PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demensia adalah sebuah sindrom karena penyakit otak, bersifat kronis atau
progresif dimana ada banyak gangguan fungsi kortikal yang lebih tinggi, termasuk
atau motivasi. Sindrom terjadi pada penyakit Alzheimer, di penyakit serebrovaskular dan
dalam kondisi lain terutama atau sekunder yang mempengaruhi otak (Durand dan Barlow,
2006).
Gejala awal gangguan ini adalah lupa akan peristiwa yang baru sajaterjadi, tetapi
bisa juga bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan, penurunan emosi atau
menggunakan kata-kata yang lebih sederhana, menggunakan kata-kata yang tidak tepat
penurunan fungsi kognitif ini bisa dialami pada usia kurang dari 50tahun. Sebagian besar
orang mengira bahwa demensia adalah penyakit yanghanya diderita oleh para Lansia,
kenyataannya demensia dapat diderita oleh siapasaja dari semua tingkat usia dan jenis
kelamin (Harvey, R. J. et al. 2003). Untuk mengurangi risiko, otak perlu dilatih sejak dini
2003).
1
Kondisi ini tentu saja menarik untuk dikaji dalam kaitannya dengan masalah
demensia.Betapa besar beban yang harus ditanggung oleh negara atau keluarga jika
masalah demensia tidak disikapi secara tepat dan serius, sehubungan dengan dampak
depan yang mau tidak mau akan dihadapi orang Indonesia dan memerlukan pendekatan
holistik karena umumnya lanjut usia (lansia) mengalami gangguan berbagai fungsi organ
dan mental, maka masalah demensia memerlukan penanganan lintas profesi yang
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
b. Pengertian demensia
c. Etiologi demensia
d. Patofisiologi demensia
f. Komplikasi demensia
2
C. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan kepada pembaca
mengenai penyakit demensia pada lansia. Bagi kelompok lansia makalah ini dapat
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif yang saling
berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual kita.Otak
terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron (Leonard, 1998). Otak merupakan organ
mengalami regenerasi, kemampuan adaptif atau plastisitas pada otak dalam situasi
tertentu bagian-bagian otak dapat mengambil alih fungsi dari bagian-bagian yang
Secara garis besar, sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf pusat dan
sistem saraf tepi.Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk oleh otak dan medulla
spinalis.Sistem saraf disisi luar SSP disebut sistem saraf tepi (SST).Fungsi dari SST
adalah menghantarkan informasi bolak balik antara SSP dengan bagian tubuh lainnya
adalah:
a. Cerebrum
hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari korteks.Korteks ditandai dengan sulkus
(celah) dan girus (Ganong, 2003).Cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:
4
1) Lobus frontalis
seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area broca di hemisfer
gerakan volunter di gyrus presentralis (area motorik primer) dan terdapat area
asosiasi motorik (area premotor).Pada lobus ini terdapat daerah broca yang
mengatur ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur gerakan sadar, perilaku
2) Lobus temporalis
ke bawah dari fisura laterali dan sebelah posterior dari fisura parieto-
perkembangan emosi.
3) Lobus parietalis
postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan pendengaran (White,
2008).
4) Lobus oksipitalis
nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan informasi saraf lain
5
5) Lobus Limbik
b. Cerebellum
dari tiga bagian fungsional yang berbeda yang menerima dan menyampaikan
dari cerebellum adalah lobus anterior, lobus medialis dan lobus fluccolonodularis
(Purves, 2004).
c. Brainstem
bagian otak, anyaman sel saraf dan 12 pasang saraf cranial.Secara garis besar
brainstem terdiri dari tiga segmen, yaitu mesensefalon, pons dan medulla
oblongata.
6
2. Pengertian Demensia
kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan memengaruhi
aktivitas sosial dan okupasi yang normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).
