PEMBAHASAN
4.1 Anamnesis
Berdasarkan hasil anamnesis, data yang menunjang adalah adanya defisit
neurologis berupa hemiparese sinistra, yang secara tiba-tiba tanpa didahului
trauma, nyeri kepala hebat, muntah-muntah, dan penurunan kesadaran. Hal ini
menunjukan bahwa pasien mengalami masalah di area hemisfer dextra. Dari
anamnesis juga ditemukan faktor resiko dimana pasien suka mengkonsumsi
goring-gorengan dan adanya riwayat keluarga dari ayah dengan hipertesi.
27
28
kolesterol yang merupakan salah satu faktor dari terbentuknya thrombus atau
emboli.
4.4 Penatalaksanaan
Pada pasien stroke iskemik penatalaksanan yang dapat di berikan yakni aspilet
yang diperlukan untuk melisiskan thrombus maupun emboli yang menyumbat
pembuluh darah. Citicholin memiliki sifat neuroprotektif dan neurorestoratif pada
sel saraf yang mengalami iskemi. Pemberian Citicholin diharapkan mencegah
kerusakan sel saraf lebih lanjut sekaligus mengembalikan fungsi sel saraf yang
mengalami iskemik. Vit B1, B6, dan B12 merupakan neurotropik, dan dapat
mencegah kerusakan neural tube. Selebihnya, jika pasien memiliki faktor resiko
yang lain, maka sebaiknya juga diatasi.
rehabilitasi harus realistis dan fleksibel sebab status neorologis dari pasien dan
psikis biasanya berubah seiring waktu. Hal terbaik didapatkan jika pasien dan
keluarga berpartisipasi dalam mencapai tujuan rehabilitasi.
a. Fisioterapi
Terjadinya Kelemahan pada anggota gerak kiri (kekuatan otot ekstremitas
superior sinistra 1/1/1 dan inferior sinistra 4/4/4) sehingga mengakibatkan
gangguan ambulasi dan mobilisasi. Program yang dapat diberika berupa:
Proper bed positioning untuk menghidari dari komplikasi sekunder, missal:
decubitus, hand finger syndrome.
- Saat berbaring terlentang: Posisi kepala, leher, dan punggung harus
lurus. Letakkan bantal di bawah lengan yang lumpuh secara hati- hati,
sehigga bahu terangkat ke atas dengan lengan agak ditinggikan dan
memutar ke arah luar kepala, siku dan pergelangan tangan agak
ditinggikan. Letakkan pula bantal di bawah paha yang lumpuh dengan
posisi agak memutar ke arah dalam, lutut agak ditengkuk. Tujuannya agar
mempelancar sirkulasi darah pada ekstremitas yang lumpuh.
- Miring ke sisi yang sehat: Bahu yang lumpuh harus menghadap ke
depan, pastikan bahwa bahu penderita tidak memutar secara berlebihan.
Kaki yang lumpuh diletakkan di depan atas, di bawah paha dan tungkai
diganjal dengan bantal, lutut ditekuk.
- Miring ke sisi yang lumpuh: Lengan yang lumpuh menghadap ke depan,
pastikan bahwa bahu penderita tidak memutar secara berlebihan. Tungkai
agak ditengkuk, tungkai yang sehat menyilang di atas tungkai yang
lumpuh dengan diganjal bantal.
Latihan LGS pasif pada ekstremitas superior sinistra. Yaitu dimana energy
yang digunakan berasal dari luar. Tujuannya untuk menjaga fisiologis dari
sendi dan jaringan ikat, menjaga kontraktur karena imobilisasi, menjaga
elastisitas sendi, membatu sirkulasi dan vascular dynamic, membantu
pergerakan cairan, mengurangi nyeri. Dapat dilakukan dengan penolong atau
keluarga dengan cara:
- Gerakan Menekuk Dan Meluruskan Sendi Bahu: Tangan satu
penolong memegang siku, tangan lainnya memegang lengan, luruskan
siku, naikkan dan turunkan lengan dengan siku tetap lurus.
Latihan LGS aktif pada ekstremitas superior dan inferior dextra, serta,
inferior sinistra. Latihan gerak sendi aktif adalah gerakan sebuah segmen
dimana tenaganya berasal dari kontraksi otot-otot pergerakkan segmen
tersebut. Tujuannya untuk menjaga sifat fisiologis, elastisitas, dan
kontraktilitas dari otot, memberikan sensory feedback dari kontraksi otot,
memberikan stimulus untuk integritas tulang dan jaringan, meningkatkan
koordinasi dan kemampuan motorik yang aktivitas fungsional. Dapat
dilakukan latian sebagai berikut:
- Latihan I: Angkat tangan yang lumpuh menggunakan tangan yang sehat
ke atas, letakkan kedua tangan di atas kepala, kembalikan tangan ke posisi
semula
- Latihan III: Angkat tangan yang lemah menggunakan tangan yang sehat
ke atas, kembali seperti semula.
