Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................. Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI ................................................................................................... 1
BAB I ............................................................................................................... 2
PENDAHULUAN ............................................................................................ 2
LATAR BELAKANG .................................................................................. 2
PERUMUSAN MASALAH ......................................................................... 3
TUJUAN MAKALAH.................................................................................. 3
MANFAAT MAKALAH ............................................................................. 4
BAB II .............................................................................................................. 5
PEMBAHASAN .............................................................................................. 5
JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK .......................................... 5
PERENCANAAN JARINGAN DISTRIBUSIError! Bookmark not
defined.
B. Faktor-Faktor Dasar Perencanaan Distribusi ........................................ 6
Peramalan beban ........................................................................................ 6
Pengembangan Gardu ................................................................................ 7
Pemilihan Letak Gardu .............................................................................. 9
C. Model Perencanaan Sistem Distribusi.................................................... 11
D. Prosedur Pemasangan Jaringan Distribusi ............................................. 13
PENGARUH KEANDALAN KONSTRUKSI JARINGAN DISTRIBUSI
TENAGA .................................................................................................... 13
LISTRIK DARI PEMBANGKIT SAMPAI KE KONSUMEN ................. 13
Pengertian dan Fungsi Distribusi Tenaga Listrik ................................... 13
Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik ........................................ 15
BAB III .......................................................................................................... 22
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 22
A. KESIMPULAN ...................................................................................... 22
B. SARAN................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas sistim kelistrikan
adalah kondisi dari konstruksi pada Jaringan distribusi tenaga listrik yang
meliputi Jaringan Tegangan Menengah (JTM), Gardu Distribusi, Jaringan
Tegangan Rendah (JTR) dan Sambungan Tenaga Lisrik
(Rumah/Pelayanan). Dalam pelaksanaan konstruksi Jaringan Distribusi
Tenaga Listrik, sebagian unit pelaksana Jaringan Tenaga Listrik yang
disusun sendiri‐sendiri, hal ini mengakibatkan timbulnya beberapa
standar yang berbeda dibeberapa tempat dikarenakan perbedaan sistim
dan konsultan serta pelaksana kontruksi tersebut terdapat keberagaman
baik dalam kriteria desain maupun model/struktur konstruksinya yang
disesuaikan dengan kondisi sistim kelistrikan setempat, selain itu secara
teknis ada yang tidak lengkap, tidak konsisten dalam penerapannya dan
belum seluruhnya disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan
tuntutan pelayanan. Saat ini dalam pelaksanaan pembangunan dan
pengembangan sistim distribusi pada unit unit PLN diseluruh wilayah
Indonesia mengacu pada salah satu standar engineering yang ada pada
pengelolaan /standard PLN Distribusi Jawa Bali Oleh Karen itu, perlu
dibuat suatu standar konstruksi yang baik dengan kriteria desain yang
samadan mempertimbangkan perbedaan sistim, perkembangan teknologi
serta tuntutan pelayanan. Kriteria disaing standar konstruksi ini akan
menjadi dasar Standar Konstruksi Jaringan Distribusi yang akan disusun
direncanakan dapat ditetapkan untuk digunakan sebagai tipikal pedoman
konstruksi atau acuan dalam melakukan perencanaan, pembangunan dan
perbaikan Jaringan Distribusi tenaga listrik bagi PLN seluruh Indonesia
sehingga diperoleh tingkat unjuk kerja, keandalan dan efisiensi
pengelolaan asset sistim distribusi yang optimal. Memperhatikan
besarnya lingkup stan Memperhatikan besarnya lingkup standarisasi
kontruksi yang harus dilaksanakan, pembuatan standar konstruksi sistim
distribusi tenaga listrik ini dilakukan secara bertahap dimana untuk tahap
kajian ini dibatasi pada pembuatan standar Enjiniring Konstruksi Jaringan
