Opt PDF
Opt PDF
Bioekologi
Ngengat dengan sayap bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap
belakang berwarna keputihan, aktif malam hari.
Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadang tersusun 2
lapis), warna coklat kekuning-kuningan, berkelompok (masing-masing berisi 25 – 500
butir) tertutup bulu seperti beludru (Gambar).
Larva mempunyai warna yang bervariasi, ulat yang baru menetas berwarna hijau muda,
bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok.
Ulat menyerang tanaman pada malam hari, dan pada siang hari bersembunyi dalam tanah
(tempat yang lembab). Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol
dalam jumlah besar
Pupa. Ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon)
berwana coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm.
Siklus hidup berkisar antara 30 – 60 hari (lama stadium telur 2 – 4 hari, larva yang
terdiri dari 5 instar : 20 – 46 hari, pupa 8 – 11 hari).
Gejala Serangan larva yang masih kecil merusak daun dan menyerang secara serentak
berkelompok. dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan dan
tinggal tulang-tulang daun saja. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun,
umumnya terjadi pada musim kemarau.
Tanaman Inang Hama ini bersifat polifag, selain jagung juga menyerang tomat, kubis,
cabai, buncis, bawang merah, terung, kentang, kangkung, bayam, padi, , tebu, jeruk,
pisang, tembakau, kacang-kacangan, tanaman hias, gulma Limnocharis sp., Passiflora
foetida, Ageratum sp., Cleome sp., dan Trema sp.
Pengendalian
a). Kultur teknis
- Pembakaran tanaman
- Pengolahan tanah yang intensif.
b). Pengendalian fisik / mekanis
- Mengumpulkan larva atau pupa dan bagian tanaman yang terserang kemudian
memusnahkannya
- Penggunaan perangkap feromonoid seks untuk ngengat sebanyak 40 buah per hektar
atau 2 buah per 500 m2 dipasang di tengah pertanaman sejak tanaman berumur 2
minggu.
c). Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami seperti : patogen Sl-NPV (Spodoptera litura – Nuclear
Polyhedrosis Virus), cendawan Cordisep, Aspergillus flavus, Beauveria bassina,
Nomuarea rileyi, dan Metarhizium anisopliae, bakteri Bacillus thuringensis, nematoda
Steinernema sp., predator Sycanus sp., Andrallus spinideus, Selonepnis geminada,
parasitoid Apanteles sp., Telenomus spodopterae, Microplistis similis, dan Peribeae sp.
d). Pengendalian kimiawi
Beberapa insektisida yang dianggap cukup efektif adalah monokrotofos, diazinon,
khlorpirifos, triazofos, dikhlorovos, sianofenfos, dan karbaril apabila berdasarkan hasil
pengamatan tanaman contoh, intensitas serangan mencapai lebih atau sama dengan 12,5
% per tanaman contoh.
Imago betina H. armigera meletakkan telur pada rambut jagung. Rata-rata produksi telur
imago betina adalah 730 butir, telur menetas dalam tiga hari setelah diletakkan .
Larva spesies ini terdiri dari lima sampai tujuh instar .Khususnya pada jagung, masa
perkembangan larva pada suhu 24 sampai 27,2oC adalah 12,8 sampai 21,3 hari. Larva
serangga ini memiliki sifat kanibalisme . Spesies ini mengalami masa pra pupa selama
satu sampai empat hari. Masa pra pupa dan pupa biasanya terjadi dalam tanah dan
kedalamannya bergantung pada kekerasan tanah.
Pupa, pada umumnya pupa terbentuk pada kedalaman 2,5 sampai 17,5 cm. Terkadang
pula serangga ini berpupa pada permukaan tumpukan limbah tanaman atau pada kotoran
serangga ini yang terdapat pada tanaman.
Pada kondisi lingkungan mendukung, fase pupa bervariasi dari enam hari pada suhu 35oC
sampai 30 hari pada suhu 15oC.
Gejala Serangan
Imago betina akan meletakkan telur pada silk jagung dan sesaat setelah menetas larva
akan menginvasi masuk kedalam tongkol dan akan memakan biji yang sedang
mengalami perkembangan. Infestasi serangga ini akan menurunkan kualitas dan kuantitas
tongkol jagung.
