Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENGOLAHAN PANGAN DAN HASIL PERTANIAN


KALIBRASI ALAT UKUR KADAR AIR

Disusun Oleh:

Muhammad Wildan Bagir Hakim


F1401211044

Selasa, 22 Agustus 2023

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
IPB UNIVERSITY
2023
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai yang
ditunjukkan oleh suatu alat ukur atau sistem ukur, atau nilai yang diwakili oleh benda ukur,
dan nilai yang telah diketahui yang berkaitan besaran yang diukur dalam kondisi tertentu
(Leonardo et.al 2019). Singkatnya, kalibrasi merupakan sebuah cara untuk
membandingkan hasil sebuah alat ukur tidak langsung dengan hasil dari alat ukur langsung
untuk menentukan akurasi atau kelayakan dari alat ukur tidak langsung tersebut. Kalibrasi
memiliki tujuan dalam menentukan penyimpangan dari sebuah alat ukur dan menjamin
hasil pengukuran sesuai dengan standar yang ada. Selain itu, kalibrasi memiliki manfaat
untuk menjaga kondisi alat ukur dan mengetahui nilai penyimpangan sebuah alat ukur
(Firdaus et.al 2020).
Salah satu penggunaan kalibrasi alat ukur ini adalah pada alat ukur kadar air. Alat
ukur kadar air digunakan untuk menentukan kandungan air yang terdapat didalam suatu
bahan pertanian. Pengukuran kandungan air pada suatu bahan pertanian ini penting untuk
dilakukan karena kualitas bahan pangan sangat dipengaruhi oleh kadar air yang terkandung
pada suatu bahan pertanian. Kadar air suatu bahan dapat dinyatakan dalam berat basah
(%bb) atau berdasarkan berat kering (%bk). Kadar air berat basah merupakan
perbandingan antara total massa air didalam bahan dengan berat kering bahan ditambah
massa total air didalam bahan. Sedangkan, kadar air berat kering adalah perbandingan
antara total air didalam bahan dengan total padatan bahan tanpa air (Sary 2016).
Sebagai alat ukur kadar air yang memiliki peranan penting dalam menentukan kadar
air suatu bahan, maka perlu dilakukan kalibrasi secara berkala untuk menjamin hasil ukur
sesuai dengan kondisi bahan yang diukur. Kalibrasi dilakukan dengan membandingkan
hasil pengukuran menggunakan alat ukur kadar air tidak langsung dengan pengukuran
secara langsung menggunakan metode Gravimetri yang sering disebut sebagai metode
oven. Dengan melakukan kalibrasi, maka dapat segera diketahui adanya kesalahan atau
ketidaksesuain akurasi yang terjadi pada alat tersebut.

B. Tujuan
Praktikum kalibrasi alat ukur kadar air bertujuan untuk:
1. Melakukan pengukuran kadar air dengan alat ukur
2. Melakukan kalibrasi alat ukur kadar air menggunakan metode Gravimetri

METODOLOGI

Praktikum kalibrasi alat ukur kadar air dilaksanakan pada hari Selasa, 22 Agustus 2023
di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian IPB. Sampel gabah (paddy
long) diambil sebanyak 5-10 gram untuk masing-masing kelompok kadar air. Terdapat tiga alat
pengukuran kadar air. Satu alat dengan metode gravimetri (metode oven) dan dua alat dengan
prinsip menghitung kelembapan di permukaan bahan berdasarkan tahanan dan resitansi.
A. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada kalibrasi alat ukur kadar air ini adalah oven,
timbangan analitik, Grain moisture tester, Crown moisture tester, Kett moisture tester,
cawan, desikator, gabah kadar air rendah (13-17% bb) dan gabah kadar air tinggi (20-30%
bb).