Distribusi.Penyusunan Detail Standar Konstruksi Jaringan Distribusi
disusun dilaksanakan terpisah setelah penetapan prioritas detail Standar
Konstruksi Jaringan Distribusi.
Pada pendistribusian tenaga listrik kepenggunaan tenaga listrik di
suatu kawasan, penggunaan system Tegangan Menengah sebagai jaringan
utama adalah upaya utama menghindarkan rugi-rugi penyaluran (losses)
dengan kwalita persyaratan tegangan yang harus dipenuhi Dengan
ditetapkannya standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi
yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV, konstruksi JTM wajib
memenuhi kriteria engineering keamanan ketenaga listrikan, termasuk
didalamnya adalah jarak aman minimal antara Fase dengan lingkungan
dan antara Fase dengan tanah, bila jaringan tersebut menggunakan
Saluran Udara atau ketahanan Isolasi jika menggunakan Kabel Udara
Pilin Tegangan Menengah atau Kabel Bawah Tanah Tegangan Menengah
serta kemudahan dalam hal pengoperasian atau pemeliharaan Jaringan
Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) pada jaringan utama. Hal ini
dimaksudkan sebagai usaha menjaga keandalan kontinyuitas pelayanan
konsumen.
Ukuran dimensi konstruksi selain untuk pemenuhan syarat
pendistribusian daya, juga wajib memperhatikan syarat ketahanan isolasi
penghantar untuk keamanan pada tegangan 20 kV. Lingkup Jaringan
Tegangan Menengah pada system distribusi di Indonesia dimulai dari
terminal keluar (out-going) pemutus tenaga dari transformator penurun
tegangan Gardu Indukat autransformator penaik tegangan pada
Pembangkit untuk system distribusi skala kecil, hingga peralatan
pemisah/proteksisisi masuk (in-coming) transformatordistribusi 20 kV -
231/400V
1.2 PERUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Perencanaan Jaringan Distribusi
2. Pengertian dan Fungsi Distribusi Tenaga Listrik
3. Faktor-faktor Dasar Perencanaan Jaringan Distribusi
4. Model Perencanaan Sistim Distribusi
5. Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik
6. Tegangan Sistem Distribusi Sekunder
1.2 TUJUAN MAKALAH
Setelah Membaca Makalah ini diharapkan dapat mengetahui :
Pengertian Perencanaan Pengertian dan Fungsi Distribusi Tenaga Listrik,
Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik, Tegangan Sistem Distribusi
Sekunder, dan Faktor-faktor Perencanaan Jaringan Distribusi.
1.4 MANFAAT MAKALAH
Manfaat dari Makalah diatas adalah Memberikan pengetahuan
tentang Pengertian dan Fungsi Distribusi Tenaga Listrik, Klasifikasi
Saluran Distribusi Tenaga Listrik, Tegangan Sistem Distribusi Sekunder,
Gardu Distribusi, Trafo Distribuis, Pelayanan Konsumen dan Dasar-dasar
Perencanaan Jaringan Distribusi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jaringan distribusi tenaga listrik
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik.Sistem
distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya
listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi
distribusi tenaga listrik adalah; 1) pembagian atau penyaluran tenaga
listrik ke beberapa tempat (pelanggan), dan 2) merupakan sub sistem
tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan, karena catu
daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui
jaringandistribusi.Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga
listrik besar dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikan
tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik tegangan
menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau 500kV kemudian disalurkan melalui
saluran transmisi.
Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya
listrik pada saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah
sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I2.R). Dengan daya yang
sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang mengalir semakin
kecil sehingga
kerugian daya juga akan kecil pula. Dari saluran transmisi, tegangan
diturunkan lagi menjadi dengan transformator penuruntegangan pada
gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut
penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer.Dari
saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi mengambil
tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi menjadi
sistem tegangan rendah, yaitu 220/380Volt.Selanjutnya disalurkan oleh
saluran distribusi sekunder ke konsumen-konsumen.Dengan ini jelas
bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam system
tenaga listrik secara keseluruhan.Pada sistem penyaluran daya jarak jauh,
selalu digunakan tegangan setinggi mungkin, dengan menggunakan trafo-
trafo step-up. Nilai tegangan yang sangat tinggi ini (HV,UHV,EHV)
