Anda di halaman 1dari 52

BAB V

ANALISIS

5.1 Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Kelembaban Relatif;


5.1.1 Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Kelembaban Relatif Kondisi A
Seri

Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap


Relative Humidity A Seri
95

90
RH (%)

85

80

75
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

titik 1 titik 2 titik 3 titik 5


Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.1
Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Relative Humidity Kondisi A Seri
Pada Grafik 5.1 dapat terlihat bahwa semakin jauh titik pengukuran
terhadap sumber udara (fan), maka kelembapan juga akan meningkat atau
berbanding lurus. Misalnya pada pemasangan regulator kedua atau R1
kelembapan pada titik pengukuran 1 kelembapan relatifnya 85%, sedangkan
untuk titik pengukuran lainnya memiliki nilai RH sebesar 91,6%.

60
61

5.1.2 Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Kelembaban Relatif Kondisi B


Seri

Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap


Relative Humidity B Seri
120

100

80
RH (%)

60

40

20

0
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

titik 1 titik 2 titik 3 titik 5


Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.2
Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Relative Humidity Kondisi B Seri
Pada Grafik 5.2 dilihat bahwa pada titik pengukuran ke-2 memiliki
kelembapan relatif yang rendah, terutama pada regulator pertama (R0) di mana
besarnya sebesar 72,01%. Hal yang menyebabkan adanya nilai kelembapan
relatif yang rendah akibat adanya penysustan dimensi dari duct sehingga suhu
mengalami peningkatan yang diikuti dengan kenaikan kecepatan aliran udara.
62

5.1.3 Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Kelembaban Relatif Kondisi A


Parallel

Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap


Relative Humidity A Parallel
120

100

80
RH (%)

60

40

20

0
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

titik 1 titik 2 titik 3 titik 4 titik 5


Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.3
Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Relative Humidity Kondisi A Parallel
pada Grafik 5.3 pada titik 5, adanya penggunaan regulator dengan lubang
yang kecil akan menghasilkan nilai kelembapan relatif yang lebih rendah, akibat
adanya penyusutan layaknya grafik 5.2. Seperti pada R3 titik 1, 2, 3 dan 5 nilai
kelembapan relatifnya berturut turut 93,3%, 85%, 91,4% dan 78,5%. Terdapat
anomali untuk titik pengamatan ke-5 di mana nilainya terendah akibat adanya
pengaruh penyusutan dimensi duct, pengaruh belokan, hingga pengaruh
percabangan.
63

5.1.4 Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Kelembaban Relatif Kondisi B


Parallel

Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap


Relative Humidity B Parallel
120

100

80
RH (%)

60

40

20

0
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

titik 1 titik 2 titik 3 titik 5 titik 4


Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.4
Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Relative Humidity Kondisi B Parallel
Pada Grafik 5.4 dapat dianalisis adanya penururnan suhu akibat adanya
letak titik pengukuran yang dekat dengan adanya sumber pengaliran udara
seperti adanya fan yang dekat dengan titik satu dan adanya booster yang lebih
mendekati titik pengukuran nomor lima. Untuk titik lima nilai kelembapan relatif
hanya sebesar 91,3% sampai 91,6%. Selain itu adanya pengaruh percabangan
dapat menyebabkan kenaikan kelembapan relatif.
64

5.2 Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Kelembaban Spesifik;


5.2.1 Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Kelembaban Spesifik Kondisi
A seri

Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap


Spesifi c Humidity A Seri

12
10
8
Spesific Humidity

6
4
2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
ß

titik 1 titik 2 titik 3 titik 5


Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.5
Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Spesific Humidity Kondisi A Seri
Pada Grafik 5.5 kelembapan spesifik pada titik pengukuran satu
mengalami penurunan akibat letaknya mendekati sumber aliran udara berupa
fan di mana suhu akan berubah menjadi sangat rendah sehingga nilai
kelembapan spesifik pada titik 1 yaitu untuk regulator (R0 hingga R3) sebesar
0,017; 0,0168; 0,016; dan 0,017.
65

5.2.2 Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Kelembaban Spesifik kondisi


B seri

Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap


Specifi c Humidity B Seri

12
10
8
Spesific Humidity

6
4
2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
ß

titik 1 titik 2 titik 3 titik 5


Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.6
Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Spesific Humidity Kondisi B Seri
Pada Grafik 5.6 pengukuran pada titik 1 dan titik 5 memiliki nilai
kelembapan realtif yang cenderung sama akibat adanya sumber pengaliran
udara yang sama. Nilai dari kelembapan spesifik pada penggunaan regulator
awal (R0) untuk titik satu hingga lima adalah sebagai berikut: 0,0132; 0,015;
0,016; 0,015 sedangkan pada titik 5 nilai dari kelembapan spesifik sebesar 0,015;
0,0152; 0,015 dan 0,015.
66

5.2.3 Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Kelembaban Spesifik Kondisi


A Parallel

Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap


Spesifi c Humidity A Parallel

12
10
8
Spesific Humidity

6
4
2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
ß

titik 1 titik 2 titik 3 titik 4 titik 5


Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.7
Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Spesific Humidity Kondisi A Parallel
Pada Grafik 5.7 nilai kelembapan relatif pada regulator R3 pada titik
pengukuran 1, 2, 3, 4, dan 5 nilainya sebesar 0,0139; 0,017; 0,0171; 0,0158; dan
0,0078. Sedangkan pada titik 5 ini memiliki nilai kelembapan spesifik terendah
akibat adanya pengaruh belokan dari titik 2 ke titik 3 dan adanya pengaruh
percabangan dari titik 3 ke titik 4.
67

5.2.4 Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Kelembaban Spesifik Kondisi


B parallel

Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap


Specifi c Humidity B Parallel

12
10
8
Spesific Humidity

6
4
2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
ß

titik 1 titik 2 titik 3 titik 4 titik 5


Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.8
Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Spesific Humidity Kondisi B Parallel
pada Grafik 5.8 nilai kelembapan spesifik untuk penggunaan regulator
ke-4 (R3), maka nilai kelembapan spesifiknya untuk titik pengukuran 1, 2, 3, 4,
dan 5 adalah 0,0152; 0,017; 0,0138; 0,0118 dan 0,0098. Sedangkan untuk nilai
kelmbapan relatif pada titik 5 nilai terendahnya adalah sebesar 0,0098.
68

5.3 Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Entalphy.


