Anda di halaman 1dari 3

UJI EFEKTIVITAS ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA DAN ASAP CAIR TEMBAKAU TERHADAP HAMA

ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.)


Moh. Abu Amar1 dan Sigit Prastowo1*
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember
Email : abuamar1896@gmail.com
ABSTRAK
Ulat grayak (Spodoptera litura F) merupakan salah satu jenis hama pemakan daun yang sangat penting dalam budidaya tanaman. Penggunaan asap cair tempurung kelapa dan asap cair tembakau sebagai insektisida nabati merupakan salah satu pengendalian alternatif
yang dapat dilakukan untuk mengendalikan S.litura. Pemanfaatan limbah tmpurung kelapa dan batang tembakau sebagai insektisida nabati masih jarang digunakan sehingga perlu dilakukan penelitian, yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas asap cair tempurung kelapa
dan asap cair tembakau terhadap hama ulat grayak (S.litura), pada konsentrasi asap cair tempurung kelapa A= 60 ml/L dan B= 90 ml/L. Asap cair tembakau C= 4 ml/L dan D= 8 ml/L, serta perlakuan kombinasi E= tempurung kelapa (30ml) + tembakau (2ml), F= tempurung
kelapa (30ml) + tembakau (4ml), G= tempurung kelapa (45ml) + tembakau (2ml), H= tempurung kelapa (45ml) + tembakau (4ml) dan Kontrol. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)dengan perlakuan sebanyak 9 dan ulangan sebanyak 3 kali,
sehingga diperoleh 27 percobaan. Berdasarkan hasil penelitian, Perlakuan asap cair tembakau konsentrasi 8 ml/L memberikan hasil yang paling efektif terhadap mortalitas, menekan terbentuknya pupa, imago dan menghambat aktivitas S. litura. Sedangkan perlakuan
kombinasi asap cair konsentrasi 45 ml : 4 ml menghasilkan kombinasi yang efektif dalam menyebabkan kematian larva S. litura, mampu menekan terbentuknya pupa dan imago, namun tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penghambatan aktivitas makan.

Kata Kunci: Asap cair, Tempurung kelapa, Tembakau, Mortalitas, S.litura

PENDAHULUAN Tabel 3. Pengaruh Aplikasi Asap Cair Tempurung Kelapa dan Asap Cair Tembakau terhadap Penghambatan Aktivitas Makan S.
litura.
Budidaya pertanian seringkali menghadapi beberapa kendala atau permasalahan yang dapat menyebabkan produktivitas
tanaman rendah. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya salah satu hasil pertanian di Indonesia ialah serangan hama, salah
Penghambatan Aktivitas Makan Hari Ke- (%)
satunya yaitu ulat grayak (Spodoptera litura F). Hama ini dilaporkan dapat menyerang lebih dari 200 spesies tanaman di antaranya
Perlakuan
cabai, kubis, padi, jagung, tomat, buncis, tembakau, terung, kentang, kacang tanah dan kacang kedelai (Ramadhan dkk., 2016). S.
litura merupakan salah satu jenis hama penting yang menyerang tanaman palawija dan sayuran di Indonesia. 1 2 3 4 5 6
Ketersediaan limbah tempurung kelapa dan limbah batang tembakau cukup melimpah, selain itu masih belum banyak upaya
A 10,14 a 11,90 ab 22,12 abc 26,02 ab 27,09 a 25,71 b
pemanfaatanya dibidang pertanian. Asap cair adalah salah satu upaya pemanfaatan melalui proses dekomposisi karena pengaruh
B 11,59 a 15,48 a 25,50 a 30,71 a 33,56 a 41,67 b
panas, polimerisasi, dan kondensasi (Yunus, 2011). Beberapa tumbuhan dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan asap cair
karena dapat menghasilkan racun, ada juga yang mengandung senyawa-senyawa kompleks yang dapat mengganggu siklus C 10,14 a 11,90 ab 22,09 abc 24,92 ab 24,33 ab 23,61 b
pertumbuhan serangga, sistem pencernaan, atau mengubah perilaku serangga sehingga dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati D 11,59 a 14,42 ab 24,15 ab 26,67 ab 30,00 a 100,00 a
(Supriyatin dan Marwoto, 2000).
E 8,70 a 10,71 b 19,58 c 22,50 b 16,67 b 17,08 b
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Program Studi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, F 10,14 a 13,10 ab 22,22 abc 29,21 ab 29,67 a 36,11 b

