MATERI
MATERI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan pendengaran atau tuli merupakan salah satu masalah yang cukup serius
dan banyak terjadi di seluruh negara di dunia. Gangguan pendengaran adalah hilangnya
kemampuan untuk mendengar bunyi dalam cakupan frekuensi yang normal untuk
didengar (Beatrice, 2013).
Gangguan pendengaran dapat mengenai salah satu atau kedua telinga sehingga
penderitanya mengalami kesulitan dalam mendengar percakapan (WHO, 2015).
Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh gangguan transmisi suara di telinga luar
maupun telinga tengah atau yang dikenal dengan tuli konduksi/hantaran dan kerusakan
pada sel rambut maupun jalur sarafnya atau yang disebut juga dengan tuli saraf (Ganong,
2012).
Gangguan pendengaran akan mengakibatkan menurunnya kualitas hidup seseorang
sehingga mempengaruhi kualitas sumber daya manusia (Tjan et.al, 2013). Jumlah lansia
semakin lama semakin banyak. Diseluruh dunia terdapat sekitar 500 juta lansia dengan
usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 miliar.
Penyebab terjadinya gangguan transmisi suara baik pada telinga luar, telinga tengah
maupun telinga dalam bervariasi. Tuli hantaran dapat disebabkan karena adanya
sumbatan pada kanalis auditorius eksterna oleh benda asing atau serumen, kerusakan
tulang pendengaran, adanya penebalan membran timpani akibat terjadinya infeksi telinga
tengah yang berulang, dan kekakuan abnormal karena adanya perlekatan tulang stapes ke
fenestra ovalis (Ganong, 2012). Kerusakan sel rambut luar dapat diakibatkan oleh
penggunaan obat yang bersifat toksik bagi telinga seperti antibiotika golongan
aminoglikosida dan pajanan suara bising yang terus menerus sehingga menyebabkan
gangguan pendengaran (Ganong, 2012).
Pada tahun 2000 kurang lebih dua diantara tiga orang dari 600 juta orang lansia
berada di Negara berkembang (Mubarak dkk, 2009). Jumlah penduduk lansia di
Indonesia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih 19 juta jiwa dengan usia harapan hidup
66,2 tahun. Pada tahun 2010, diprediksikan jumlah lansia sebesar 23,9 juta (9,77 %)
dengan usia harapan hidup 67,4 tahun. Sedangkan pada tahun 2020 diprediksikan jumlah
lansia sebesar 28,8 juta (11,34 %) dengan usia harapan hidup 71,1 jiwa (Efendi, F dan
Makhfudli, 2009).
Berdasarkan survei BPS, kondisi lansia di Indonesia menunjukkan bahwa populasi
lansia perempuan lebih tinggi dibandingkan lansia laki-laki. Hal ini menunjukkan UHH
perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Jika dilihat dari sebaran lansia menurut
provinsi, presentase penduduk lansia di atas 10 % sekaligus tertinggi berada di provinsi
DI Yogyakarta (13,04 %),Jawa Timur (10,40 %), dan Jawa Tengah (10,34 %). Banyak
kelainan atau penyakit yang prevalensinya meningkat dengan bertambahnya usia akan
rentan terhadap penyakit dan sistem organ yang mengalami proses penuaan(Dewi, 2014).
2.10 Penatalaksanaan
Terdapat beberapa pilihan terapi untuk penderita presbikusis, diantaranya:
1. kurangi paparan terhadap bising
2. Gunakan pelindung telinga (ear plegs atau ear muffs) untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut
3. Gunakan alat bantu dengar
4. Lakukan latihan untuk meningkatkan keterampilan membaca gerak bibir
dan latihan mendengar
5. Berbicaralah kepada penderita presbikusis dengan nada rendah dan jelas.
Dengan memahami kondisi yang dialami oleh para lansia dan memberikan
terapi yang tepat bagi mereka, diharapkan kita dapat membantu mengatasi
masalah social yang mungkin mereka alami akibat adanya keterbatasan
fungsi pendengaran mereka.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, status perkawinan, pekerjaan, alamat,
tanggal masuk rumah sakit, golongan darah dan lain sebagainya.
- Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama
Klien susah mendengar pesan atau rangsangan suara
- Riwayat kesehatan sekarang
1. Saat sekarang keluarga klien mengatakan susah mendengar pesan atau rangsangan
berupa suara.
