abses, peritonitis
2) Lakukan cuci tangan yang baik dan perawatan luka aseptik. Berikan perawatan
paripurna
R/ Menurunkan resiko penyebaran bakteri
3) Lihat insisi dan balutan, catat karakteristik drainase luka/drain, adanya eritema.
R/ Memberikan deteksi dini terjadi proses infeksi.
4) Beri informasi yang tepat, jujur pada pasien/orang terdekat
R/ Memberikan dukungan emosi, membantu menurunkan ansietas.
5) Kolaborasi dengan mengambil contoh drainase bila diindikasikan
R/ Identifikasikan organisme penyebab dan pilihan terapi
6) Berikan antibiotik sesuai indikasi.
R/ Menurunkan jumlah organisme untuk menurunkan peenyebaran dan
pertumbuhannya pada rongga abdomen.
DP 5 : Cemas b.d prosedur pembedahan.
HYD : Pasien dapat mengontrol rasa cemas, dengan kriteria :
 Pasien tampak rileks.
 Pasien mampu menerima keadaan
Rencana Tindakan :
1) Observasi tingkat kecemasan.
R/ Kecemasan dapat terjadi karena kurangnya informasi.
2) Beri informasi tentang prosedur pembedahan
R/ Informasi yang cukup dapat menurunkan kecemasan
3) Membantu klien mengungkapkan kecemasan
R/ Memperbaiki pemikiran yang salah akan prosedur.
4) Ciptakan suasana nyaman
R/ Dengan suasana nyaman pasien akan lebih rileks.
5) Berikan kesempatan pada pasien untuk didampingi keluarga.
R/ Memberikan support bagi pasien.
6) Sediakan waktu untuk mendampingi pasien
R/ Mengurangi rasa cemas pasien.

Diagnosa Keperawatan
Post-Op
1. Nyeri b.d insisi pembedahan.
2. Kerusakan integritas kulit b.d luka operasi.
3. Resiko tinggi kekurangan cairan dan elektrolit b.d pemasukan cairan yang tidak
memadai.
DP 1 : Nyeri b.d insisi pembedahan.
HYD :  Rasa nyeri/ sakit berkurang.
 Luka operasi, tidak ada tanda-tanda infeksi
Rencana Tindakan :
1) Kaji kelahan nyeri (tentukan lokasi, jenis dan intensitas rasa nyeri).
R/ Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan
2) Pertahankan istirahat dengan posisi semi-fowler.
R/ Gravitasi melokalisasi eksudat inflamsi dalam abdomen bawah atau pelvis,
menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang.
3) Dororng ambulasi dini.
R/ Meningkatkan normalisasi fungsi organ dan merangsang peristaltik dan
kelancaran flatus.
4) Berikan aktivitas hiburan.
R/ Fokus perhatian kembali, meningkat relaksasi dan dapat meningkatkan
kemampuan koping.
5) Observasi tanda-tanda vital
R/ Peningkatan tanda vital mengidentifikasikan peningkatan nyeri

DP 2 : Kerusakan integritas kulit b.d luka operasi.


HYD : Luka insisi sembuh tanpa adanya tanda-tanda infeksi
Rencana Tindakan :
1) Pantau luka pembedahan dan tanda-tanda peradangan.
R/ Menghindari perluasan area yang terinfeksi.
2) Rawat luka secara steril.
R/ Mencegah invasi dari kuman patogen.
3) Beri makanan berkualitas atau dukung pasien untuk untuk makan.
R/ Makanan mencukupi dapat mempercepat proses penyembuhan.
4) Beri antibiotik sesuai program medik
R/ Mencegah terjadinya infeksi.
DP 3 : Resiko tinggi kekurangan cairan dan elektrolit b.d pemasukan cairan yang
tidak memadai.
HYD : Cairan dan elektrolit terpenuhi
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
 Intake output seimbang
Rencana Tindakan :
1) Awasi TD dan nadi
R/ Tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi volume intravaskuler
2) Lihat membran mukosa, kaji turgor kulit dan pengisian kapiler.
R/ Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler.
3) Awasi masukan daan catat warna urine/konsentrai, berat jenis.
R/ Penurunan keluaran urine pekat dengan peningkatan berat jenis diduga
dehidrasi/kebutuhan peningkatan cairan.
4) Auskultasi bising usus, catat kelancaran flatus, gerakan usus.
R/ Indikator kembalinya peristaltik, kesiapan untuk pemasukan peroral.
5) Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan peroral dimulai dan
lanjutkan dengan diet sesuai toleransi.
R/ Menurunkan iritasi gaster/muntah untuk meminimalkan kehilangan cairan

4. Discharge Planning
a. Dianjurkan untuk makan teratur, makan makanan tinggi serat dan rendah lemak.
b. Untuk mengurngi rasa nyeri pada daerah operasi, diajarkan tehnik relaksasi nafas
dalam.
c. Pasien diinstruksikan untuk membuat janji kontrol ulang ahli bedah untuk
observasi dan pengangkatan jahitan antara hari kelima dan ketujuh.
d. Diajarkan untuk merawat luka dan melakukan penggantian balutan dan irigasi
sesuai program.
BAB III
Pengamatan Kasus