Universitas Jember. Penelitian ini dilaksanakan dengan percobaan rancangan acak lengkap (RAL), yang terdiri dari 9 perlakuan. G 10,14 a 11,90 ab 20,63 bc 24,17 ab 16,95 b 18,06 b
Setiap perlakuan diulang sebanya 3 kali dan setiap ulangan menggunakan 10 larva S. litura dengan deskripsi perlakuan sebagai
H 10,14 a 13,10 ab 23,39 abc 29,74 ab 30,00 a 38,89 b
berikut . konsentrasi asap cair tempurung kelapa A= 60 ml/L dan B= 90 ml/L. Asap cair tembakau C= 4 ml/L dan D= 8 ml/L, serta
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom sama menunjukan nilai yang berbeda tidak nyata pada uji duncan taraf 5%.
perlakuan kombinasi E= tempurung kelapa (30ml) + tembakau (2ml), F= tempurung kelapa (30ml) + tembakau (4ml), G= tempurung
kelapa (45ml) + tembakau (2ml), H= tempurung kelapa (45ml) + tembakau (4ml) dan Kontrol Selanjutnya dilakukan analisis Penghamatan aktivitas makan mulai terlihat berpengaruh pada hari pertama setelah aplikasi. Hasil uji lanjut menunjukan
menggunakan metode sidik ragam (ANOVA) dan uji lanjut DMRT. bahwa aplikasi asap cair tempurung kelapa dan asap tembakau berpengaruh terhadap penghambatan aktivitas makan larva S. litura.,
terlihat pada hari keenam beberapa perlakuan mengalami penghambatan aktivitas makan yang paling tinggi. Perlakuan D asap cair
HASIL DAN PEMBAHASAN
tembakau konsentrasi 8ml/L memberikan hasil yang berbeda nyata pada penghambatan aktivitas makan hingga 100%. Sedangkan
hasil terendah yaitu pada perlakuan A dengan hasil 25,71%, dan pada perlakuan kombinasi, perlakuan H memberikan hasil terbaik
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukan bahwa hasil aplikasi asap cair tempurung kelapa dan asap cair hingga 38,89%. Aplikasi asap cair pada beberapa perlakuan memberikan hasil penghambatan aktivitas makan yang semakin
tembakau memnerikan pengaruh terhadap tingkat mortalitas larva S.litura, presentase terbentuknya pupa dan imago S.litura, serta meningkat pada hari pertama hingga pengamatan hari terakhir (Tabel 3.).
penghambatan aktivitas makan. Tingkat efektivitas asap cair tempurung kelapa dan tembakau memberikan hasil yang beragam. Aplikasi asap cair tempurung kelapa dan asap cair tembakau menunjukan pengaruh terhadap mortalitas larva S. litura.
Penggunaan asap cair tunggal dan asap cair kombinasi dengan perlakuan yang berbeda menunjukan tingkat efektivitas yang berbeda Aplikasi asap cair tembakau 8 ml/L memberikan hasil yang berbeda nyata dikarenakan mampu menekan perkembangan larva dan
pula. Perlakuan kontrol menunjukan hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan aplikasi asap cair kombinasi. Hasil mortalitas, dapat menyebabkan mortalitas tertinggi pada 6 HSA (Tabel 1). Selain itu juga mengalami penghambatan aktivitas makan hingga
terbentuknya pupa, imago dan pengahambatan aktivitas makan larva S. litura dapat dilihat pada Tabel berikut. 100% (Tabel 3). Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Purnamasari (2011), tentang pemanfaatan limbah batang tembakau dalam
bentuk ekstrak, memberikan hasil mortalitas yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan asap cair konsentrasi 8 ml/l, dengan tingkat
