Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

AKHLAK KEPADA ALLAH DAN RASUL

Dibuat Oleh :
Muhammad Farhan Hidayat (100.701.17.108)
Kelas B

Mata Kuliah PAI

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2019 M / 1440 H
1. Akhlak Kepada ALLAH SWT
Islam merupakan agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Tidak
hanya bagi umat Islam, namun juga bagi orang-orang yang tidak percaya dengan
Islam, bahkan yang memusuhi Islam sekalipun. Islam yang hadir pada saat manusia
dalam kegelapan dan kebekuan moral, telah merubah dunia dengan wajah baru,
terutama dalam hal “revolusi akhlak”.
Setiap muslim meyakini, bahwa Allah SWT adalah sember dari segala
sumberdalam kehidupannya. Allah SWT adalah pencipta dirinya, pencipta jagad
raya dengan segala isinya, Allah SWT adalah pengatur alam semesta yang demikian
luasnya. Allah SWT adalah pemberi hidayah dan pedoman hidup dalam kehidupan
manusia dan lain sebagainya. Sehingga manakala hal seperti ini mengakar dalam
diri setiap muslim maka akan terimplementasikan dalam realita bahwa Allah SWT
–lah yang pertama kaliharus dijadikan prioritas dalam berakhlak.
Akhlaq dalam bahasa arab adalah bentuk jamak dari khuluk ‫ خلق‬yaitu
perilaku. Jadi ahlak adalah perilaku manusia secara umum. Dengan ini ahlak atau
perilaku itu bisa baik ataupun buruk. Kita bisa menyebut ahlak hasanah =ahlak
hasanah = ahlak yang baik. Kita juga sering menyebutnya dengan akhlaq karimah
(akhlaq yang mulia) kita mengatakan akhlaq sayyi’ah sama dengan akhlaq yang
buruk atau perilaku yang buruk.
slam adalah agama yang mengatur cara berperilaku manusia. Tanpa
perilaku yang baik manusia akan sangat berpotensial dalam membuat kerusakan.
Perlunya membina ahlak adalah sebagai salah satu misi nabi Muhammad S.A.W
dalam haditsnya:
‫إنما بعثت ألتمم مكارم األخالق‬
Sesunnguhnya aku diutus untuk menyempurnakan keutamaan – keutamaan
ahlak. Hadits shahih riwayat al-bukhari dalam al-adabul mufrad dari abu hurairah
R.A. Ahlak nabi adalah al-qur’an itu sendiri sebagaimana yang diriwayatkan aisyah
R.A ketika ditanya tentang akhlak nabi S.A.W beliau menjawab: akhlak nabi adalah
al-qur’an.
Ibnu katsir mengatakan: artinya nabi adalah pengaplikasian al-qur’an baik
menjalan perintahnya ataupun meninggalkan larangannya, sebagai sifat dan budi
pekertinya. Istiqamah pada al-qur’an dalam menjalankan perintah dan
meninggalkan larangannya. Mempunyai akhlak yang dipuji oleh al-qur’an dan
menjauhi dari segala yang Al-Qur’an cela. Ahlak jahiliyyah sebelum islam datang:
1. Menguburkan anak hidup-hidup
2. Banyaknya perzinahan
3. Berjudi
Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik. Sikap
atau perbuatan itu memiliki cirri-ciri perbuatan akhlak sebagaimana telah disebut dalam
latar belakang tadi. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu
berakhlak kepada Allah SWT. Pertama, karena Allah SWT –lah yang menciptakan manusia.
Dia yang menciptakan manusia dari air yang dikeluarkan dari tulang punggung dan tulang
rusuk, hal ini sebagaimana di firmankan Allah SWT dalam surat At-Thariq ayat 5- 7, sebagai
berikut : ‫خخلللل لمللممِنخن قسللنا نلنن‬
ِ ‫خظلر لِن( قق‬
ِ ‫ قفنا ا‬۵ ‫خخلللل ) لِنق نلللللقينن ( ق‬
ِ ‫نن لمللِنقق‬
‫قدالفلل قء قمللءآ‬
ِ ۶ ‫ِنتقرئآلئلل ( ب‬
ِ ‫ قبنيلل نن لمللِنخج خر نخلل قن ) صصلل ال لنِنن ل قوالم لب‬۷( Artinya
:‫(“ ن‬5).‫ ن‬Maka‫ ن‬hendaklah‫ ن‬manusia‫ ن‬memperhatikan‫ ن‬dari‫ ن‬apakah‫ ن‬dia‫ ن‬diciptakan?,‫( ن‬6).‫ ن‬Dia‫ن‬
diciptakan dari air (mani) yang terpancar, (7). Yang terpancar dari tulang sulbi (punggung)
dan‫ن‬tulang‫ن‬dada”.‫ن‬Kedua, karena Allah SWT –lah yang menyediakan berbagai bahan dan
sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya. Firman Allah SWT
dalam surat Al-Jasiyah ayat 12-13 : ‫قوللقتنبقتخغلل ِلرلهِنلقعم ل نشلل قت خكللنم ( قن خكخرنو‬
ِ ‫لمللِننوا‬
‫نضلل ِللله قف نن‬
ِ ‫لفنيلللهِنخك لِنبلل ق نم أ قوق‬
ِ ‫ل ا خكللخم ن نجلل للقتِنقر نحلل لقب ا قن لرِنن لخ ف نللل‬
‫مللللذ‬
ِ ‫ ا ق مخقر قسلل نن‬۱۲ (‫ِنقذالللل ى لفللِنمن إ نو للققللِنللقيللناتِنقك ق ( قن خرنو قيقتقفمكلل م ا خللل‬
ِ ‫ل‬
‫ِنقجلمنيئعللنا لضِننر نقل‬
ِ ‫ لمننللخه‬, ‫قسلل قو ل مسلل ال ى لفللِنقمللنا خكللنم قمنا ا ى لفللِنقوقمللنا لتِنقوا‬
‫ مخقر‬۱۳ (‫ ق‬Artinya : “(12).‫ن‬Allah -lah yang menundukkan laut untuk mu agar kapal-kapal
dapat berlayar di atasnya dengan perintah-NYa, dan agar kamu bersyukur, (13). Dan Dia
menundukan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya
(sebagai rahmat) dari -Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir. Keempat, Allah SWT –lah
yang memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan daratan dan lautan.
Dari sedikit uraian diatas, kita memang benar perlu untuk berakhlak kepada Allah
SWT. Karena alasan-alasan di atas adalah terdapat perintah Allah SWT di dalamnya bahwa
kita sebagai seorang muslim memang diharuskan untuk berakhlak kepada Sang Pencipta
Cara dalam mendekatkan diri kepada ALLAH SWT ialah :
1. Mentauhidkan Allah
2. Bertaqwa kepada Allah
3. Beribadah kepada Allah
4. Taubat
Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat
lalai dan lupa. Karena hal ini merupakan sifat dan tabiat manusia. Oleh
karena itulah, etika kita kepada Allah SWT manakala kita sedang terjerumus
kedalam “kelupaan” sehingga berbuat kemaksiatan kepada –Nya adalah
dengan segera bertaubat kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Allah SWT
berfirman : “Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji
atau menganiaya diri mereka sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu
memohon ampunterhadap dosa-dosa mereka. Dan siapakah yang dapat
mengampuni dosa selain Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan
kejinya itu sedang mereka mengetahui”.
5. Membaca Al-Quran
Etika dan akhlak berikutnya yang harus dilakukan oleh seorang muslim
terhadap Allah SWT adalah dengan memperbanyak membaca dan
mentadaburi ayat-ayat, yang merupakan firman-firman –Nya. Seseorang
yang mencintai sesuatu, tentulah ia akan banyak dan sering menyebutnya.
Demikian juga dengan mukmin yang mecintai Allah SWT, tentulah ia akan
selalu menyebut-nyebut asma –Nya dan juga senantiasa akan membaca
firman-firman –Nya. Apalagi manakala kita mengetahui keutamaan
membaca Al-Qur’an yang demikian besarnya. Dalam sebuah hadits
Rasulullah SAW mengatakan kepada kita :
“Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an itu dapat
memberikan syafa’at di hari kiamat kepada para pembacanya”. (HR.
Muslim)
Adapun bagi mereka yang belum bisa atau belum lancar dalam
membacanya, maka hendaknya ia senantiasa mempelajarinya hingga dapat
membacanya dengan baik. Kalaupun seseorang harus terbata-bata dalam
membaca Al-Qur’an tersebut, maka Allah SWT –pun akan memberikan
pahala dua kali lipat bagi dirinya. Dalam hadits lain Rasulullah SAW
bersabda :
“Orang (mu’min) yang membaca Al-Qur’an dan ia lancar dalam
membacanya, maka ia akan bersama malaikat yang mulia lagi suci. Adapun
orang mu’min yang membaca Al-Qur’an sedang ia terbata-bata
membacanya, lagi berat (dalam mengucapkan huruf-hurufnya), ia akan
mendapatkan pahala dua kali lipat”. (HR. Bukhori Muslim).
6. Ikhlas
Etika berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah
SWT, adala ridla terhadap segala ketentuan yang telah Allah SWT berikan
pada dirinya. Seperti ketika ia dilahirkan baik oleh keluarga yang berada
