Anda di halaman 1dari 55

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Fisika Skripsi Sarjana

2018

Analisis Perbandingan Hasil Radiografi


dari Pemeriksaan Schedel Lateral
dengan Menggunakan Grid Ratio 8:1
Dan Grid Ratio 6:1

Merdiwani, Rina
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/7840
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS PERBANDINGAN HASIL RADIOGRAFI DARI
PEMERIKSAAN SCHEDEL LATERAL DENGAN
MENGGUNAKAN GRID RATIO 8:1 DAN GRID RATIO 6:1

SKRIPSI

RINA MERDIWANI
160821034

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALISIS PERBANDINGAN HASIL RADIOGRAFI DARI
PEMERIKSAAN SCHEDEL LATERAL DENGAN
MENGGUNAKAN GRID RATIO 8:1 DAN GRID RATIO 6:1

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh


Sarjana Sains

RINA MERDIWANI
160821034

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN

ANALISIS HASIL PERBANDINGAN RADIOGRAFI DARI


PEMERIKSAAN SCHEDEL LATERAL DENGAN
MENGGUNAKAN GRID RATIO 8:1 DAN GRID RATIO 6:1

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Agustus 2018

Rina Merdiwani
160821034

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALISIS PERBANDINGAN HASIL RADIOGRAFI DARI PEMERIKSAAN
SCHEDEL LATERAL DENGAN MENGGUNAKAN GRID RATIO 8:1 DAN
GRID RATIO 6:1

ABSTRAK

Telah dilakukan analisis perbandingan grid ratio terhadap gambar radiografi


foto schedel lateral dengan variasi grid ratio 6:1 dan 8:1. Penelitian ini menggunakan
grid, densitometer, stepwadge dan pesawat sinar-x. pengukuran dilakukan dengan
beberapa grid yaitu grid bergerak dan tanpa menggunakan grid sertavariasi grid ratio
6:1 dan 8:1. Data diolah dan dibuat dalam bentuk grafik hubungan antara densitas
dan stepwadge dari variasi grid. Grid ratio semakin tinggi akan menyebabkan
penurunan nilai densitas radiografi, akan tetapi tidak selalu menyebabkan bertambah
atau menurunnya kontras radiografi. Hasil pemeriksaan schedel lateral yang
menghasilkan densitas tertinggi pada penggunaan grid 6:1 variasi grid Bergerak dan
tanpa menggunakan grid.

Kata kunci: Grid Ratio, Densitas, schedel lateral, Stepwadge, faktor Eksposi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


COMPARISON ANALYSIS OF RADIOGRAPHIC RESULT FROM
LATERAL SCHEDEL EXAMINATION USING AN 8:1 GRID RATIO WITH
A 6:1 GRID RATIO

ABSTRAK

A grid ratio comparison analysis of lateral schedel photo radiography has been
carried out with a 1: 6 and 1: 8 grid ratio variation. This research uses grid,
densitometer, stepwadge and x-ray aircraft. measurements are made with several
grids, namely moving grids and without using a grid and 6:1 and 8:1 grid ratio
variations. the value is processed and made in the form of a graph of the relationship
between density and stepwadge of the grid variation. The higher grid ratio will cause
a decrease in radiographic density values, but does not always cause an increase or
decrease in radiographic contrast. Lateral schedel examination results that produce
the highest density on grid use 6:1 grid variation Moving and without using a grid.

Keywords: Grid Ratio, Density, lateral schedel , Stepwadge, Factor Eksposi

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas segala
anugerah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisis Perbandingan Hasil radiografi Dari Pemeriksaan Schedel
Lateral Dengan Menggunakan Grid Ratio 8:1 dan Grid Ratio 6:1 ” skripsi ini
disusun sebagai syarat akademis dalam menyelelesaikan studi program (S1) jurusan
Fisika Medis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa selama proses hingga terselesaikannya
penyusunan Skripsi ini banyak mendapat kontribusi dari berbagai pihak. Dengan
kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya atas segala bantuan, dukungan secara saran yang telah diberikan. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Perdinan Sinuhaji, MS selaku Ketua Program Studi S1 Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera
Utara.
2. Bapak Herli Ginting, MS selaku Pembimbing yang telah Membimbing dan
Mengarahkan dalam Menyelesaikan Skripsi saya.
3. Seluruh Staf Pengajar/ Pegawai Program Studi Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
4. Mamak Tercinta Punika Siregar yang begitu setia mendengar keluh kesahku,
dan begitu banyak memberikan nasehat. Terimakasih Mak, walaupun Mamak
sendirian tapi mamak berjuang buat kami anak-anakmu.
5. Bapak tercinta Bonar Saragih (Alm). Saya percaya walaupun Bapak sudah

tidak ada di dunia. tapi saya percaya Bapak selalu menjaga dan mendoakanku

dari surga.

6. Adikku Ratna Sofiana Saragih dan Melda Saragih yang telah memberikan
dukungan dan Doa buat kakak. Tetap menjadi adik terbaik dan saling
kompak.

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7. Sahabatku Putri Akna Manihuruk sebagai patner yang sama-sama berjuang
dalam menyelesaikan penelitian dan Skripsi. dan Maya Safitri sahabat kecil
ku yang telah memberikan dukungan dan Doa.
8. Grace Sry Marni Simarmata, Epi Siagian, Sahat Vantua Halawa dan Dhel
berti Siregar sebagai patner yang sama-sama berjuang dalam menyelesaikan
penelitian dan Skripsi. Dan Saudaraku Nia Purba dan Susi Purba yang
mendukung dan membantu dalam menyelesaikan skripsi.
9. Buat Staf Rumkit II Putri hijau Medan, terkusus buat Kak Rohama,

terimakasih sudah banyak membantu saya dalam penyelesain Skripsi ini.

Semoga kakak dan keluarga sehat dan rezekinya dilimpahkan Tuhan.

10. Rekan Ekstensi Fisika yang memberikan bantuan penulisan untuk


menyelesaikan skripsi.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas
semua bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kelemahan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak guna menyempurnaan laporan dimasa yang akan datang.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa
dan pembaca sekalian demi menambah pengetahuan tentang skrpsi.

Medan, Agustus 2018

Rina Merdiwani

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i
PENGHARGAAN .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Sinar X ...................................................................................................... 4
2.1.1 Sifat-Sifat Sinar X .......................................................................... 6
2.1.2 Proses Terjadinya Sinar X ............................................................... 7
2.1.3 Prinsip Kerja Tabung Sinar X ........................................................ 7
2.1.4 Interaksi Sinar-X Dengan Materi ................................................... 8
2.1.5 Interaksi Sinar-X dengan Bahan ...................................................... 9
2.1.6 Fungi Sinar X .................................................................................. 9

2.2. Prinsip-Prinsip Suatu Radiografi ............................................................. 10


A. Kualitas Radiografi ............................................................................. 10
B. Gangguan Pada Citra Radiografi ........................................................ 12
2.3.Grid ........................................................................................................... 13
2.3.1 Jenis-Jenis Grid (Kisi) ................................................................... 14
2.3.2 Grid Ratio ...................................................................................... 15
2.3.3 Cara Kerja Grid ............................................................................ 16
2.3.4 Kesalahan dalam Pemakaian Grid ................................................ 16
2.3.5 Kerugian Menggunakan Grid ....................................................... 17
2.4.Scedel Lateral............................................................................................. 17
2.4.1 Pemeriksaan X-Ray Foto Schedel ............................................... 18
2.5.Faktor Eksposi ........................................................................................... 18
2.5.1. Hubungan Mas Terhadap Gambaran ............................................ 19
2.5.2. Hubungan Mas Terhadap Kv ........................................................ 20

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Waktu Dan Tempat ................................................................................... 22
3.2 Bahan Dan Alat ......................................................................................... 22
3.3 Metode Penelitian ...................................................................................... 25
3.4 Diagram Alur Penelitian ............................................................................ 26