menimbulkan beberapa konsekuensi antara lain: berbahaya bagi
lingkungan dan mahalnya harga perlengkapanperlengkapannya, selain
menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang dibutuhkan pada sisi
beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan saluran yang
tinggi ini diturunkan kembali dengan menggunakan trafo-trafo step-
down.Akibatnya, bila ditinjau nilai tegangannya, maka mulai dari titik
sumber hingga di titik beban, terdapat bagian-bagian saluran yang
memiliki nilai tegangan berbeda-beda.
2.2 Perencanaa sistem distribusi
Perencanaan sistem distribusi energi listrik merupakan bagian yang
esensial dalam mengatasi pertumbuhan kebutuhan energi listrik yang
cukup pesat. Perencanaan diperlukan sebab berkaitan dengan tujuan
pengembangan sistem distribusi yang harus memenuhi beberapa kriteria
teknis dan ekonomis.
Perencanaan sistem distribusi ini harus dilakukan secara sistemik
dengan pendekatan yang didasarkan pada peramalan beban untuk
memperoleh suatu pola pelayanan yang optimal. Perencanaan yang
sistemik tersebut akan memberikan sejumlah proposal alternatif yang
dapat mengkaji akibatnya yang secara langsung berhubungan dengan
aspek keandalan dan ekonomis.
Tujuan umum perencanaan sistem distribusi ini adalah untuk
mendapatkan suatu fleksibilitas pelayanan optimum yang mampu dengan
cepat mengantisipasi pertumbuhan kebutuhan energi elektrik dan
kerapatan beban yang harus dilayani. Adapun faktor-faktor lain yang
dapat menjadi input terkait dalam perencanaan sistem distribusi ini antara
lain adalah : pola penggunaan lahan pada regional tertentu, faktor ekologi
dan faktor geografi. Perencanaan sistem distribusi ini harus mampu
memberikan gambaran besarnya beban pada lokasi geografis tertentu,
sehingga dapat ditentukan dengan baik letak dan kapasitas gardu-gardu
distribusi yang akan melayani areal beban tersebut dengan
mempertimbangkan minimisasi susut energi dan investasi konstruksi,
tanpa mengurangi kriteria, teknis yang diperlukan.
B. Faktor-Faktor Dasar Perencanaan Distribusi
A. Peramalan beban
Perencanaan sistem distribusi memerlukan prakiraan (forecasting)
beban masa depan. Kualitas dan akurasi perencanaan sistem tergantung
pada kualitas dan akurasi data dan prakiraan beban. Dalam perencanaan
sistem distribusi meliputi penentuan ukuran, lokasi dan perubahan waktu
masa depan, seperti sejumlah komponen-komponen sistem (substation,
saluran, penyulang, dan sebagainya).Lokasi geografis beban-beban
dianalisa menggunakan pendekatan area yang kecil (small area), yang
mana dibagi daerah pelayanan utilitas ke dalam sejumlah area kecil dan
prakiraan beban pada setiap salah satunya, oleh sebab itu akan dapat
ditentuan dimana dan berapa banyak yang akan dikembangkan. Ada dua
metode untuk membagi sistem ke dalam area kecil , yaitu :
Melaksanakan prakiraan dalam perihal penyulang, substation, atau
wilayah (zone) ditetapkan oleh komponen-komponen distribusi, atau.
Melaksanakan prakiraan dalam perihal grid seragam (uniform
grid), berbasis pada pemetaan sistem koordinasi.Setiap metode
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Metodologi berbasis grid (b)
memerlukan pertimbangan data input, tidak hanya historis rekaman beban
dalam setiap blok grid, tetapi juga ekonomi, sosial, demografis dan
penggunakan informasi pertanahan, untuk memperoleh hasil yang akurat.
Untuk kebanyakan utilitas, adalah sulit untuk memperoleh data- data yang
lengkap tersebut di atas. Prakiraan distribusi beban dengan menggunakan
metode (a) di atas hanya diperlukan data historis beban beberapa tahun,
yang mana dengan mudah didapat pada setiap utilitas. Batas pertambahan
atau pengurangan beban akan dievaluasi dengan memperhatikan terhadap
elemen-elemen penting lainnya, seperti termasuk pertanahan, air, seperti
faktor-faktor ekonomi dan sosial, bahwa akan memberi pengaruh yang
kuat pada kecendrungan prakiraan beban. Sedangkan output peramalan
beban tersebut dapat berupa kerapatan beban yang dinyatakan dalam
dalam KVA per satuan luas layanan sistem distribusi energi listrik untuk
skala jangka panjang. Dan bila peramalan dilakukan dalam skala jangka
pendek maka diperoleh output lebih detail dan dinyatakan dengan besaran
kerapatan beban KVA per satuan luas layanan yang diasosiasikan dengan
koordinat grid atau luasan yang diminati.Penggunaan sistem grid dengan
koordinat-koordinatnya merupakan suatu metoda yang banyak digunakan
baik pada proses peramalan beban jangka pendek. Dengan berdasar pada
besarnya kerapatan beban pada masing-masing grid tersebut dapat
ditentukan pula pola dan lintasan jaringan distribusi serta area layanan
masing-masing trafo distribusi.