Pengendalian
Hayati
Musuh alami yang digunakan sebagai pengendali hayati dan cukup efektif untuk
mengendalikan penggerek tongkol adalah Parasit, Trichogramma spp yang merupakan
parasit telur dan Eriborus argentiopilosa (Ichneumonidae) parasit pada larva muda.
Cendwan, Metarhizium anisopliae.menginfeksi larva. Bakteri, Bacillus thuringensis
dan Virus Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV). menginfeksi
larva.
Kultur Teknis
Pengelolaan tanah yang baik akan merusak pupa yang terbentuk dalam tanah dan dapat
mengurangi populasi H. armigera berikutnya.
Kimiawi
Untuk mengendalikan larva H. armigera pada jagung, penyemprotan insektisida Decis
dilakukan setelah terbentuknya rambut jagung pada tongkol dan diteruskan (1-2) hari
hingga rambut jagung berwarna coklat.
Imago, Lama hidup serangga dewasa bervariasi antara lima sampai 23 hari dimana
betina hidup dua kali lebih lama dari pada jantan. Serangga dewasa sangat aktif
terbang dan sangat tertarik pada kecambah atau tanaman yang baru muncul di atas
permukaan tanah. Imago kecil dengan ukuran panjang 2,5 mmsampai 4,5 mm,
Telur Imago betina mulai meletakkan telur tiga sampai lima hari setelah kawin dengan
jumlah telur tujuh sampai 22 butir atau bahkan hingga 70 butir. Imago betina meletakkan
selama tiga sampai tujuh hari, diletakkan secara tunggal, berwarna putih, memanjang,
diletakkan dibawah permukaan daun.
Larva terdiri dari tiga instar yang berwarna putih krem pada awalnya dan selanjutnya
menjadi kuning hingga kuning gelap. Larva yang baru menetas melubangi batang yang
kemudian membuat terowongan hingga dasar batang sehingga tanaman menjadi kuning
dan akhirnya mati.
Pupa terdapat pada pangkal batang dekat atau di bawah permukaan tanah, umur pupa 12
hari pada pagi atau sore hari. Puparium berwarna coklat kemerah-merahan sampai coklat
dengan ukuran panjang 4,1 mm.
Pengendalian
Hayati
Parasitoid yang memarasit telur adalah Trichogramma spp. dan parasit larva adalah
Opius sp. dan Tetrastichus sp. Predator Clubiona japonicola yang merupakan predator
imago.
Kultur Teknis dan Pola Tanam
Oleh karena aktivitas lalat bibit hanya selama satu sampai dua bulan pada musim hujan
maka dengan mengubah waktu tanam, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan padi
tanaman dengan tanaman bukan padi, tanam serempak serangan dapat dihindari.
Varietas Resisten
Galur-galur jagung QPM putih yang tahan terhadap lalat bibit adalah MSQ-P1(S1)-C1-
11, MSQ-P1(S1)-C1-12, MSQ-P1(S1)-C1-44, MSQ-P1(S1)-C1-45, sementara galur-
galur jagung QPM kuning yang tahan terhadap serangga hama ini adalah MSQ-K1(S1)-
C1-16, MSQ-K1(S1)-C1-35, MSQ-K1(S1)-C1-50.
Kimiawi
Pengendalian dengan insektisida dapat dilakukan dengan perlakuan benih (seed dressing)
yaitu thiodikarb dengan dosis 7,5-15 g b.a./kg benih atau karbofuran dengan dosis 6 g
b.a./kg benih. Selanjutnya setelah tanaman berumur 5-7 hari, tanaman disemprot dengan
karbosulfan dengan dosis 0,2 kg b.a./ha atau thiodikarb 0,75 kg b.a/ha. Penggunaan
insektisida hanya dianjurkan di daerah endemik .