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Radiografi Photo Schedel Lateral Menggunakan Grid, tanpa
menggunakan grid dan menggunakan Phantom 6:1 .................................. 27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2 4.2 Hasil Radiografi Photo Schedel Lateral Menggunakan Grid, tanpa
menggunakan grid dan menggunakan Phantom 8:1 ....................................... 32

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 37
5.2 Saran .......................................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 38


LAMPIRAN .................................................................................................... 39

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 sinar-x .......................................................................................... 4


Gambar 2.2 Grid ratio ..................................................................................... 14
Gambar 2.3 Grid rendah(Low Ratio Grid) ...................................................... 14
Gambar 2.4 Grid Tinggi (High Ratio Grid) .................................................... 15
Gambar 2.5 Skema ratio grid .......................................................................... 15
Gambar 2.6 Cara kerja Grid ........................................................................... 16
Gambar 2.7 Schedel Lateral ............................................................................ 17
Gambar 3.1 Pesawat Rontgent ........................................................................ 22
Gambar 3.2 Jenis Grid .................................................................................... 22
Gambar 3.3 Stepwedge 11 step ........................................................................ 23
Gambar 3.4 Densito meter type X-Rite 301 ..................................................... 23
Gambar 3.5. Automatic processing film .......................................................... 24
Gambar 4.1. Foto Schedel Lateral dengan menggunakan Grid 6:1 ............... 27
Gambar 4.2 Foto Schedel Lateral tanpa menggunakan Grid 6:1 ................... 28
Gambar 4.3 Foto Schedel Lateral menggunakan Phantom 6:1 ...................... 29
Gambar 4.4 Hasil densitas terhadap stepwedge pada foto schedel
lateral dengan menggunakan grid, tanpa menggunakan grid
dan menggunakan pantom dengan variasi grid 6:1 ........................................ 31
Gambar 4.5. Foto Schedel Lateral dengan menggunakan Grid 8:1 ............... 32
Gambar 4.6 Foto Schedel Lateral tanpa menggunakan Grid 8:1 ................... 33
Gambar 4.7 Foto Schedel Lateral menggunakan Phantom 8:1 ...................... 34
Gambar 4.8 hasil densitas dan ketebalan stepwedge pada foto
schedel lateral menggunakan grid, tanpa menggunakan grid dan
menggunakan Pantom dengan variasi grid 8:1 ............................................... 36

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Karakteristik Fisik Bahan Kontras .................................................. 10


Tabel 4.1 Data hasil pengukuran nilai densitas terhadap stepwadge pada foto schedel
lateral dengan menggunakan grid, Tanpa Menggunkan Grid dan Menggunakan
Pantom dengan variasi grid 6:1 ........................................................................ 29
Tabel 4.2 Data hasil pengukuran nilai densitas terhadap stepwadge pada foto schedel
lateral dengan menggunakan grid, Tanpa Menggunakan Grid dan menggunakan
Pantom dengan variasi grid 8:1 ........................................................................ 34

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Radiorafi adalah ilmu terapan khusus dalam bidang radiologi. Teknik dan
metode pemeriksaan dalam proses penggambaran atau pencitraan atau imaging,
dapat disebut juga sebagai ilmu Radiografi. Radiografi juga banyak digunakan untuk
radiografi industri, radiografi medis, serta banyak digunakan di berbagai kehidupan
lainnya. Radiografi ialah penggunaan sinar X atau sinar gama untuk membentuk
bayangan benda pada film. Radiografi umumnya digunakan untuk melihat benda tak
tembus pandang, misalnya bagian dalam tubuh manusia. Gambaran benda yang
diambil dengan radiografi disebut radiograf. Radiografi lazim digunakan pada
berbagai bidang, terutama kedokteran dan Unit radiologi adalah suatu instalasi yang
menggunakan sinar X (radiografi ) yang berfungsi membantu menegakkan diagnosa
suatu penyakit yang selanjutnya sebagai dasar pengobatan. Dalam mendiagnosa
penyakit penting diperhatikan hasil gambaran yang baik diantaranya memperhatikan
densitas, ketajaman, detail, kontras gambar pada film serta teknik pengabilan
radigrafi (posisi) dan proses pencucian film. Untuk itu dalam melakukan radiografi
ada pengaruh penggunaan grid, antara lain dapat meningkatkan kontras grid juga
dapat mengurangi radiasi hambur pada film.
( Perry Sprawls, Ph.D, 2010).
Grid adalah suatu alat yang berfungsi menaikkan kontras radiografi dengan
cara menyerap radiasi hambur dan meneruskan radiasi primer. Biasanya dibuat dari
bahan yang tipis namun memiliki daya serap yang tinggi terhadap radiasi. Timbal
merupakan bahan yang populer digunakan sekarang ini. Dikarenakan timbale
memiliki nomor atom yang tinggi, sehingga lapisan tipis timbal dapat menyerap
radiasi secara baik. Adapun pemilihan timbal digunakan sebagai grid juga melalui
proses yang panjang. Studi yang pernah dilakukan sebelumnya telah mencoba
berbagai bahan antara lain tungsten, uranium hingga emas dan semua bahan tersebut
tidak dapat memberikan hasil yang maksimal. Semua bahan tersebut belum dapat
menyamai kinerja timbal sebagai bahan dasar dari grid.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berbagai macam penelitian telah membuat model grid yang dianggap paling
baik dalam sebuah pemeriksaan. Perlu diketahui bahwa ada 3 aspek penting dalam
menyusun sebuah kerangka grid, yakni rasio grid, frekuensi grid, dan material grid.
Ketiga aspek ini sangatlah penting dalam pembuatan grid maupun dalam proses
pemeriksaan karena juga perlu diperhatikan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam
pembuatan radiograf. Cara keja dari grid juga berbeda-beda ditinjau dari tipenya.
Tipe grid yaitu moving grid dan stationary grid. Stationary grid atau yang biasa
disebut grid tetap adalah grid yang selama pemeriksaan harus berada tetap di atas
kaset. Jika kedudukan grid berubah maka radiograf yang dihasilkan akan jauh dari
kriteria. Sedangkan moving grid atau grid bergerak adalah grid yang dapat bergerak
selama proses keluarnya sinar X dari smber. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan
gambaran garis di sepanjang radiograf karena pemakaian grid tetap. ( Bushong,
2001:239 )

1.2. Perumusan Masalah


1. Bagaimanakah Hasil Perbandingan Radiografi dari Pemeriksaan Schedel
Lateral dengan Menggunakan Grid ratio 8:1?
2. Bagaimanakah Hasil Perbandingan Radiografi dari Pemeriksaan Schedel
Lateral dengan Menggunakan Grid ratio 6:1?

1.3. Batasan Masalah


1. Mencari Hasil radiografi dari Pemeriksaan Schedel Lateral dengan
Menggunakan Grid ratio 8:1 dan Grid ratio 6:1
2. Hanya Menggunakan faktor ekspose tegangan 120 kV dengan kuat arus 30
mAs.