B. Prosedur Pengukuran Kadar Air

1. Pengukuran Langsung Menggunakan Metode Gravimetri (Oven)

2. Pengukuran Tidak Langsung Menggunakan Alat Ukur Crown Moisture Tester

3. Pengukuran Tidak Langsung Menggunakan Alat Ukur Kett Moisture Tester


HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Hasil Pengukuran
Tabel 1. Hasil Pengukuran KA Gabah menggunakan Metode Langsung (Gravimetri)

Berat cawan Berat cawan


+ bahan + bahan Kadar Kadar
Kadar Ulangan No Berat (sebelum (setelah air air
air cawan cawan oven) oven) (%bb) (%bk)
(g) (g) (g)
1 44 2.52 7.58 6.93 12.85% 14.75%
2 47 2.48 7.45 6.81 12.87% 14.77%
Rendah 3 41 2.55 7.58 6.93 12.80% 14.68%
4 31 2.45 7.45 6.81 12.78% 14.65%
5 34 2.31 7.32 6.67 12.85% 14.74%
Rata-rata 12.83% 14.72%
1 16.1 5.02 10.86 9.69 20.09% 25.15%
2 10.3 3.53 8.56 7.52 20.53% 25.84%
Sedang 3 10.2 3.57 8.53 7.53 20.16% 25.25%
4 7.1 3.52 8.52 7.53 19.80% 24.69%
5 3.2 3.55 8.50 7.51 20.01% 25.02%
Rata-rata 20.12% 25.19%
1 35 2.13 7.30 5.95 25.96% 35.07%
2 33 2.44 7.44 6.16 25.57% 34.36%
Tinggi 3 45 2.50 7.54 6.22 26.24% 35.57%
4 49 2.26 7.27 5.92 26.82% 36.65%
5 32B 2.42 7.54 6.16 26.99% 36.97%
Rata-rata 26.32% 35.72%

Tabel 2. Hasil Pengukuran KA Gabah menggunakan Alat Ukur Kett Moisture Tester

Ulangan KA Rendah KA Sedang KA Tinggi


1 11.9% 15.8% 28.0%
2 12.1% 16.3% 28.9%
3 11.9% 16.4% 28.4%
4 12.1% 16.2% 29.4%
5 11.8% 15.8% 28.3%
Rata-rata 12.0% 16.1% 28.6%
Tabel 3. Hasil Pengukuran KA Gabah menggunakan Alat Ukur Crown Moisture Tester

Ulangan KA Rendah KA Sedang KA Tinggi


1 14.2% 18.8% 22.7%
2 14.0% 18.1% 22.1%
3 13.7% 18.1% 22.1%
4 14.0% 18.7% 22.0%
5 14.0% 18.7% 22.7%
Rata-rata 14.0% 18.5% 22.3%

Grafik 1. Kalibrasi kadar air pada pengukuran gabah dengan alat ukur Kett grain moisture
tester dengan kadar air pada pengukuran gabah menggunakan metode oven

