Anda di halaman 1dari 6

1.

( Dwi )
Kebudayaan dan masyarakat terdapat hubungan timbal balik. (slide 1)
- Masyarakat menciptakan budaya
Kebudayaan adalah suatu kegiatan yang terdapat pada sekelompok manusia, yang di
wariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya.
- Budaya membentuk manusia
Kebudayaan membentuk masyarakat. Kebudayaan membentuk mental, paradigma dan pola
pikir masyarakat tersebut. Seperti yang terdapat pada film ini kebudayaan membentuk
masyarakat yang hidup terbelakang, pendidikan rendah.

Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia. Hasil karya manusia
menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadap
lingkungan alamnya. Sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai

- Suatu hubungan pedoman antarmanusia atau kelompoknya


- Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain.
- Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia
- Pembeda manusia dan binatang
- Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berprilaku didalam
pergaulan.
- Pengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat dan
menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.

2. Praktek Prostitusi
( Kiki ) Praktek Prostitusi sudah terjadi sejak jaman dahulu, pada film ini jelas terlihat praktek
prostitusi berbalut kebudayaan. Dimana seorang penari diharuskan untuk melakukan hubungan
diluar nikah dengan laki-laki yang sudah membayarnya (memanggilnya untuk pentas). Prostitusi
atau pelacuran pada hakekatnya adalah perilaku seks yang berganti-ganti pasangan, dapat
dilakukan oleh pria maupun wanita baik mendapatkan imbalan hasil ataupun tidak.
Pada zaman ini lokalisasi sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai tempat tinggal/rumah
para Pekerja Seks Komersial (PSK), dimana masyarakat pada umumnya memberikan stigma
negatif terhadap keberadaan profesi ini. Misalnya, profesi ini dianggap sebagai sampah
masyarakat, penghancur rumah tangga, dan dipersepsikan sebagai penghuni daerah hitam.
Berbanding terbalik dengan yang digambarkan pada film ini, dimana sang penari (yang melakukan
hal tersebut) sangat dihormati bahkan istri dari lelaki yang tidur dengannya dianggap suatu
kebanggaan tersendiri dan bisa mendatangkan keberkahan pada keluarganya.

( Nurul )

Faktor-Faktor Pendorong Seseorang Bekerja Menjadi PSK


Faktor Internal
- Faktor Sakit Hati
Berasal dari rasa sakit hati dengan perlakuan buruk yang PSK pernah dapatkan dari laki-laki,
baik itu pacar, suami maupun mantan suami mereka, akhirnya membuat mereka mencari
sebuah pelarian atau pelampiasan.
- Faktor Perceraian Dini
Kebanyakan PSK juga seorang adalah janda.
- Faktor Rendahnya Tingkat Pendidikan dan Keterampilan
Para PSK di kebanyakan tidak mengenyam pendidikan yang tinggi dan tidak memiliki
keterampilan hidup. Mereka tidak dapat meningkatkan taraf hidup mereka dengan cara yang
dilakukan kebanyakan orang, karena pendidikan mereka rendah.
- Gaya Hidup
Cara hidup PSK yang boros tersebut membuat para PSK bertahan dengan profesi mereka demi
terus bisa memenuhi keinginan tersebut.

Faktor Eksternal
- Faktor Ekonomi PSK
Kebutuhan hidup yang tinggi dan ketidakmampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan
tersebut menyebabkan mereka akhirnya memilih menjadi PSK.
- Ajakan Teman Para pekerja seks
Saling mempengaruhi teman-teman mereka yang sedang mengalami kesusahan ekonomi
agar menjadi PSK. Bahkan yang semula tidak tahu apa-apa tentang prostitusi akhirnya ikut
terjun menjadi pekerja seks karena ajakan dari orang lain.
- Pengaruh Lingkungan
Hal tersebut tentu juga mendukung para PSK agar terus beroperasi di lingkungan tersebut.
Perilaku menyimpang mereka menjadi lebih berkembang karena mereka tinggal di wilayah
yang sama dan bertemu secara terus menerus dengan para PSK lainnya.

3. Budaya politik
( Vina ) Budaya politik adalah aspek politik dari system nilai-nilai yang berkembang dalam
masyarakat yang dipengaruhi oleh suasana zaman saat ini dan tingkat pendidikan dari masyarakat
itu sendiri. Artinya, budaya politik yang berkembang dalam suatu Negara dilatarbelakangi oleh
situasi, kondisi, dan pendidikan itu sendiri, terutama pelaku politik Yang memiliki kewenangan
dan kekuasaan dalam membuat dalam membuat kebijakan, sehingga budaya politik yang
berkembang dalam masyarakat suatu Negara akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Secara teoretik, budaya politik juga dapat diartikan aspek dari nilai-nilai yang terdiri atas
pengetahuan, adat istiadat, takhayul, dan mitos.

