Stroke adalah penyakit multifaktorial dengan berbagai penyebab disertai
manifestasi klinis mayor, dan penyebab utama kecacatan dan kematian di Negara- negara berkembang. WHO mendefinisikan stroke sebagai suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.1 Angka morbiditas stroke iskemik lebih tinggi dari pada stroke hemorhargik. Pada umumnya proses penyembuhannya lebih baik dan lebih cepat dari pada stroke perdarahan namun tetap bergantung pada luas dan lokasi terjadinya infark.2 Stroke menduduki urutan ketiga sebagai penyebab utama kematian setelah penyakit jantung koroner dan kanker di negara-negara berkembang. Di Amerika Serikat pada tahun 2002 stroke membunuh sekitar 162.672 orang. Angka kejadian di Indonesia berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus stroke, dari 8,3% menjadi 12,1% per 1000 penduduk pada tahun 2007 - 2013. Dan sekitar 2,5% atau 250 ribu orang meninggal dunia dan sisanya cacat.2 Pada penderita stroke program rehabilitasi bertujuan untuk mencapai kemampuan fungsional semaksimal mungkin dan mencegah serangan berulang. Manfaat rehabilitasi pada penderita stroke bukan untuk mengubah defisit neurologis melainkan menolong penderita untuk mencapai fungsi kemandirian semaksimal mungkin dalam konteks lingkungannya. Jadi tujuannya adalah lebih ke arah meningkatkan kemampuan fungsional daripada memperbaiki defisit neurologis atau mengusahakan agar penderita dapat memanfaatkan kemampuan sisanya untuk mengisi kehidupan secara fisik, emosional, dan sosial ekonomi dengan baik.3