1.4. Tujuan Penelitian


1. Untuk Mendeskripsikan Perbandingan Hasil radiografi dari Pemeriksaan
Schedel Lateral dengan menggunakan Grid ratio 8:1
2. Untuk Mendeskripsikan Perbandingan Hasil radiografi dari Pemeriksaan
Schedel Lateral dengan menggunakan Grid ratio 6:1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.5. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan informasi sejauh mana pengetauan tentang perbandingan hasil
pemeriksaan schedel lateral dengan menggunakan Grid ratio 8:1 dan Grid
ratio 6:1
2. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain terutama dalam membahas
tentang perbandingan hasil pemeriksaan schedel lateral dengan menggunakan
Grid ratio 8:1 dan Grid ratio 6:1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. SINAR X
Sinar X adalah suatu gelombang elektromagnetik yang memiliki panjang
gelombang sangat pendek dengan energi yang sangat besar dan memiliki daya
tembus yang sangat tinggi.Sinar X juga mampu mengionisasi atom dari materi yang
dilaluinya, menjadikannya sebagai salah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik.
Sinar X memiliki panjang mulai dari 0,01 sampai 10 nanometer dengan frekuensi
mulai dari 30 petaHertz sampai 30 exaHertz dan memiliki energi mulai dari 120
elektronVolt sampai 120 kilo elektronVolt. Kemampuan Sinar X dalam menembus
bahan dimanfaatkan dalam bidang medis dalam Radiografi Diagnostik.
Sinar X terbentuk pada saat elektron-elektron bebas melepaskan sebagian
energi saat terjalin interaksi dengan elektron lain yang mengorbit atau dengan inti
atom atau nukleus. Energi yang dilepaskan dari elektron ini berupa foto sinar X.
Kawat filamen yang dipanaskan trafo filamen dapat membangkitkan awa-awan
elektron. Awan elektron tersebut menggerus target pada saat diberikan beda potensial
yang tinggi. Pada saat awan elektron menggerus target, maka timbul enenrgi panas
dengan kisaran 99% dan sinar sebanyak 1%. Adapun syarat terjadinya sinar X adalah
adanya ruang hampa udara, beda potensial yang tinggi, sumber elektron, target
tumbukan, serta focusing.

Gambar 2.1 sinar-x


Sinar X terjadi bila elektron yang bergerak dengan kecepatan tinggi tiba-tiba
terhenti karena menubruk suatu bahan misalnya suatu plat logam. Sebagai sumber
elektron adalah filamen yang dipanaskan dan plat logam adalah anodanya. Elektron-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


elektron yang terjadi pada pemanasan filamen dipercepat dengan menggunakan
tegangan tinggi antara filamen dan anoda. Sinar-X yang terjadi karena proses
pengereman diatas disebut juga “Bremsstrahlung”. Spektrum sinar-X yang dihasilkan
proses ini adalah kontinu. Sebagian kecil elektron-elektron yang dipercepat itu akan
menubruk elektron pada kulit atom, akibatnya elektron pada kulit atom itu akan
terpental sehingga tempat tersebut kosong. Kekosongan ini segera diisi oleh elektron
dari kulit bagian atasnya disertai dengan pemancaran photon. Photon yang dihasilkan
dengan dengan cara ini disebut sinar-x karakteristik. Bila elektron yang terpental dari
kulit K maka sinar x yang terjadi dari pengisian kulit L disebut Kα, dari kulit M
disebut Kβ dan seterusnya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sinar x yang
terjadi dari suatu generator sinar x akan berupa sinar x kontinu dam sinar x
karakteristik.
Pada saat roentgen menyalakan sumber listrik tabung untuk penelitian sinar
katoda, beliau mendapatkan bahwa sejenis cahaya berpendar pada layar yang terbuat
dari barium platino cyanide yang kebetulan berada didekatnya. Jika sumber listrik
dipadamkan, maka cahaya pendarpun hilang. Roentagen segera menyadari bahwa
sejenis sinar yang tidak kelihatan telah muncul dari dalam tabung sinar katoda.
Karena sebelumnya tidak pernah dikenal, maka sinar ini diberi nama sinar-x. namun
untuk menghargai jasa beliau dalam penemuan sinar-x ini maka seringkali sinar itu
dinamai sinar roentgen.
Tergiur oleh penemuannya yang tidak sengaja itu, roentgen memusatkan
perhatiannya pada penyelidikan sinar-x. dari penyelidikan itu beliau mendapatkan
bahwa sinar-x dapat memendarkan berbagai jenis bahan kimia. Sinar-x juga dapat
menembus oleh sinar tampak biasa yang sudah dikenal pada saat itu. Disamping itu,
roentgen juga bisa melihat bayangan tulang tangannya pada layar yang berpendar
dengan cara menempatkan tangannya diantara tabung sinar katoda dan layar. Dari
hasil penyelidikan berikutnya diketahui bahwa sinar-x ini merambat menempuh
perjalanan lurus dan tidak berbelok-belokkan baik oleh medan listrik maupun medan
magnet.
Sinar-x dapat diproduksi dengan jalan menembaki target logam dengan
electron cepat dalam suatu tabung vakum sinar katoda. Electron sebagai proyektil
dihasilkan dari pemanasan filament yang juga berfungsi sebagai katoda. Electron dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


filament dipercepat gerakannya menggunakan tegangan listrik berorde - volt.
Electron yang bergerak sangat cepat itu akhirnya ditumbukkan ketarget logam
bernomor atom tinggi dan suhu lelehannya juga tinggi. Target logam ini juga
seekaligus juga berfungsisebagai anoda. Ketika electron berenergi tinggi itu
menabrak target logam, maka sinar-x akan terpancar dari permukaan logam tersebut.
Sinar-x yang terbentuk melalui proses ini disebut sinar-x bremsstrahlung. Sinar-x
yang terbentuk melalui proses ini melalui mempunyai energy maksimal sama dengan
energy kinetic electron pada saat terjadinya perlambatan. Pada saat berkas electron
tersebut hilang dalam bentuk panas, sebagian energy lainnya hilang untuk
memproduksi sinar-x. (Mukhlis Akhadi, 2000)

2.1.1. SIFAT - SIFAT SINAR X


Ada pun sifat sifat dari sinar x adalah sebagai berikut :
a. Daya tembus
Sinar x dapat menembus bahan atau massa yang padat dengan daya tembus yang
sangat besar seperti tulang dan gigi. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya KV)
yang digunakan, makin besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom atau
kepadatan suatu benda, makin besar daya tembusnya.
b. Pertebaran (Hamburan)
Apabila berkas sinar x melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas sinar
tersebut akan bertebaran keseluruh arah, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi
hambur) pada bahan atau zat yang dilalui. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
gambar radiografi dan pada film akan tampak pengaburan kelabu secara menyeluruh.
Untuk mengurangi akibat radiasi hambur ini maka diantara subjek dengan diletakkan
timah hitam (grid) yang tipis.
c. Penyerapan
Sinar x dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom
atau kepadatan bahan atau zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat
atomnya makin besar penyerapannya.
d. Efek fotografi
Sinar x dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak-bromida) setelah diproses
secara kimiawi (dibangkitkan) di kamar gelap.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


e. Fluoresensi
Sinar x menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium tungstan atau zink
sulfide memendarkan cahaya (luminisensi). Luminisensi ada 2 jenis yaitu :
1. Fluoresensi, yaitu memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar x saja.
2. Fosforisensi, pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat walaupun
radiasi sinar x sudah dimatikan (after – glow).
f. Ionisasi
Efek primer dari sinar x apabila mengenai suatu bahan atau zat dapat
menimbulkan ionisasi partikel-partikel atau zat tersebut.
g. Efek biologi
Sinar x akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efek
biologi ini yang dipergunakan dalam pengobatan radioterapi.
(Sjahrial Rasad, 2005).

2.1.2. PROSES TERJADINYA SINAR X


1. Di dalam tabung roentgen ada katoda dan anoda dan bila katoda (filament)
dipanaskan lebih dari 20.000 derajat C sampai menyala dengan mengantarkan
listrik dari transformator,
2. Karena panas maka electron-electron dari katoda (filament) terlepas,
3. Dengan memberikan tegangan tinggi maka electron-elektron dipercepat
gerakannya menuju anoda (target),
4. Elektron-elektron mendadak dihentikan pada anoda (target) sehingga
terbentuk panas (99%) dan sinar X (1%)
5. Sinar X akan keluar dan diarahkan dari tabung melelui jendela yang disebut
diafragma,
6. Panas yang ditimbulkan ditiadakan oleh radiator pendingin.