Budaya politik dibagi menjadi 3 kelompok :


a. Budaya politik parokial
suatu budaya dimana tingkat partisipasi politik masyarakatnya masih sangat rendah. Tipe
political culture yang satu ini sering ditemukan di masyarakat tradisional yang sifatnya
sederhana.
Cirinya :
- ruang lingkupnya kecil
- masyarakatnya apatis
- pengetahuan masyarakat tentang politik sangat rendah
- masyarakat cenderung tidak perduli tentang politik
- masyarakat jarang berhadapan dengan politik
Contohnya itu seperti yang ada di film tari ronggeng
b. Budaya politik kaula/subjek
Suatu budaya dimana masyarakatnya cendeeung lebih maju dalam ekonomi/sosialnya.
Meskipun masyarakatnya masih relatif pasif, namun sudah mengertia tentang adanya sistem
politik serta patuh terhadap undang-undang dan para aparat pemerintahan.
Cirinya :
- Adanya kesadaran penuh masyarakatnya terhadap otoritas pemerintahan.
- Masyarakatnya masih bersikap pasif terhadap politik.
- Beberapa warga memberikan masukan dan permintaan terhadap pemerintah, namun telah
mau menerima aturan dari pemerintah.
- Masyarakatnya mau menerima keputusan yang tidak dapat dikoreksi ataupun ditentang.
- Masyarakatnya telah sadar dan memperhatikan sistem politik umum dan khusus pada objek
output, sedangkan kesadaran pada input dan sebagai aktor politik masih cukup rendah.
c. Budaya politik partisipan
Suatubudaya dimana masyarakatnya telah memiliki kesadaran yang tinggi tentang suatu
sistem politik, struktur proses politik, dan administratif.
Cirinya :
- Adanya kesadaran masyarakatnya tentang hak dan tanggungjawab terhadap kehidupan
berpolitik.
- Masyarakatnya tidak langsung menerima keadaan, namun memberikan penilaian secara
sadar terhadap objek-objek politik.
- Kehidupan politik di tengah-tengah masyarakat berperan sebagai sarana transaksi.
- Masyarakatnya telah memiliki kesadaran tinggi sebagai warga negara yang aktif dan
berperan dalam politik.

4. Politik pada masa orde baru (G30s/PKI)


- ( Pace ) PKI
Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan partai komunis terbesar ketiga di dunia. Kadernya
berjumlah sekitar 300.000, sementara anggotanya diperkirakan sebanyak dua juta orang.
Selain itu PKI juga mengatur serikat-serikat buruh.
Perkembangan pengaruh dan kemilitanan PKI, serta dukungan Soekarno terhadap partai
tersebut, menumbuhkan kekhawatiran pada kelompok Muslim dan militer. Ketegangan mulai
menyelimuti perpolitikan Indonesia pada awal dan pertengahan tahun 1960-an. Upaya PKI
untuk mempercepat reformasi tanah menggusarkan tuan-tuan tanah dan mengancam posisi
sosial para kyai.
- Daya Tarik PKI dalam mencari simpatisan
Pada saat itu PKI banyak menduduki kursi pemerintahan dan mereka menggunakan
kepopuleran sukarno untuk menarik simpati masyarakat. Kemudian PKI juga disebut partai
pro rakyat.
- Eksekusi Anggota PKI
Pembersihan dimulai pada Oktober 1965 di Jakarta, yang selanjutnya menyebar ke Jawa
Tengah dan Timur, dan Bali. Pembantaian dalam skala kecil dilancarkan di sebagian daerah di
pulau-pulau lainnya, terutama Sumatra. Pembantaian terburuk meletus di Jawa Tengah dan
Timur. Korban jiwa juga dilaporkan berjatuhan di Sumatra utara dan Bali. Petinggi-petinggi
PKI diburu dan ditangkap.
Kebencian terhadap komunis dikobarkan oleh angkatan darat, sehingga banyak penduduk
Indonesia yang ikut serta dalam pembantaian ini. Peran angkatan darat dalam peristiwa ini
tidak pernah diterangkan secara jelas. Beberapa cabang PKI melancarkan perlawanan dan
pembunuhan balasan, tetapi sebagian besar sama sekali tidak mampu melawan. Tidak semua
korban merupakan anggota PKI. Seringkali cap "PKI" diterapkan pada tokoh-tokoh Partai
Nasional Indonesia (PNI) yang beraliran kiri. Dalam kasus-kasus lainnya, para korban
merupakan orang-orang yang hanya dituduh atau diduga komunis.

5. Pengaruh politik terhadap budaya


(Balqis ) Ada kondisi-kondisi tertentu yang menampilkan fenomena sikap dan perilaku politik
ternyata bersumber dari latar belakang sejarah, dan akar budaya tertentu. Terkadang ada juga
kondisi yang memperlihatkan sikap ataupun perilaku kultural sebagai hasil dari perkembangan
politik atau bahkan akibat dari manipulasi politik tertentu. Kondisi tersebut memunculkan suatu
kajian tersendiri mengenai korelasi politik dengan budaya. Politik dan kebudayaan menjadi
semacam dua sisi dari satu keping koin yang tidak dapat dipisahkan karena kedua aspek tersebut
selalu berkaitan dan nampaknya terjadi proses mutualisme dimana timbul fenomena yang saling
menguntungkan antara kedua belah pihak bila terjadi proses interaksi. Dan tak jarang pula aspek-
aspek atau perilaku-perilaku dalam kebudayaan menjadi kontradiksi dengan perkembangan
perilaku politik sehingga menimbulkan ketidakbermanfaatan atau malah saling memberikan efek
negatif antara keduanya.