Penyakit yang meningkatkan gejala demensia antara lain adalah penyakit Alzheimer,
masalah vascular seperti demensia multi infark, hidrosefalus tekanan normal, penyakit
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat
beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom)
3. Klasifikasi Demensia
1) Tipe Alzheimer
intelektual :
a) Stadium I (amnesia)
Amnesia menonjol
7
Perubahan emosi ringan
b) Stadium II (Bingung)
Berlangsung 2 – 10 tahun
Episode psikotik
Agresif
Setelah 6 - 12 tahun
Inkontinensia urin
2) Demensia Vascular
b. Menurut Umur:
akibat perubahan dan degenerasi jaringan otak yang diikuti dengan adanya
8
2) Demensia Prasenilis (usia <65tahun)
Merupakan demensia yang dapat terjadi pada golongan umur lebih muda
(onset dini) yaitu umur 40-50 tahun dan dapat disebabkan oleh berbagai
(keracunan), anoksia).
sifilis), atau dari proses keracunan (intoksikasi alkohol, bahan kimia lainnya),
gangguan metabolik dan nutrisi (hipo atau hipertiroid, defisiensi vitamin B1,
B12, dll).
Merupakan demensia dengan faktor penyebab yang tidak dapat diobati dan
1) Demensia proprius
2) Pseudo-demensia
9
4. Etiologi Demensia
Ada berbagai macam penyakit yang menyebabkan demensia. Dalam banyak hal,
a. Demensia pada Penyakit Alzheimer adalah bentuk demensia yang paling umum,
kehilangan daya ingat. Pada penyakit ini terjadi deposit protein abnormal yang
yang mengatur fungsi daya ingat dan mental. Kadar neurotransmiter juga
fungsi motorik masih baik (contohnya mampu memegang gagang pintu tapi
hampir 40% kasus. Demensia ini berhubungan dengan penyakit serebro dan
10
Biasanya terdapat riwayat TIA sebelumnya dengan perubahan kesadaran.
Demensia ini terjadi pada umur 50-60 tahun tetapi lebih sering pada umur 60-70
tahun. Gambaran klinis dapat berupa gangguan fungsi kognitif, gangguan daya
c. Penyakit Lewy body (Lewy body disease) ditandai oleh adanya Lewy body di
bergerak, berpikir dan berkelakuan. Orang yang menderita penyakit Lewy body
berlaku hampir normal dan kemudian menjadi sangat kebingungan dalam waktu
yang pendek saja. Halusinasi visual (melihat hal-hal yang tidak ada) juga
bagian depan (frontal) dan/atau temporal dari lobus (cuping) otak. Gejala-
gejalanya sering muncul ketika orang berusia 50-an, 60-an dan kadang-kadang
5. Patofisiologi Demensia
tampaknya genetika berperan dalam hal itu. Dr. Alois Alzheimer pertama kali
mendeskripsikan dua jenis struktur abnormal yang ditemukan pada otak mayat
penderita penyakit Alzheimer: plak amyloid dan kekusutan neurofibril. Terdapat juga
11
penurunan neurotransmitter tertentu, terutama asetilkolin.Area otak yang terkena
yang lebih besar, protein precursor amyloid (amyloid precursor protein [APP]).
mengalami mutasi pada gen APP-nya. Mutasi gen APP lainnya yang berkaitan dengan
peningkatan risiko awitan lambat penyakit Alzheimer dengan menurunnya alel apo E4
pada kromososm 19.Simpul neurofibriler adalah sekumpulan serat-serat sel saraf yang
saling berpilin, yang disebut pasangan filament heliks.Peran spesifik dari simpul
tersebut pada penyakit ini sedang diteliti. Asetilkolin dan neurotransmitter lain
merupakan zat kimia yang diperlukan untuk mengirim pesan melewati system saraf.
diantara sel-sel pada sistem saraf. Tau adalah protein dalam cairan serebrospinal yang
temuan yang ada menunjukan bahwa penyakit Alzheimer dapat bermula di tingkat
mengalami awitan penyakit yang tiba-tiba, lebih dari sekerdar deteriosasi linear pada
12
kognisi dan fungsi dan dapat menujukkan beberapa perbaikan diantara peristiwa-
peristiwa serebrovaskular.