Tabel 1. Pengaruh Aplikasi Asap Cair Tempurung Kelapa dan Asap Cair Tembakau terhadap Mortalitas Larva S. litura pada 6 HSA.
kematian larva S. litura sebesar 96,66 % pada konsentrasi 0,5 %. Menurut Cahyono (1998), dikarenakan kemampuan nikotin yang
terdapat pada tembakau dapat berperan dalam membunuh hama. Senyawa yang terkandung lainya yaitu Alkaloid nikotin, sulfat
Perlakuan Mortalitas (%) nikotin dan kandungan nikotin lainnya dapat digunakan sebagai racun kontak, fumigan dan racun perut (Hasanah, dkk, 2012).
Menurut Djojosumarto (2008), penggolongan pestisida berdasarkan sifat dan cara kerja racun, yaitu pada racun kontak
A 43,33 c bekerja dengan cara masuk ke dalam tubuh serangga melalui kutikula, kemudian disebarkan ke seluruh bagian tubuh serangga,
B 53,33 bc seperti pada saluran pernafasan atau saluran pencernaan. Sedangkan racun perut bekerja membunuh serangga dengan cara masuk ke
C 70,00 b dalam organ pencernaan melalui tanaman yang dimakan serangga. Pada asap cair terdapat senyawa alkaloid yang berperan sebagai
D 93,33 a racun kontak dan senyawa flavanoid berperan sebagai racun pernafasan dalam membunuh ulat grayak.
E 53,33 bc Stadia pra-pupa larva S. litura menunjukkan prilaku tidak aktif makan. Larva pada stadia pra-pupa akan mencari tempat
F 76,67 b
persembunyian di balik daun pakan apabila belum diberi media pasir untuk berpupa. Perlakuan kontrol pada presentase pembentukan
G 63,33 b
pupa memberikan hasil yang berbeda nyata dari perlakuan aplikasi asap cair hingga 100% pupa yang terbentuk. Hasil penelitian
H 83,33 b
menunjukan bahwa asap cair tembakau memberikan hasil terbaik dikarenakan dapat berperan dalam membunuh serangga (Cahyono,
Kontrol 00,00 d
1998). Sehingga, mampu menekan presentase terbentuknya pupa hingga 6,67% pupa yang terbentuk (Tabel 2). Menurut Sudarmo
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom sama menunjukan nilai yang berbeda tidak nyata pada uji duncan taraf 5%.
(2005), salah satu kerja pestisida nabati adalah merusak perkembangan telur, larva, pupa. Pada stadia pembentukan pupa ditemukan
beberapa larva yang gagal membentuk pupa. Larva yang gagal membentuk pupa pada umumnya sudah menggali pasir, namun proses
Hasil penelitian meunjukan bahwa aplikasi asap cair tempurung kelapa dan asap cair tembakau berpengaruh terhadap mortalitas
pembentukan pupa menjadi abnormal dan pada akhirnya mati di dalam tanah (Ramadhan dkk., 2016).
larva S. litura. Nilai mortalitas didapatkan dari jumlah larva yang mengalami kematian dari masing-masing perlakuan. Perlakuan D
Asap cair tembakau juga menunjukan hasil terbaik terhadap presentase terbentuknya imago, dikarenakan mampu menekan
memberikan hasil yang berbeda nyata, dengan perlakuan lainya terhadap tingkat mortalitas hingga 93,33%, pada hari keenam setelah
terbentuknya imago hingga 3,33% imago yang terbentuk (Tabel 2). Pada stadia pembentukan pupa menjadi imago ditemukan
aplikasi. Sedangkan pada perlakuan kombinasi memberikan hasil yang berbeda tidak nyata pada masing-masing perlakuan (Tabel 1)
beberapa pupa yang gagal berubah menjadi imago. Pupa yang tidak berubah menjadi imago tidak memperlihatkan tanda-tanda