2.1.3. PRINSIP KERJA TABUNG SINAR X


a. Arus listrik (mA) akan memanaskan filamen (katoda) sehingga akan
terjadi awan elektron disekitar filamen (proses emisi termionik)
b. Tegangan (kV) diantara katoda (negative) dan anoda (positif) akan
menyebabkan elektron-elektron bergerak ke arah anoda .

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Fokus (focusing cup) berfungsi untuk mengarahkan pergerakan
elektronelektron (berkas elektron) menuju target.
d. Ketika berkas elektron menubruk target akan terjadi proses eksitasi pada
atomatom target, sehingga akan dipancarkan sinar X karakteristik, dan
pembelokan/pemantulan elektron sehingga akan dipancarkan sinar X
bremstrahlung.
e. Berkas sinar X yang dihasilkan, yaitu sinar X karakteristik bremstrahlung,
dipancarkan keluar tabung melalui window.

2.1.4. INTERAKSI SINAR-X DENGAN MATERI


1. Efek fotolistrik
Dalam proses efek fotolistrik, sinar X “menubruk” salah satu elektron dan
memberikan seluruh energinya sehingga elektron tersebut lepas dari lintasannya.
Dalam proses foto listrik energi foton diserap oleh atom yaitu elektron, sehingga
elektron tersebut dilepaskan dari ikatannya dengan atom. Elektron yang keluar dari
atom disebut foton elektron. Peristiwa efek foto listrik ini terjadi pada energi radiasi
rendah (E < 1 MeV ) dan nomor atom besar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efek fotolistrik :
a. Nomor atom / ketebalan bahan yang dikenai Jika nomor atom/ketebalan
bahan yang dikenainya semakin tinggi sementara faktor lainnya tetap, maka
kemampuan kejadian penyerapan fotolistrik akan bertambah
b. Enersi foton sinar-X yang mengenai bahan
Jika enersi foton sinar-X yang mengenai bahan semakin tinggi sementara
faktor lainnya tetap, maka kemampuan menembus akan semakin besar,
sehingga kemungkinan kejadian penyerapan foton listrik akan berkurang.

2. Hamburan Compton
Dalam proses hamburan Compton, sinar X seolah-olah “menubruk” salah
satu elektron dan kemudian terhambur kea rah yang lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efek Compton :
a. Nomor atom/ketebalan bahan yang dikenai jika nomor atom/ketebalan bahan
yang dikenai semakin tinggi sementara faktor yang lain tetap, maka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kemampuan bahan dalam menghasilkan hamburan makin besar, sehingga
kemungkinan kejadian hamburan Compton akan bertambah.
b. Enersi foton sinar-X yang mengenai bahan Jika enersi foton yang mengenai
sinar-X yang mengenai bahan semakin tinggi sementara faktor yang lain
tetap, maka hamburan berantai (multiple) dapat terjadi, sehingga
kemungkinan kejadian hamburan Compton akan meningkat.
3. Produksi pasangan
Proses produksi pasangan hanya terjadi bila energy sinar X lebih besar dari
1,02 Mev dan sinar X tersebut berhasil mendekati inti atom. Sinar X tersebut akan
lenyap dan berubah menjadi sepasang elektron-positron. Positron adalah partikel
yang identik dengan elektron tetapi bermuatan positif.

2.1.5. Interaksi Sinar-X dengan Bahan


Interaksi sinar-X dengan materi akan terjadi bila sinar-X yang dipancarkan dari
tabung dikenakan pada suatu objek. Sinar-X yang terpancar merupakan panjang
gelombang elektromagnetik dengan energi yang cukup besar. Gelombang
elektromagnnetik ini dinamakan foton. Foton ini tidak bermuatan listrik dan
merambat menurut garis lurus.
Bila sinar-X mengenai suatu objek, akan terjadi interaksi antara foton dengan
atom-atom dengan objek tersebut. Interaksi ini menyebabkan foton akan kehilangan
energi yang dimiliki oleh foton. Besarnya energi yang diserap tiap satuan massa
dinyatakan sebagai satuan dosis serap, disingkat Gray. Dalam jaringan tubuh
manusia, dosis serap dapat diartikan sebagai adanya 1 joule energi radiasi yang
diserap 1 kg jaringan tubuh (BATAN).

2.1.6. Fungi Sinar X


Sinar X atau disebut juga dengan radiasi rontgen ini umumnya dipakai dalam
dunia medis atau kedokteran, untuk membantu dokter melihat bagian dalam tubuh,
tanpa perlu melakukan pembedahan. Berbagai alasan yang mengharuskan seseorang
untuk melakukan tes kesehatan dengan sinar X adalah sebagai berikut:
1. Untuk memastikan bagian dalam tubuh yang mengalami sakit.
2. Untuk memantau perkembangan suatu jenis penyakit, misalnya osteoporosis,
radang sendi, penyumbatan pembuluh darah, kanker tulang, tumor payudara,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


gangguan. pencernaan, pembesaran jantung, berbagai jenis infeksi, kerusaka
gigi, dan lain sebagainya.
3. Untuk dapat melihat efek dari pengobatan medis yang telah dilakukan.

2.2. PRINSIP-PRINSIP SUATU RADIOGRAFI


Radiografi adalah gambaran suatu bahan (objek) pada film photografis yang
dihasilkan dengan melewatkan sinar X atau sinar ɤ melalui bahan tersebut. Jadi dasar
radiografi adalah mendioteksi perbedaan suatu kerapatan bahan yang digambarkan
sebagai gelap dan terang pada film. Bagian gelap sesuai dengan bahan yang
mempunyai kerapatan (ρ) rendah, karena mengasorbsi intensitas radiasi lebih sedikit
dari kerapatan yang tinggi.

A. KUALITAS RADIOGRAFI
Kualitas radiografi adalah kemampuan radiografi dalam memberikan informasi
yang jelas mengenai objek atau organ yang diperiksa. Kualitas radiografi ditentukan
oleh beberapa komponen antara lain: densitas, kontras, ketajaman, dan detail
Kualitas radiografi meliputi, sebagai berikut :
1. Densitas
Gambaran hitam pada hasil radiografi ditetapkan sebagai densitas. Hasil densitas
yang semakin baik terdapat pada area yang dimana sinar-x ditangkap oleh film dan
dikonversikan ke warna hitam, silver metalik.
Karakteristik fisik bahan yang paling ditemui di x-ray imaging dibandingkan
dalam tabel berikut.
Tabel 2.1. Karakteristik Fisik Bahan Kontras
Material Nomor Atom Density
Efektif (Z) (gr/cm3)
Air 7,42 1,0
Otot 7,46 1,0
Lemak 5,92 0,91
Udara 7.64 0.00129
Kalsium 20,0 1,55
Iodine 53.0 4,94

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Barium 56,0 3,5

2. Kontras
Yang dimaksud dengan kontras adalah perbedaan dalam densitas dibeberapa
tempat pada radiografi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kontras adalah:
 Relatifitas transparansi sinar-x terhadap beberapa struktur pada radiografi
 Tipe film yang digunakan,
 Pemerosesan film yang digunakan,
 Intensfying screen,
 Tegangan (kV) dan
 Pemecahan sinar radiasi
Tegangan yang lebih rendah menghasilkan kontras yang tinggi dan tegangan yang
lebih tinggi menghasilkan kontras yang rendah.

