Anda di halaman 1dari 11

PENYAKIT PADA UBIJALAR DAN PENGELOLAANNYA

Ditulis oleh :
Sujiono, S.P.
Fungsional POPT Ahli Pertama
Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan

Sumber Tulisan :
Buku Teks Sweetpotato : Major Pests, Diseases,
and Nutritional Disorders, International Potato Center, 1971
Buku ini diperoleh dari hasil download dari alamat situs
http:// cipotato.org/wpcontent/uploads/publication%20files
/.../002435.pdf.
PENYAKIT PADA UBIJALAR DAN PENGELOLAANNYA
Beberapa penyakit telah dilaporkan dapat menyerang tanaman ubijalar. Penyakit
tersebut muncul secara merata dan keberadaannya pun tersebar luas, namun tingkat
kerusakannya bervariasi.
Dalam buku panduan ini, penyebab penyakit pada tanaman ubijalar dikelompokkan
kedalam 4 (empat) jenis, yaitu : virus, jamur, bakteri dan nematoda.
Berikut ini adalah deskripsi singkat penyakit yang menyerang tanaman ubijalar
dilengkapi dengan cara pengelolaannya.

A. Penyakit yang disebabkan oleh virus


Penyakit yang disebabkan oleh virus dibahas secara khusus pada bagian terpisah
karena mempunyai arti penting. Dari semua penyakit yang menyerang ubijalar,
virus mempunyai kontribusi paling besar dalam menyebabkan kerugian.

1. Sweetpotato Feathery Mottle Virus (SPFMV), Vektor Potyvirus : Aphids


Gejala. Gejala virus SPFM pada daun ubijalar umumnya tidak terlihat atau bahkan
tidak muncul. Jika muncul, gejala tersebut berupa bercak-bercak klorosis tidak
teratur yang dibatasi oleh pigmen berwarna keunguan. Klorosis
terdapat pada sepanjang pelepah daun. Bercak klorosis terlihat
samar atau tidak jelas. Pada beberapa kultivar, pigmen ungu yang
mengelilingi bercak klorosis kadang muncul tetapi kadang pula
tidak muncul. Tampilan gejala pada daun dipengaruhi oleh
kepekaan kultivar, tingkat cekaman, tahap pertumbuhan, dan
virulensi strain virus. Kondisi tanaman yang berada dalam
cekaman dapat menyebabkan gejala terlihat jelas. Gejala pada
umbi tergantung pada strain SPFMV dan varietas ubijalar.
Umumnya, strain virus tidak menyebabkan gejala pada semua
varietas, tetapi strain virus "russet crack" dapat menyebabkan
kerusakan nekrosis eksternal pada bagian dalam umbi untuk
varietas tertentu. Virus SPFM dapat bertahan lama didalam
tanaman.
Biologi. Virus SPFM ditularkan oleh berbagai spesies aphid
secara non-persisten pada saat menghisap cairan tanaman dalam
kurun waktu yang sangat singkat yaitu sekitar 20-30 detik. Baik
aphids yang menetap maupun aphids yang mempunyai sayap, keduanya dapat
menularkan penyakit. Virus SPFM bertahan pada batang/stek yang terinfeksi dan
terus berlangsung selama siklus tanam. Gejala serangan virus pada daun sulit
terdeteksi sehingga hal tersebut membuat sulit bagi petani untuk memilih stek yang
terbebas dari SPFMV. Di Uganda, stek yang ditanam sebagian besar sudah bebas
virus. Di beberapa negara, SPFMV ditemukan dengan SPSVV (lihat bahasan
berikutnya); hasil kombinasi kedua virus tersebut dapat menyebabkan intensitas
serangan menjadi berat. Gejala yang disebabkan oleh kombinasi kedua virus
tersebut dikenal sebagai penyakit virus ubijalar (SPVD).
Penyebaran. Terjadi di seluruh dunia.
Pengendalian. Secara ekonomi, pengendalian aphids tidak feasible sehingga tidak
perlu dilakukan. Dalam mengendalikan penyakit virus SPFM yang paling penting
adalah menghindari penggunaan tanaman sakit sebagai bahan stek untuk bibit
tanaman, melakukan sanitasi, dan penggunaan varietas tahan.
2. Sweetpotato Sunken Vein Virus (SPSVV), Vektor Closterovirus : Kutu
Kebul
Gejala. Gejala yang disebabkan oleh virus SPSV di setiap wilayah berbeda-beda.
Di Afrika Timur, penyakit ini dapat menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan
mengakibatkan perubahan pada warna daun (daun berwarna kemerahan atau
menguning) tergantung pada varietas. Di tempat yang lain, selain menyebabkan
perubahan warna daun, virus SPSV juga mengakibatkan warna tulang daun
menjadi menguning. Beberapa tulang daun sekunder pada permukaan bawah
daun menjadi cekung, dan pada permukaan abaxial tulang daun menjadi bengkak.
Penyakit ini juga terkadang tidak menyebabkan gejala.
Biologi. Virus SPSV ditularkan oleh kutu kebul B. tabaci secara semipersisten.
Pada saat menghisap cairan tanaman, kutu kebul B. tabaci membutuhkan waktu
selama beberapa jam untuk memperoleh atau mentransmisikan virus secara
efisien. Virus tersebut dapat bertahan selama satu siklus tanam pada stek yang
terinfeksi. Virus SPSV biasanya ditemukan bersamaan dengan virus SPFM.
Kombinasi dari kedua virus tersebut dapat menyebabkan serangan yang berat
pada pertanaman ubijalar, dan dikenal dengan nama penyakit SPVD (lihat bahasan
berikutnya).
Distribusi dan arti penting. Jika yang menyerang tanaman ubijalar hanya virus
SPSV, maka kehilangan hasil yang ditimbulkannya relatif kecil. Apabila virus SPSV
bergabung dengan infeksi SPFMV dan menyebabkan penyakit SPVD, maka
kerusakan yang ditimbulkannya sangat berat bahkan bisa menyebabkan
puso/gagal panen. virus SPSV ditemukan di Kenya, Uganda, dan Nigeria.
Beberapa laporan menyebutkan bahwa virus SPSV telah ditemukan pula di Asia,
Argentina, Brasil, Peru, dan Amerika Serikat.
Pengendalian. Hal yang paling penting dalam mengendalikan penyakit virus SPSV
adalah menghindari penggunaan tanaman sakit sebagai sumber bahan tanam/bibit
tanaman dan penggunaan varietas tahan.