Grafik 2. Kalibrasi kadar air pada pengukuran gabah dengan alat ukur Crown grain moisture
tester dengan kadar air pada pengukuran gabah menggunakan metode oven
B. Pembahasan
Kalibrasi merupakan salah satu faktor penting dalam suatu proses pengukuran yang
dilakukan disetiap penelitian. Kalibrasi yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah
untuk mengetahui ketepatan ukur dari alat ukur kadar air, yaitu Kett moisture tester dan
Crown moisture tester. Proses kalibrasi dilakukan dengan menggunakan metode
gravimetri dengan oven sebagai alat ukur acuannya. Hasil pengukuran dengan oven dapat
dijadikan acuan karena pengukurannya bersifat langsung (secara teoritis bisa
menghilangkan seluruh kandungan air pada bahan). Berdasarkan hasil pengukuran
didapatkan hasil kandungan air rata-rata basis basah (%bb) menggunakan kadar air rendah
yaitu 12.83%, pada kandungan air sedang 20.12%, dan 26.32% untuk kandungan air
tinggi. Kalibrasi dilakukan menggunakan nilai basis basah (%bb) yang telah didapatkan
dari 3 jenis kadar air gabah (paddy long), yaitu kadar air rendah, sedang dan tinggi dengan
masing-masing 5 kali pengulangan.
Berdasarkan data hasil pengukuran, dapat diketahui bahwa hasil pengukuran kadar air
dengan menggunakan Crown grain moisture berada diatas nilai acuan untuk kadar air
rendah (14.0%). Sedangkan kadar air sedang (18.5%) dan kadar tinggi (22.3%) berada
dibawah nilai acuan dari metode gravimetri. Hasil lain dengan pengukuran menggunakan
Kett grain moisture menunjukkan hasil yang berada dibawah nilai dari pengukuran dengan
acuannya untuk kadar air rendah (12.0%) dan kadar air sedang (16.1%), namun berada
diatas nilai acuan pada kadar air tinggi yaitu 28.6%.
Kalibrasi dilakukan dengan mencari antara data primer (hasil pengukuran
menggunakan metode Gravimetri) dengan data sekunder (hasil pengukuran menggunakan
moisture tester). Proses tersebut dilakukan dengan mencari pola sebaran data
menggunakan analisis regresi linear. Tingkat ketepatan dan ketilitian ditunjukkan dengan
nilai korelasi garis regresi (kecenderungan data). Nilai pengukuran yang baik jika nilai
korelasinya lebih dari 95% atau mendekati 1.
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari Grafik 1 dan 2 nilai korelasi dari alat ukur
2
(R ) Crown grain moisture adalah sebesar 0.9984 dan nilai korelasi dari alat ukur Kett
grain moisture sebesar 0.8953. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur kadar air Crown
grain moisture memiliki tingkat akurasi dan ketelitian yang baik karena korelasinya lebih
dari 95% dan mendekati 1. Sedangkan, untuk alat ukur kadar air Kett grain moisture
tingkat akurasi dan ketelitian yang kurang baik karena nilai korelasinya kurang dari 0.95
atau 95%. Nilai korelasi (R<95) disebabkan oleh beberapa data pencilan diluar garis
regresi yang dapat dilihat pada Grafik 1. Kemungkinan hal ini dapat terjadi karena sampel
gabah (paddy long) yang tidak bersih saat proses pengukuran atau disebabkan karena
memang umur simpan alat yang sudah cukup lama ataupun alatnya yang sudah rusak.
KESIMPULAN
Pengukuran kadar air suatu bahan pertanian dapat menggunakan metode langsung
dengan menggunakan oven (gravimetri) ataupun secara tidak langsung dengan menggunakan
alat ukur Crown grain moisture dan Kett grain moisture. Proses kalibrasi alat ukur tidak
langsung menggunakan nilai hasil metode gravimetri (oven) sebagai nilai acuan. Kalibrasi
dilakukan dengan mencari antara data primer (hasil pengukuran menggunakan metode
Gravimetri) dengan data sekunder (hasil pengukuran menggunakan moisture tester) dengan
mencari pola sebaran data menggunakan analisis regresi dan tingkat ketepatannya ditunjukkan
oleh nilai korelasi (R2 ). Berdasarkan hasil percobaan didapatkan nilai korelasi alat ukur Crown
grain moisture dan Kett grain moisture berturut-turut sebesar 0.9984 dan 0.8953. Berdasarkan
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Crown grain moisture memiliki tingkat ketelitian yang
lebih tepat dibandingkan dengan Kett grain moisture.

DAFTAR PUSTAKA
Firdaus AJA, Pramono D, Purnomo W. 2020. Pengembangan sistem informasi upt kalibrasi
dinas kesehatan Kabupaten Malang berbasis web. Jurnal Sistem Integrasi, Pendidikan,
dan Sistem Informasi. 1(1): 23-34.
Leonardo C, Suraidi S, Tanudjaya H. 2019. Analisis kalibrasi pengukuran dan ketidakpastian
sound level meter. Jurnal Teknik Industri. 8(1).
Sary R. 2016. Kaji eksperimental pengeringan biji kopi dengan menggunakan sistem
konveksi paksa. Jurnal Polimesin. 14(2): 13-18.

Anda mungkin juga menyukai