penyakit yang lama dan parah akan mengalami demensia. Pada satu studi, pasien-
levodopa, dan 80% diantaranya menderita demensia sedang atau parah sebelum
Dementia
D. Alzheimer D. Vaskular
Tahapan Demensia
resiko aspirasi
14
merawat diri yang Depresi system imun
inkontinensia infeksi
kemampuan untuk
dan paratonia
menggenggam
Menarik diri
bangun, dengan
peningkatan waktu
tidur
15
pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah, ureum,
b. Imaging
Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) telah
dipertanyakan.
c. Pemeriksaan EEG
sebagian besar EEG adalah normal.Pada Alzheimer stadium lanjut dapat memberi
e. Pemeriksaan Genetika
memiliki 3 allel yaitu epsilon 2, epsilon 3, dan epsilon 4. setiap allel mengkode
meningkat.
f. Pemeriksaan neuropsikologis
16
Pemeriksaan neuropsikologis penting untuk sebagai penambahan pemeriksaan
ringan untuk membedakan proses ketuaan atau proses depresi. Sebaiknya syarat
demensia.
Sebagai suatu esesmen awal pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE) adalah test
ringan. (Tang-Wei,2003)
g. Pemeriksaan status mental MMSE Folstein adalah test yang paling sering dipakai
saat ini, penilaian dengan nilai maksimal 30 cukup baik dalam mendeteksi
Penyandang dengan pendidikan yang rendah dengan nilai MMSE paling rendah
Crum R.M 1993 didapatkan median skor MMSE adalah 29 untuk usia 18-24
tahun, median skor 25 untuk yang > 80 tahun, dan median skor 29 untuk yang
lama pendidikannya >9 tahun, 26 untuk yang berpendidikan 5-8 tahun dan 22
17
untuk yang berpendidikan 0-4 tahun.Clinical Dementia Rating (CDR) merupakan
suatu pemeriksaan umum pada demensia dan sering digunakan dan ini juga
merupakan suatu metode yang dapat menilai derajat demensia ke dalam beberapa
pada pemeriksaan ini adalah merupakan suatu derajat penilaian fungsi kognitif
yaitu; Nilai 0, untuk orang normal tanpa gangguan kognitif. Nilai 0,5, untuk
Golomb,2001)
a. Farmakoterapi
tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke.
18
5) Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa
efektif dan menimbulkan efek samping yang serius. Obat anti-psikotik efektif
memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding
dengan angka-angka yang besar atau radio juga bisa membantu penderita tetap
memiliki orientasi.
berjalan-jalan.
3) Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin, bisa
memperburuk keadaan.
c. Terapi Simtomatik
1) Diet
19
9. Komplikasi Demensia
1) Ulkus Dekubitus
3) Pneumonia
c. Kejang
d. Kontraktur sendi
f. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan kurang dan kesulitan menggunakan
peralatan
1. Pengkajian Data
a. Data Subyektif :
Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi.
b. Data Obyektif :
menceritakannya.
20
Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; penderita
yang tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata-kata yang tepat.
2. Diagnosa Keperawatan
21
3. Perencanaan Keperawatan
e) Menurunkan ketegangan,
mempertahankan rasa saling
percaya, dan orientasi.
22
No Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
Dx hasil
2 Setelah diberikana. Kembangkan lingkungana. Mengurangi kecemasan dan
tindakan keperawatan yang mendukung dan emosional.
diharapkan klien mampu hubungan klien-perawat
mengenali perubahan yang terapeutik.
dalam berpikir denganb. Pertahankan lingkungan
KH: yang menyenangkan dan
a. Mampu memperlihatkan tenang. b. Kebisingan merupakan
kemampuan kognitifc. Tatap wajah ketika sensori berlebihan yang
untuk menjalani berbicara dengan klien. meningkatkan gangguan
konsekuensi kejadian neuron.
yang menegangkand. Panggil klien dengan
terhadap emosi dan namanya. c. Menimbulkan perhatian,
pikiran tentang diri. terutama pada klien dengan
b. Mampu gangguan perceptual.
mengembangkan strategi d. Nama adalah bentuk
untuk mengatasie. Gunakan suara yang agak identitas diri dan
anggapan diri yang rendah dan berbicara menimbulkan pengenalan
negative. dengan perlahan pada terhadap realita dan klien.
c. Mampu mengenali klien.
tingkah laku dan faktor e. Meningkatkan
penyebab. pemahaman. Ucapan tinggi
dan keras menimbulkan
stress yg mencetuskan
konfrontasi dan respon
marah.