Gambar 16. Faktor – faktor yang mempengaruhi peramalan beban


Pengembangan Gardu
Seperti halnya dengan peramalan beban, maka pengembangan gardu juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor dasar dominan. Kondisi eksisting
jaringan distribusi serta konfigurasinya merupakan faktor yang
mendampingi pertumbuhan beban, kerapatan beban dalam proses
penentuan pengembangan gardu atau melakukan konstruki gardu baru.
Faktor – faktor dasar tersebut tersebut digambarkan sebagai beriku

Gambar 17. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengembangan gardu


B. Pemilihan Letak Gardu
Letak gardu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jarak dari pusat
beban, jarak dari jaringan sub-transmisi yang ada dan adanya batasan – batasan
seperti tersedianya lahan, investasi yang harus digunakan, dan aturan
penggunaan lahan.Lokasi ideal gardu mengikuti pandangan – pandangan
sebagai berikut :
 Lokasi gardu tersebut sebanyak mungkin melingkupi sejumlah beban
 Dapat memberikan level tegangan yang baik
 Mampu memberikan akses yang baik untuk incoming saluran sub
transmisi dan out going penyulang primer.
 Mempunyai ruang yang cukup untuk pengembangan
 Tidak bertentangan dengan aturan tata guna lahan
 Dapat meminimisasi jumlah konsumen yang terpengaruh terhadap adanya
gangguan
 Kemudahan instalasi.

Di samping faktor – faktor yang mempengaruhi pemilihan letak gardu


tersebut, terdapat juga proses pentahapan yang dilakukan dalam rangka
pemilihan lokasi gardu. Proses pemilihan tersebut diberikan dalam gambar 3
dan 4. Seleksi awal terhadap lokasi gardu tersebut didasarkan pada aspek
safety, engineering, sistem perencanaan, institusional, ekonomi dan faktor
estetika.

Gambar 18. Prosedur Pemilihan Gardu

Gambar 19. Faktor – faktor yang mempengaruhi lokasi gardu


C. Pemilihan Level Tegangan Penyulang Primer
Faktor – faktor dasar dalam menentukan level tegangan pada penyulang
primer diberikan sebagai berikut :

Gambar Faktor – faktor yang mempengaruhi pemilihan level tegangan

Pembebanan Penyulang Primer


Pembebanan penyulang primer adalah pembebanan penyulang tersebut
pada kondisi beban puncak dan di ukur di sisi gardu. Faktor – faktor yang
mempengaruhi disain pembebanan penyulang tersebut antara lain :
- Rapat beban penyulang
- Pola bembebanan
- Laju pertumbuhan beban
- Keperluan reverse capacity kondisi darurat
- Kontinuitas pelayanan
- Kualitas pelayanan
- Keandalan pelayanan
- Level tegangan pada penyulang primer
- Tipe dan biaya konstruksi
- Lokasi dan kapasitas gardu distribusi
- Guna pengaturan tegangan

Sedangkan faktor – faktor yang mempengaruhi pemilihan lintasan jaringan primer


tersebut diberikan dalam gambar 21, 22 dan 23.

Gambar 21. Faktor – faktor yang mempengaruhi lintasan penyulang primer


Gambar 22. Faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah penyulang keluar

Gambar 23. Faktor – faktor yang mempengaruhi pemilihan ukuran konduktor

- Faktor-Faktor Investasi
Secara umum, sistem distribusi didisain dengan berdasar pada minimisasi
biaya investasi tapi teknis sistem distribusi tersebut masih dipenuhi. Adapun
faktor investasi yang mempengaruhi pengembangan sistem distribusi
diberikan pada gambar 9.

Gambar 24. Faktor – faktor yang mempengaruhi investasi pengembangan sistem


distribusi
Model Perencanaan Sistem Distribusi
Secara umum, perencanaan sistem distribusi melibatkan beberapa faktor
penting pada masing – masing sub problem perencanaan distribusi tersebut.
Maka perencanaan sistem distribusi berkaitan dengan sejumlah variabel dan
persamaan matematis serta sejumlah kriteria pembatas.
Model matematis yang berkembang saat ini adalah :
- Lokasi gardu optimum
- Model pengembangan gardu
- Model penentuan kapasitas optimum trafo
- Model optimisasi transfer beban antara gardu dengan pusat beban
- Model optimisasi ukuran dan lintasan penyulang untuk mensupply beban
Semua model yang berkembang tersebut mempunyai fungsi untuk meminimisasi
investasi. Adapun metoda matematis yang mendukung model tersebut adalah :
Metoda dekomposisi yang mampu memilah problem besar menjadi sub problem
dan masing – masing sub problem dicari solusinya secara tersendiri.
Metoda programa linear dan integer yang mampu melinearisasi faktor – faktor
pembatas.

Metoda program dinamik.


Masing –masing metoda dilakukan dalam proses perencanaan tersebut
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Khusus pada perencanaan jangka panjang,
sejumlah variabel yang dimasukan dan hal ini akan memberikan sejumlah
alternatif pengembangan sistem distribusi yang layak dan setelah itu akan
dilakukan pemilihan sistem distribusi yang optimum.

Gambaran proses perencanaan sistem distribusi diberikan pada diagram alir


gambar 10.