5.3.1 Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Entalphy kondisi A seri

Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap


Entalphy Kondisi A Seri

12

10

8
Entalphy

0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
ß
titik 1 titik 2 titik 3 titik 5
Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.9
Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Entalphy Kondisi A Seri
Nilai entalpi merupakan nilai jumlah aliran udara yang dibutuhkan untuk
mengaliri udara pada seluruh bagian duct di mana ada perbedaan ukuran
dimensi dari duct atau berupa penyusutan dari titik 1 ke titik 2 yakni dari 0,23 m 2
menjadi 0,08 m2 hakibatnya kecepatan aliran udara kecepatan aliran udara
meningkat, suhu menurun dan entalpi pun nilainya akan kecil.
69

5.3.2 Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Entalphy Kondisi B seri

Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap


Entalphy Kondisi B Seri

12
10
8
Entalphy

6
4
2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
ß

titik 1 titik 2 titik 3 titik 5


Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.10
Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Entalphy Kondisi B Seri
Pada Grafik 5.10 dapat dilihat bahwa nilai entapi paling rendah terdapat
pada titik 1 dan titik 5. Sehingga pada Grafik 5.10 menunjukkan bahwa semakin
dekatnya titik degan sumber pergerakan serta pengaturan udara, maka udara
yang harus dialirkannya semakin rendah seperti pada titik 1 pengukuran terdapat
jarak yang dekat dengan fan dan untuk titik pengamatan nomor 5 yang dekat
dengan booster sebagai sumber aliran udara. Akibat suhu yang menurun, maka
nilai entalpi pun akan menurut. Seperti contoh pada penggunan regulator
keempat (R3) nilai entalpi berubah menjad 35,2, 37,5, 38, dan 35.
70

5.3.3 Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Entalphy Kondisi A Parallel

Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap


Entalphy Kondisi A Parallel

12
10
8
Entalphy

6
4
2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
ß

titik 1 titik 2 titik 3 titik 4 titik 5


Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.11
Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Entalphy Kondisi A Parallel
Pada Grafik 5.11 nilai entalpi pada kondisi ini sangat dipengaruhi oleh
adanya percabangan. Adanya percabangan akan mempengaruhi kecepatan
aliran udara, debit udara maupun suhu basah ataupun kering dari duct tersebut
Untuk penggunaan regulator keempat (R3) nilai entalpi titik 1, 2, 3, dan 5 nilai
entalpinya adalah 33, 38, 18,8 , 35,9 dan 24,5.
71

5.3.4 Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Entalphy Kondisi B Parallel

Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap


Entalphy Kondisi B Parallel

12
10
8
Entalphy

6
4
2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
ß

titik 1 titik 2 titik 3 titik 4 titik 5


Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.12
Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Entalphy Kondisi B Parallel
Pada Grafik 5.12 dapat dilihat bahwa nilai entalp paling rendah berada
pada titik 1 dan titik 5. Sehingga pada Grafik 5.12 menunjukkan bahwa semakin
dekatnya titik degan sumber pergerakan serta pengaturan udara, maka udara
yang harus dialirkannya semakin rendah seperti pada titik 1 pengukuran terdapat
jarak yang dekat dengan fan dan untuk titik pengamatan nomor 5 yang dekat
dengan booster sebagai sumber aliran udara. Contohnya pada titik 1 adanya
sumber aliran udara berupa fan, maka R0 nilai entalpi 34. Selain itu pada titik 5
rendahnya nilai entalpi dapat diakibatkan oleh posisi titik pengamatan yang
berada dengan booster diikuti dengan adanya pengaturan udara dari regulator
disertai adanya pengaruh lain sebelum menuju titik 5 di mana aliran udara sudah
mengalami pengaruh belokan maupun percabangan.
72

5.4 Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Kapasitas Pendingin.


5.4.1 Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Kapasitas Pendingin Kondisi
A Seri

Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap


Kapasitas Pendingin A Seri

2.5
2.0
1.5
Kapasitas Pendingin

1.0
0.5
0.0
-0.50.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
-1.0
-1.5
-2.0
-2.5
ß

titik 1 titik 2 titik 3 titik 5


Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.13
Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Kapasitas Pendingin Kondisi A Seri
Pada Grafik 5.13 kapasitas pendingin pada titik 5 memiliki nilai negatif
akan tetapi nilai tersebut dianggap mutlak karena secara logika kondisi suhu
pada duct tidak mungkin negative atau melebihi nilai titik beku dari air. Adapun
pengaruh lain yang menyebabkan nilai kapasitas pendingin negatif, yaitu
dikarenakan kondisi singkatnya waktu pengukuran tiap titik cenderung singkat
atau dapat dianalisis juga bahwa kondisi suhu pada duct masih menyerupai
kondisi suhu ruangan. Adapun nilai kapasitas pendingin pada titik 5 mulai
regulator 0,1,2, dan 3 adalah sebesar -2,1, -1,8, -1,2, dan -0,6.
73

5.4.2 Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Kapasitas Pendingin Kondisi


B Seri

Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap


Kapasitas Pendingin B Seri

2.00
0.00
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
-2.00
Kapasitas Pendingin