3. Penyakit Virus Ubijalar (SPVD)


Gejala. Tanaman yang terserang penyakit SPVD pertumbuhannya menjadi
terhambat. Bentuk daun menjadi kecil dan sempit (seperti melintir), sering diikuti
dengan terpilinnya pada bagian tepi daun. Kerutan pada daun, perubahan warna
pada tulang daun, dan munculnya bintik-bintik dapat terjadi. Warna bintik biasanya
pucat sehingga penampilan tanaman secara keseluruhan seperti mengalami
klorosis.
Biologi. Penyakit ini disebabkan oleh kombinasi sinergis dari Virus SPFM dengan
virus SPSV; sampai sekarang belum diketahui apakah virus yang lain ikut terlibat.
Distribusi dan arti penting. SPVD merupakan penyakit yang umum di Afrika.
SPVD adalah penyakit utama pada tanaman ubijalar di Nigeria, Kamerun, Ghana,
dan Uganda. Penyakit ini bisa menyebabkan kehilangan hasil secara total pada
tanaman yang terinfeksi. SPVD juga telah dilaporkan di Argentina, Brasil, Peru,
Kenya, Amerika Serikat, dan Taiwan.
Pengendalian. Pengendalian utama untuk penyakit SPVD adalah menghindari
tanaman sakit sebagai sumber bahan tanam dan penggunaan varietas tahan.
Petani biasanya menghindari bahan tanam yang terserang penyakit ini karena
gejalanya terlihat sangat jelas.
4. Sweetpotato Mild Mottle Virus (SPMMV), Vektor Potyvirus : Kutu Kebul
Gejala. Gejala utama yang berkaitan dengan serangan penyakit
virus SPMM adalah munculnya bintik/bercak pada daun dan
bentuk daun menjadi kecil/kerdil. Pada beberapa kasus, tulang
daun mengalami distorsi dan perubahan warna. Di lapangan,
gejala virus SPMM pada tanaman sulit didiagnosis dan tidak
terlihat.
Biologi. Virus SPMM ditularkan secara nonpersisten oleh kutu
kebul B. tabaci. Virus SPMM dapat terbawa dan menular pada
melalui bibit tanaman/stek yang terinfeksi. Ada beberapa bukti
yang menyebutkan bahwa virus SPMM membentuk gejala yang
kompleks dengan virus SPFM, tapi hal ini masih belum jelas dan
perlu diteliti lebih lanjut.
Penyebaran. Penyakit virus SPMM telah diidentifikasi dan ditemukan di Kenya,
Uganda, Tanzania, dan Indonesia, tetapi pengaruhnya terhadap kehilangan hasil
masih belum diketahui.
Pengendalian. Beberapa varietas ubijalar diketahui tahan terhadap penyakit virus
SPMM, sementara yang lainnya bersifat toleran. Tindakan sanitasi dan
penyeleksian bahan tanam/bibit tanaman tanpa gejala atau bebas virus SPMM
oleh petani berperan dalam keberhasilan pengendalian penyakit ini.