2. Bercak daun
Gejala
Penyakit bercak daun pada tanaman jagung dikenal dua tipe menurut ras
patogennya yaitu ras O, bercak berwarna coklat kemerahan dengan ukuran 0,6 x (1,2_1,9)
Cm. Ras T bercak berukuran lebih besar yaitu (0,6_1,2) x (0,6_2,7) Cm, berbentuk
kumparan dengan bercak berwarna hijau kuning atau klorotik kemudian menjadi coklat
kemerahan. Kedua ras ini, ras T lebih virulen dibanding ras O dan pada bibit jagung
yang terserang menjadi layu atau mati dalam waktu 3_4 minggu setelah tanam.
Tongkol yang terinfeksi dini, biji akan rusak dan busuk, bahkan tongkol dapat
gugur. Bercak pada ras T terdapat pada seluruh bagian tanaman (daun, pelepah, batang,
tangkai kelobot, biji dan tongkol). Permukaan biji yang terinfeksi ditutupi miselium
berwarna abu-abu sampai hitam sehingga dapat menurunkan hasil yang cukup besar.
Cendawan ini dalam bentuk miselium dan spora dapat bertahan hidup dalam sisa tanaman
di lapang atau pada biji di penyimpanan. Konidia yang terbawa angin atau percikan air
hujan dapat menimbulkan infeksi pertama pada tanaman jagung.
Penyebab penyakit bercak daun adalah : Bipolaris maydis Syn. Pada B. maydis ada dua
ras yaitu ras O dan ras T
Cara pengendalian :
- Menanam varietas tahan : Bima 1, Srikandi Kuning -1, Sukmaraga dan Palakka
- Eradikasi tanaman yang terinfeksi bercak daun
- Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mancozeb dan carbendazim
3. Hawar daun
Gejala :
Pada awal infeksi gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian bercak
semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik dan disebut
hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5_15 Cm, bercak
muncul awal pada daun yang terbawah kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi
berat dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau mengering dan cendawan ini tidak
menginfeksi tongkol atau klobot. Cendawan ini dapat bertahan hidup dalam bentuk
miselium dorman pada daun atau pada sisa sisa tanaman di lapang.
Penyebab penyakit hawar daun adalah : Helminthosporium turcicum
Cara pengendalian
- Menanam varietas tahan Bisma, Pioner2, pioner 14, Semar 2 dan 5
- Eradikasi tanaman yang terinfeksi bercak daun
- Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mankozeb dan dithiocarbamate
4. Karat
Gejala
Bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval terdapat pada
permukaan daun jagung di bagian atas dan bawah, uredinia menghasilkan uredospora
yang berbentuk bulat atau oval dan berperan penting sebagai sumber inokulum dalam
menginfeksi tanaman jagung yang lain dan sebarannya melalui angin. Penyakit karat
dapat terjadi di dataran rendah sampai tinggi dan infeksinya berkembang baik pada
musim penghujan atau musim kemarau.
Penyebab penyakit karat adalah Puccinia polysora
Cara pengendalian :
- Menanam varietas tahan Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima 1 dan Semar 10
- Eradikasi tanaman yang terinfeksi karat daun dan gulma
- Penggunaan fungisida dengan bahan aktif benomil
5. Busuk pelepah
Gejala
Gejala penyakit busuk pelepah pada tanaman jagung umumnya terjadi pada
pelepah daun, bercak berwarna agak kemerahan kemudian berubah menjadi abu-abu,
bercak meluas dan seringkali diikuti pembentukan sklerotium dengan bentuk yang tidak
beraturan mula-mula berwarna putih kemudian berubah menjadi cokelat.
Gejala hawar dimulai dari bagian tanaman yang paling dekat dengan permukaan
tanah dan menjalar kebagian atas, pada varietas yang rentan serangan jamur dapat
mencapai pucuk atau tongkol. Cendawan ini bertahan hidup sebagai miselium dan
sklerotium pada biji, di tanah dan pada sisa-sisa tanaman di lapang. Keadaan tanah yang
basah, lembab dan drainase yang kurang baik akan merangsang pertumbuhan miselium
dan sklerotia, sehingga merupakan sumber inokulum utama.