-4.00
-6.00
-8.00
-10.00
-12.00
-14.00
ß

titik 1 titik 2 titik 3 titik 5


Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.14
Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Kapasitas Pendingin Kondisi B Seri
Pada Grafik 5.14 nilai kapasitas pendingin pada duct kondisi B seri
dijelaskan kondisi secara umum aliran udara relatif bahwa secara umum untuk
titik 1,2, dan 3 relatif menunjkan angka yang sama berada pada nilai kapasitas
0,2 hingga 1,0. Terdapat anomali atau keanehan untuk titik pengamatan nomor 5,
di mana terdapat fluktuasi dan kemudian nilai tersebut naik kembali, hal ini
diakibatkan nilai kapasitas pendingin dipengaruhi oleh adanya penambahan
booster. Penambahan booster berada dekat dengan titik pengamatan nomor 5,
sehingga kondisi awal menunjukan saat sebelum dinyalakannya booster,
kemudian kondisi berubah setelah dinyalakan booster hingga kondisi tersebut
kembali ke kondisi stabilnya.
74

5.4.3 Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Kapasitas Pendingin Kondisi


A Parallel

Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap


Kapasitas Pendingin A Parallel

2.0
1.5
1.0
Kapasitas Pendingin

0.5
0.0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
-0.5
-1.0
-1.5
ß

titik 1 titik 2 titik 3 titik 4 titik 5


Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.15
Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Kapasitas Pendingin Kondisi A Parallel
Pada Grafik 5.15 titik 5 kapasitas pendingin memiliki nilai paling tinggi,
dikarenakan adanya beberapa hal yang mempengaruhinya seperti adanya
penyusustan dimensi adanya pengaruh belokan serta pengaruh utamanya
adalah adanya percabangan. Percabangan ini sangat mempengaruhi di mana
nilai kapasitas pendingin pada titik 5 berdasarkan pengaturan udara berdasarkan
ukuran regulator R0, R1, R2, R3 adapun nilai kapasitas pendingin berturut-turut
sebesar -0,6, 1,5, 0,7 dan 0,7.
75

5.4.4 Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Kapasitas Pendingin Kondisi


B Parallel

Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap


Kapasitas Pendingin B Parallel

2.0
0.0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
-2.0
Kapasitas Pendingin

-4.0
-6.0
-8.0
-10.0
-12.0
ß

titik 1 titik 2 titik 3 titik 4 titik 5


Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.16
Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Kapasitas Pendingin Kondisi B Parallel
Pada Grafik 5.16 terdapat nilai kapasitas pendingin yang cenderung
sangat berbeda ketimbang nilai kapasitas pendingin pada titik lainnya. Kapasitas
pendingin yang di maksud adalah pada titik 2 pengamatan hal ini dapat
disebabkan oleh perubahan dimensi pada titik 1 ke titik 2 berupa penyusustan
dari yakni dari luasan dimensi titik 1 sebesar 0,23 m2 menjadi 0,08 m2 pada titik 2
pengamatan. Akibat dari adanya penyusustan dimensi tersebut, menyebabkan
suhu semakin rendah disertai kecepatan aliran udara yang meningkat, sehingga
nilai kapasitas pendingin akan semakin tinggi. Adapun nilai kapasitas pendingin
pada titik 2 yaitu 0,4, 0,3, 0,1 dan -0,2.
76

5.5 Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Uap Air Yang Harus


Dikeluarkan;
5.5.1 Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Uap Air Yang Harus
Dikeluarkan kondisi a seri

Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap


Uap Air yang Harus di Keluarkan A Seri
0.30
0.25
Uap Air yang Harus Dikeluarkan

0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
-0.05
-0.10
-0.15
-0.20
ß

titik 1 titik 2 titik 3 titik 5


Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.17
Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Uap Air yang Harus Dikeluarkan Kondisi A
Seri
Pada Grafik 5.17 jumlah uap air yang harus dikeluarkan lebih banyak
apabila titik pengukuran dekat dengan sumber pengaliran udara seperti titik satu
(fan). Nilai uap udara yang harus dikeluarkan, dianggap mutlak, sehingga tidak
akan menggambarkan nilai kekurangan walaupun nilainya negatif. Adapun nilai
uap air yang harus dikeluarkan pada titiik 1 pengukuran, yaitu yaitu -0,14, -0,10,
-0,04, dan -0,07.
77

5.5.2 Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Uap Air Yang Harus


Dikeluarkan Kondisi A Parallel

Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap


Kapasitas Pendingin A Parallel

2.0
1.5
uap air yang harus dikeluarkan

1.0
0.5
0.0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
-0.5
-1.0
-1.5
ß

titik 1 titik 2 titik 3 titik 4 titik 5


Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.18
Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Uap Air yang Harus Dikeluarkan Kondisi A
Parallel
Pada Grafik 5.18 pada grafik ini terdapat anomali pada titik satu dan lima,
di manauntuk titik lima nilai uap air yang harus dikeluarkan sangatlah tinggi
sedangkan untuk titik satu sangatlah rendah, hal ini akibat adanya pengaruh
letak dari sumber pengaliran udara di mana titik satu lebih besar dari titik lima.
78

5.5.3 Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Uap Air Yang Harus


Dikeluarkan Kondisi B Seri

Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap


Uap Air yang Harus Dikeluarkan B Seri

2.00
0.00
uap air yang harus dikeluarkan

0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1


-2.00
-4.00
-6.00
-8.00
-10.00
-12.00
-14.00
ß

titik 1 titik 2 titik 3 titik 5


Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.19
Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Uap Air yang Harus Dikeluarkan Kondisi B
Seri
Pada Grafik 5.19 pada grafik ini terdapat anomali pada titik 5, di mana
nilai uap air yang harus dikeluarkan yang tertinggi sebesar 1,43. Sedangkan
untuk nilai uap air yang harus dikeluarkan, terendah berada pada nilai -11,40.
Nilai tersebut terutama untuk titik kelima dipengaruhi oleh adanya penambahan
booster
79