5. Penyakit Virus Lainnya


Melalui teknik identifikasi serologis, virus lain yang telah
diidentifikasi, diantaranya : Sweetpotato Latent Virus
(SPLV) dilaporkan ditemukan di Taiwan, Jepang, Kenya,
Cina, dan Israel; Sweetpotato Chlorotic Fleck Virus
(SPCFV) ditemukan di Afrika Tenggara, Indonesia,
Filipina, China, Jepang, Amerika Tengah dan Selatan;
Sweetpotato Caulimo Like-Virus (SPCV) ditemukan di
Puerto Riko, Madeira, Selandia Baru, Papua Nugini,
Kepulauan Solomon, dan Kenya; Sweetpotato Ring Spot Virus (SPRSV) ditemukan
di Papua Nugini dan Kenya; Cucumber Mozaik Virus (CMV) ditemukan di Israel,
Kenya, dan Amerika Serikat; dan Sweetpotato Chlorotic Stunt Virus (SPCSV)
ditemukan di Kenya dan Karibia.

B. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri


Bakteri, meskipun bukan termasuk kedalam penyakit umum pada tanaman ubijalar,
tetapi dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar. Bakteri menyerang
jaringan pembuluh, umbi serta akar penyerap sehingga menyebabkan tanaman
menjadi layu dan busuk.

1. Busuk Bakteri pada Batang dan Akar, Erwinia chrysanthemi

Gejala. Bagian batang dan tangkai yang bergejala terdapat busuk basah berwarna
coklat sampai dengan hitam.
Pada awalnya hanya satu atau
dua cabang tanaman ubijalar
yang mengalami kelayuan, tetapi
pada akhirnya kelayuan terjadi
pada seluruh tanaman. Akar
serabut juga bisa menjadi busuk. Pada bagian umbi yang busuk disertai dengan
kemuculan warna hitam di bagian tepinya dan dapat dilihat di bagian permukaan,
tetapi lebih sering pembusukan terjadi di bagian dalam sehingga tidak
menimbulkan gejala di bagian luar.
Biologi. Patogen ini berkembang di daerah tropis atau daerah yang memiliki
kelembaban tinggi. Untuk dapat bertahan hidup, patogen ini memiliki beberapa
inang alternatif. Patogen ini dapat bertahan didalam tanah yaitu pada sisa-sisa
tanaman dan gulma. Infeksi pada tanaman ubijalar terjadi melalui luka.
Distribusi dan arti penting. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh dunia dan
secara ekonomi menimbulkan kerugian yang sangat besar.
Pengendalian. Stek sebagai bahan/bibit tanaman harus diambil dari bagian atas
permukaan tanah. Penggunaan kultivar yang lebih tahan dan menjaga bibit
tanaman supaya terhindar dari pelukaan dapat mengurangi munculnya penyakit.