2. Ketika berbicara dengan orang lain klien tidak mengerti terhadap pembicaraan.
3. Untuk lebih mengerti, klien sering meminta untuk mengulangi pembicaraan.
4. Keluarga klien mengatakan lebih senang menyendiri dan dengan kesendiriannya itu
klien mengekspresikan kesepian dan keluarga klien mengatakan bahwa klien sering
menarik diri dari lingkungan dan tidak mau tampil bersama anggota keluarga.
5. Untuk mengisi kebosanannya, keluarga klien mengatakan bahwa klien lebih
banyak tidur dan tidak mau melakukan aktivitas apapun.
6. Komunikasi dengan klien sebagian besar berjalan melalui pesan-pesan tertulis.
- Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit pada sistem pendengaran,
apakah ada kelurga yang menderita DM.
b. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian Daun telinga
- Inspeksi:
1. Kesimetrisan daun telinga (simetris kiri dan kanan)
2. Posisi telinga normal yaitu sebanding dengan titik puncak
3. Penempatan pada lipatan luar mata ( masih terdapat/tampak atau tidak)
4. Terdapat pembengkakan pada Auditorius eksternal atau tidak.
- Palpasi:
1. Apakan terdapat nyeri raba
2. Apakah ada pembengkakan
3.2 Diagnosa keperawatan
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan degenerasi tulang
pendengaran bagian dalam.
2. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi pendengaran.
3. Kurang aktivitas berhubungan dengan menarik diri dengan lingkungan.
3.3 Intervensi keperawatan
a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan degenerasi tulang
pendengaran bagian dalam
Tujuan : komunikasi verbal klien berjalan dengan baik
Kriteria Hasil Dalam 1 hari klien dapat :
1. Menerima pesan melalui metode alternatif
2. Mengerti apa yang diungkapkan
3. Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan untuk berkomunikasi
4. Menggunakan alat bantu dengar dengan cara yang tepat
Intervensi :
1. Kaji tingkat kemampuan klien dalam penerimaan pesan
2. Periksa apakah ada serumen yang mengganggu pendengaran
3. Bicara dengan pelan dan jelas
4. Gunakan alat tulis pada waktu menyampaikan pesan
5. Beri dan ajarkan klien pada penggunaan alat bantu dengar
6. Pastikan alat bantu dengar dapat berfungsi dengan baik
7. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan telinga
b. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi pendengaran.
Tujuan : klien dapat menerima keadaan dirinya
Kriteria Hasil Secara bertahap klien dapat :
1. Mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri
2. Berhubungan sosial dengan orang lain
3. Mendapat dukungan keluarga mengembangkan kemampuan klien untuk
berhubungan dengan orang lain
4. Membina hubungan saling percaya dengan perawat
Intervensi :
1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab klien
tidak mau bergaul atau menarik diri
3. Bina hubungan saling percaya dengan klien
4. Anjurkan anggota keluarga untuk secar rutin dan bergantian mengunjungi
klien
5. Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga
6. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip hubungan
terpeutik.
c. Kurang aktivitas berhubungan dengan menarik diri dengan lingkungan.
Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas tanpa kesulitan
Kriteria Hasil Secara bertahap klien dapat :
1. Menceritakan perasaan-perasaan bosan
2. Melaporkan adanya peningkatan dalam aktivitas yang menyenangkan.
3. Menceritakan metode koping terhadap perasaan marah atau depresi yang
disebabkan oleh kebosanan.
Intervensi :
1. Beri motivasi untuk dapat saling berbagi perasaan dan pengalaman
2. Bantu klien untuk mengatasi perasaan marah dari berduka
3. Variasikan rutinitas sehari-hari
4. Libatkkan individu dalam merencanakan rutinitas sehari-hari
5. Rencanakan suatu aktivitas sehari-hari
6. Beri alat bantu dengar dalam melakukan aktivitas
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gangguan pendengaran adalah salah satu gangguan kesehatan yang umumnya
disebabkan oleh faktor usia atau karena sering terpapar suara yang nyaring/keras.
Pendengaran bisa dikatakan terganggu jika sinyal suara gagal mencapai otak.
Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering
digunakan ialah media visual. Klien menangkap pesan bukan dari suara yang dikeluarkan
orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi visual
menjadi sangat penting bagi klien ini sehingga dalam melakukan komunikasi, upayakan
supaya sikap dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra visualnya.
4.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan suatu refrensi atau informasi bagi
mahasiswa keperawatan khususnya dan kalangan umum untuk melanjutkan pendidikan
selanjutnya. Mohon maaf bila banyak kekurangan dalam makalah ini dan mohon kritik
dan saran yang membangun