Yang menjadi titik perhatian dari proses interaksi antara kedua aspek tersebut adalah dampaknya
terhadap perkembangan sosial-kemasyarakatan. yang pernah terjadi dalam masyarakat lokal
Indonesia atau masyarakat global dunia hampir bisa dipastikan bahwa dunia politik selalu
bersinggungan dengan masalah kebudayaan dalam waktu-waktu tertentu.

( Barja ) Contoh lain dari kasus budaya yang dipengaruhi politik :


Pada tahun 1960-an sebuah kesenian Srandul yang sangat popular dipentaskan didaerah Kota
Gede, Yogyakarta menjadi korban “kekerasan politik”, setelah sekian lama eksis harus rela untuk
dibekukan dan dilarang tampil oleh pemerintahan Orde Baru hanya gara-gara pengelola seni ini
berada disebuah kampung yang menjadi basis masa kaum “kiri”.

Dengan demikian, berawal dari urusan politik merambat keurusan kebudayaan dan kesenian
sehingga kontestasi politik dapat dengan serius mengancam eksistensi kebudayaan.

kebudayaan juga tidak hanya menjadi alat bagi kompetisi politik, kebudayaan juga bisa menjadi
alat untuk mengungkapkan aspirasi dan pemikiran masyarakat terhadap pemerintah sehingga
tidak tertutup kemungkinan keanekaragaman budaya dapat dimanfaatkan sebagai ajang untuk
memberikan tekanan terhadap penguasa yang sewenang-wenang. Hal itu tergantung bisa atau
tidaknya kelompok masyarakat seni dan budaya tertentu memanfaatkan peluang tersebut, juga
dapat dipengaruhi oleh kondisi politik negara yang bersangkutan.
6. Pendekatan Politik yang dilakukan untuk mencampuri suatu budaya
(Sabrina) Cara yang dilakukan dulu dengan mencampuri suatu budaya sebagai media hanya untuk
kepentingan politik. Cara seperti itu sebenarnya masih dilakukan hingga saat ini di Indonesia.
Contoh nya di zaman sekarang ini tarian tarian banyak dijadikan sebagai pembuka dalam sebuah
acara-acara politik, pemberian gelar gelar khusus pada kepala partai politik ketika sedang
berkunjung ke suatu daerah. Dan mereka mendapatkan gelar itu Cuma-Cuma. Menjadikan
kampanye politik sebagai pesta rakyat.

7. Dampak positif dan negative pengaruh politik dalam suatu budaya


( Kirana ) Positif

- Budaya dapat dengan mudah disebarluaskan, sehingga nasyarakat awam yang sama sekali
tidak mengetahui adanya suatu kesenian budaya adat di dalam daerah dapat mengetahuinya
dan mengetahui adanya keberagaman budaya di Indonesia
- Salah satu bentuk pelestarian terhadap budaya
- Mulai memudar kepercayaan animisme yang merugikan sebagian orang.

Negatif
- Ada nya pergeseran makna dan atau fungsi terhadap kesenian itu sendiri
Contohnya
- Sebagian kesenian khas daerah menjadi simbol dari suatu partai politik sehingga bagi orang2
yang tidak menyukai partai tersebut akan berdampak pada kesenian khas daerah tersebut.
Contohnya : syair khas banyuwangi “genjer genjer” menjadi salah satu syair fenomenal yang
di cap sebagai lambang dari partai komunis dan rakyat indonesia tidak di perbolehkan bahkan
diharamkan mendengarkan syair tersebut.

8. (Kresna ) Nilai Sosial Budaya


a. Nilai Bermasyarakat
- Mencerminkan kehidupan masyarakat yang bergantung pada alam.
- Nilai kehidupan masyarakat yang hidup dalam kemiskinan dan kemelaratan.
- Nilai masyarakat yang memiliki kepercayaan yang kuat terhadap nenek moyang mereka
b. Nilai Sosial
- Nilai sosial masyarakat, bahwa seorang istri tidak cemburu melainkan bangga bila
suaminya berhubungan badan dengan penari ronggeng.
- Seorang Ronggeng diperlakukan istimewa dibandingkan warga biasa.
c. Nilai Religius
- Kebiasaan masyarakat yang memuja-muja nenek moyang.
- Sarana penghubung batin dengan nenek moyang dengan menyanyikan sebuah kidung.
Kidung merupakan kosakata bahasa Jawa tengahan dan termasuk dalam klasifikasi kata
benda yang mempunyai padanan dengan tembang atau sekar 'nyanyian' dalam bahasa
Jawa baru.
- Masyarakat yang memiliki nilai religius yang tinggi
d. Nilai Budaya
- Kebudayaan yang sudah ada sejak lama.
- Kebudayaan keris yang menjadi bagian dari kebudayaan warga yang dibudidayakan dan
dikembangkan oleh masyarakat setempat.

Anda mungkin juga menyukai