3 Setelah diberikana. Kembangkan lingkungana. Meningkatkan kenyamanan
tindakan keperawatan yang suportif dan dan menurunkan kecemasan
diharapkan perubahan hubungan perawat-klien pada klien.
persepsi sensori klien yang terapeutik.
dapat berkurang ataub. Bantu klien untuk
terkontrol dengan KH: memahami halusinasi. b. Meningkatkan koping dan
23
No Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
Dx hasil
a. Mengalami penurunan menurunkan halusinasi.
halusinasi. c. Kaji derajat sensori atau
b. Mengembangkan gangguan persepsi danc. Keterlibatan otak
strategi psikososial untuk bagaiman hal tersebut memperlihatkan masalah
mengurangi stress. mempengaruhi klien yang bersifat asimetris
c. Mendemonstrasikan termasuk penurunan menyebabkan klien
respons yang sesuai penglihatan atau kehilangan kemampuan pada
stimulasi. pendengaran. salah satu sisi tubuh.
d. Ajarkan strategi untuk
mengurangi stress.
c. Untuk menurunkan
e. Ajak piknik sederhana, kebutuhan akan halusinasi.
jalan-jalan keliling rumah
sakit. Pantau aktivitas. e. Piknik menunjukkan realita
dan memberikan stimulasi
sensori yang menurunkan
perasaan curiga dan
halusinasi yang disebabkan
perasaan terkekang.
4 Setelah dilakukana. Jangan menganjurkana. Irama sirkadian (irama
tindakan keperawatan klien tidur siang apabila tidur-bangun) yang
diharapkan tidak terjadi berakibat efek negative tersinkronisasi disebabkan
gangguan pola tidur pada terhadap tidur pada malam oleh tidur siang yang singkat.
klien dengan KH : hari.
a. Memahami faktorb. Evaluasi efek obat klien
b. Deragement psikis terjadi
penyebab gangguan pola (steroid, diuretik) yang bila terdapat panggunaan
tidur. mengganggu tidur. kortikosteroid, termasuk
b. Mampu menentukan perubahan mood, insomnia.
penyebab tidur inadekuat.
c. Melaporkan dapatc. Tentukan kebiasaan dan
beristirahat yang cukup. rutinitas waktu tidur malamc. Mengubah pola yang sudah
24
No Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
Dx hasil
d. Mampu menciptakan dengan kebiasaan terbiasa dari asupan makan
pola tidur yang adekuat. klien(memberi susu klien pada malam hari
hangat). terbukti mengganggu tidur.
d. Memberikan lingkungan
yang nyaman untuk
meningkatkan d. Hambatan kortikal pada
tidur(mematikan lampu, formasi reticular akan
ventilasi ruang adekuat, berkurang selama tidur,
suhu yang sesuai, meningkatkan respon
menghindari kebisingan). otomatik, karenanya respon
e. Buat jadwal tidur secara kardiovakular terhadap suara
teratur. Katakan pada klien meningkat selama tidur.
bahwa saat ini adalah
waktu untuk tidur.
25
No Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
Dx hasil
pribadi/ komunitas yang
dapat memberikanc. Perhatikan adanya tanda-
bantuan. tanda nonverbal yang
fisiologis.
c. Kehilangan sensori dan
penurunan fungsi bahasa
menyebabkan klien
mengungkapkan kebutuhan
perawatan diri dengan cara
nonverbal, seperti terengah-
engah, ingin berkemih
d. Beri banyak waktu untuk dengan memegang dirinya.
melakukan tugas.
e. Meningkatkan kepercayaan
untuk hidup.