Tn. T umur 31 tahun dirawat di unit IBA 2 Rumah Sakit Sumber waras.
Sejak tanggal 4 September 2005 dengan diagnosa medis suspensi apendix perforasi,
dengan keluhan sakit perut kanan bawah sejak 1hari yang lalu sakit perut mendadak,
sakit dirasakan terus menerus, tertusuk-tusuk, mual , muntah , demam , sakit 
bila batuk, bergerak dan mengejan.
Kesadaran compos mentis 5 = 380 C, TD = 110/70 mmHg, Nadi = 100x/menit.
Pengkajian dilakukan tanggal 7 september 2005, keadaan tempat sakit sedang
posisi tidur supine, terpasang vigo, kateter, infus WIDA (12 jam/kolf), kesadaran
compos mentis, tekanan darah 120/70 mmHg, pernafasan 21X/menit, suhu 37,60C, nadi
96X/menit.
Adapun beberapa hasil diagnostik yaitu :
Hematologi (4 September 2005)
Hb : 15.0 Normal 12,0-18,0 g/dl
Ht : 45.4 Normal 40-52 %
Eritrosit : 6.01 Normal 4,4-5,9 juta/ui
Leukosit : 13.400 Normal 4000-11.000/ui
Trombosit : 239.000 Normal 150.000-440.000/ui
LED : 9 Normal 0-15 mm/jam
Sedian Hapus (4 September 2005)
Basofil : 0% Normal 0-1%
Eosinofil : 0% Normal 1-3%
Batang : 13% Normal 2-6%
Segmen : 83% Normal 50-70%
Limphosit : 13% Normal 20-40%
Monosit : 1% Normal 2-8%
GDS : 145
Kimia (6 September 2005)
Ureum darah : 16 mg/dl Normal 10-50 mg/dl.
Kreatinin darah : 0,9 mg/dl Normal 0,0-1,5 mg/dl
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Setelah mempelajari konsep dan teori yang telah dipelajari mengenai konsep
dasar medik, serta konsep dasar keperawatan mengenai apendiksitis kami mencoba
untuk membandingkan antara teori literatur dan pengamatan kasus pada klien secara
langsung yaitu :
1. Pengkajian.
Dalam teori penyakit apendiksitis disebabkan oleh hiperplasia folikel limfoid,
fecolith dalam lumen apendiks, benda asing, tumor, cacing, parasit lain, stenosis,
perlekatan. Sedangkan pada Tn. T penyakit apendiksitis dikarenakan klien suka
mengkonsumsi makanan pedas.
Tanda dan gejala yang ditemukan pada Tn. T adalah nyeri abdomen kanan
bawah, mual, muntah, demam, dan sakit yang hebat bila batuk, bergerak, dan
mengejan.
2. Diagnosa keperawatan
Dalam membuat diagnosa keperawatan, kami mengangkat diagnosa keperawatan
pada klien sama dengan diagnosa keperawatan post op pada teori yaitu: nyeri b.d
insisi pada luka operasi, resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh b.d
pemasukan cairan yang tidak memadai, gangguan integritas kulit b.d insisi luka
operasi dan perubahan nutrisi b.d gangguan fungsi intestinal.
3. Perencanaan.
Dalam pelaksanaan rencana keperawatan, kelompok mencoba untuk
melaksanakan semua rencana bersama sama dengan para perawat ruangan,
namun tidak semua rencana keperawatan dilaksanakan berhubung karena
keterbatasan waktu.
4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan kelompok sesuai dengan rencana keperawatan,
namun tidak semuanya dapat terlaksana, tindakan yang dilakukan seperti
mengobservasi tv, memberi obat perparenteral, mengajarkan nafas dalam,
mengobservasi nyeri.
5. Evaluasi
Evaluasi yang didapat pada pasien adalah pasien mengatakan nyeri berkurang,
mual berkurang, dan peningkatan intake per oral, sampai pada saat evaluasi,
kelompok masih memberikan penyuluhan kepada pasien cara untuk mengatasi
nyeri

BAB V
KESIMPULAN

Apendiksitis akut adalah kasus gawat bedah abdomen yang sering sekali terjadi,
sementara peritonitis merupakan kasus gawat bedah yang merupakan komplikasi dari
apendiksitis. Kedua kasus ini memerlukan tindakan pembedahan sesegera mungkin.
Kejadian ini paling sering ditemukan pada usia dekade kedua dan ketiga. Penyakit ini
menimbulkan nyeri disekitar abdomen kanan bawah tepatnya di titik MC Burney.
Tindakan pembedahan memang merupakan solusi yang tepat namun untuk
mengurangi angka apendiksitis perlu adanya perhatian penuh pada pola hidup sehari-
hari terutama pada pola makan dan jenis makanannya. Untuk itu peran perawat sangat
penting dalam memberikan informasi penting mengenai penyakit ini dan cara
pencegahannya kepada pasien dan keluarga bahkan untuk masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA

1. Himawan, 1990, Bagian Patologi Anatomik, FKUI


2. Lewis Neitkemper Doiksen, 2000, medikal Surgical Nursing.
3. Sjamsuhidrajat, Wim de jong, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
4. Soeparman dan sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit dalam, FKUI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai