ANALISIS
90
RH (%)
85
80
75
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß
60
61
100
80
RH (%)
60
40
20
0
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß
100
80
RH (%)
60
40
20
0
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß
100
80
RH (%)
60
40
20
0
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß
12
10
8
Spesific Humidity
6
4
2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
ß
12
10
8
Spesific Humidity
6
4
2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
ß
12
10
8
Spesific Humidity
6
4
2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
ß
12
10
8
Spesific Humidity
6
4
2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
ß
12
10
8
Entalphy
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
ß
titik 1 titik 2 titik 3 titik 5
Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.9
Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Entalphy Kondisi A Seri
Nilai entalpi merupakan nilai jumlah aliran udara yang dibutuhkan untuk
mengaliri udara pada seluruh bagian duct di mana ada perbedaan ukuran
dimensi dari duct atau berupa penyusutan dari titik 1 ke titik 2 yakni dari 0,23 m 2
menjadi 0,08 m2 hakibatnya kecepatan aliran udara kecepatan aliran udara
meningkat, suhu menurun dan entalpi pun nilainya akan kecil.
69
12
10
8
Entalphy
6
4
2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
ß
12
10
8
Entalphy
6
4
2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
ß
12
10
8
Entalphy
6
4
2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
ß
2.5
2.0
1.5
Kapasitas Pendingin
1.0
0.5
0.0
-0.50.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
-1.0
-1.5
-2.0
-2.5
ß
2.00
0.00
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
-2.00
Kapasitas Pendingin
-4.00
-6.00
-8.00
-10.00
-12.00
-14.00
ß
2.0
1.5
1.0
Kapasitas Pendingin
0.5
0.0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
-0.5
-1.0
-1.5
ß
2.0
0.0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
-2.0
Kapasitas Pendingin
-4.0
-6.0
-8.0
-10.0
-12.0
ß
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
-0.05
-0.10
-0.15
-0.20
ß
2.0
1.5
uap air yang harus dikeluarkan
1.0
0.5
0.0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
-0.5
-1.0
-1.5
ß
2.00
0.00
uap air yang harus dikeluarkan
0.40
UAP aIR YANG hARUS diKELUARKAN
0.20
0.00
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
-0.20
-0.40
-0.60
-0.80
-1.00
ß
0.20
0.15
HEAD
0.10
0.05
0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß
HT 2 HV 2 HS 2 HT 3 HV 3 HS 3
Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.21
Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Head Kondisi A Seri
Pada Grafik 5.21 nilai tekanan udara atau head khususnya titik 3
didapatkan nilai head terendah dan tertinggi 0,19 hingga 0,23. Hal ini dapat
diakibatkan oleh adanya belokan yang memiliki perbedaan ketinggian sehingga
aliran udara selain kehilangan tekanannya akibat adanya gesekan dengan
dinding duct diakibatkan juga oleh adanya kebutuhan tekanan yang dibutuhkan
dari kecepatan udara yang mampu melawan percepatan gravitasi.
81
0.25
0.20
HEAD
0.15
0.10
0.05
0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß
HT 2 HV 2 HS 2 HT 3 HV 3 HS 3
Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.22
Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Head Kondisi B Seri
Pada Grafik 5.22 Debit pada titik 2 lebih kecil dibandingkan pada titik 3.
Dengan dimensi jaringan duct pada kedua titik tersebut yang sama, otomatis
variabel yang berpengaruh hanya pada kecepatan udara pada titik tersebut. Hal
ini sesuai dengan persamaan debit yang menyatakan bahwa debit berbanding
lurus dengan kecepatan. Namun, kondisi ini sedikit ganjil karena seharusnya
debit pada titik 3 lebih rendah dibandingkan titik 2. Hal ini menandakan bahwa
belokan pada duct yang diukur justru membuat aliran udara semakin cepat.
Terdapat indikasi bahwa bentuk belokan duct seperti kondisi pengukuran akan
membuat udara bergerak semakin cepat. Secara umum besarnya debit udara
cenderung menurun dari perubahan ukuran regulator. untuk titik 2 dimulai dari
0,22 m3/s hingga ke 0,09 m3/s. sedangkan untuk titik 3 dimulai dari 0,31 m3/s
hingga ke 0,17 m3/s.
82
4.50
4.00
3.50
3.00
V Rata-rata
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
β
Titik 3 Titik 2
Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.23
Pengaruh Belokan Terhadap Kecepatan Kondisi A Seri
Pada Grafik 5.23 pengaruh adanya belokan pada duct terdapat titik 2 dan
3, di mana nilai untuk titik 3 kecepatan rata-rata sebesar 3,9; 2,87; 2,2 dan 2,16.
Untuk titik 3 terdapat kecepatan aliran udara yang besar dikarenakan adanya
penyempitan dimensi duct diikuti oleh percabangan yang kemudian berakhir
kembali pada titik 5 setelah melewati regulator.
83
5.00
4.50
4.00
3.50
3.00
V Rata-rata
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
β
Titik 3 Titik 2
Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.24
Pengaruh Belokan Terhadap Kecepatan Kondisi B Seri
Pada Grafik 5.24 terdapat penurunan kecepatan aliran akibat
adanya jarak atau jangkauan yang lebih jauh untuk aliran udara agar
mampu meneruskan udara tersebut. Maka untuk udara pada titik 3 dari
regulator (R0-R-3) sebesar 4,6 m/s, 3,8 m/s, 2,46 m/s, dan 1,63 m/s.
Sedangkan untuk titik dua kecepatannya lebih rendah,dikarenakan sangat
dipengaruhi oleh adanya belokan pada duct.
84
0.30
0.25
0.20
Debit (Q)
0.15
0.10
0.05
0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß
titik 2 titik 3
Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.25
Pengaruh Belokan Terhadap Debit Kondisi A Seri
Pada Grafik 5.25 debit dara pada titik pengamatan nomor 2 jelas lebih
rendah dibandingkan pada titik 3. Akan tetapi dapat dianalisis juga bahwa
penggunaan belokan pada duct jelas akan mempengarhi kecepatan hingga debit
udara nilai kecepatan udara untuk titik 2 yang tertinggi dimulai dari yang tertinggi
0,22 m3/s hingga ke yang terendah sebesar 0,09 m 3/s. sedangkan untuk titik 3
yang tertinggi berkisar dari 0,31 m3/s hingga ke titik terendah berada pada nilai
0,17 m3/s.
85
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß
titik 2 titik 3
Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.26
Pengaruh Belokan Terhadap Debit Kondisi B Seri
Pada Grafik 5.26 Pada grafik di atas, menunjukan tidak begitu
berpengaruh adanya penambahan booster pada percabangan di mana untuk
debit udara terendah dan terbesar pada titik 2 nilainya adalah dari 0,15 m3/s
hingga ke 0,27 m3/s, sedangkan untuk titik 3 cenderung debit udara tertinggi
sebesar 0,36 m3/s hingga terendah sebesar 0,13 m3/s.
86
0.20
0.15
Head
0.10
0.05
0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß
HT 3 HT 4 HT 5 HS 3 HS 4 HS 5 HV 3 HV 4 HV 5
Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.27
Pengaruh Percabangan Terhadap Head Kondisi A Parallel
Pada Grafik 5.27 yang ditampilkan dapat dilihat adanya peningkatan dan
penurunan dari keseluruhan tekanan yang dipengaruhi oleh adanya
percabangan terutama pada titik pengamatan 4 serta titik pengamatan 5 yang
udaranya terkesan terbagi sehingga dengan adanya percabangan tersebut,
maka tekanan pada titik 3 merupakan sumber pengali udara tertinggi untuk titik 4
maupun titik 5, sehingga nilai tekanan total (head total) rata-rata pada regulator
awal (R0) titik 3, 4, dan 5 sebesar 0,15; 0,1; dan 0,05.
87
0.20
0.15
Head
0.10
0.05
0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß
HT 3 HT 4 HT 5 HS 3 HS 4 HS 5 HV 3 HV 4 HV 5
Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.28
Pengaruh Percabangan Terhadap Head Kondisi B Parallel
Pada Grafik 5.28 yang ditampilkan dapat dilihat adanya peningkatan dan
penurunan dari keseluruhan tekanan yang dipengaruhi oleh adanya
percabangan terutama pada titik pengamatan 4 serta titik pengamatan 5 yang
udaranya terkesan terbagi sehingga dengan adanya percabangan tersebut,
maka tekanan pada titik 3 merupakan sumber pengali udara tertinggi untuk titik 4
maupun titik 5, sehingga nilai tekanan total (head total) rata-rata pada regulator
awal (R0) titik 3, 4, dan 5 sebesar 0,19; 0,11; dan 0,06.
88
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß
4
V rata - rata
0
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß
0.25
0.20
Debit (Q)
0.15
0.10
0.05
0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß
0.15
0.10
f(x) = 0.07 x + 0.02
0.05 R²
f(x)==0.78
0.06 x + 0
R² = 0.77
0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß
0.40
0.30
f(x) = − 0.44 x + 0.39
0.20 R² = 0.71
0.10
0.00 f(x) = − 0.020.300
x + 0.04 0.400
0.100 0.200 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
R² = 0.28
ß
0.03 R² = 0.01
0.10
0.08
f(x) = − 0.05 x + 0.09
R²
f(x)==0.23
− 0.05 x + 0.08
HEAD
0.06
R² = 0.22
0.04
f(x) = 0.02 x + 0.02
R² = 0.05
0.02
0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß
4
f(x) = 0.82 x + 3.26
V rata - rata
R² = 0.04
3
0
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß
0
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß
0.25
f(x) = 0.12 x + 0.13
0.20 R² = 0.96
Debit (Q)
0.15
0.10
0.05
0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß
0.30
0.20
0.10
0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß
HT 1 HT 2 HT 3 HT 5 HS 1 HS 2
HS 3 HS 5 HV 1 HV 2 HV 3 HV 5
Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.45
Pengaruh Booster Terhadap Head Kondisi B Seri
Pada Grafik 5.45 nilai tekanan atau head tertinggi berada pada titik 3 hal
dikarenakan titik 3 merupakan titik untuk menyuplai udara ke titik 4 dan 5
sehingga adanya peningkatan nilai tekanan yang terjadi. Dengan demikian nilai
tekanan total (HT) pada regulator pertama (R0) titik 1, 2, 3 dan 5 berturut-turut
adalah 0,11; 0,11; 0,22; dan 0,06.
105
0.20
0.15
Head
0.10
0.05
0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß
HT 1 HT 2 HT 3 HT 5 HS 1 HS 2 HS 3 HS 5
HV 1 HV 2 HV 3 HV 5 HT 4 HS 4 HV 4
Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.46
Pengaruh Booster Terhadap Head Kondisi B Parallel
Pada Grafik 5.46 Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa kecepatan
udara tertinggi berada di titik pengamatan 5 di mana titik yang paling dekat
dengan adanya booster begitu juga untuk titik satu yang posisinya dekat dengan
adanya penambahan fan sehingga nilai dari kecepatan udara sangatlah
terpengaruh. Untuk nilaikecepatan udara cenderung stabil di mana nilai
kecepatan udara terendah sebesar 1,32 m/s dan tertinggi 2,02 m/s.
106
0.50
0.45
0.40
0.35
0.30
V Rata-rata
0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
β
Pengaruh Booster
Terhadap Kecepatan pada Kondisi B Parallel
6
4
V rata - rata
0
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
titik 1 titik 2 ß 3
titik titik 5 titik 4
Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.48
Pengaruh Booster Terhadap Kecepatan Kondisi B Parallel
Berdasarkan Grafik 5.48 berdasarkan nilai debit yang diperoleh maka
didapatkan nilai debit tertinggi pada titik 5 akibat adanya pengaruh percabangan,
belokan dan juga penambahan booster, sehingga pada titik 5 dengan regulator
pertawa (R0) 5,03 m3/s, akan tetapi titik 5 mengalam jga penurunan kecepatan
rata-rata udara yang sangat signifikan ketimbang titik pengukuran lainnya.
108
Pengaruh Booster
Terhadap Debit B Seri
0.50
0.45
0.40
0.35
0.30
Debit (Q)
0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß
Pengaruh Booster
Terhadap Debit B Parallel
0.30
0.25
0.20
Debit (Q)
0.15
0.10
0.05
0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß
turbulen. Begitu pun untuk kondisi B baik seri maupun pararel, akan
tetapi pada kondisi B adanya penambahan fan auxiliary atau booster
sehingga pada titik pengamatan kelima akibat posisinya dekat dengan
booster maka sangat jelas akan adanya pengaruh erat sehingga perlu
dianalisis lebih mendalam. Pada kondisi B didapatkan nilai debit tertinggi
0,45 m3/s, nilai kecepatan rata-rata tertinggi sebesar 5,17 m/s dan untuk
nilai Reynold tertinggi sebesar 89.107,41 dan menghasilkan pola aliran
turbulen.