2. Layu Bakteri, Pseudomonas solanacearum

Gejala. Pada tanaman terinfeksi biasanya


terdapat beberapa cabang tanaman yang layu.
Gejala awal penyakit ini dimulai pada pangkal
batang ditandai dengan kemunculan busuk
basah berwarna kekuningan yang tidak lama
kemudian berubah menjadi berwarna coklat.
Jaringan vaskuler pada batang dan tunas yang
terkena infeksi akan mengalami perubahan
warna. Pada umbi, perubahan warna pada
jaringan vaskuler juga terjadi, terutama ditandai
dengan kemunculan garis-garis cokelat
membujur serta adanya busuk basah berwarna
cokelat pada bagian permukaan. Secara
perlahan-lahan patogen menginfeksi daging
umbi, dan bila disimpan dalam waktu yang
cukup lama seluruh daging umbi bisa
membusuk serta mengeluarkan bau.
Biologi. Bakteri P. solanacearum termasuk
kedalam patogen tular tanah, dan biasanya terbawa melalui material yang
mengandung patogen. Sekali tanah tersebut sudah terinfeksi, maka bakteri
tersebut dapat bertahan selama satu sampai tiga tahun. Penyebaran di lapangan
juga dapat terjadi melalui air irigasi.
Distribusi dan arti penting. Penyakit ini merupakan penyakit utama di beberapa
daerah di China Selatan, terutama di daerah yang menanam varietas peka.
Pengendalian. Penggunaan varietas tahan dan bahan tanam yang bebas penyakit
akan mengurangi terjadinya penyakit. Ketika bakteri sudah ada di tanah,
perendaman lahan dan rotasi tanaman dengan tanaman dari famili Gramineae
sangat direkomendasikan.

C. Penyakit yang disebabkan oleh jamur


Jamur dapat menyerang seluruh bagian tanaman ubijalar (daun, batang, akar dan
umbi). Jamur dapat menginfeksi ubijalar baik di lapangan maupun tempat
penyimpanan. Secara umum, jamur patogen yang menyerang pada daun dan
batang menyebabkan kerusakan atau intensitas serangannya yang kecil/ringan,
kecuali untuk penyakit kudis. Di Asia Tenggara, penyakit kudis merupakan penyakit
yang sangat penting. Penyakit ini mengakibatkan penurunan hasil produksi karena
mengurangi daerah fotosintesis pada daun dan mengganggu pengangkutan nutrisi
serta hasil fotosintesis ke umbi. Di beberapa negara, penyakit busuk umbi tidak
menyebabkan kerusakan yang berarti karena ubijalar dikonsumsi segera setelah
dipanen (konsumsi segar). Walaupun begitu, penyakit busuk umbi telah ditemukan
di lapangan dan dapat menyebabkan kerugian yang signifikan.

1. Penyakit Kudis Daun dan Batang, Elsinoe batatas, Sphaceloma batatas

Gejala. Terdapat bercak berwarna coklat atau sawo


matang di sepanjang batang, dan di bagian tengahnya
berwarna ungu atau coklat. Pada gejala serangan yang
berat, bercak-bercak kecil bergabung dan menutupi tulang
daun sehingga menyebabkan daun-daun tersebut
mengerut dan menjadi keriting.
Distribusi dan arti penting. Penyakit ini merupakan
penyakit utama di Asia Tenggara dan Kepulauan Pasifik
Selatan. Patogen E. batatas menyebabkan kerugian yang
sangat besar karena produk umbi yang dihasilkan tanaman
ubijalar menjadi rendah. Penyakit ini juga ditemukan di
Brasil.
Hanya sedikit informasi yang diketahui mengenai biologi
patogen E. batatas. Cuaca lembab merupakan kondisi
lingkungan yang disukai oleh penyakit kudis.
Pengendalian. Pada saat ini, varietas ubijalar dengan
tingkat ketahanan yang baik terhadap penyakit kudis sudah
tersedia. Penggunaan bahan tanam bebas patogen dari varietas tahan dan
tindakan sanitasi yang baik harus dilakukan. Ketahanan bibit tanam yang berasal
dari varietas lokal (asli dari daerah) maupun hasil introduksi sedang dievaluasi di
Asia Tenggara dan Pasifik.