3. Sharpness (Ketajaman gambar)


Ketajaman gambar pada radiograf mengindikasikan penandaan yang tajam pada
beberapa struktur yang terekam. Radiografi dikatakan memiliki ketajaman optimum
apabila batas antara bayangan satu dengan bayangan lain dapat terlihat jelas.
Ketidaktajaman radiografi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Faktor geometri
Seperti yang di uraikan di atas karena bentuk sumber bukan beberapa titik tetapi
mempunyai beberapa garis tengah maka sering terjadi gangguan pada bayangan
sesungguhnya.
Gangguan ini biasa disebut ketidaktajaman (unsharpness), gangguan ini dapat di
atasi dengan cara sebagai berikut :
 Sumber harus sejauh mungkin dengan bahan yang diperiksa jadi sumber
hampir mendekati sumber titik.
 Film harus sedekat mungkin dan sejajar dengan benda yang diperiksa
 Letak sumber sedemikian rupa sehingga sinar jatuh tegak lurus
kepermukaan film.
b. Faktor sistem perekaman bayangan
c. Efek paralak, karakteristik film dan

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d. Faktor pergerakan

4. Detail
Detail merupakan kualitas radiografi berdasarkan ketajaman dilihat dari garis luar
yang membentuk gambar dan kontras antara beberapa struktur yang terekam. Jika
garis luar yang membentuk gambar sangat jelas dilihat dan kejernihan detail ini dapat
dikatakan bagus.
Detail radiografi menggambarkan ketajaman dengan struktur-struktur terkecil
dari radiografi. Faktor-faktor yang berpengaruh pada detail adalah faktor geometri
antara lain ukuran focal spot, FFD (Focus Film Distance) dan FOD (film Object
Distance). (M` Obrian, 2009)

B. GANGGUAN PADA CITRA RADIOGRAFI


1. Artefak
Artefak merupakan suatu gangguan pada tampilan citra radiografi akibat berbagai
kesalahan. Baik itu kesalahan akibat pencucian, noda pada IS, dan lain- lain. Dalam
banyak situasi artefak tidak mempengaruhi keakuratan visibilitas obyek dan
diagnostik. Tapi artefak dapat mengaburkan bagian gambar atau dapat ditafsirkan
sebagai fitur anatomi. Berbagai faktor yang terkait dengan setiap metode imaging
dapat menyebabkan artefak gambar.

2. Blur Summery (Kekaburan)


Kekaburan mempunyai batas untuk mampu dilihat pada bayangan yang kecil.
Sehingga kekaburan itu mengakibatkan keterbatasan penglihatan detil gambar.
Kekaburan menurunkan penampakan struktur kecil dari kontras obyek. Dan hal ini
sering terjadi pada citra medik. Bila kekaburan kecil maka obyek yang besar masih
dapat kita lihat. Tetapi apabila kekaburan semakin besar maka bukan hanya obyek
kecil yang tidak bisa kita lihat, obyek yang besar juga akan sulit kita amati.

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tiga Pengaruh dari Kekaburan
Ada tiga pengaruh dari kekaburan, yaitu:
 Sebagaimana yang telah kita amati, kekaburan mengakibatkan penurunan
kemampuan untuk memperlihatkan detail anatomi obyek. Padahal hal
tersebut sangat penting dalam penggambaran citra medik.
 Kekaburan menurunkan nilai ketajaman (sharpness) struktur dan obyek citra
medik Sehingga ketidaktajaman (unsharpness) sering digunakan sebagai
pengganti istilah kekaburan (blurring)

3. Efek dari Noise


Setiap kolom pada gambar di bawah ini mempunyai seri rentang kontras dari
mulai yang tinggi (bagian bawah) sampai yang mempunyai kontras rendah (bagian
atas). Terdapat tiga tingkatan (rendah, medium dan tinggi) noise pada ketiga kolom
gambar disamping. Ingat! Efek dari noise adalah untuk menurunkan visibilitas dari
obyek yang memiliki dengan kontras rendah.

2.3. GRID (KISI)


Grid adalah suatu alat yang berfungsi menaikkan kontras radiografi dengan
cara menyerap radiasi hambur dan meneruskan radiasi primer. Grid disempurnakan
lagi oleh radiologis dengan cara mengatur jarak Al dan Pb menjadi lebih rapat dan
lebih kecil. Grid radiografi terdiri dari serangkaian strip foil timbal(Pb) yang
dipisahkan oleh celah dari strip timah tersebutHal ini ditemukan oleh Dr. Gustave
Bucky pada tahun 1913 dan masih merupakan cara yang paling efektif untuk
menghilangkan radiasi scatter (radiasi hambur) agar tidak sampai ke film rontgen di
bidang radiografi. Bahan dari grid ini dapat berupa kertas atau aluminium, tapi dalam
grid modern biasanya terbuat dari serat karbon, Strip timah hitam(Pb).

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2.2 Grid ratio
Radiasi primer berorientasi pada sumbu yang sama dengan strip timah dan
melewati di antara strip timah tersebut untuk sampai ke film. radiasi hambur muncul
dari berbagai titik dari pasien dan yang meliputi dari segala arah (multi arah),
sehingga sebagian besar diserap oleh timah (grid) dan hanya sejumlah kecil sinar X
yang lewat dan sampai ke film. Grid terdiri dari atas lajur-lajur lapisan tipis timbal
(Pb) atau Dapat juga dijelaskan pada saat mengambil gambar radiografi semua sinar
primer jatuh pada jaringan yang tidak dapat terlewati. Beberapa sinar dapat melewati
jaringan beberapa sinar terrefleksikan dalam berbagai tingkatan ketebalan jaringan
dan sinar yang tertinggal terabsorbsi oleh jaringan. Sinar yang terrefleksikan
menyebabkan radiasi yang terpecah. Radiasi yang terpecah tersebut jatuh ke film
bersamaan dengan sinar primer menghasilkan gambar yang buram pada film. Untuk
menghindari pemecahan sinar diperlukan sebuah alat yang dinamakan grid yang
digunakan dalam radiografi. Penggunaan grid diperlukan untuk jaringan dengan
ketebalan 11 sentimeter. Grid ditempatkan diantara bagian yang terekspose dan pada
kaset.
2.3.1. JENIS-JENIS GRID (KISI)
1. Grid Rendah (Low Ratio Grid)

Gambar 2.3 Grid rendah(Low Ratio Grid)

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Grid Tinggi (High Ratio Grid)

Gambar 2.4 Grid Tinggi (High Ratio Grid)

Grid dengan rasio yang lebih tinggi lebih effektif dibandingkan dengan rasio
yang lebih rendah karena sudut deviasi yang lebih kecil dan jarak antar Pb yang lebih
rapat.

2.3.2. Grid Ratio


Grid ratio adalah perbandingan antara tinggi lempengan timbal dengan jarak antara
lempeng. Ratio grid berpengaruh terhadap kemampuan grid untuk menaikkan
kontras yang didefenisikan dengan tinggi garis timbal(h) terhadap jarak antara
interspacenya(D). dinyatakan dengan persamaan:

Dengan r sebagai grid ratio, h sebagai tinggi material grid(timbal), sedangkan


D sebagai luas atau lebar interspace. Semakin tinggi grid maka semakin banyak
radiasi hambur dan radiasi primer yang diserap, sehingga semakin tinggi ratio suatu
grid perlu dikompensasikan dengan kenaikan factor eksposi.
Grid ratio yang sering digunakan adalah 6:1 dan 8:1
Skema ratio grid seperti ditunjukkan gambar:

Gambar 2.5 Skema ratio grid

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Grid Ratio adalah perbandingan antara tinggi Pb dengan jarak antara Pb 1
dengan Pb yang lain. Semakin tinggi grid ratio semakin banyak hamburan yang
diserap oleh grid, faktor eksposi yang digunakan semakin besar. Grid dengan ratio
8:1 atau 6:1 grid sering digunakan di dalam pemeriksaan thorak dsb. Grid ratio 6:1
akan menyerap radiasi 85% di mana grid ratio 8:1penyerapan radiasi sebesar 97%.
(M. Obrian, 2009)

2.3.3. Cara Kerja Grid

Gambar 2.6 S Cara kerja Grid

1. Radiasi primer setelah melewati objek akan menimbulkan radiasi hambur


2. Radiasi hambur akan diserap oleh Pb, radiasi primer sepenuhnya digunakan
untuk pencatatan bayangan pada IR.
3. Semakin besar grid ratio, semakin bagus karena radiasi hambur akan semakin
kecil.