Gambar 25. Diagram alir proses perencanaan sistem distribusi


D. Prosedur Pemasangan Jaringan Distribusi
Prosedur pengerjaan pemasangan jaringan distribusi itu terdiri dari
beberapa prosedur yaitu:
Survey. Kegiatan pengumpulan data dan pemetaan wilayah, termasuk
kondisi topografi rute jaringan, posisi bangunan, jumlah bangunan, serta
kemungkinan pelebaran jalan atau perombakan bangunan,Sticking. Kegiatan
menentukan titik tiang, span, angle pole, guy wire, overhead pole, lokasi
anchor, penomoran tiang, kondisi tanah tempat berdirinya tiang, penentuan
pondasi tiang, dan lokasi transformator.Structure Data Sheet. Kegiatan
pembuatan peta wilayah pembangunan jaringan distribusi berdasarkan data
yang diperoleh dari hasil survey.Resticking. Kegiatan pengecekkan kembali
lokasi tiang yang telah direncanakan sebelumnya.Pole Setting. Kegiatan
mendirikan tiang penyangga jaringan berdasarkan peta lokasi tiang yang telah
ditetapkan dari hasil resticking.Framing. Kegiatan pemasangan peralatan
jaringan pada tiang penyangga jaringan, seperti pemasangan cross-arm (traves),
isolator, guy wire (kawat tarikan), dan peralatan lainnya seperti pole bracket,
band steel pole, dan klem begel travers.
Anchor Setting. Merupakan kegiatan pemasangan anchor (angkor),
khususnya untuk tiang sudut, tiang overhead, tiang akhir, dan tiang
awal.Grounding. Merupakan kegiatan pemasangan kawat ground, klem jepit,
dan elektroda batang.Insulator Setting. Merupakan kegiatan pemasangan
isolator.Stringing Setting. Merupakan kegiatan penarikan kawat penghantar
dan mengecek lebar andongan kawat penghantar tersebut.Transformer Setting.
Merupakan kegiatan pemasangan transformator step down, lemari bagi
tegangan rendah, fuse cut-out, arrester, grounding dan kelengkapan
lainnya.Painting. Kegiatan pengecatan tiang. Merupakan kegiatan pengecatan
tiang khususnya tiang baja.Trimming. Merupakan kegiatan pemotongan pohon
disekitar tiang jaringan dan kawat jaringan sesuai ketentuan yang telah
ditetapkan.Repairing And Clean Up. Merupakan kegiatan perbaikan jika terjadi
pemasangan yang tidak sesuai dengan ketentuan, dan memperindah tiang
dengan memasang tanda penghalang panjat (pada SUTM) dan pemberian
nomor tiang.Final Check. Merupakan kegiatan pengecekan tahap akhir
sebelum jaringan tersebut dialiri arus listrik. ”Jadi dalam pekerjaan
pemasangan jaringan distribusi, secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga
tahap yaitu:

E. Perencanaan jaringan distribusi


Pemasangan jaringan distribusi sesuai perencanaan.Pengecekan kelayakan
jaringan distribusi tersebut.

PENGARUH KEANDALAN KONSTRUKSI JARINGAN DISTRIBUSI


TENAGA
LISTRIK DARI PEMBANGKIT SAMPAI KE KONSUMEN
Pengertian dan Fungsi Distribusi Tenaga Listrik
1. Pengertian Distribusi Tenaga Listrik
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga
listrik.Sistemdistribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari
sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen.Jadi
fungsi distribusi tenaga listrik adalah;
pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan),
dan
merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani
langsung melalui jaringandistribusi.Tenaga listrik yang dihasilkan oleh
pembangkit tenaga listrik besar dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV.

Gambar 2-1. Sistem Penyaluran Tenaga Listrik

2. Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik


Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan pembagian serta
pembatasan-pembatasan seperti pada Gambar 3-2:
- Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation)
- Daerah II : Bagian penyaluran (Transmission) , bertegangan tinggi
(HV,UHV,EHV) Daerah III : Bagian Distribusi Primer, bertegangan
menengah (6 atau20kV)
- Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban/konsumen),
Instalasi,bertegangan rendah

Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahuibahwa porsi


materi Sistem Distribusi adalah Daerah III dan IV, yang padadasarnya dapat
dikelasifikasikan menurut beberapa cara, bergantung darisegi apa kelasifikasi
itu dibuat.Dengan demikian ruang lingkup Jaringan Distribusi adalah:
- SUTM, terdiri dari : Tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan
peralatan per-lengkapannya, serta peralatan pengaman dan pemutus.
- SKTM, terdiri dari : Kabel tanah, indoor dan outdoor termination,
batubata, pasir dan lain-lain.Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang,
pondasi tiang, rangk tempat trafo, LV panel,pipa-pipa pelindung, Arrester,
kabel-kabel,transformer band, peralatan grounding, dan lain-lain.
- SUTR dan SKTR terdiri dari: sama dengan perlengkapan/ material pada
- SUTM dan SKTM.Yang membedakan hanya dimensinya.