2. Bercak Daun Phomopsis (Bercak Daun Phyllosticta), Phomopsis Ipomoea


batatas (Phyllosticta batatas)

Gejala. Pada permukaan daun bagian


atas maupun bagian bawah terdapat
bercak berwarna keputihan, sawo
matang atau coklat. Ukuran bercak
biasanya kurang dari 10 mm. Pada
bagian tepi bercak biasanya berwarna
cokelat tua atau ungu. Piknidia terlihat pada bagian tengah
bercak.
Biologi. Jamur bertahan hidup pada sisa-sisa tanaman karena
tidak memiliki inang lain. Spora menyebar melalui bahan tanam
yang terinfeksi, angin, percikan air dan serangga.
Distribusi dan arti penting. Penyakit ini tersebar luas dan muncul di semua sentra
ubijalar. Penyakit ini dapat menurunkan kualitas batang yang digunakan sebagai
bibit tanaman atau untuk makanan ternak, tetapi belum diketahui apakah penyakit
ini dapat menyebabkan kehilangan hasil.
Pengendalian. Sampai dengan saat ini tindakan pengendalian untuk
mengendalikan penyakit ini belum diketahui.

3. Penyakit Bercak Daun oleh Jamur Lainnya

Jamur lain yang menyebabkan bercak pada daun sudah bisa


diidentifikasi dengan cara memeriksa spora menggunakan
mikroskop. Jamur-jamur tersebut antara lain Alternaria spp.,
Cercospora sp., Septoria sp., Ascochyta sp., Curvularia sp.,
Colletotrichum sp., dan Pestalotia batatae.
Pengendalian. Sampai dengan sekarang tindakan pengendalian
untuk jamur-jamur diatas belum diketahui. Tindakan pengendalian
biasanya tidak diperlukan.

4. Layu Fusarium, Fusarium oxysporum f. sp. batatas

Gejala. Gejala awal dari penyakit ini yaitu warna daun menjadi pucat dan
menguning, disusul dengan terjadinya kelayuan dan
kematian pada batang tanaman umbi. Tanaman
yang terserang penyakit ini menunjukkan perubahan
warna yang khas pada vaskular.
Biologi. Jamur layu Fusarium termasuk kedalam
patogen tular tanah. Patogen ini dapat bertahan
hidup di tanah dan sisa-sisa tanaman selama
beberapa tahun. Perpindahan tanah yang
mengandung patogen melalui alat atau hewan dapat
menyebabkan munculnya wabah di daerah baru.
Penyakit ini terjadi pada berbagai kondisi lingkungan
yang berbeda-beda. Penurunan hasil tergantung
pada tahap pertumbuhan tanaman ketika
penyakit tersebut mucul.
Distribusi dan arti penting. Penyakit ini dapat ditemukan di sebagian besar
daerah di mana ubijalar dibudidayakan, dan menjadi panyakit utama di daerah sub
tropis daripada di daerah tropis.
Pengendalian. Sanitasi yang baik akan membantu mengurangi dampak dari
penyakit dan akan membatasi penyebarannya. Beberapa varietas tahan telah
diteliti, dan di beberapa negara program pemuliaan telah melepas varietas tahan.

5. Penyakit Busuk Umbi (Java Black Rot), Lasiodiplodia theobromae


(Diplodia gossypina)

Gejala. Pada awalnya, tekstur umbi yang busuk masih


terasa keras dan lembab, tetapi tidak lama setelah itu umbi
tersebut seluruhnya menjadi menghitam dan termumifikasi.
Busuk bermula pada salah satu atau kedua ujung umbi,
dan awalnya berwarna coklat sebelum berubah menjadi
hitam. Gumpalan spora hitam keluar dan menghasilkan
piknidia yang merupakan ciri dan tanda dari penyakit ini.
Biologi. Penyakit busuk hitam tersebar melalui tanah yang terinfestasi, umbi yang
terinfeksi, dan kotak penyimpanan/keranjang atau alat yang terkontaminasi. Infeksi
terjadi melalui luka, terutama pada bagian bawah potongan stek batang. Meskipun
patogen dapat menginfeksi batang, namun pertumbuhannya relatif lambat dan
jarang menyebabkan masalah. Penyakit busuk hitam bisa menyebabkan
penurunan hasil panen dan kerugian baik di lapangan maupun di tempat
penyimpanan.
Distribusi dan arti penting. Penyakit busuk hitam tersebar di seluruh dunia.
Penyakit Ini merupakan salah satu penyakit utama di tempat penyimpanan ubijalar.
Pengendalian. Pemanenan tepat pada waktunya dapat mengurangi kehilangan
hasil. Sanitasi dan penanganan yang baik untuk mengurangi terjadinya pelukaan
atau kerusakan pada umbi mempunyai peranan yang sangat penting.