5.5.4 Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Uap Air Yang Harus


Dikeluarkan Kondisi B Parallel

Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap


Uap Air yang Harus di Keluarkan B Parallel

0.40
UAP aIR YANG hARUS diKELUARKAN

0.20
0.00
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
-0.20
-0.40
-0.60
-0.80
-1.00
ß

titik 1 titik 2 titik 3 titik 4 titik 5


Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.20
Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Uap Air yang Harus Dikeluarkan Kondisi B
Seri
Berdasarkan Grafik 5.20 nilai uap air yang harus dikeluarkan untuk nilai
terendah berada pada nilai 12,75, sedangkan untuk nilai tertinggi berada pada
nilai -8,85. Kondisi B merupakan kondisi yang sangat berbeda dikarenakan
adanya pengaruh dari penambahan booster untuk membantu dalam pengaturan
udara.
80

5.6 Pengaruh Belokan Terhadap Kondisi Aliran Udara;


5.6.1 Pengaruh Belokan Terhadap Head Rata-rata

Pengaruh Belokan Terhadap


Head Kondisi A Seri
0.25

0.20

0.15
HEAD

0.10

0.05

0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

HT 2 HV 2 HS 2 HT 3 HV 3 HS 3
Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.21
Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Head Kondisi A Seri
Pada Grafik 5.21 nilai tekanan udara atau head khususnya titik 3
didapatkan nilai head terendah dan tertinggi 0,19 hingga 0,23. Hal ini dapat
diakibatkan oleh adanya belokan yang memiliki perbedaan ketinggian sehingga
aliran udara selain kehilangan tekanannya akibat adanya gesekan dengan
dinding duct diakibatkan juga oleh adanya kebutuhan tekanan yang dibutuhkan
dari kecepatan udara yang mampu melawan percepatan gravitasi.
81

Pengaruh Belokan Terhadap


Head Kondisi B Seri
0.30

0.25

0.20
HEAD

0.15

0.10

0.05

0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

HT 2 HV 2 HS 2 HT 3 HV 3 HS 3
Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.22
Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap Head Kondisi B Seri
Pada Grafik 5.22 Debit pada titik 2 lebih kecil dibandingkan pada titik 3.
Dengan dimensi jaringan duct pada kedua titik tersebut yang sama, otomatis
variabel yang berpengaruh hanya pada kecepatan udara pada titik tersebut. Hal
ini sesuai dengan persamaan debit yang menyatakan bahwa debit berbanding
lurus dengan kecepatan. Namun, kondisi ini sedikit ganjil karena seharusnya
debit pada titik 3 lebih rendah dibandingkan titik 2. Hal ini menandakan bahwa
belokan pada duct yang diukur justru membuat aliran udara semakin cepat.
Terdapat indikasi bahwa bentuk belokan duct seperti kondisi pengukuran akan
membuat udara bergerak semakin cepat. Secara umum besarnya debit udara
cenderung menurun dari perubahan ukuran regulator. untuk titik 2 dimulai dari
0,22 m3/s hingga ke 0,09 m3/s. sedangkan untuk titik 3 dimulai dari 0,31 m3/s
hingga ke 0,17 m3/s.
82

5.6.2 Pengaruh Belokan Terhadap Kecepatan

Pengaruh Belokan Terhadap Kondisi Aliran Udara pada


Kecepatan A Seri

4.50
4.00
3.50
3.00
V Rata-rata

2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
β

Titik 3 Titik 2
Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.23
Pengaruh Belokan Terhadap Kecepatan Kondisi A Seri
Pada Grafik 5.23 pengaruh adanya belokan pada duct terdapat titik 2 dan
3, di mana nilai untuk titik 3 kecepatan rata-rata sebesar 3,9; 2,87; 2,2 dan 2,16.
Untuk titik 3 terdapat kecepatan aliran udara yang besar dikarenakan adanya
penyempitan dimensi duct diikuti oleh percabangan yang kemudian berakhir
kembali pada titik 5 setelah melewati regulator.
83

Pengaruh Belokan Terhadap Kondisi Aliran Udara pada


Kecepatan B Seri

5.00
4.50
4.00
3.50
3.00
V Rata-rata

2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
β

Titik 3 Titik 2
Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.24
Pengaruh Belokan Terhadap Kecepatan Kondisi B Seri
Pada Grafik 5.24 terdapat penurunan kecepatan aliran akibat
adanya jarak atau jangkauan yang lebih jauh untuk aliran udara agar
mampu meneruskan udara tersebut. Maka untuk udara pada titik 3 dari
regulator (R0-R-3) sebesar 4,6 m/s, 3,8 m/s, 2,46 m/s, dan 1,63 m/s.
Sedangkan untuk titik dua kecepatannya lebih rendah,dikarenakan sangat
dipengaruhi oleh adanya belokan pada duct.
84

5.6.3 Pengaruh Belokan Terhadap Debit

Pengaruh Belokan Terhadap


Debit Pada Kondisi A Seri
0.35

0.30

0.25

0.20
Debit (Q)

0.15

0.10

0.05

0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

titik 2 titik 3
Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.25
Pengaruh Belokan Terhadap Debit Kondisi A Seri
Pada Grafik 5.25 debit dara pada titik pengamatan nomor 2 jelas lebih
rendah dibandingkan pada titik 3. Akan tetapi dapat dianalisis juga bahwa
penggunaan belokan pada duct jelas akan mempengarhi kecepatan hingga debit
udara nilai kecepatan udara untuk titik 2 yang tertinggi dimulai dari yang tertinggi
0,22 m3/s hingga ke yang terendah sebesar 0,09 m 3/s. sedangkan untuk titik 3
yang tertinggi berkisar dari 0,31 m3/s hingga ke titik terendah berada pada nilai
0,17 m3/s.
85

Pengaruh Belokan Terhadap


Debit Pada Kondisi B Seri
0.40
0.35
0.30
0.25
Debit (Q)

0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

titik 2 titik 3
Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.26
Pengaruh Belokan Terhadap Debit Kondisi B Seri
Pada Grafik 5.26 Pada grafik di atas, menunjukan tidak begitu
berpengaruh adanya penambahan booster pada percabangan di mana untuk
debit udara terendah dan terbesar pada titik 2 nilainya adalah dari 0,15 m3/s
hingga ke 0,27 m3/s, sedangkan untuk titik 3 cenderung debit udara tertinggi
sebesar 0,36 m3/s hingga terendah sebesar 0,13 m3/s.
86

5.7 Pengaruh Percabangan Terhadap Kondisi Aliran Udara;


5.7.1 Pengaruh Percabangan Terhadap Head

Pengaruh Percabangan Terhadap


Head A Parallel
0.25

0.20

0.15
Head

0.10

0.05

0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

HT 3 HT 4 HT 5 HS 3 HS 4 HS 5 HV 3 HV 4 HV 5
Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.27
Pengaruh Percabangan Terhadap Head Kondisi A Parallel
Pada Grafik 5.27 yang ditampilkan dapat dilihat adanya peningkatan dan
penurunan dari keseluruhan tekanan yang dipengaruhi oleh adanya
percabangan terutama pada titik pengamatan 4 serta titik pengamatan 5 yang
udaranya terkesan terbagi sehingga dengan adanya percabangan tersebut,
maka tekanan pada titik 3 merupakan sumber pengali udara tertinggi untuk titik 4
maupun titik 5, sehingga nilai tekanan total (head total) rata-rata pada regulator
awal (R0) titik 3, 4, dan 5 sebesar 0,15; 0,1; dan 0,05.
87

Pengaruh Percabangan Terhadap


Head B Parallel
0.25

0.20

0.15
Head

0.10

0.05

0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

HT 3 HT 4 HT 5 HS 3 HS 4 HS 5 HV 3 HV 4 HV 5
Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.28
Pengaruh Percabangan Terhadap Head Kondisi B Parallel
Pada Grafik 5.28 yang ditampilkan dapat dilihat adanya peningkatan dan
penurunan dari keseluruhan tekanan yang dipengaruhi oleh adanya
percabangan terutama pada titik pengamatan 4 serta titik pengamatan 5 yang
udaranya terkesan terbagi sehingga dengan adanya percabangan tersebut,
maka tekanan pada titik 3 merupakan sumber pengali udara tertinggi untuk titik 4
maupun titik 5, sehingga nilai tekanan total (head total) rata-rata pada regulator
awal (R0) titik 3, 4, dan 5 sebesar 0,19; 0,11; dan 0,06.
88

5.7.2 Pengaruh Percabangan Terhadap Kecepatan

Pengaruh Percabangan Terhadap


Kecepatan Kondisi A Parallel
5
4.5
4
3.5
3
V rata - rata

2.5
2
1.5
1
0.5
0
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

titik 4 titik 3 titik 5


Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.29
Pengaruh Percabangan Terhadap Kecepatan Kondisi A Parallel
Pada Grafik 5.29 titik 4, kecepatan cenderung menurun dengan
menyusutnya atau semakin kecilnya dimensi dari lubang bagian dalam regulator,
R0 titik 3, 4, dan 5 berturut turut adalah 3,5 m/s, 1,8 m/s dan 4,5 m/s. Dapat
dijelaskan bahwa pada titik empat kecepatan udaranya rendah akibat adanya
pengaruh percabang pada titik tersebut.
89

Pengaruh Percabangan Terhadap


Kecepatan Kondisi B Parallel
6

4
V rata - rata

0
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

titik 4 titik 3 titik 5


Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.30
Pengaruh Percabangan Terhadap Kecepatan Kondisi B Parallel
Pada Grafik 5.30 nilai titik 5 cenderung mengalami penurunan sangat
signifikan diakibatkan adanya penambahan booster yang terdorong oleh adanya
percabangan udara. Misaln pada Regulator awal (R0) nilai kecepatan udara titik
3, 4, dan 5 sebesar 4,1 m/s, 2,2 m/s, dan 5,03 m/s. Sehingga untuk titik lima
cenderung tertinggi akibat adanya pengaruh regulator, penambahan booster
maupun pengaruh percabangan pada duct.
90

5.7.3 Pengaruh Percabangan Terhadap Debit

Pengaruh Percabangan Terhadap


Debit A Parallel
0.40
0.35
0.30
0.25
Debit (Q)

0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

titik 4 titik 3 titik 5


Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.31
Pengaruh Percabangan Terhadap Debit Kondisi A Parallel
Pda Grafik 5.31 kecepatan aliran udara cenderung menurun akibat
adanya pemampatan udara oleh adanya penambahan regulator dan pengarturan
udara. Pada titik 3 dan titik 4 yang menuju titik 5 dengan nilai debit pada
regulator pertama (R0) titik 3, 4, dan 5 nilainya sebesar 59304,08 m3/s, 31043,87
m3/s, dan 77609,68 m3/s. Berdasarkan nilaidebittersebut dapat dijelaskan pada
titik 5 mengalami debittertinggi akibat adanya gabungan dari debit ydarayang
sudah mengalami percabangan.
91

Pengaruh Percabangan Terhadap


Debit B Parallel
0.30

0.25

0.20
Debit (Q)

0.15

0.10

0.05

0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

titik 4 titik 3 titik 5


Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.32
Pengaruh Percabangan Terhadap Debit Kondisi B Parallel
Pada Grafik 5.32 terlihat bahwa debit udara cenderung menurun seiring
pengecilan ukuran luasan bagian dalam regulator disertai pengaturan udara.
Seperti contoh misalnya pada regulator pertama (R0) nilai debit udara titik 3, 4,
dan 5 sebesar 41682,3 m3/s, 22765,51 m3/s, dan 52084,72 m3/s. Hal ini
menunjukan dari titik 3 ke titik 4 terdapat percabangan, lalu menuju titik 5
terdapat adanya pengaturan udara oleh regulator disertai penambahan booster.
92

5.8 Pengaruh Pemakaian Regulator Terhadap Kondisi Aliran


Udara;
5.8.1 Pengaruh Pemakaian Regulator Terhadap Head

Pengaruh Penggunaan Regulator Terhadap Head A Seri


0.30

0.25 f(x) = 0.29 x − 0.01


R² = 0.54
0.20
HEAD

0.15

0.10
f(x) = 0.07 x + 0.02
0.05 R²
f(x)==0.78
0.06 x + 0
R² = 0.77
0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

HT 5 Linear (HT 5) Linear (HT 5)


HS 5 Linear (HS 5) Linear (HS 5)
HV 5 Linear (HV 5) Linear (HV 5)
Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.33
Pengaruh Regulator Terhadap Head Kondisi A Seri
Berdasarkan Grafik 5.33 penggunaan regulator dengan luasan bagian
dalam yang lebih kecil akan meningkatkan nilai kecepatan udara yang diikuti
dengan peningkatan nilai tekanan. Dimana tekanan udara yang relatif rendah
akibat adanya gesekan udara dengan dinding duct beserta belokan yang
mempengaruhi jangkauan darialiran udara, karena kecepatan udara yang lebih
cepat pada titik 5 maka adanya pengaruh booster yang meningkatkan nilai
tekanan. Pada kondisi head total dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,54
atau secara regresi nilainya sebesar 54%
93

Pengaruh Penggunaan Regulator Terhadap Head B Seri


0.80
0.70
0.60
f(x) = − 0.83 x + 0.74
0.50 R² = 0.74
HEAD

0.40
0.30
f(x) = − 0.44 x + 0.39
0.20 R² = 0.71
0.10
0.00 f(x) = − 0.020.300
x + 0.04 0.400
0.100 0.200 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
R² = 0.28
ß

HT 5 Linear (HT 5) Linear (HT 5)


HS 5 Linear (HS 5) Linear (HS 5)
HV 5 Linear (HV 5) Linear (HV 5)
Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.34
Pengaruh Regulator Terhadap Head Kondisi B Seri
Berdasarkan Grafik 5.34 penggunaan regulator dengan luasan bagian
dalam yang lebih kecil akan meningkatkan nilai kecepatan udara yang diikuti
dengan peningkatan nilai tekanan. Dimana tekanan udara yang relatif rendah
akibat adanya gesekan udara dengan dinding duct beserta belokan yang
mempengaruhi jangkauan darialiran udara, karena kecepatan udara yang lebih
cepat pada titik 5 maka adanya pengaruh booster yang meningkatkan nilai
tekanan. Pada kondisi head total dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,74
atau secara regresi nilainya sebesar 74%
94

Pengaruh Penggunaan Regulator Terhadap Head A Parallel


0.07
0.06
0.05 f(x) = 0.04 x + 0.02
R² = 0.53
0.04
f(x) = − 0 x + 0.04
HEAD

0.03 R² = 0.01

0.02 f(x) = − 0.01 x + 0.03


R² = 0.82
0.01
0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

HT 5 Linear (HT 5) Linear (HT 5)


HS 5 Linear (HS 5) Linear (HS 5)
HV 5 Linear (HV 5) Linear (HV 5)
Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.35
Pengaruh Regulator Terhadap Head Kondisi A Parallel
Pada Grafik 5.35 pada grafik ini nilai head static sangatlah
terpengaruhi oleh adanya penambahan booster serta kurang
terbentuknya pengaturan udara pada titik tersebut. Sehingga nilai
koefisien determinasinya hanya sebesar 0,007 atau secara regresi
hanyalah sebesar 0,7%. Sehingga dapat dinyatakan bahwa nilai head
total jauh lebih tinggi dari head static.
95

Pengaruh Penggunaan Regulator Terhadap Head B Parallel


0.12

0.10

0.08
f(x) = − 0.05 x + 0.09

f(x)==0.23
− 0.05 x + 0.08
HEAD

0.06
R² = 0.22
0.04
f(x) = 0.02 x + 0.02
R² = 0.05
0.02

0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

HT 5 Linear (HT 5) Linear (HT 5)


HS 5 Linear (HS 5) Linear (HS 5)
HV 5 Linear (HV 5) Linear (HV 5)
Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.36
Pengaruh Regulator Terhadap Head Kondisi B Parallel
Pada Grafik 5.36 pada grafik ini nilai head static sangatlah
terpengaruhi oleh adanya penambahan booster serta kurang
terbentuknya pengaturan udara pada titik tersebut. Sehingga nilai
koefisien determinasinya hanya sebesar 0,0535 atau secara regresi
hanyalah sebesar 5,35%.
96

5.8.2 Pengaruh Pemakaian Regulator Terhadap Velocity

Pengaruh Penggunaan Regulator


Terhadap Velocity A Seri
titik 5 Linear (titik 5) Linear (titik 5)
4.5
f(x) = 3.55 x + 1.21
4 R² = 0.86
3.5
3
V rata - rata

2.5
2
1.5
1
0.5
0
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019


Grafik 5.37
Pengaruh Regulator Terhadap Velocity Kondisi A Seri
Berdasarkan Grafik 5.37 menunjukkan kurangnya kesesuaian antara
kecilnya ukuran luasan dalam regulator terhadap kecepatan rata-rata aliran
udara semakin berkurang. Adapun nilai koefisien determinasinya sebesar 0,86
yang sekaligus menunjukkan nilai regresinya 86%.
97