2.3.4. Kesalahan dalam Pemakaian Grid


Masalah terbesar dengan grid radiografi adalah misalignment. Misalignment grid
dapat menghasilkan gambar kurang terang atau tepi gambar dapat kurang terang atau
“kabur”.
Factor-faktor yang mempengaruhi kesalahan dalam pemakaian grid
 Sinar pusat tidak tegak lurus terhadap permukaan grid

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


 Sinar pusat tidak ditunjukkan dipusat grid
 Jarak dari kepala tabung x-ray untuk permukaan grid melampaui toleransi
yang diberikan
 Grid terbalik

2.3.5. Kerugian Menggunakan Grid


Kelemahan utama menggunakan grid radiografi selain potensi kesalahan
yang tercantum diatas sebagai berikut:
1. Hal ini membutuhkan paparan yang lebih besar kepada pasien karena
penyerapan meningkat dari berkas sinar-x primer
2. Berat tambahan ditambahkan ke reseptor gambar dengan grid dan bungkus
dapat meningkatkan potensi kesalahan dalam pandangan radiografi tertentu
jika tidak dijamin dalam pemegang kaset
3. Ini menambah biaya karena merupakan salah satu lagi item ditambahkan ke
anggaran keseluruhan dari departemen pencitraan serta pembayaran untuk
perawatan yang tepat dan rutin pengujian kualitas jaminan perangkat.

2.4. Scedel Lateral


Schedel adalah tulang dari kerangka kepala yang terletak dibagian superior dari
tulang belakang. Terdiri dari 22 tulang yang secara terpisah menjadi 2 bagian, yaitu
cranial dan tulang wajah. Tulang cranial terbentuk untuk melindungi otak. Tulng
wajah juga membentuk perlindungan alat-alat pernafasan bagian atas dan alat
pencernaan, serta beberapa tulang cranial membentuk orbita untuk perlindungan
organ penglihatan.

Gambar 2.7 Schedel Lateral

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tulang kepala dibagi menjadi dua bagian besar yaitu facial bone (Tulang
wajah) yang terdiri dari 14 tulang yakni dua os nasal, dua os lacrimal, dua os concha
nasalis inferior, dua os maxilla, dua os zigomatikum, dua os palatine, os vomer dan
os mandibular, sedangkan schedel (tulang tengkorak)terdiri dari 8 bagian tulang
yakni dua os parietal, os eksipital, os frontal, dua os temporal, os etmoidalis dan os
spenoidalis.
Fungsi tulang tengkorak (schedel) adalah untuk melindungi otak dan indra
penglihatan serta pendengaran, sebagai tempat melekatnya otot yang bekerja pada
kepala dan sebagian tempat penyangga.
Fraktur (patah tulang) adalah terputusnya kontinuitas dari tulang atau jaringan
dan menunjukkan adanya retakan pada tulang. Adapun retakan bahkan dapat
menyebabkan retak pada bagian cortex (lapisan yang memiliki otak).

2.4.1. Pemeriksaan X-Ray Foto Schedel


Indikasi pemeriksaan X-ray foto schedel
1. Screnning tulang cranium pada kasus trauma kapitis
2. Penderita hidrosefalus,dimana sutura belum menutup sesuai usia
3. Menilai apakah ada mikrosefali (measurement tulang cranium)
4. Metastase ke tulang cranium
5. Penyakit keganasan pada tulang pipih

2.5. Faktor Eksposi


Faktor eksposi ( factor penyinaran ) terdiri dari kV ( kilo volt ), mA ( mili Amper
) dan s ( second ) . kV adalah satuan beda potensial yang diberikan antara katoda dan
anoda didalam tabung Roentgen. KV akan menentukan Kualitas sinar - x. mA adalah
suatu arus tabung, dan s adalah satuan waktu penyinaran. mAs akan menentukan
kuantitas sinar - x.
1. Tegangan listrik (kV)
Tegangan listrik (kV) adalah satuan beda potensial yang diberikan antara katoda
dan anoda didalam tabung Roentgen. kV atau Tegangan listrik akan menentukan
kualitas sinar-x dan daya tembus sinar-x, makin tinggi besaran tegangan listrik yang
di gunakan makin besar pula daya tembusnya. Dalam menentukan tegangan listrik

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sebaiknya menggunakan tegangan optimal yang mampu menghasilkan detail obyek
tampak jelas. Hal-hal yang mempengaruhi tegangan tabung adalah :
a. Jenis pemotretan
b. Ketebalan obyek
c. Jarak pemotretan
d. Perlengkapan yang digunakan

Efek yang terjadi sehubungan dengan kenaikan tegangan listrik (kV) adalah
a. Energi radiasi sinar-x akan meningkat, sehingga densitas pada film akan
menigkat
b. Mengurangi kontras obye
c. Mengurangi dosis radiasi pada kulit sedangkan pada gonat meningkat

2. Arus dan waktu (mAs)


Arus dan waktu adalah pekalian arus listrik (mA) dan waktu exposi (s), yang
mana besaran arus ini menentukan kuantitas radiasi. Dalam setiap pemotretan pada
berbagai bagian tubuh mempunyai besaran arus dan waktu tertentu. Pada dasarnya
arus tabung yang dipilih adalah pada mA yang paling tinggi yang dapat dicapai oleh
pesawat, agar waktu exposi dapat sesingkat mungkin, sehingga dapat mencegah
kekaburan gambar yang disebabkan oleh pergerakan. Waktu exposi yang relatif
panjang digunakan pada teknik pemeriksaan yang khusus misalnya tomografi.

2.5.1. Hubungan Mas Terhadap Gambaran


1. Kenaikan mAs akan diikuti dengan banyaknya jumlah elektron yang
dihasilkan dan mempengaruhi banyaknya foton sinar-x yang dihasilkan
dengan kata lain mAs berhubungan dengan kuantitas sinar-x yang dihasilkan
2. kuantitas sinar-x akan mempengaruhi densitas gambaran pada film yang
dihasilkan, maka semakin tinggi mAs yang digunakan akan semakin tinggi
densitas yang dihasilkan.

Menentukan kV ( daya tembus )


Penentu :
1. Ketebalan organ

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Kerapatan organ
Pertimbangan
1. Perbedaan penyerapan jaringan
2. Penampilan organ pada gambar
Menentukan kV ( daya tembus )
Hasil :
1. kV Tinggi
2. kV Optimum
3. kV sedang
4. Kv Rendah
Indikator:
 Kontras Gambar

2.5.2. Hubungan Mas Terhadap Kv


Kenaikan mAs akan mengikuti kenaikan kV yang digunakan untuk menghasilkan
sebuah gambaran pada film. Pada objek yang lebih tebal, supaya sinar-x bisa
menembus objek tersebut dengan baik, maka digunakan kV yang lebih tinggi.
Karena kV yang digunakan lebih tinggi maka untuk mengimbanginya digunakan
juga mAs yang lebih tinggi. (Ball and Price, 1990).
Pada kisaran kV tertentu antara 60-80 kV terdapat kecenderungan semakin tinggi
kV yang digunakan akan semakin menurun mAs nya. Hal ini didasarkan pada aturan
10 kV (10 kV’s Rule). Aturan 10 kv menyebutkan bahwa jika kV naik 10 kV, maka
mAs akan turun 50% dari semula dan jika kV turun 10 kV, maka mAs akan naik
50% dari semula. Untuk penggunaan kV yang tinggi atau biasa disebut dengan
teknik kV tinggi dengan kisaran kV mulai dari 100 kV ke atas, mAs cenderung
menjadi sangat rendah

a) Penggunaan Teknik kV
 Kv Tinggi
Batasan :>100kV, obyek >20 cm, mAs minimum.
Tujuan : Meminimalkan perbedaan Densitas antar jaringan
Indikator : Kontras rendah

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


 kV Optimum
Batasan : Nilai kV tertinggi yang masih dapat membedakan gambaran tulang dan
jaringan lunak
Tujuan : Untuk mengurangi penggunaan mAs agar lebih kecil
Indikator : Kontras sedang

 kV Sedang
Batasan : Membedakan struktur tulang dan jaringan lunak secara tegas
Tujuan : Pemeriksaan radiografi tulang pada umumnya
Indikator : Kontras tinggi

 kV Rendah
Batasan : < 50kV soft tissue technique
Tujuan : Teknik untuk memperlihatkan struktur jaringan lunak (soft tissue)

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. WAKTU DAN TEMPAT


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni 2018 di Rumkit TK II Putri Hijau
Medan tepatnya di Instalasi Radiologi.