6. Busuk Hitam, Ceratocystis fimbriata

Gejala. Adanya busuk hitam berbentuk seperti


cekungan pada bagian bawah/pangkal batang
merupakan gejala yang paling khas dari penyakit ini.
Pada infeksi berat, tanaman menjadi menguning,
layu, dan bahkan menyebabkan kematian. Pada
bagian umbi yang terinfeksi menunjukkan gejala
busuk hitam, Miselia jamur berwarna hitam sampai
abu-abu terlihat dan menonjol dari permukaan akar.
Akibat terjadinya fermentasi gula pada umbi yang
terinfeksi jamur, seringkali umbi tersebut mengeluarkan aroma bau menyerupai bau
alkohol.
Biologi. Penggunaan stek yang terinfeksi sebagai bahan tanam menyebabkan
penyakit ini dapat berlangsung secara terus menerus. Penularan terjadi melalui
luka yang dibuat oleh kumbang penggerek ubijalar (Cylas spp.), lundi, jangkrik dan
tikus. Jamur C. fimbriata merupakan jamur yang hidup di tanah dan dapat bertahan
selama 1-2 tahun pada sisa-sisa tanaman. Kelembaban tidak berpengaruh
terhadap perkembangan penyakit ini.
Distribusi dan arti penting. Penyakit ini merupakan penyakit penting terutama di
Asia Tenggara dan Oseania karena menyebabkan kehilangan hasil dan
menurunkan kualitas dari umbi.
Pengendalian. Stek yang digunakan sebagai bibit tanaman harus berasal dari bibit
tanaman yang bebas patogen. Jika di lokasi budidaya sulit ditemukan tanaman
induk yang sehat, pemotongan stek harus dilakukan 2 cm di atas permukaan tanah
untuk menghindari bagian tanaman yang terinfeksi. Rotasi tanaman dengan
tanaman bukan inang minimal selama 2 tahun dan menggunakan praktik-praktik
sanitasi yang baik merupakan tindakan pengendalian yang direkomendasikan.
Melakukan pemberian obat selama 5 hari setelah panen pada suhu 30°-35°C dan
kelembaban relatif 85-90%.

7. Hawar Sklerotial dan Sirkular Spot, Sclerotium rolfsii

Gejala. Penyakit hawar sklerotial dan


penyakit sirkular spot merupakan dua
jenis penyakit yang disebabkan oleh
patogen yang sama. Gejala awal penyakit
hawar sklerotial dapat terjadi baik pada saat pembibitan maupun pada tanaman
yang baru ditanam. Tunas yang terinfeksi menjadi gampang ditarik dan terpisah
dari sisa tanaman. Kumpulan miselium putih dan skeloritia berbentuk bulat dan
berwarna coklat menyerupai ellips ditemukan pada bagian pangkal tanaman yang
terserang. Gejala sirkular spot hanya terjadi pada daging umbi yaitu berupa busuk
coklat berbentuk simetris yang kadang-kadang disertai dengan adanya retakan
pada daging umbi.
Biologi. Jamur Sclerotium rolfsii dapat menyerang beberapa spesies tanaman.
Jamur ini merupakan jamur tular tanah dan dapat bertahan untuk waktu yang lama
sebagai sklerotia. Tanah yang lembab dan mengandung bahan organik merupakan
kondisi yang mendukung terjadinya infeksi oleh S. rolfsii.
Distribusi dan arti penting. Penyakit ini terjadi di di seluruh dunia baik daerah
tropis maupun subtropis, namun kerugian yang ditimbulkannya biasanya tidak
serius.
Pengendalian. Terjadinya penyakit dapat dikurangi dengan cara menghindari
penanaman ubijalar di tanah yang tertular S. rolfsii dan menggunakan bibit
tanaman bebas penyakit. Tindakan sanitasi yang baik dan penggunaan kultivar
ubijalar yang lebih tahan juga membantu untuk mengurangi penyakit.