Pengaruh Penggunaan Regulator


Terhadap Velocity B Seri
titik 5 Linear (titik 5) Linear (titik 5)
6

4
f(x) = 0.82 x + 3.26
V rata - rata

R² = 0.04
3

0
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019


Grafik 5.38
Pengaruh Regulator Terhadap Velocity Kondisi B Seri
Berdasarkan Grafik 5.38 terlihatterdapat ketidaksesuaian akibat adanya
kegagalan dalam pengaturan udara yang menyebabkan pola pengaturan udara
cenderung berbanding terbalik, sehingga nilai regresinya pun rendah. Adapun
nilai koefisien determinasinya sebesar 0,043 yang sekaligus menunjukkan nilai
regresinya 4,3%.
98

Pengaruh Penggunaan Regulator


Terhadap Velocity A Parallel
titik 5 Linear (titik 5) Linear (titik 5)
5
4.5
f(x) = 2.88 x + 1.76
4 R² = 1
3.5
3
V rata - rata

2.5
2
1.5
1
0.5
0
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019


Grafik 5.39
Pengaruh Regulator Terhadap Velocity Kondisi A Parallel
Berdasarkan Grafik 5.39 polapengaturan udara pada duct dinyatakan
cukupideal bahan dapat dikatakan sangatlah optimum akibat adanya keserasian
dengan nilai regresi yang cukup tinggi dari kecepatan udara rata-rata. Adapun
nilai koefisien determinasinya sebesar 0,998 yang sekaligus menunjukkan nilai
regresinya 99,8%
99

Pengaruh Penggunaan Regulator


Terhadap Velocity B Parallel
titik 5 Linear (titik 5) Linear (titik 5)
6

5 f(x) = 3.65 x + 1.83


R² = 0.81
4
V rata - rata

0
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019


Grafik 5.40
Pengaruh Regulator Terhadap Velocity Kondisi B Parallel
Berdasarkan Grafik 5.40 pada titik penggunaan regulator atautitik yang
terdekat dengan regulator (titik 5) cenderungterbentuk keselarasan dari
pengaturan udara dengan adanya kemampuan untuk mengalirkan sejumlah
kecepatan aliran udara. Adapun nilai koefisien determinasinya sebesar 0,8112
yang sekaligs nilai regresinya 81,12%.
100

Pengaruh Penggunaan Regulator


Terhadap Debit A Seri
titik 5 Linear (titik 5) Linear (titik 5) Linear (titik 5)
0.40
0.35 f(x) = 0.29 x + 0.1
R² = 0.86
0.30
0.25
Debit (Q)

0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

5.8.3 Pengaruh Pemakaian Regulator Terhadap Debit


Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.41
Pengaruh Regulator Terhadap Debit Kondisi A Seri
Berdasarkan Grafik 5.41 untuk titik pengamatan kelima terlihat
terbentuknya ketidakselarasan antara pengaturan udara dengan debit udara
yang digunakan sehingga terbentuk hubungan berbanding terbalik. Adapun nilai
koefisien determinasinya sebesar 0,8573 yang sekaligus nilai dari analisis
regresinya sebesar 85,73%
101

Pengaruh Penggunaan Regulator


Terhadap Debit B Seri
titik 5 Linear (titik 5) Linear (titik 5) Linear (titik 5)
0.45
0.40
0.35
0.30 f(x) = 0.07 x + 0.26
R² = 0.04
0.25
Debit (Q)

0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019


Grafik 5.42
Pengaruh Regulator Terhadap Debit Kondisi B Seri
Berdasarkan Grafik 5.42 di atas terlihat bahwa debit udara yang dialami
oleh titik 5 sangatlah berbanding terbalik dengan adanya jalur duct dan
pengaturan udara berdasarkan adanya penambahan regulator. Adapun nilai
koefisien determinasinya sebesar 0,0429 sekaligus untuk nilai regresinya 4,29%.
102

Pengaruh Penggunaan Regulator


Terhadap Debit A Parallel
titik 5 Linear (titik 5) Linear (titik 5) Linear (titik 5)
0.40
0.35 f(x) = 0.23 x + 0.14
R² = 1
0.30
0.25
Debit (Q)

0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019


Grafik 5.43
Pengaruh Regulator Terhadap Debit Kondisi A Parallel
Berdasarkan Grafik 5.43 di atas terlihat bahwa debit udara yang dialami
cenderung berbanding lurus dengan penambahan regulator, sehingga sangat
sedikit terlihat ketidak sesuaian atau nilainya mendekati sempuran pada 100%
nilai regresi. Adapun nilai koefisien determinasinya sebesar 0,9983 sekaligus nilai
regresinya 99,8%.
103

Pengaruh Penggunaan Regulator


Terhadap Debit B Parallel
titik 5 Linear (titik 5) Linear (titik 5) Linear (titik 5)
0.30

0.25
f(x) = 0.12 x + 0.13
0.20 R² = 0.96
Debit (Q)

0.15

0.10

0.05

0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019


Grafik 5.44
Pengaruh Regulator Terhadap Debit Kondisi B Parallel
Berdasarkan Grafik 5.43 di atas terlihat bahwa debit udara yang dialami
oleh titik 5 terpengaruh oleh adanya regulator serta penambahan booster.
Adapun nilai koefisien determinasinya sebesar 0,9617 sekaligus nilai regresinya
sebesar 96,17%.
104

5.9 Pengaruh Penambahan Booster Pada Kondisi Aliran Udara.


5.9.1 Pengaruh Penambahan Booster Terhadap Head

Pengaruh Booster Terhadap


Head B Seri
0.80
0.70
0.60
0.50
0.40
Head

0.30
0.20
0.10
0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

HT 1 HT 2 HT 3 HT 5 HS 1 HS 2
HS 3 HS 5 HV 1 HV 2 HV 3 HV 5
Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.45
Pengaruh Booster Terhadap Head Kondisi B Seri
Pada Grafik 5.45 nilai tekanan atau head tertinggi berada pada titik 3 hal
dikarenakan titik 3 merupakan titik untuk menyuplai udara ke titik 4 dan 5
sehingga adanya peningkatan nilai tekanan yang terjadi. Dengan demikian nilai
tekanan total (HT) pada regulator pertama (R0) titik 1, 2, 3 dan 5 berturut-turut
adalah 0,11; 0,11; 0,22; dan 0,06.
105