Tegangan Sistem Tenaga Listrik


Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik Secara umum, saluran tenaga
Listrik atau saluran distribusi dapatdiklasifikasikan sebagai berikut :Menurut
nilai tegangannya:
Saluran distribusi Primer.
Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara titik Sekunde trafo
substation (G.I.) dengan titik primer trafo distribusi.Saluran ini bertegangan
menengah 20kV. Jaringan listrik 70 kV atau 150 kV, jikalangsung melayani
pelanggan , bisa disebut jaringan distribusi

Saluran Distribusi Sekunder

Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunderdengan
titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2-2)
Menurut bentuk tegangannya:
Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem tegangan searah.
Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan sistemtegangan
bolak-balik.Menurut jenis/tipe konduktornya:Saluran udara, dipasang pada
udara terbuka dengan bantuan support(tiang) dan perlengkapannya, dibedakan
atas:Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa isolasi
pembungkus. Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus isolasi.
Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, denganmenggunakan kabel
tanah (ground cable) Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan
menggunakan kabel laut (submarine cable) Menurut susunan (konfigurasi)
salurannya:Bila saluran fasa terhadap fasa yang lain/terhadap netral,
atausaluran positip terhadap negatip (pada sistem DC) membentuk garis
horisontal.Saluran konfigurasi Delta:

Bila kedudukan saluran satu sama lain membentuk suatu segitiga (delta).

Gambar 2-5 Konfigurasi Delta


5. Menurut Susunan Rangkaiannya
Jaringan Sistem Distribusi Primer
Sistem distribusi primer diguna kan untuk menyalurkan tenaga
listrikdari gardu induk distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat
menggunakan saluran udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai dengan
tingkatkeandalan yang diinginkan dan kondisi serta situasi lingkungan.
Salurandistribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang akan di suplai
tenagalistrik sampai ke pusat beban. Terdapat bermacam-macam bentuk
rangkaianjaringan distribusi primer

- Jaringan Radial tipe Pohon


Bentuk ini merupakan bentuk yang paling dasar. Satu saluran
utamadibentang menurut kebutuhannya, selanjutnya dicabangkan dengan
saluran cabang (lateral penyulang) dan lateral penyulang ini dicabang-cabang
lagi dengan sublateral penyulang (anak cabang). Sesuai dengan kerapatan arus
yang ditanggung masing-masing saluran, ukuran penyulang utama adalah yang
terbesar, ukuran lateral adalah lebih kecil dari penyulang utama, dan ukuran
sub lateral adalah yang terkecil

Gambar 2-10. Jaringan radial tipe pohon


Jaringan radial dengan tie dan switch pemisah.
Bentuk ini merupakan modifikasi bentuk dasar dengan menambahkantie dan
switch

pemisah, yang diperlukan untuk mempercepatpemulihan pelayanan bagi


konsumen, dengan cara menghubungkan areaareayang tidak terganggu pada
penyulang yang bersangkutan, denganpenyulang di sekitarnya. Dengan demikian
bagian penyulang yangterganggu dilokalisir, dan bagian penyulang lainnya yang
"sehat" segeradapat dioperasikan kembali,
dengan cara melepas switch yang terhubung ketitik gangguan, dan
menghubungkan bagian penyulang yang sehat kepenyulang di sekitarnya.

Gambar 2-12. Jaringan radial dengan tie dan switch

3) Jaringan distribusi ring (loop).


Bila pada titik beban terdapat dua alternatip saluran berasal lebih
darisatu sumber.Jaringan ini merupakan bentuk tertutup, disebut juga
bentukjaringan "loop".Susunan rangkaian penyulang membentuk ring,
yangmemungkinkan titik beban dilayani dari dua arah penyulang,
sehinggakontinyuitas pelayanan lebih terjamin, serta kualitas dayanya menjadi
lebihbaik, karena rugi tegangan dan rugi daya pada saluran menjadi lebih
kecil.Bentuk loop ini ada 2 macam, yaitu

:(a). Bentuk open loop:


Bila diperlengkapi dengan normally-open switch, dalam keadaannormal
rangkaian selalu terbuka.

(b). Bentuk close loop


Bila diperlengkapi dengan normally-close switch, yang dalamkeadaan
normal
rangkaian selalu tertutup.