Penyebab penyakit busuk pelepah adalah Rhizoctonia solani
Cara pengendalian :
- Menggunakan varietas/galur yang tahan sampai agak tahan terhadap penyakit
hawar pelepah misalnya: Semar 2, Rama, Galur GM 27,
- Diusahakan agar pertanaman tidak terlalu rapat sehingga kelembaban tidak terlalu
tinggi
- Lahan mempunyai drainase yang baik
- Mengadakan pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus di lahan
yang sama
- Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mancozeb dan carbendazim
6. Busuk Batang
Gejala
Tanaman jagung tampak layu atau kering seluruh daunnya. Umumnya gejala tersebut
terjadi pada stadia generatif, yaitu setelah fase pembungaan. Pangkal batang yang terinfeksi
berubah warna dari hijau menjadi kecoklatan, bagian dalam busuk, sehingga mudah rebah, pada
bagian kulit luarnya tipis. Pada pangkal batang terinfeksi tersebut ada yang memperlihatkan
warna merah jambu, merah kecoklatan atau coklat.
Penyakit busuk batang jagung dapat disebabkan oleh delapan spesies/cendawan seperti
Colletotrichum graminearum, Diplodia maydis, Gibberella zeae, Fusarium moniliforme,
Macrophomina phaseolina, Pythium apanidermatum, Cephalosporium maydis, dan
Cephalosporium acremonium. Di Sulawesi Selatan penyebab penyakit busuk batang yang telah
berhasil diisolasi adalah Diplodia sp., Fusarium sp. dan Macrophomina sp.
Penularan
Cendawan patogen penyebab penyakit busuk batang memproduksi konidia pada
permukaan tanaman inangnya . Konidia dapat disebarkan oleh angin, air hujan ataupun serangga.
Pada waktu tidak ada tanaman, cendawan dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman yang terinfeksi
dalam fase hifa atau piknidia dan peritesia yang berisi spora. Pada kondisi lingkungan yang sesuai
untuk perkembangannya, spora akan keluar dari piknidia atau peritesia. Spora pada permukaan
tanaman jagung akan tumbuh dan menginfeksi melalui akar ataupun pangkal batang. Infeksi awal
dapat melalui luka atau membentuk sejenis apresoria yang mampu penetrasi ke jaringan tanaman.
Spora/konidia yang terbawa angin dapat menginfeksi ke tongkol, dan biji yang terinfeksi bila
ditanam dapat menyebabkan penyakit busuk batang.
Cara pengendalian
1. Pengendalian penyakit busuk batang jagung dapat dilakukan dengan menanam
varietas tahan, hasil pengujian 54 varietas/galur jagung terhadap Fusarium sp. melalui
inokulasi tusuk gigi di dapat 17 varietas/galur yang paling tinggi ketahanannya yaitu
BISI-1, BISI-4, BISI-5, Surya, Exp.9572, Exp. 9702, Exp. 9703, CPI-2, FPC 9923,
Pioneer-8, Pioneer-10, Pioneer-12, Pioneer-13, Pioneer-14, Semar-9, Palakka, dan J1-C3.
7. Busuk tongkol
Penyakit busuk tongkol dapat disebabkan oleh beberapa jenis cendawan antara lain :
a. Busuk tongkol Fusarium
Gejala
Permukaan biji pada tongkol berwarna merah jambu sampai coklat, kadang-
kadang diikuti oleh pertumbuhan miselium seperti kapas yang berwarna merah jambu.
Cendawan berkembang pada sisa tanaman dan di dalam tanah, cendawan ini dapat
terbawa benih , dan penyebarannya dapat melalui angin atau tanah
Penyakit busuk tongkol fusarium disebabkan oleh infeksi cendawan Fusarium
moniliforme
Pengendalian Hayati
Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Penggerek tongkol jagung (Helicoverpa armigera Hbn.
Noctuidae: Lepidotera)
Lalat Bibit Sitophilus zeamais (Motsch) ,
Coleoptera,Curculionidae
Gambar 1. Gejala penyakit bulai
a b
Gambar 2. Gejala bercak daun yang disebabkan ras O (a) dan gejala bercak daun yang
disebabkan ras T
Gambar 3. Gejala hawar daun pada jagung