maupun keluarga yang kurang mampu, bentuk fisik yang Allah SWT
berikan padanya, atau hal-hal lainnya. Karena pada hakekatnya, sikap
seorang muslim senantiasa yakin terhadap apaun yang Allah SWT berikan
padanya. Baik yang berupa kebaikan, atau berupa keburukan. Rasulullah
SAW bersabda :
“Sungguh mempesona perkara orang beriman. Karena segala urusannya
adalah dipandang baik bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia
bersyukur, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi
dirinya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena ia tahu bahwa hal
tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR. Bukhari).
Apalagi terkadangsebagai seorang manusia, pengetahuan atau pendangan
kita terhadap sesuatu sangat terbatas. Sehingga bisa jadi, sesuatu yang kita
anggap baik, justru buruk, sementara sesuatu yang dipandang buruk ternyata
malah memiliki nilai kebaikan bagi diri kita.
7. Khauf dan Raja’
8. Tawakal
awakal bukan berarti meninggalkan kerja dan usaha, dalam surat Al-Mulk
ayat 15 di jelaskan, bahwa manusia di syariatkan berjalan di muka bumi
utuk mecari rizki dengan berdagang, bertani dan lain sebagainya. Sahl At-
Tusturi mengatakan, “Barang siapa mencela usaha (meninggalkan sebab)
maka dia telah melncela sunatullah (ketetentuan yang Allah SWT ciptakan).
Barang siapa mencela tawakal (tidak mau bersandar pada Allah SWT) maka
dia telah meninggalkan keimanan”.
Dalam melaksanakan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah, terutama
melaksanakan ibadah-ibadah pokok, seperti shalat, zakat, puasa, haji, haruslah
menjaga kebersihan badan dan pakaian, lahir dan batin dengan penuh keikhlasan.
Tentu yang tersebut bersumber kepada al-Qur'an yang harus dipelajari dan
dipelihara kemurnianya dan pelestarianya oleh umat Islam.
Ciri-Ciri Perbuatan Akhlak:
1) Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2) Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3) Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau
tekanan dari
luar.
4) Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
5) Dilakukan dengan ikhlas
Adab Terhadap Allah
Sesungguhnya nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-
hambaNya sangat banyak, tidak terhitung jumlahnya. Kemana saja seorang hamba
mengarahkan pandangannya, dia akan melihat nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala
dihadapannya. Kenikmatan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah diperoleh hamba-Nya
semenjak dia berupa setetes air mani yang bercampur dengan sel telur yang
bergantung di dalam rahim ibunya. Kemudian selalu mengiringinya sampai ajal
menjemputnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
َ‫س ُك ُم الض ُُّّر فَإِلَ ْي ِه تَجْ أ َ ُرون‬
َ ‫ّللاِ ۖ ث ُ َم إِذَا َم‬
َ َ‫َو َما بِ ُك ْم ِم ْن نِ ْع َم ٍة فَ ِمن‬
Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan
bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta
pertolongan. [an-Nahl/16:53]
Bahkan jika manusia hendak menghitung nikmat-Nya, maka dia tidak akan mampu
menghitungnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ٌ ُ‫ّللاَ لَغَف‬
‫ور َر ِحي ٌم‬ َ َ‫َو ِإ ْن تَعُدُّوا ِن ْع َمة‬
ُ ْ‫ّللاِ ََل تُح‬
َ ‫صوهَا ۗ ِإ َن‬
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala,
niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah Subhanahu
wa Ta’ala benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [an-Nahl/16:18]
Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki hak yang menjadi kewajiban
para hamba-Nya. Hak Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut harus diutamakan
daripada hak-hak sesama makhluk.