Gambar 2-15. Jaringan Distribusi tipe Ring

Gambar 2-16. Jaringan Distribusi ring terbuka

4) Saluran Radial Interkoneksi


Saluran Radial Interkoneksiyaitu terdiri lebih dari satu saluranradial
tunggal yang dilengkapi dengan LBS/AVS sebagai saklar inerkoneksi.Masing-
masing tipe saluran tersebut memiliki spesifikasi sendiri, dan agarlebih jelas
akan dibicarakan lebih lanjut pada bagianlain. Pada dasarnya semua beban
yang memerlukan tenaga listrik,menuntut kondisi pelayanan yang terbaik,
misalnya dalam hal stabilitas tegangannya, sebab seperti telah dijelaskan, bila
tegangan tidak nominaldan tidak stabil, maka alat listrik yang digunakan tidak
dapat beroperasisecara normal, bahkan akan mengalami kerusakan. Tetapi
dalamprakteknya, seberapa besar tingkat pelayanan terbaik dapat dipenuhi,
masihmemerlukan beberapa pertimbangan, mengingat beberapa
alasan.Digunakan untuk daerah dengan :
- Kepadatan beban yang tinggi
- Tidak menuntut keandalan yang terlalu tinggi
Secara umum, baik buruknya sistem penyaluran dan distribusi
tenaga listrik terutama adalah ditinjau dari hal-hal berikut ini:
- Kontinyuitas Pelayanan yang baik, tidak sering terjadi pemutusan, baik
karena gangguan maupun karena hal-hal yang direncanakan.
Biasanya,kontinyuitas pelayanan terbaik diprioritaskan pada beban-beban
yangdianggap vital dan sama sekali tidak dikehendaki
mengalamipemadaman, misalnya: instalasi militer, pusat pelayanan
komunikasi,rumah sakit, dll.
- Kualitas Daya yang baik, antara lain meliputi:
- kapasitas daya yang memenuhi.
- yang selalu konstan dan nominal.
- frekuensi yang selalu konstan (untuk sistem AC).
Catatan: Tegangan nominal di sini dapat pula diartikan kerugian
tegangan yang terjadi pada saluran relatif kecil sekali.
- Perluasan dan Penyebaran daerah beban yang dilayani
seimbang.Khususnya untuk sistem tegangan AC 3 fasa, faktor
keseimbanganBagaimana pengaruh pembebanan yang tidak simetris pada
suatusistem distribusi, akan dibicarakan lebih lanjut dalam bagian lain.
- Fleksibel dalam pengembangan dan perluaan daerah beban.Perencanaan
sistem distribusi yang baik, tidak hanya bertitik tolak padakebutuhan
beban sesaat, tetapi perlu diperhatikan pula secara telitimengenai
pengembangan beban yang harus dilayani, bukan saja dalamhal
penambahah kapasitas dayanya, tetapi juga dalam hal perluasandaerah
beban yang harus dilayani.
- Kondisi dan Situasi Lingkungan. Faktor ini merupakan
pertimbangandalam perencanaan untuk menentukan tipetipe atau macam
system distribusi mana yang sesuai untuk lingkungan bersangkutan,
misalnyatentang konduktornya, konfigurasinya, tata letaknya, dsb.
Termasukpertimbangan segi estetika (keindahan) nya.
- Pertimbangan Ekonomis. Faktor ini menyangkut perhitungan untungrugi
ditinjau dari segi ekonomis, baik secara komersiil maupun dalamrangka
penghematan anggaran yang tersedia.
- Jaringan Sistem Distribusi Sekunder

Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenagalistrik dari


gardu distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen.Padasistem distribusi
sekunder bentuk saluran yang paling banyak digunakanialah sistem
radial.Sistem ini dapat menggunakan kabel yang berisolasimaupun konduktor
tanpa isolasi. Sistem ini biasanya disebut system tegangan rendah yang
langsung akan dihubungkan kepadakonsumen/pemakai tenaga listrik dengan
melalui peralatan-peralatan sbb:

1) Papan pembagi pada trafo distribusi,


2) Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder).
3) Saluran Layanan Pelanggan (SLP) (ke konsumen/pemakai)
4) Alat Pembatas dan pengukur daya (kWH. meter) serta fuse atau
pengaman pada pelanggan.
Komponen saluran distribusi sekunder seperti ditunjukkan padagambar 2-24
berikut ini.