Pengaruh Booster Terhadap


Head B Parallel
0.25

0.20

0.15
Head

0.10

0.05

0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

HT 1 HT 2 HT 3 HT 5 HS 1 HS 2 HS 3 HS 5
HV 1 HV 2 HV 3 HV 5 HT 4 HS 4 HV 4
Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.46
Pengaruh Booster Terhadap Head Kondisi B Parallel
Pada Grafik 5.46 Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa kecepatan
udara tertinggi berada di titik pengamatan 5 di mana titik yang paling dekat
dengan adanya booster begitu juga untuk titik satu yang posisinya dekat dengan
adanya penambahan fan sehingga nilai dari kecepatan udara sangatlah
terpengaruh. Untuk nilaikecepatan udara cenderung stabil di mana nilai
kecepatan udara terendah sebesar 1,32 m/s dan tertinggi 2,02 m/s.
106

5.9.2 Pengaruh Penambahan Booster Terhadap Kecepatan

Pengaruh Penambahan Booster Terhadap Kecepatan Udara


pada Kecepatan B Seri

0.50
0.45
0.40
0.35
0.30
V Rata-rata

0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
β

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 5


Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.47
Pengaruh Booster Terhadap Kecepatan Kondisi B Seri
Berdasarkan Grafik 5.40 grafik di atas pengaruh booster terhadap debit
cukup mempengaruhi terutama pada titik pengamatan 5 karena posisi dari titik
lima pengukuran sangatlah dekat dengan pengaruh booster sehingga nilai debit
tertingginya sebesar 0,42 m3/s sedangkan nilai debit terendahnya sebesar 0,17
m3/s. sedangkan untuk titik lainnya tidak begitu terpengaruh dan cenderung lebih
stabil.
107

Pengaruh Booster
Terhadap Kecepatan pada Kondisi B Parallel
6

4
V rata - rata

0
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
titik 1 titik 2 ß 3
titik titik 5 titik 4
Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.48
Pengaruh Booster Terhadap Kecepatan Kondisi B Parallel
Berdasarkan Grafik 5.48 berdasarkan nilai debit yang diperoleh maka
didapatkan nilai debit tertinggi pada titik 5 akibat adanya pengaruh percabangan,
belokan dan juga penambahan booster, sehingga pada titik 5 dengan regulator
pertawa (R0) 5,03 m3/s, akan tetapi titik 5 mengalam jga penurunan kecepatan
rata-rata udara yang sangat signifikan ketimbang titik pengukuran lainnya.
108

5.9.3 Pengaruh Penambahan Booster Terhadap Debit

Pengaruh Booster
Terhadap Debit B Seri
0.50
0.45
0.40
0.35
0.30
Debit (Q)

0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

titik 1 titik 2 titik 3 titik 5


Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.49
Pengaruh Booster Terhadap Debit Kondisi B Seri
Untuk kondisi seri juga kondisinya cenderung sama hanya saja tidak
adanya pengaruh percabangan yang akan mempengaruhi pengaliran udarabaik
kecepatannya maupun temperaturnya. Berdasarkan hasil tersebut didapatkan
nilai debit udara tertinggi 0,42 m3/s dengan nilai debit terendahnya sebesar 0,17
m3/s.
109

Pengaruh Booster
Terhadap Debit B Parallel
0.30

0.25

0.20
Debit (Q)

0.15

0.10

0.05

0.00
0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000
ß

titik 1 titik 2 titik 3 titik 5 titik 4


Sumber : Hasil Pengolahan Data Praktikum Ventilasi Tambang, 2019
Grafik 5.50
Pengaruh Booster Terhadap Debit Kondisi B Parallel
Berdasarkan grafik di atas pengaruh booster sangat
mempengaruhi nilaidebit, terutama padatitik 5, akan tetapi titik kelima
mengalami penurunan paling signifikan di mana nilai debit tertingginya
sebesar 0,25 m3/s sedangkan nilai debit terendahnya sebesar 0,14 m3/s.
sedangkan untuk titik lainnya cenderung stabil

5.10 Analisis Keseluruhan


Pada analisis keseluruhan dari grafik ini dijelaskan bahwa setiap
pengaturan udara atau x dalam grafik kartesius merupakan variabel tetap
di mana yang akan menjadi pengatur terhadap kondisi udara meliputi
kecepatan, debit, tekanan (head) beserta uap air yang harus dikeluarkan
maupun kapasitas pendingin. Jika dilakukan analisis dari kondisi A, di
mana tanpa adanya tambahan fan auxiliary atau booster maka pola
pengaturan udara hanya diatur oleh adanya pemasangan regulator serta
disertai adanya kehilangan tekanan pada duct oleh adanya belokan
maupun percabangan. Pada kondisi A didapatkan nilai debit tertinggi 0,45
m3/s, nilai kecepatan rata-rata tertinggi sebesar 4,50 m/s dan untuk nilai
Reynold tertinggi sebesar 77.609,68 dan menghasilkan pola aliran
110

turbulen. Begitu pun untuk kondisi B baik seri maupun pararel, akan
tetapi pada kondisi B adanya penambahan fan auxiliary atau booster
sehingga pada titik pengamatan kelima akibat posisinya dekat dengan
booster maka sangat jelas akan adanya pengaruh erat sehingga perlu
dianalisis lebih mendalam. Pada kondisi B didapatkan nilai debit tertinggi
0,45 m3/s, nilai kecepatan rata-rata tertinggi sebesar 5,17 m/s dan untuk
nilai Reynold tertinggi sebesar 89.107,41 dan menghasilkan pola aliran
turbulen.

Anda mungkin juga menyukai