2. Akhlak Kepada Rasulullah SAW


Selain berakhlak kepada Allah SWT, kita juga sebagai umat muslim di
haruskan untuk berakhlak kepada Nabi SAW. Karena dari beliaulah kita banyak
mendapatkan warisan yang bisa kita warikan lagi turun-menurun ke anak cucu kita.
Saat Rasulullah SAW wafat, beliau meninggalkan dua warisan yang berharga,
yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah. Orang yang berpegang teguh pada keduanya
dipastikan tidak akan tersesat selamanya. Saat ini, tidak sedikit orang yang
melupakan, bahkan mematikan sunnah beliau. Tidak hanya itu, mereka kemudian
malah beralih pada tradisi dan adat istiadat yang justru tidak sesuai dengan syari‘at
Macam Akhlak Kepada Rasulullah SAW :
1. Menghidupkan Sunnah
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda yang menerangkan bahwa,
kita sebagai umat muslim diperintahkan untuk menghidupkan sunahsunah
yang telah beliau wariskan. “Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah
dari sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh manusia, maka dia akan
mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya,
dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (HR Ibnu Majah).
2. Mencintai Keluarga Nabi SAW
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai manusia sesungguhnya aku tinggalkan
dua perkara yang besar untuk kalian, yang pertama adalah Kitabullah (Al-
Quran) dan yang kedua adalah Ithrati (Keturunan) Ahlulbaitku. Barangsiapa
yang berpegang teguh kepada keduanya, maka tidak akan tersesat
selamanya hingga bertemu denganku di telaga al-Haudh.” (HR. Muslim
dalam Kitabnya Sahih juz. 2, Tirmidzi, Ahmad, Thabrani dan dishahihkan
oleh Nashiruddin Al-Albany dalam kitabnya Silsilah Al-Hadits Al-
Shahihah).
3. Ziarah
Kata ziarah berasal dari bahasa arab yaitu ziaroh, yang berarti masuk atau
mengunjungi. Yaitu kunjungan yang dilakukan oleh orang islam ketempat
tertentu yang dianggap memiliki nilai-nilai sejarah. Namun sering kali kata
ziarah disebut oleh kebanyakan orang adalah berkunjung ke makam dan dan
mendoakannya sambil mengingat akan diri sendiri dan mengambil pelajaran
tentang kematian. Kegiatan berziarah tersebut terbagi dua bagian, yakni
beerziarah menurut syari’at dan berziarah yang berbentuk bid’ah. Pada awal
sejarah islam, yang namanya ziarah itu diharamkan bagi laki-laki maupun
perempuan, dikarenakan hawatir akan goncangnya keimanan. Namun,
ketika aqidah umat islam sudah demikian mantapdan telah diketahui hukum
berziarah serta tujuannya, maka dibolehkan karena pula ada hadits yang
membolehkannya. Madzhab syafi’i berpendapat bahwa ziarah kubur
hukumnya sunnah, sedangkan kaum wahabi mengatakan bahwa ziarah
kubur hukumnya mubah
4. Melanjutkan Misi Rasulullah.
Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam.
Tugas yang mulia ini harus dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena Rasul
telah wafat dan Allah tidak akan mengutus lagi seorang Rasul. Meskipun
demikian, menyampaikan nilai-nilai harus dengan kehati-hatian agar kita
tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari Rasulullah
Saw. Keharusan kita melanjutkan misi Rasul ini ditegaskan oleh Rasul Saw:
Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani
Israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan
sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka
(HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu Umar). Demikian beberapa
hal yang harus kita tunjukkan agar kita termasuk orang yang memiliki
akhlak yang baik kepada Nabi Muhammad Saw
KESIMPULAN

Ahlak adalah budi perkerti yang dilihat dengan kasyaf mata, orang yang
berakhlak mulia akan selalu manis dilihat orang-orang di sekitar. Rasulullah adalah
Uswatun Hasanah bagi kita semua umat Islam, dari beliau kita mendapat anugerah
yang begitu besar. Bukan hanya Rasulullah Saw, tetapi Rasul-Rasul yang diutus
Allah pun selain Nabi Muhammad Saw juga mempunyai akhlak yang begitu mulia
pula. Akhlak terhadap Rasulullah sendiri menjadi acuan yang sangat penting bagi
kehidupan kita, karena akhlak beliau yang begitu sempurna kita juga harus
memperlakukan beliau dengan begitu sempurna juga, dilihat dari cerita pada zaman
sahabat-sahabat beliau yang begitu mengagungkan beliau dan begitu hormatnya.
Adapun diantara akhlak kita kepada rasulullah yaitu salah satunya ridho dan
beriman kepada rasul , ridho dalam beriman kepada rasul inilah sesuatu yang harus
kita nyatakan sebagaimana hadist nabi saw; Aku ridho kepada allah sebagai tuhan,
islam sebagai agama dan muhammad sebagai nabi dan rasul. Beriman kepada nabi
dan rasul, yaitu berarti bahwa kita beriman kepada para Rasul itu sebagai utusan
Tuhan kepada ummat manusia. Kita mengakui kerasulannya dan menerima segala
ajaran yang disampaikannya
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim,. 2017. “ Akhlak Kepada Allah ”. jendeladuniaaw.blogspot.com


Diakses tanggal 14 April 2019 Pukul 13.21 WIB

2. Fajria. 2012. “ Akhlak Kepada Allah “.cgeduntuksemua.blogspot.com


Diakses tanggal 14 April 2019 Pukul 13.50 WIB

3. Siti. 2016. “ Akhlak Kepada Rasul “jakhinjj.blogspot.com


Diaksestanggal 14 April 2019 Pukul 16.50 WIB

Anda mungkin juga menyukai