PEL
AYA
NAN
KON
SU
PMS PMS FCO TD SU MEN

RIL - TT SC FC
RIL - TR

Keterangan :
- PMS = Pemisah
- TD = Trafo Distribusi
- FC = Fuse Cabang
- PMT = Pemutus
- SU = Saklar Utama
- FCO = Fuse Cut Out
- SC = Saklar Cabang

Tegangan Sistem Distribusi Sekunder


Ada bermacam-macam sistem tegangan distribusi sekunder menurut standar;

- EEI Edison Electric Institut,


- NEMA (National Electrical Manufactures Association). Pada dasarnya
tidak berbeda dengan sistem distribusi DC, faktor utama yang perlu
diperhatikan adalah besar tegangan yang diterima pada titik beban
mendekati nilai nominal, sehingga peralatan/beban dapat dioperasikan
secara optimal. Ditinjau dari cara pengawatannya, saluran distribusi AC
dibedakan atas beberapa macam tipe, dan cara pengawatan ini bergantung
pula pada jumlah fasanya, yaitu:

1. Sistem satu fasa dua kawat 120 Volt


2. Sistem satu fasa tiga kawat 120/240 Volt
3. Sistem tiga fasa empat kawat 120/208 Volt
4. Sistem tiga fasa empat kawat 120/240 Volt
5. Sistem tiga fasa tiga kawat 240 Volt
6. Sistem tiga fasa tiga kawat 480 Volt
7. Sistem tiga fasa empat kawat 240/416 Volt
8. Sistem tiga fasa empat kawat 265/460 Volt
9. Sistem tiga fasa empat kawat 220/380 Volt

Di Indonesia dalam hal ini PT. PLN menggunakan sistem tegangan


220/380 Volt. Sedang pemakai listrik yang tidak menggunakan tenaga listrik
dari PT.PLN, menggunakan salah satu sistem diatas sesuai dengan standar
yang ada. Pemakai listrik yang dimaksud umumnya mereka bergantung kepada
negara pemberi pinjaman atau dalam rangka kerja sama, dimana semua
peralatan listrik mulai dari pembangkit (generator set) hingga peralatan kerja
(motor-motor listrik) di suplai dari negara pemberi pinjaman/kerja sama
tersebut. Sebagai anggota, IEC (International Electrotechnical Comission),
Indonesia telah mulai menyesuaikan sistem tegangan menjadi 220/380 Volt
saja, karena IEC sejak tahun 1967 sudah tidak mencantumkan lagi tegangan
127 Volt. (IEC Standard Voltage pada Publikasi nomor 38 tahun 1967 halaman
7 seri 1 tabel 1). Diagram rangkaian sisi sekunder trafo distribusi untuk
masing-masing sistem tegangan tersebut ditunjukkan pada gambar berikut ini:

Sistem distribusi satu fasa dengan dua kawat.


120 v 120
v

Gambar 2-25. Sistem satu fasa dua kawat tegangan 120Volt

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik.Sistem
distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik
besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga
listrik adalah; 1) pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat
(pelanggan), dan 2) merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung
berhubungan dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban
(pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi.

Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik


1. Menurut nilai tegangannya:
 Saluran distribusi Primer.
 Saluran Distribusi Sekunder
2. Menurut bentuk tegangannya:
 Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem tegangan
searah
 Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan sistemtegangan
bolak-balik.
3. Menurut jenis/tipe konduktornya:
 Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan support(tiang)
dan perlengkapannya, dibedakan atas:
 Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa
isolasipembungkus. Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus
isolasi.
 Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, denganmenggunakan
kabel tanah (ground cable)
 Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan
menggunakan kabel laut (submarine cable)
4. Menurut susunan (konfigurasi) salurannya:
 Bila saluran fasa terhadap fasa yang lain/terhadap netral, atausaluran
positip terhadap negatip (pada sistem DC) membentuk garishorisontal.
 Saluran konfigurasi Delta:
Bila kedudukan saluran satu sama lain membentuk suatu segitiga (delta)
5. Menurut Susunan Rangkaiannya
 Jaringan Sistem Distribusi Primer
 Jaringan Sistem Distribusi Sekunder

B. SARAN
Dari pembahasan makalah tentang Jaringan Distribusi Tenaga Tistrik,
kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu
segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaannya.
DAFTAR PUSTAKA

[a] Har Suhardi, Bambang t, Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid I,


Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Depdiknas, 2008

[b] http://bloggs-catar.blogspot.com/2014/09/sekilas-tentang-jaringan-
distribusi.htm

[c] http://rahmanta13.files.wordpress.com/2011/09/2a.png

[d]http://4.bp.blogspot.com/696UHzyN15U/TtrkAk6MhEI/AAAAAAAAA0
/05Byy4Iw80/s 1600/jdtl.1.jpg

[e] http://POWER POINT/Makalah-jdtr.htm

[f] http://kask.us/6962328

Anda mungkin juga menyukai