8. Busuk Akar Ungu, Helicobasidium mompa

Gejala. Tanaman yang terserang H. mompa


menyebabkan gejala klorosis dan rontok. Akar
serabut menjadi busuk dan tertutupi oleh kumpulan
benang miselium tebal berwarna keputihan yang
selanjutnya berubah menjadi merah muda dan pada
akhirnya menjadi berwarna ungu. Umbi mulai
membusuk pada bagian ujung dan kemudian
menjadi busuk seluruhnya serta ditutupi oleh
miselium yang sama pada akar serabut. Pada saat
yang sama, sklerotia hitam pipih terbentuk. Lapisan
ungu miselium kasar dan sklerotia dapat ditemukan
pada tanah yaitu tempat dimana tanaman telah
membusuk. Umbi yang membusuk memiliki bau
khas seperti bau alkohol.
Biologi. Selain ubijalar, jamur H. mompa memiliki
kisaran inang yang luas. Jamur H. mompa ini dapat
bertahan di tanah selama setidaknya 4 tahun
sebagai miselium atau sklerotia. Penyebaran jamur
dapat terjadi melalui tanaman terinfeksi dan air irigasi. Suhu bukan merupakan
faktor pembatas bagi perkembangan penyakit, namun kelembaban tanah yang
cukup merupakan faktor yang mendukung perkembangan penyakit ini.
Distribusi dan arti penting. Penyakit ini ditemukan di beberapa daerah di Asia
dan Amerika. Di Asia, penyakit ini dapat menyebabkan kerugian yang besar.
Pengendalian. Bibit tanaman harus berasal dari tanaman yang sehat. Penggunaan
varietas genjah bisa terhindar dari penyakit ini. Rotasi tanaman dengan tanaman
serealia juga dapat membantu mencegah penyakit.
9. Busuk Lunak, (Rhizopus stolonifer, Mucor sp.)

Gejala. Penyakit busuk lunak muncul setelah


panen. Umbi menjadi lunak, basah, berserat, dan
biasanya gejala awal muncul dari salah satu ujung
umbi. Umbi yang terkena busuk lunak
mengeluarkan aroma bau yang kuat seperti bau
alkohol. Jamur ini biasa terlihat bersporulasi pada
permukaan umbi yang membusuk.
Biologi. Penyakit ini menyebar melalui tanah yang
terinfeksi atau melalui spora yang terbawa angin untuk kemudian masuk melalui
luka. Suhu dan kelembaban relatif berperan terhadap perkembangan optimal
infeksi, namun tergantung pula pada varietas ubijalar yang ditanam. Busuk lunak
dapat merusak hasil panen umbi dalam kurun waktu 48 jam jika umbi tersebut
dibiarkan di bawah sinar matahari (tanpa perlindungan/penutup).
Distribusi dan arti penting. Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia pada tanaman
ubijalar dan tanaman lainnya. Penyakit ini menyerang bagian daging umbi yang
mempunyai kandungan gula atau pati yang tinggi.
Pengendalian. Pencucian umbi merupakan faktor pemicu terjadinya pembusukan.
Penanganan yang hati-hati dan perawatan yang tepat dapat mengurangi kejadian
penyakit busuk lunak. Sejauh ini, belum ditemukan varietas ubijalar yang resisten
terhadap penyakit busuk lunak. Beberapa varietas membusuk lebih cepat daripada
yang lain karena termasuk varietas rentan. Untuk mengurangi kerusakan umbi oleh
penyakit busuk lunak, pemeliharaan dilakukan dengan cara menyimpan ubijalar
setelah panen pada suhu 29-32°C, kelembaban relatif 95-100% selama 5-7 hari
dengan ventilasi yang memadai (minimal 8 meter kubik udara per ton per hari).
Penyimpanan selanjutnya yang terbaik adalah pada suhu sekitar 13°C dan
kelembaban relatif 95%.