Tabel 2. Pengaruh Asap Cair Tempurung Kelapa dan Asap Cair Tembakau terhadap Presentase Terbentuknya Pupa dan Imago S. kehidupan sehingga pupa tersebut dinyatakan gagal membentuk imago (Ramadhan dkk., 2016).
litura.
KESIMPULAN
Perlakuan Pupa S. litura (%) Imago S. litura (%) Aplikasi asap cair tembakau konsentrasi 8 ml/L memberikan hasil yang paling efektif terhadap mortalitas, menekan
terbentuknya pupa, imago dan menghambat aktivitas S. litura. Perlakuan kombinasi asap cair tempurung kelapa dan asap cair
A 50,00 c 87,78 b tembakau konsentrasi 45 ml : 4 ml menghasilkan kombinasi yang efektif dalam menyebabkan kematian larva S. litura hingga
B 36,67 ab 86,67 a 83,33%, mampu menekan terbentuknya pupa dan imago, namun tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
C 26,67 a 83,33 a
penghambatan aktivitas makan.
D 6,67 a 16,67 a
E 46,67 bc 82,22 b
F 23,33 a 82,89 a DAFTAR PUSTAKA
G 36,67 bc 93,33 b
Cahyono, Bambang. 1998. TEMBAKAU, Budidaya dan Analisis Tani. Kanisius : Yogyakarta.
H 16,67 a 88,89 a
Kontrol 100,00 d 100,00 c Djojosumarto, P. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius: Yogyakarta.
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom sama menunjukan nilai yang berbeda tidak nyata pada uji duncan taraf 5%.
Hasanah, Husni, dan A. Fardhisa. 2012. Pengaruh Ekstrak Rimpang Jeringau (Acorus Calamus L.) terhadap Mortalitas Ulat Grayak
Spodoptera litura F. Floratek, 7(1) : 115-124.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Aplikasi asap cair tempurung kelapa dan asap cair tembakau memberikan pengaruh
Ramadhan, R.A.M., L.T. Puspasari., R. Meliansyah., R. Maharani., Y. Hidayat., dan D. Dono. 2016. Bioaktivitas Formulasi Minyak
terhadap jumlah larva yang menjadi pupa. Tingkat presentase terbentuknya pupa tertinggi didapatkan pada perlakuan A dengan Biji Azadirachta Indica (A. Juss) terhadap Spodoptera Litura F. Agrikultura, 27(1) : 1-8.
presentase terbentuknya pupa hingga 50%. Sedangkan presentase terendah yaitu pada perlakuan D hanya sebesar 6,67% pupa yang
Setiawan, A. N., dan A. Supriyadi. 2014. Uji Efektivitas Berbagai Konsentrasi Insektisida Nabati Bintaro (Cerbera Manghas) terhadap
terbentuk.Pengamatan presentase terbentuknya imago dilakukan ketika terdapat pupa yang mulai terbentuk menjadi imago. Beberapa Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura) pada Tanaman Kedelai. Agro Science, 2(2) : 99-105.
larva berhasil membentuk pupa dan melanjutkan siklus hidupnya hingga menjadi imago atau serangga dewasa. Pengaruh aplikasi asap
Supriyatin., dan Marwoto, 2000. Insektisida Nabati. Jakarta : Rineka Cipta.
cair memberikan hasil terhadap presentase terbentuknya imago dengan nilai tertinggi pada perlakuan A sebesar 43,33%. Sedangkan
presentase terendah yaitu pada perlakuan D hanya sebesar 3,33% imago yang terbentuk. Sedangkan pada perlakuan kontrol Yunus, M. 2011. Teknologi Pembuatan Asap Cair dari Tempurung Kelapa Sebagai Pengawet Makanan. Sains dan Inovasi, 7 (1) : 53
61.
menunjukan hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan asap cair (Tabel 2).

Anda mungkin juga menyukai