- Latihan VI: tekuk jari-jari yang lumpuh dengan tangan yang sehat,
kemudian luruskan, putar ibu jari yang lemah menggunakan tangan yang
sehat.
- Latihan VII: Letakkan kaki yang sehat di bawah lutut yang lumpuh,
turunkan kaki yang sehat, sehingga punggung kaki yang sehat berada di
bawah pergelangan kaki yang lumpuh, angkat kedua kaki ke atas dengan
bantuan kaki yang sehat, kemudian turunkan pelan-pelan.
b. Terapi Okupasi
Evaluasi adanya kelemahan pada ekstremitas superior sinistra 1/1/1 dan
inferior sinistra 4/4/4, dapat mempengaruhi kegiaatan sehari-hari pasien. Maka
terapi okupasi bertujuan untuk mengembangkan kecakapan/keterampilan
penderita untuk mencapai kehidupan yang produktif serta untuk mengatasi
masalah-masalah yang ada dalam hidup serta lingkuungan mereka masing-
masing. Dari hasil Indeks Barthel pasien didapatkan sebagai berikut:
39
c. Terapi Ortotik
Terapi ortotik prostetik dilakukan untuk mengembalikan fungsi dan
mencegah atau mengoreksi kecacatan pasien. Pada penderita stroke dapat
digunakan alat bantu atau alat ganti dalam membantu transfer dan ambulasi
penderita. Karena adanya gangguan saat berjalan pasien dapat digunakan alat
bantu seperti tripod, untuk mempermudah saat pasien berjalan dan mencegah
pasien terjatuh saat berjalan. Untuk mencegah terjadinya hand finger sindrom
dapat diberikan hand sling agar lengan sejajar dengan jatung untuk mempermudah
sirkulasi darah dan pergerakan cairan.
d. Psikologi
Semua penderita dengan gangguan fungsional yang akut akan melampaui
serial fase psikologis, yaitu: fase shok, fase penolakan, fase penyesuaian dan fase
penerimaan. Sebagian penderita mengalami fase-fase tersebut secara cepat,
sedangkan sebagian lagi mengalami secara lambat, berhenti pada salah satu fase,
bahkan kembali ke fase yang telah lewat. Penderita harus berada pada fase
psikologis yang sesuai untuk dapat menerima rehabilitasi.
Psikolog melakukan evaluasi dan mengobati gangguan mental akibat
penyakit, untuk meningkatkan motivasi serta berusaha mengatasi penyakitnya.8
Petugas sosial medik memberikan bantuan kepada penderita demi menghadapi
masalah sosial yang mempengaruhi penderita dalam hubungan dengan penyakit
dan penderita.
Memberi dukungan mental pada penderita dan keluarga agar penderita
tidak cemas dengan sakitnya. Memberi dukungan agar penderita selalu rajin dan
tekun dalam menjalankan terapi. Pemeriksaan Status Mini Mental State (MMSE)
Aspek Pemeriksaan Normal =
Nilai
Kognitif Sekarang ini (tahun, musim, bulan, tanggal, hari) apa
5
?
Kita dimana ? (negara, propinsi, kota, rumah) 5
Registrasi
Sebutkan 3 objek. Tiap 1 objek 1 detik, pasien disuruh
mengulang nama objek tadi. Nilai satu untuk tiap 3
nama objek yang benar.
42
Total 30
Penilaian :
<24 dianggap terdapat gangguan kognitif
>24 dianggap tidak terdapat gangguan kognitif
3.6 Follow Up
Dari hasil follow up, walaupun belum didapatkan perbaikan yang siknifikan.
Namun pasien sudah mulai menunjukkan berbaikan dimana pasien sudah mulai
dapan menggeser tangan kirinya. Selain itu, factor resiko yang menjuru kea rah
stroke juga perlu dihindari oleh pasien. Fisioterapi perlu dilakukan pada
pasien agar fungsi motorik yang terganggu dapat dikembalikan mendekati
normal sehingga pasien dapat kembali menjalani aktivitas sehari-harinya
mengingat pasien masih dalam usia produktif. Dan perlunya meningkatkan
semangat pasien dalam melakukan rehabilitasi.
3.7 Prognosis
Prognosis ad vitam pada kasus ini ad bonam, hal ini dipengaruhi oleh keadaan
pasien pada saat datang yang masih dalam keadaan umum yang baik. Untuk
prognosis ad fungsionam dubia ad bonam dikarenakan sangat tergantung dari
ketelatenan pasien dalam menjalani fisioterapi. Kecenderungan bonam
dipengaruhi oleh luas lesi yang tidak terlalu besar sehingga pengembalian fungsi
diharapkan dapat kembali mendekati semula. Prognosis sanationam dubia ad
bonam dikarenakan factor resiko yang minimal pada pasien ini serta butuh
kesadaran dan perhatian dari pasien untuk mengontrolnya.