D. Penyakit yang disebabkan oleh nematoda

Nematoda parasit termasuk kedalam mikroorganisme yang dapat menyebabkan


kerusakan serius pada umbi baik di lapangan maupun selama penyimpanan.

1. Nematoda Puru Akar, Meloidogyne spp.

Gejala. Tanaman yang terserang nematoda


puru akar menjadi kerdil, daunnya menguning
dan layu, serta produksi bunga tidak normal.
Pada akar serabut terdapat puru atau
benjolan dimana pada bagian permukaan
puru ditemukan massa telur. Sebagian besar
dari sistem akar mengalami nekrosis. Reaksi beberapa varietas
terhadap serangan nematoda ini yaitu munculnya retakan
memanjang pada umbi, sedangkan pada varietas lain, ditemukan
benjolan lunak muncul pada bagian epidermis.
Biologi. Meloidogyne spp. tersebar luas di seluruh dunia dan
mempunyai beberapa inang, seperti kentang dan tomat. Nematoda
ini bertahan di tanah dalam bentuk massa telur atau pada sisa-sisa
tanaman sebagai nematoda muda infektif. Nematoda dapat berpindah melalui air
irigasi atau menyebar luas melalui material yang mengandung nematoda.
Distribusi dan arti penting. Nematoda puru akar ini merupakan salah satu OPT
yang paling merusak pada ubijalar karena penyebarannya yang luas serta
menyebabkan kerusakan umbi.
Pengendalian. Penggunaan varietas resisten, rotasi tanaman (di Asia misalnya
dengan padi), dan pemilihan bahan tanam bebas nematoda dapat membantu untuk
menanggulangi penyakit ini.

2. Nematoda Cincin Coklat, Destructor Ditylenchus, D. dipsaci

Gejala. Beberapa saat setelah


disimpan, umbi yang terserang
memperlihatkan gejalanya. Bila
umbi dipotong secara melintang,
infeksi awal muncul berupa gejala
nekrosis jaringan berwarna coklat
tersebar di seluruh daging umbi. Pada tahap lanjut,
daging umbi menjadi benar-benar menghitam dan sedikit
lunak seperti gabus. Nematoda ini menyerang daging umbi hanya selama
penyimpanan. Gejala nematoda cincin coklat tidak ditemukan di lapangan.
Biologi. Dua spesies Ditylenchus tersebar di seluruh dunia dan memiliki kisaran
inang yang luas dan merupakan nematoda migran endoparasit.
Distribusi dan arti penting. Pada beberapa kasus, kerusakan serius terjadi di
tempat penyimpanan.
Pengendalian. Sampai dengan saat ini belum ada langkah-langkah yang efektif
untuk mengendalian nematoda ini.

3. Nematoda Penyebab Luka/Nekrosis, Pratylenchus spp.

Gejala. Tanaman yang terserang nematoda Pratylenchus


spp. menjadi kerdil karena berkurangnya jumlah sistem
akar pengangkut unsur hara. Nematoda penyebab luka ini
mengakibatkan munculnya bintik kecil pada akar serabut,
yaitu luka/bercak nekrotik berwarna coklat. Pada umbi
yang terserang terdapat bercak coklat kehitaman dan
seringkali luka akibat serangan nematoda ini digunakan
oleh jamur dan bakteri saprofit untuk menginfeksi.
Biologi. Berbagai jenis nematoda ini ditemukan di seluruh dunia memparasitasi
beberapa spesies tanaman. Nematoda ini merupakan nematoda endoparasit
migran. Nematoda akan meninggalkan akar apabila luka yang disebabkannya
diparasitasi oleh organisme sekunder. Kerusakan lebih parah terjadi di daerah
yang mempunyai tekstur tanah berpasir dengan suhu yang tinggi.
Distribusi dan arti penting. Meskipun nematoda ini tersebar luas di seluruh dunia,
namun kerugian signifikan yang disebabkan nematoda ini hanya terjadi di Jepang.
Pengendalian. Penggunaan bahan organik seperti pupuk kandang bisa
meningkatkan musuh alami nematoda di dalam tanah dan mengurangi populasi
nematoda. Penggunaan varietas tahan juga dianjurkan.

Anda mungkin juga menyukai