3.2. BAHAN DAN ALAT


Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian ini adalah :
a. Pesawat Rontgent (general X-Ray Unit)
 Merk = Hitachi
 Tegangan= 120 kV
 Kuat Arus= 30 mAs

Gambar 3.1 Pesawat Rontgent


b. Menggunakan Grid, Tanpa Menggunakan Grid dan Menggunakan Pantom
(Grid 6:1 dan Grid 8:1)

Gambar 3.2 Jenis Grid

22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Stepwedge 11 strip sebagai parameter pengukuran, dengan ketebalan step
sebagai berikut
Step 1 = 5 mm
Step 2 = 8 mm
Step 3 = 11 mm
Step 4 = 14 mm
Step 5 = 17 mm
Step 6 = 20 mm
Step 7 = 23 mm
Step 8 = 26 mm
Step 9 = 29 mm
Step 10 = 32 mm
Step 11 = 35 mm

Gambar 3.3 Stepwedge 11 step yang digunakan pada penelitian ini


d. Densitometer sebagai alat detektor kadar kehitaman (densitas) pada film

Gambar 3.4 Densito meter type X-Rite 301 yang digunakan pada penelitian

23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


e. Automatic processing film.

3.5 Automatic processing film

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang menggunakan sinar X
untuk mencatat bayangan pada film dengan membandingkan hasil pembuatan foto
schedel dengan menggunakan Grid, Tanpa Menggunakan Grid dan Menggunakan
Pantom (6:1 dan 8:1). Setelah pasien di foto maka film di cuci kemudian film di ukur
dengan densitometer yang berfungsi sebagai detektor kadar kehitaman film, dengan
parameter stepwedge 11 strip sehingga hasil akhirnya merupakan grafik eksposure
yang berdasarkan hukum pelemahan.
Patologi (kelainan) yang ditampakkan di dalam radiografi schedell posisi
lateral pada umumnya adalah fraktur, neoplastic proscess, paget’s disease, infeksi,
tumor, degenerasi tulang. Pada kasus trauma gambaran skull lateral akan
menampakkkan fractur horisontal, air-fluid level pada sinus sphenoid, tanda-tanda
fraktur basal cranii apabila terjadi perdarahan intracranial.
Adapun teknik pemotoan (proyeksi) schedell pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
 Persiapan pasien :
Lepaskan semua bahan logam, plastic, benda-benda lain yang dapat
mengganggu gambaran pada daerah kepala.
 Persiapan alat :
Seperti pesawat sinar X, 6:1 dan 8:1 (menggunakan Grid , tanpa Grid dan
menggunakan Pantom)
 Posisi pasien :
Prone (terlentang)
 Posisi objek atau posisi kepala :
Atur kepala true lateral dengan bagian yang akan diperiksa dekat dengan grid
kemudian tangan yang sejajar dengan bagian yang diperiksa berada di depan
kepala dan bagian yang lain lurus di belakan tubuh.

25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.4.Diagram Alir Penelitian

Mulai

Persiapan alat dan bahan

Persiapan Pasien

Faktor Ekspose
120kV dan 30 mAs

Grid ratio 8:1 Grid ratio 6:1

Variasi Menggunakan Grid, Variasi Menggunakan Grid,


Tanpa Grid dan Pantom Tanpa Grid dan Pantom

Penentuan Nilai
Densitas

Hasil

Selesai

26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan membahas tentang pengambilan data hasil
radiografi dari pemeriksaan schedel lateral dengan menggunakan grid 6:1 dengan
grid 8:1

4.1 Hasil Radiografi Photo Schedel Lateral Menggunakan Grid, tanpa


menggunakan grid dan Pantom pada variasi Grid 6:1

Gambar 4.1. Foto Schedel Lateral menggunakan Grid 6:1

Dari gambar 4.1 menunjukkan secara umum bahwa hasil densitas pada hasil
radiografi variasi faktor eksposi dengan menggunakan grid 6:1 mempunyai
perbedaan dimana menggunakan grid lebih jelas. Hal ini disebabkan penggunaan
grid yang lebih tinggi lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan grid yang
rendah.

27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.2 Foto Schedel Lateral tanpa menggunakan Grid 6:1

Dari gambar 4.2 menunjukkan secara umum bahwa hasil densitas pada hasil
radiografi variasi faktor eksposi tanpa menggunakan grid 6:1 mempunyai perbedaan
dimana tanpa menggunakan grid tidak jelas hasil pemeriksaan. Hal ini disebabkan
penggunaan grid yang lebih efektif dibandingkan dengan tanpa menggunakan grid.

28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.3 Foto Schedel Lateral dengan menggunakan phantom

Dari gambar 4.3 menunjukkan secara umum bahwa densitas pada Phantom
hasil radiografi variasi faktor eksposi mempunyai persamaan dengan menggunakan
phantom dimana menggunakan phantom hampir sama hasil dengan menggunakan
objek manusia. Hal ini disebabkan penggunaan objek manusia lebih efektif
dibandingkan dengan menggunakan phantom.

29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.1 Data hasil pengukuran nilai densitas terhadap stepwadge pada foto
schedel lateral dengan menggunakan grid, Tanpa Menggunkan Grid dan
Menggunakan Pantom dengan variasi grid 6:1
Untuk mengetahui nilai kontras radiografi yang optimal dengan menggunakan
grid, tanpa menggunakan grid dan menggunakan Pantom. Terlebih dahulu dilakukan
pengukuran nilai densitas dengan objek stepwadge terhadap grid yang digunakan.
Stepwadge Nilai Densitas Nilai Densitas Nilai Densitas
Menggunakan Tanpa Grid Menggunakan
Grid Pantom
1 1.52 0.4 1.45
2 1.57 0.5 1.50
3 1.65 0.57 1.58
4 1.77 0.68 1.67
5 1.85 0.84 1.78
6 1.99 1.05 1.86
7 2.12 1.27 1.94
8 2.2 1.49 2.16
9 2.27 1.68 2.2
10 2.36 1.84 2.29
11 2.44 1.98 2.37

Dari Tabel 4.1 didapatkan hasil dari stepwadge 1 sampai 11 yang diukur
menggunakan Densitometer dengan variasimenggunakan griddan tanpa
menggunakan grid mendapatkan hasil kadar kehitamannya. Pada Nilai densitas
menggunakangrid diperoleh nilai minimum sebesar 1.52 dan nilai maksimum sebesar
2.44, Pada Nilai densitas tanpa menggunakan grid diperoleh nilai minimum sebesar
0.4 dan nilai maksimum sebesar 1.98. Pada Nilai densitas menggunakan pantom
diperoleh nilai minimum sebesar 1.45 dan nilai maksimum sebesar 2.37.