6 Setelah dilakukana. Kaji derajat gangguana. Mengidentifikasi risiko di
tindakan keperawatan kemampuan, tingkah laku lingkungan dan
diharapkan Risiko cedera impulsive dan penurunan mempertinggi kesadaran
tidak terjadi dengan KH : persepsi visual. Bantu perawat akan bahaya. Klien
a. Meningkatkan tingkat keluarga mengidentifikasi dengan tingkah laku impulsi
aktivitas. risiko terjadinya bahaya berisiko trauma karena
b. Dapat beradaptasi yang mungkin timbul. kurang mampu
dengan lingkungan untuk mengendalikan perilaku.
mengurangi risiko trauma/ Penurunan persepsi visual
26
No Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
Dx hasil
cedera. berisiko terjatuh.
c. Tidak mengalami cedera.b. Hilangkan sumber bahaya
lingkungan.
27
No Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
Dx hasil
tulang).
28
BAB III
A. Kasus
Ny. A umur 80 tahun tinggal bersama suaminya yang berumur 86 tahun di rumah yang
terpisah dengan anak-anak mereka. Sekitar 2 tahun yang lalu Ny. A didiagnosa terkena
demensia. Namun, Ny. A masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Saat ini Ny. A
tidak mau merawat diri dan sering lupa untuk makan serta mudah lelah. Ny. A sering
bangun pada malam hari untuk ke kamar mandi saat bangun kadang-kadang Ny. A keluar
rumah dan tidak kembali ke kamar. Tn. A merasa khawatir Ny. A akan tersesat di luar
rumah. Selain itu, Ny. A juga sering salah dan lupa meletakkan barang-barang. Pada saat
B. Penyelesaian
1. Pengkajian
a. Data Pasien
Nama : Ny. A
Usia : 80 tahun
b. Data Fokus
1) Data Subjektif :
29
Saat bangun kadang-kadang Ny. A keluar rumah dan tidak kembali ke
kamar
2) Data Objektif :
c. Analisa Data
Data Objektif :
dan lupa
meletakkan
barang-barang
Saat bangun
kadang-kadang Ny.
A keluar rumah
ke kamar
Data Objektif :
30
2. Diagnosa Keperawatan
Ditemukan
Ketidakseimbangan nutrisi
berhubungan dengan
2
kehilangan memori degenerasi
neuron ireversible
3. Intervensi Keperawatan
31
kenaikan berat masukan, keluaran,
dalam aktivitas
penurunan tingkah
32
diiinginkan
4. Implementasi Keperawatan
2. Memastikan dietnya
untuk mencegah
konstipasi
dan waktu
2. Mempertahankan
lingkungan yang
menyenagkan dan
tenang
ketika berbicara
4. Melakukan
penghitungan angka
33
serta pengenalan
klien
5. Evaluasi Keperawatan
Sabtu/23 Maret S :-
bertambah 2 kg
1
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Sabtu/23 Maret S :
keluarga
2 tempat tinggalnya
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
34
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif yang
salingberhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual kita.Otak
Demensia adalah sebuah sindrom karena penyakit otak, bersifat kronis atau progresif
dimana ada banyak gangguan fungsi kortikal yang lebih tinggi, termasuk memori,
Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan kurang dan kesulitan menggunakan
35
DAFTAR PUSTAKA
http://hanifsakala.blogspot.co.id/2013/03/asuhan-keperawatan-gerontik-pada-lansia.html
http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2014/01/aporan-pendahuluan-demensia.html
http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-gerontik-pada-lansia-dengan-demensia/
https://www.academia.edu/11691943/LAPORAN_PENDAHULUAN_PADA_PASIEN_DE
NGAN_DEMENSIA_askep_2003
https://www.fightdementia.org.au/files/helpsheets/Helpsheet-AboutDementia01-
WhatIsDementia_indonesian.pdf
https://wisuda.unud.ac.id/pdf/1390361019-3-BAB%20II.pdf
36