30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dari pengambilan data hasil pengukuran densitas terhadap stepwadge pada
menggunakan grid, Tanpa grid dan menggunakan Pantom memproleh grafik sebagai
berikut:

Gambar 4.4 Hasil densitas terhadap stepwedge pada foto schedel lateral dengan
menggunakan grid, tanpa menggunakan grid dan menggunakan pantom dengan
variasi grid 6:1

Dari gambar didapatkan bahwa terjadi kenaikan densitas dari step pertama (yang
paling tipis) hingga ke step-step berikutnya, pada stepwadge nilai densitas tinggi
diperoleh menggunakan grid dengan nilai densitas 2.44 sedangkan nilai densitas
tertinggi tanpa menggunakan grid dengan nilai densitas 1.98, dan nilai densitas
tertinggi menggunakan pantom dengan nilai densitas 2.37.

31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2 Hasil Radiografi Photo Schedel Lateral Menggunakan Grid, Tanpa
Menggunakan Grid dan Menggunakan Pantom Dengan Variasi Grid 8:1
Hasil foto rontagen schedel lateral dengan menggunakan Grid, Tanpa
menggunakan Grid dan menggunakan Pantom dengan variasi grid 8:1 maka hasil
atau gambaran radiografi adalah sebagai berikut:

Gambar 4.5 Foto Schedel Lateral dengan menggunakan Grid 8:1

Dari gambar 4.5 menunjukkan secara umum bahwa hasil densitas pada hasil
radiografi variasi faktor eksposi dengan menggunakan grid 8:1 dapat dilihat hasil
radiografi grid 8:1 kurang jelas. Hal ini disebabkan penggunaan grid yang lebih
tinggi lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan grid yang rendah.

32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.6 Foto Schedel Lateral dengan tanpa menggunakan Grid 8:1

Dari gambar 4.6 menunjukkan secara umum bahwa hasil densitas pada hasil
radiografi variasi faktor eksposi tanpa menggunakan grid 8:1 mempunyai perbedaan
dimana tanpa menggunakan grid tidak jelas hasil pemeriksaan. Hal ini disebabkan
penggunaan grid yang lebih efektif dibandingkan dengan tanpa menggunakan grid.

33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.7 Foto Schedel Lateral dengan Menggunakan Pantom
Dari gambar 4.3 menunjukkan secara umum bahwa densitas pada Phantom
hasil radiografi variasi faktor eksposi mempunyai persamaan dengan menggunakan
phantom dimana menggunakan phantom hampir sama hasil dengan menggunakan
objek manusia. Hal ini disebabkan penggunaan objek manusia lebih efektif
dibandingkan dengan menggunakan phantom.

34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.2 Data hasil pengukuran nilai densitas terhadap stepwadge pada foto
schedel lateral dengan menggunakan grid, Tanpa Menggunakan Grid dan
menggunakan Pantom dengan variasi grid 8:1
Stepwadge Nilai Densitas Nilai Densitas Nilai Densitas
Menggunakan Tanpa Grid Menggunakan
Grid Pantom
1 1.09 0.2 0.94
2 1.13 0.37 1.07
3 1.19 0.42 1.15
4 1.22 0.60 1.19
5 1.36 0.79 1.28
6 1.72 0.84 1.65
7 1.73 0.99 1.70
8 1.87 1.2 1.79
9 2.04 1.35 1.88
10 2.18 1.51 2.07
11 2.25 1.67 2.16
Dari Tabel 4.2 didapatkan hasil dari stepwadge 1 sampai 11 yang diukur
menggunakan Densitometer pada variasi menggunakan grid, dan tanpa menggunakan
grid mendapatkan hasil kadar kehitamannya. Pada Nilai densitas menggunakan grid
diperoleh nilai minimum sebesar 1.09 dan nilai maksimum sebesar 2.25, Pada Nilai
densitas tanpa menggunakan grid diperoleh nilai minimum sebesar 0.2 dan nilai
maksimum sebesar 1.67. Pada Nilai densitas menggunakan pantom diperoleh nilai
minimum sebesar 0.94 dan nilai maksimum sebesar 2.16.

35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dari pengambilan data hasil pengukuran densitas terhadap stepwadge pada
menggunakan grid, tanpa grid dan menggunakan Pantom memproleh grafik sebagai
berikut:

Gambar 4.8 hasil densitas dan ketebalan stepwedge pada foto schedel lateral
menggunakan grid, tanpa menggunakan grid dan menggunakan Pantom 8:1

Dari gambar didapatkan bahwa terjadi kenaikan densitas dari step pertama (yang
paling tipis) hingga ke step-step berikutnya, pada stepwadge nilai densitas tinggi
diperoleh menggunakangrid dengan nilai densitas 2.25 sedangkan nilai densitas
tertinggi pada tanpa menggunakan grid dengan nilai densitas 1.67, dan nilai densitas
tertinggi pada tanpa menggunakan grid dengan nilai densitas 2.16.

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Pada grid 6:1 mempunyai Nilai densitas menggunakangrid diperoleh nilai
minimum sebesar 1.52 dan nilai maksimum sebesar 2.44, Pada Nilai densitas
tanpa menggunakan grid diperoleh nilai minimum sebesar 0.4 dan nilai
maksimum sebesar 1.98. Pada Nilai densitas menggunakan pantom diperoleh
nilai minimum sebesar 1.45 dan nilai maksimum sebesar 2.37.
2. Pada grid 8:1 mempunyai Nilai densitas menggunakangrid diperoleh nilai
minimum sebesar 1.09 dan nilai maksimum sebesar 2.25, Pada Nilai densitas
tanpa menggunakan grid diperoleh nilai minimum sebesar 0.2 dan nilai
maksimum sebesar 1.67. Pada Nilai densitas menggunakan pantom diperoleh
nilai minimum sebesar 0.94 dan nilai maksimum sebesar 2.16.
3. Pada penggunaan grid ratio 6:1 mempunyai nilai densitas yang lebih besar
dari pada dengan grid ratio 8:1. Hal ini disebabkan penggunaan grid ratio
yang lebih besar 8:1 menyebabkan semakin banyak radiasi hambur dan
radiasi primer yang dapat terserap sehingga radiasi yang mengenai film
semakin kecil yang berakibat pada penurunan nilai densitas gambaran
radiograf.

5.2 Saran
Disarankan untuk penelitian selanjutnya menggunakan Grid ratio yang lebih besar
karena semakin besar grid ratio yang kita gunakan akan semakin bagus karena
radiasi hambur akan semakin kecil.

37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Akhadi, Mukhlis, 2000, Dasar-dasar Proteksi Radiasi, Rineka Cipta : Jakarta.


Larson, B. 2001-2010, NDT Education Resource Centre, Iowa State University
Kinney,Mc. William, Radiography Processing and Quality Control, Philadelphia
Krane Kenneth S, 1992, Fisika Modern, Universitas Indonesia, Jakarta
Oldnall, N.J. , 1996, Radiography Skull, Yogyakarta, Tameside General Hospital.
Ogilvie, D (2007), Scatter Control & Grid Use, Jakarta, Erlangga
Obrian, M. 2009, Dasar-Dasar Radiologi, Bandung, M` Obrian Blogg
Obrian, M. 2009, Prinsip Dasar Radiologi, Bandung, M` Obrian Blogg
Rasad, S. (2005), Radiology Diagnostik, Jakarta, Gaya Baru
Syukur, M. (1975), Radiography, Skripsi (FMIPA Universitas Sumatera Utara).

38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN

Gambar 1. Alat X-ray

Gambar 2. Pemeriksaan photo Schedel Lateral

39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 3. Pencucian Film Roentagent

Gambar 4. Proses Pemeriksaan Kadar kehitaman Film menggunakan Densitometer

40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5. Alat Densitometer

Gambar 6. Grid Ratio

41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai