Anda di halaman 1dari 31

ASSESSMENT OF INHERENT RISK AND MATERIALITY

AND INTERNAL CONTROL CONCEPT

Mata Kuliah : Pengauditan

Di Susun Oleh Kelompok III (KONTRA):

Wahid Qadri Danamik 1910247239


Muhammad Abdul Aziz 1910246994
M. Iqbal Ramadhan 1910247208
Juhamdani 1910246967

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS RIAU
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan audit intern dalam suatu badan usaha seperti merupakan tuntutan atau
kebutuhan bagi semua pihak guna melahirkan usaha yang sehat. Kegiatan ini pada hakikatnya
mendorong terciptanya efisiensi usaha, sehingga perusahaanmampu bersaing secara sehat
dalam pasar yang makin kompetitif, mengacu penciptaan laba yang baik. Dalam hal ini
tentunya perusahaan diharapkan terjagakelangsungan hidupnya serta mampu memberikan
kontribusi bagi masyarakat banyak dan pemerintah.
Keberhasilan kegiatan audit intern banyak bergantung kepada ketepatan dan
kesesuaian perencanaan audit dalam mengantisipasi dan mempertimbangkan kebutuhan
perusahaan untuk menentukan pemilihan objek audit, jenis, cakupan, dan tujuan audit yang
dilakukan, perkiraan kebutuhan sumber daya audit dan pengalokasian sumber daya audit
yang tersedia. Penyusunan rencana kegiatan audit dapat efektif apabila mempertimbangkan
faktor risiko (salah satunya), yang tujuannya adalah untuk mengindentifikasikan bagian yang
material atau signifikan dari kegiatan yang akan diaudit, sehingga dapat diatur skala prioritas
pelaksanaan audit dengan mengetahui unit mana yang memerlukan segera dan unit mana
yang bisa ditempatkan pada urutan terakhir, sehingga pelaksanaan kegiatan audit dapat
memudahkan dalam membagi pekerjaan sesuai dengan tenaga auditor yang tersedia, dan
menciptakan efisiensi biaya audit. Selain itu penilaian risiko dalam menentukan objek audit
adalah sangat penting, karena sesuai dengan fungsi dan peran audit intern saat ini telah
memasuki orientasi baru (paradigma baru) dari peran tradisionalnya sebagai polisi atau pihak
yang cenderung mencari-cari kesalahan pihak lain dalam organisasi tanpa mampu
memberikan solusi, kearah fungsi dan peran yang baru sebagai mitra dan atau konsultan dan
atau katalis.
Tugas seorang auditor adalah mampu untuk menemukan salah saji pada laporan
keuangan, namun pada kenyataannya masih ada saja yang memanfaatkan profesinya sebagai
auditor untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Banyak kasus yang memperlihatkan
bagaimana perusahaan melakukan kecurangan namun juga ditutupi oleh seorang auditor,
Salah satu kasusnya adalah kasus Sunbeam Corp. Sunbeam corp merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang peralatan camping terletak di Boca Raton, Florida.
CEO dari perusahaan ini adalah Chainsaw Al. Masalah Andersen dengan Sunbeam
bermula dari kegagalan audit yang membuat kesalahan serius pada akuntansinya yang
akhirnya menghasilkan tuntutan class action dari investor Sunbeam. Baik dari gugatan
hukum dan perintah sipil yang diajukan SEC menuduh Sunbeam membesar-besarkan
penghasilan melalui strategi penipuan akuntansi, seperti pendapatan “cookie jar”, recording
revenue on contingent sales, dan mempercepat penjualan dari periode selanjutnya ke kuartal
masa kini. Perusahaan juga dituduh melakukan hal yang tidak benar melakukan
transaksi “bill-and-hold”, dimana menggembungkan pesanan bulan depan dari pengiriman
sebenarnya dan tagihannya.
Pelanggaran-pelanggaran lain yang dilakukan perusahaan Sunbeam yaitu melakukan
praktek manipulasi akuntansi dengan memperbesar atau memotong angka yang ada pada

2
laporan keuangan. Pelanggaran ini melanggar prinsip konservatisme yaitu laporan keuangan
yang harus berisikan angka-angka yang sebenarnya terjadi pada periode akuntansi tersebut.
Dalam konsep konservatisme perusahaan diminta untuk mencatat biaya yang akan terjadi
namun tidak diperkenankan mencatat yang belum terjadi. Tujuan dari pencatatan biaya
adalah untuk mengantisipasi uang yang akan keluar sedangkan tidak dioperbolehkannya
mencatat pendapatan adalah untuk menghindarkan kondisi dimana uang yang akan diterima
dibatalkan. Namun perusahaan Sunbeam melanggar prinsip ini sehingga merugikan berbagai
stakeholder. Sunbeam melakukan pemecatan setengah dari enam ribu karyawan. Dalam etika
bisnis, perusahaan juga dituntut untuk memenuhi tanggung jawab sosial. Salah satunya
adalah menjamin kesejahteraan masyarakatnya. Memang dalam konteks ini memang akan
membebankan perusahaan dalam operasi terutama jika kondisi keuangan perusahaan dalam
keadaan negative.
Etika pada dasarnya memang tidak memberikan sanksi jika saja tidak bersentuhan
dengan hukum yang berlaku. Pada pelanggaran etika pada nomor satu, perusahaan telah
melanggar hukum. Namun pada keterangan pelanggaran nomer dua, perusahaan tidak
bersentuhan dengan pelanggaran hukum, perusahaan hanya melanggar etika bisnis.
Walaupun tidak memiliki sanksi, namun etika bisnis itu sendiri sangat bermanfaat untuk
menghindari dampak-dampak yang akan terjadi pada masa yang akan dating. Dalam makalah
ini akan dibahas lebih lanjut mengenai kasus sunbeam corp.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Materialitas
Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan audit
yang tepat untuk diterbitkan. Menurut FASB 2 mendefinisikan materialitas sebagai
berikut:“Besarnya penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, dengan
memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan seseorang yang bijaksana yang
mengandalkan informasi mungkinakan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah
saji” (kata-kata bercetak miring ditambahkan).
Oleh karena para auditor bertanggung jawab untuk menentukan apakah terdapat salah
saji material, mereka harus membuatnya menjadi perhatian klien sehingga dapat dilakukan
koreksi atas salah saji tersebut.Jika klien menolak untuk mengoreksi salah saji tersebut, maka
auditor harus menerbitkan opini wajar dengan pengecualian atau tidak wajar, bergantung
pada berapa signifikan salah saji tersebut.Hal ini sangat tergantung pada pengetahuan yang
mendalam atas penerapan materialitas.

Langkah-langkah dalam menerapkan materialitas:


1. Menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas
SAS 107 (AU 312) mengharuskan auditor memutuskan jumlah salah saji
gabungan dalam laporan keuangan, yang akan mereka anggap material apad
awal audit ketika sedang mengembangkan strategi audit secara keseluruhan.
Kami menyebut ini sebagai pertimbangan pendahuluan tentang
materialitas(preliminary judgment about materiality) . Pertimbangan
pendahuluan tentang materialitas adalah maksimum yang membuat auditor
yakin bahwa laporan keuangan akan salah saji tetapi tidak mempengaruhi
keputusan para pemakai yang bijaksana. Auditor menetapkan pertimbangan
pendahuluan tentang materialitas untuk membantu merencanakan pengumpulan
bukti yang tepat.Semakin rendah nilai uang pertimbangan pendahuluan ini,
semakin banyak bukti audit yang dibutuhkan.

Beberapa faktor akan mempengaruhi pertimbanganpendahuluan auditor tentang


materialitas untuk seperangkat laporan keungan tertentu. Faktor-faktor yang
terpenting adalah:

a. Materialitas adalah konsep yang bersifat relative ketimbang absolut


b. Dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas
c. Faktor-faktor kualitatif juga mempengaruhi materialitas.

2. Mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke segmen-


segmen
Alokasi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke segmen-segmen
perlu dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti per segmen dan bukan

4
untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Jika auditor memiliki pertimbangan
pendahuluan tentang materialitas untuk setiap segmen, petimbangan tersebut
akan membantu auditor dalam memutuskan bukti audit yang tepat yang harus
dikumpulkan. Auditor menghadapi tiga kesulitan utama dalam mengalokasikan
materialitas pada akun-akun neraca:

a. Auditor memperkirakan akun-akun tertentu mengandung lebih banyak


salah saji dibandingkan akun-akun lainnya
b. Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan
c. Biaya audit relative mempengaruhi pengalokasian

3. Mengestimasi salah saji dan membandingkan dengan pertimbangan penduluan


Ketika melaksanakan prosedur audit untuk setiap segmen audit, auditor
membuat kertas kerja untuk mencatat semua salah saji yang ditemukan. Salah
saji yang ditemukan dalam suatu akun dapat dibedakan menjadi dua jenis: slah
saji yang diketahui dan salah saji yang mungkin. Salah saji yang diketahui
adalah (know misstatement) adalah salah saji dalam akun yang jumlahnya dapat
ditentukan oleh auditor. Sebagai contoh, ketika mengaudit property, pabrik dan
peralatan, auditor mungkin mengidentifikasi lease peralatan yang dikapitalisasi ,
padahal seharusnya dibebankan karena merupakan lease operasi. Sedangkan
salah saji yang mungkin (likely misstatement) terbagi lagi menjadi dua jenis.
Pertama adalah salah saji yang berasal adri perbedaan antara pertimbangan
manajemen dan auditor tentang estimasi saldo akun. Contohnya adalah
perbedaan estimasi penyisihan untuk piutang tak tertagih atau kewajiban
garansi. Kedua adalah proyeksi salah saji berdasarkan pengjian auditor atas
sampel dari suatu populasi. Contohny, asumsikan bahwa bahwa auditor
menemukan enam salah saji yang dilakukan oleh klien dalam sampel yang
terdiri atas 200 barang ketika menguji biaya persediaan.

2.2 Risiko Audit


Risiko audit adalah risiko bahwa auditor mungkin tanpa sengaja telah gagal untuk
memodifikasi pendapat secara tepat mengenai laporan keuangan yang mengandung salah saji
material.Pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi, risiko audit terdiri dari :

1. Risiko Bawaan (Inheren Risk)


Risiko bawaan mengukur penilaian auditor atas kemungkinan adanya sala saji
(kekeliruan atau kecurangan) yang material dalam segmen, sebelum mempertimbangkan
keefektifan pengendalian internal. Jika auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan
besar akan ada salah saji, dengan mengabaikan pengendalian internal, auditor akan
menyimpulkan bahwa risiko inheren adalah tinggi. Selain meningkatkan bukti audit
untuk risiko inheren yang lebih tinggi dalam bidang audit tertentu, auditor biasanya jug
menugaskan staf yang lebih berpengalaman pada bidang itu dan mereview pengujian
audit yang telah selesai serta lebih meyeluruh. Risiko bawaan adalah kerentanan suatu
5
saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi
bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait. Risiko salah saji demikian adalah lebih
besar pada saldo akun atau golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan yang lain.
Auditor harus menilai faktor-faktor yang menyebabkan risiko inheren dan
memodifikasi bukti audit untuk memperhitungkan faktor-faktro tersebut. Auditro
harus mempertimbangkan beberapa faktor utama untuk ketika menilai risiko inheren:
a. Sifat bisnis klien
b. Hasil audit sebelmnya
c. Penugasan awal versus penugasan berulang
d. Pihak-pihak yan terkait
e. Transaksi nonrutin
f. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi
dengan tepat
g. Unsur-unsur populasi
h. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang curang
i. Faktor-faktor yang berkaitan dengan misapropriasi

2. Risiko Pengendalian (Control Risk)


Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi
dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh
pengendalian interen entitas. Risiko pengedalian mengukur penilaian auditor mengenai
apakah salah saji yang melebihi jumlah yang dapat ditoleransi dalam suatu segmen
akan dicegah atau akan dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian internal klien.
Asumsikan uditor menyimpulkan bahwa pengendalian internal sama seklai tidak efektif
untuk mencegah atau mendeteksi salah saji Risiko ini merupakan fungsi efektivitas
desain dan operasi pengendalian interen untuk mencapai tujuan entitas yang relevan
dengan penyusunan laporan keuangan entitas. SAS 107 (AU 312) menyebut kombinasi
risiko inheren dan risiko pengendalian ini risiko salah saji yang material (risk of material
misstatement). Auditor dapat menggabungkan penilaian atas risiko salah saji yang
material atau dapat juga menilai risiko inheren dan risisko pengendalian secara
terpisah. Risiko inheren merupakan salah saji sebelum mempertimbangkan pengaruh
pengendalian internal.

3. Risiko Deteksi yang direncanakan (Planned Detection Risk)


Risiko deteksi yang direncanakan adalah risiko bahwa bukti audit untuk satu segmen
akan gagal mendeteksi salah saji yang melebihi sala saji yang dapat ditolerir. Risiko
deteksi yang direncanakan tergantung pada tiga faktor lain dalam model risiko audit
risiko ini akan berubah hanya jika auditor mengubah salah satu faktor dari faktor-faktor
model risiko. Risiko deteksi yang direncanakan menetukan jumlah bukti substantif
yang direncanakan akan dikumpulkan auditor, yang besarnya berlawanan dengan risiko
deteksi yang direncanakan. Jika risiko deteksi yang direncanakan dikurangi, auditor
harus mengumpulkan lebih banyak bukti untuk mencapai rencana pengurangan risiko
itu.

6
4. Risiko Audit yang dapat diterima (acceptable audit risk)
Risiko audit yang dapat diterima adalah ukuran kesediaan auditor untuk menerima
bahwa laporan keuangan mungkin mengandung salah saji yang material setelah selesai
audit, dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan. Apabila auditor
memutuskan risiko audit dapat diterima yang lebih rendah, auditor ingin lebih yakin
bahwa laporan keuangan tidak salah disajikan secara material. Auditor sebaiknya harus
memutuskan rsisiko audfit yang dapat diterima bagi suatu audit selama perencanaan
audit. Pertama, auditor memutuskan risiko penugasan dan kemudian menggunakan
risiko penugasan ini untuk memodifikasi risiko audit ayng dapat diterima. Risiko
penugasan (engagement risk) adalah risiko bahwa auditor atau kantor akuntan publik
akan menderita kerugian setelah audit selesai, walaupun laporan audit sudah benar.
Risiko penugasan berkaitan erat dengan risiko bisnis klien. Misalnya jika klien
mengumumkan kepailitan setelah diaudit, kemungkinan diajukannya gugatan hukum
terhadap kantor akuntan publik sangatlah besar, meskipun mutu audit itu baik. Risiko
berarti yakin sekali, dan risiko sebesar 100 persen berarti sama sekali tidak yakin.
Keyakinan penuh mengenai keakuratan laporan keuangan secara ekonomi tidak praktis.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima:
a. Derajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan
b. Kemungkinan bahwa klien akan mengalami kesulitan keuangan setelah
laporan audit dikeluarkan
c. Evaluasi auditor atas integritas manajemen

Seringkali auditor menyembunyikan istilah audit assurance ( yang juga disebut


assurance keseluruhan atau tingkat assurance) dan bukan risiko audit yang dapat
diterima. Audit assurance atau istilah-istilah lain yang sejenis merupakan pelengkap
risiko audit yang dapat diterima, yaitu satu dikurangi risiko audit yang dapat diterima.
Dengan kata lain bahwa risiko audit yang diterima sebesar 2 persen sama artinya dengan
audit assurance sebesar 98%.

Perbedaan Antara Risiko-risiko dalam Model Risiko Audit


Ada perbedaan yang penting dalam hal bagaimana auditor menilai keempat faktor
risiko dalam model risiko audit. Untuk risiko audit yang dapat diterima, auditor memutuskan
risiko yang bersedia diambil kantor akuntan publik bahwa laporan keuangan disalahsajikan
setelah audit selesai, berdasarkan faktor-faktor yang terkait dengan klien tertentu. Contoh
klien dimana auditor bersedia menerima risiko yang sangat kecil( risiko audit yang dapat
diterima yang rendah ) adalh untuk penawaran saham perdana kepada masyarakat. Risiko
inheren dan risiko pengendalian didasarkan pada ekspektasi atau prediksi auditor mengenai
kondisi klien. Contoh risiko inheren yang tinggi adalah persedian yang belum terjual setelah
dua tahun. Sementara contoh risiko pengendalian yang rendah adalah penyimpanan tugas
yang memadai antara penyimpanan aktiva dan akuntansi. Auditor tidak bisa mengubah
kondisi klien ini, tetapi hanya bisa menilai kemungkinannya.

7
Hubungan Risiko dengan Bukti serta Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko
Auditor merespon risiko terutama dengan mengubah luas pengujian dan jenis
prosedur audit, termasuk memasukkan unsur ketakterdugaan dalam prosedur audit yang
digunakan. Selain memodifikasi bukti audit, ada dua cara lain yang dapat digunakan auditor
untuk mengubah audit guna merespon risiko:
1. Penugasan mungkin membutuhkan staf yang lebih berpengalaman.
Untuk setiap penugasan, kantor akuntan publik harus menugaskan staf yang
berkualifikasi. Untuk klien dengan risiko audit yang dapat diterima yang rendah,
perhatian khusu harus diberikan dengan memilih staf, dan pentingnya skeptisme
profesional harus ditekankan. Demikian pula, jika biodang audit seperti persediaan
memiliki risiko inheren yang tinggi, bidang itu harus ditugaskan kepada orang yang
berpengalaman dalam mengaudit persediaan.

2. Penugasan akan direview secara lebih seksama daripada biasanya.


Kantor akuntan publik harus memastikan bahwa file audit yang mendokumentasikan
rencana auditor , bukti yang dikumpulkan serta kesimpulan, dan masalah-masalah
lain dalam audit, direview dengan memadai. Bila risiko audit yang dapat diterima
rendah , sering kali harus dilakukan review yang lebih ekstensif, termasuk review
oleh personil yang tidak ditugaskan dalam penugasan itu. Jika risiko salh saji yang
material (gabungan risiko inheren dan risiko pengendalian) tinggi untuk akun-akun
tertentu, staf yang meriview mungkin akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk
memastikan bukti sudah tepat dan dievaluasi dengan benar.

2.3 Pengendalian Internal (Internal Control)


Sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang dirancang
untuk memeberikan manajemen kepastian yang layak bahwa perusahaan telah mencapai
tujuan dan sasarannya. Kebijakan dan prosedur ini sering kali disebut pengendalian, dan
secara kolektif membentuk pengendalian internal.

Biasanya manajemen memiliki tiga tujuan umum dalam merancang sistem pengendalian
internal yang efektif:
1. Reliabilitas pelaporan keuangan.
Manajemen memikul tanggungjawab hukum maupun professional untuk memastikan
bahwa informasi telah disajikan secara wajar sesuai dengan persyaratan pelaporan
yang sesuai menurut prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum( GAAP). Tujuan
dari penegndalian ini adalah untuk memenuhi tanggungjawab dalam pelaporan
keuangan.

2. Efisiensi dan efektivitas informasi.


Pengendalian dalam perusahaan akan mendorong pemakaian sumber daya yang
efisien dan efektif untuk mengoptimalkan sasaran-sasaran perusahaan. Tujuan yang
penting dari pengendalian ini adalah untuk memperoleh informasi keuangan dan

8
nonkeuangan yang akurat tentang operasi perusahaan untuk keperluan pengambilan
keputusan.

3. Ketaatan pada hukum dan peraturan.


Section 404 mengharuskan semua perusahaan public mengeluarkan laporan tentang
keefektifan pelaksanaan pengendalian internal atsa pelaporan keuangan. Selain
mematuhi hukum dalam section 404, organisasi-orgnisasi public, nonpublic, dan
nirlaba diwajibkan menaati berbagai hukum dan peraturan. Beberapa hanya
berhubungan secara tidak langsung dengan akuntansi, secara UU perlindungan
lingkungan dan hak sipil, sementara yang lainnya berkaitan erat dengan akuntansi,
seperti peraturan pajak pengahsilan dan kecurangan.

Pengendalian intern diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai, bukan


keyakinan mutlak bagi manajemen dan dewan komisaris entitas.Penyebab pengendalian
intern tidak dapat memberikan keyakinan mutlak karena adanya keterbatasan yang melekat
dalam semua system pengendalian intern dan pertimbangan manfaat dan pengorbanan dalam
pencapaian tujuan pengendalian. Keterbatasan tersebut yaitu ;
1. Kesalahan dalam pertimbangan
2. Kolusi
3. Pengabaian oleh manajemen
4. Biaya lawan manfaat

Tanggung Jawab Manajemen Dan Auditor Atas Pengendalian Internal


Tanggungjawab atas pengendalian internal antara manajemen dan auditor.
Manajemen bertanggungjawab untuk menetapkan dan menyelenggarakan pengendalian
internal entitas. Dan menurut section 404, manajemen juga bertangggungjawab untuk
melaporkan secara terbuka tentang keefektifan pelaksanaan pengendalian tersebut.
Sedangkan auditor bertanggujawab untuk memahami dan menguji pengedalian internal atas
pelaporan keuangan. Menurut section 404, auditor diwajibkan untuk menerbitkan laporan
audit tentang penilaian manajemen atas manajemen atas pengendalian internalnya, termasuk
pendapat auditor mengenai keefektifan pelaksanaan pengendalian tersebut.

Ada dua konsep utama yang melandasi perancangan dan implementasi pengendalian
internal:
1. Kepastian yang Layak.
Perusahaan harus mengembangkan pengendalian internal yang akan memberikan
kepastian yang layak, tetapi bukan absolute, bahwa laporan keuangan telah disajikan
secara wajar. Seperti yang telah didefinisikan oleh PCAOB, bahwa kepastian yang
layak hanya memberikan kemungkinan yang kecil saja bahwa salah saji material
tidak akan tercergah atau terdeteksi secara tepat waktu oleh pengendalian internal.
2. Keterbatasan Inheren
Pengendalian internal tidak akan pernah bisa efektif 100%, tanpa menghiraukan
kecermatan yang diterapkan dalam perancangan dan implementasinya. Misalnya
kita asumsikan bahwa prosedur perhitungan persediaan yang dikembangkan dengan
9
cermat mengharuskan dua karyawan menghitung persediaan secara independen.
Jika tidak ada dari karyawan tersebut yang memahami instruksi atau jika keduanya
ceroboh dalam melakukan perhitungan maka mungkin saja hasilnya akan salah.

Komponen Pengendalian Internal COSO


Internal control – Integreted Framework yang dikeluarkan COSO, yaitu kerangka
kerja pengendalian internal yang paling luas diterima di AS menguraikan lima komponen
pengendalian internal yang dirancang dan diimplementasikan oleh manajemen untuk
memberikan kepastian yang layak bahwa tujuan pengendaliannya akan tercapai. Auditor
hanya berfokus pada pengendalian yang dirancang untuk mencegah atau mendeteksi salah
saji yang material dalam laporan keuangan.

Komponen pengendalian internal COSO meliputi hal-hal berikut :


1. Lingkungan pengandalian
Lingkungan pengendalian terdiri atas tindakan kebijakan dan prosedur yang
mencerminkan sikap manajemen puncak, para direktur dan pemilik entitas secara
keseluruhan mengenai pengendalian internal serta arti pentingnya bagi entitas
itu.Untuk memahami dan menilai lingkungan pengendalian, auditor
harusmempertimbangkan subkomponen pengendalian yang paling penting.

a. Integritas dan nilai-nilai etis


b. Komitmen pada kompetisi
c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit
d. Filosofi dan gaya operasi manajemen
e. Struktur organisasi
f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

2. Penilaian risiko
Penilain resiko atas pelaporan keuangan adalah tindakan yang dilakukan oleh
manajemen untuk mengidentifikasi dan menganalisis resiko-resiko yang relevan
dengan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan GAAP. Penilaian risiko
oleh manajemen berbeda, tetapi berhubungan erat dengan penilaian risiko oleh
auditor . Apabila manajemen menilai risiko sebagai bagian dari perancangan dan
pelaksanaan penegndalian internal untuk meminimalkan kekeliruan serta
kecurangan, auditor menilai risiko untuk memutuskan bukti yang dibutuhkan dalam
audit.
Jika manajemen secara efektif menilai dan merespon risiko itu, biasanya auditor akan
mengumpulkan lebih sedikit bukti ketimbang jika manajemen gagal mengidentifikasi
atau merespon risiko signifikan. Auditor akan memperoleh pengetahuan tentan proses
penilaian risiko oleh manajemen dengan memanfaatkan kuesioner dan diskusi
dengan manajemen untuk menetukan bagaimana manajemen mengidentifikasi
risiko-risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan, mengevaluasi signifikansi dan
kemungkinan terjadinya risiko itu, serta memutuskan tindakan apa yang perlu untuk
menangani risiko itu.
10
3. Aktivitas pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur selain yang sudah termasuk
kedalam empat komponen lainnya, yang membantu memastikan bahwa tindakan
yang diperlukan telah diambil untuk menangani risiko guna mencapai tujuan entitas.
Aktivitas penegendalian umumnya dibagi menjadi lima jenis:
a. Pemisahan tugas yang memadai
b. Otorisasi yang sesuai dengan transaksi dan aktivitas
c. Dokumen dan catatan yang memadai
d. Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan
e. Pemeriksaan kinerja secara independen

4. Informasi dan komunikasi


Tujuan sistem informasi dan komunikasi akuntansi dari entitas adalah untuk memulai
, memcatat, memproses, dan melaporkan transaksi yang dilakukan entitas itu serta
mempertahankan akuntabilitas aktiva terkait. Sistem informasi dan komunikasi
akuntansi mempunyai beberapa subkomponen, yang biasanya terdiri atas kelas-kelas
transaksi seperti penjualan, retur penjualan, penerimaan kas, akuisisi dan sebagainya.

5. Pemantauan
Aktivitas pemantauan berhubungan dengan penilaian mutu penegndalian internal
secra berkelanjutan atau periodic oleh manajemen untuk menentukan bahwa
pengendalian itu telah beroperasi seperti yang diharapkan, dan telah dimodifikasi
sesuai dengan perubahan kondisi. Informasi yang dinilai ini berasal dari berbagai
sumber, termasuk studi atas penegndalian internal yang ada, laporan auditor internal,
pelaporan pengecualian tentang aktivitas pengendalian, laporan dari pembuat
peraturan seperti badan pengatur bank, umpan balik dari personil operasional, dan
keluhan pelanggan tentang jumlah tagihan.

Menilai Risiko Pengendalian


Sebagai auditor kita harus memahami perancangan dan pengimplementasian
pengendalian internal untuk melakukan penilaian pendahuluan atas risiko pengendalian
sebagai bagian dari penilaian risiko salah saji yang material secara keseluruhan. Auditor
menggunakan penilaian pendahuluan atas risiko pengendalian tujuannya adalah untuk
merencanakan audit bagi setiap transaksi yang material. Akan tetapi, dalam beberapa kasus
auditor mungkin mengetahui bahwa defisiensi penegndalian sangat signifikan sehingga
laporan keuangan klien mungkin tidak bisa diaudit. Jadi sebelum melakukan penilaian
pendahuluan atas risiko pengendalian bagi setiap kelas transaksi yang material, Pertama
auditor harus memutuskan apakah entitas tersebut bisa diaudit atau tidak.

Ada dua faktor utama yang menentukan auditabilitas yaitu integritas manajemen dan
kememadaian catatan akuntansi. Jika manajemen tidak memiliki integritas, maka sebagian
auditor tidak akan menerima penugasan audit.
11
Setelah memahami pengendalian internal, auditor dapat membuat penilaian
pendahuluan atas risiko penegndalian sebagai bagian dari penilaian risiko salah saji yang
material secara keseluruhan. Penilaian ini merupakan ukuran ekspektasi auditor bahwa
pengendalian internal akan mencegah salah saji material atau mendeteksi dan
mengoreksinya jika salah saji itu sudah terjadi. Auditor membuat penilaian tentang
pendahuluan ini untuk setiap tujuan audit yang berhubungan dengan transaksi bagi setiap
kelas transaksi utama dalam masing-masing siklus transaksi. Selain itu auditor juga membuat
penilaian pendahuluan atas pengendalian yang mempengaruhi tujuan audit untuk akun-akun
neraca serta penyajian dan pengungkapan dalam setiap siklus.
Banyak auditor yang menggunakan matriks risiko pengendalian (control risk matriks)
untuk membantu proses penilaian risiko pengendalian. Tujuannya adalah menydiakan cara
yang mudah untuk mengatur penilaian risiko penegndalian bagi setiap tujuan audit.
1. Mengidentifikasi tujuan audit
Langkah Pertama dalam penilaian adalah mengidentifikasi tujuan audit untuk kelas
transaksi, saldo akun, serta penyajian dan pengungkapan yang akan dinilai. Hal ini
dilakukan kelas-kelas transaksi dengan menerapkan tujuan audit khusus yang
burhubungan dengan transaksi. Contohnya auditor menilai secara terpisah tujuan
kelengkapan.

2. Mengidentifikasi pengendalian yang ada


Auditor menggunakan informasi, mengenai perolehan dan pendokumenatsian
pemahaman atas pengendalian internal untuk mengidentifikasi pengendalian yang
berperan dalam mencapai tujuan audit yang berhubungan dengan transaksi. Contohnya
auditor dapat menggunakan pengetahuan tentang sistem klien untuk mengidentifikasi
pengendalian yang mungkin akan mencegah kekeliruan atau kecurangan dalam tujuan
audit keterjadian yang berhubungan dengan transaksi.

Auditor harus mengidentifikasi dan hanya memasukkan pengendalian yang diperkirakan


akan berdampak paling besar terhadap pencapaian tujuan audit yang berhubungan
dengan transaksi. Pengendalian ini sering kali disebut dengan pengendalian kunci ( key
control ). Alasan hanya memasukkan pengendalian kunci adalah bahwa pengendalian
ini sudah mencukupi untuk mencapai tujuan audit yang berhubungan dengan transaksi.

3. Menghubungkan pengendalian dengan tujuan audit yang terkait


Setiap pengendalian akan memenuhi satu atau lebih tujuan audit yang terkait. Bagian
matrik digunakan untuk menunjukkan bagaimana setiap pengendalian berperan dalam
mencapai satu atau lebih tujuan audit yang berhubungan dengan transaksi. Matriks
risiko pengendalian yang serupa akan dilengkapi untuk tujuan audit yang berhubungan
dengan saldo serta yang berhubungan dengan penyajian dan pengungkapan.
4. Mengidentifikasi dan mengevaluasi defisiensi pengendalian, defisiensi yang signifikan,
dan kelemahan material
Auditor harus mengevaluasi apakah pengendalian kunci tidak diterapkan dalam
perancangan pengendalian internal atas pelaporan keuangan sebagai bagian dari
12
mengevaluasi risiko pengendalian dan kemungkinan salah saji laporan keuangan.
Standar auditing mendefinisikan tiga tingkat diterapkannya pengendalian internal:
a. Defisiensi pengendalian. Defisiensi pengedalian (control deficiency) terjadi
jika perancangan atau pelaksanaan pengendalain tidak memungkinkan
karyawan perusahaan mencegah atau mendeteksi salah saji secara tepat
waktu. Defisiensi perancangan terjadi jika pengendalian yang diperlukan
tidak ada atau tidak dirancang dengan baik. Defisiensi operasi terjadi jika
pengendalian yang dirancang dengan baik tidak berjalan seperti yang
dirancang, atau jika orang melaksanakan pengendalian tidak memiliki
kualifikasi atau kewenangan yang memadai.
b. Defisiensi yang signifikan. Defisiensi yang signifikan(significant deficiency)
terjadi jika ada satu atau lebih defisiensi pengendalian yang mengakibatkan
kemungkinannya lebih dari kecil bahwa salah saji yang lebih dari tidak logis
tidak akan tercegah atau terdeteksi.Jika auditor menyimpulkan bahwa satu
lebih defisiensi pengendalian untuk tujuan khusus tidak melapaui tingkat lebih
dari kecil atau tidak logis, defisiensi itu dapat diabaikan.
c. Kelemahan yang material. Kelemahan (material weakness ) terjadi jika
defisiensi yang signifikan, secara mandiri atau bersama-sama dengan
defisiensi yang signifikan lainnya, mengakibatkan kemungkinannya lebih
kecil bahwa pengendalian internal tidak akan mencegah atau mendeteksi
salah saji yang material dalam laporan keuangan.

Terdapat tiga alasan utama auditor melakukan audit planning


1. Mendapatkan bukti yang tepat terhadap situasi yang dihadapi
2. Menjaga biaya audit agar tetap wajar
3. Menghindari kesalahpahaman klien

Cara kerja audit ada empat cara:


1. Menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal
2. Memahami bisnis dan industry klien
3. Menilai risiko bisnis klien
4. Melaksanakan prosedur analitis terlebih dahulu

Jenis-jenis pendapat auditor:


1. Pendapat wajar tanpa pengecualian
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan
dalam laporan audit bentuk baku
3. Pendapat wajar dengan pengecualian
4. Pendapat tidak wajar
5. Tidak memberikan pendapat
2.4 Audit Kecurangan
Dalam konteks kecurangan atas laporan keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai
salah saji dalam laporan keuangan yang dilakukan dengan sengaja. Jenis – jenis kecurangan
adalah :
13
1. Kecurangan dalam laporan keuangan
Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau penghapusan terhadap
jumlah ataupun pengungkapan yang sengaja dilakukan dengan tujuan untuk mengelabui
para penggunanya. Beberapa contoh kecurang dalam laporan keuangan ini antara lain
melebihsajikan pendapatan, apakah dengan cara melebihsajikan asset dan pendapatan
atau dengan menghapus liabiltis dan beban-beban, mengurangsajikan laba,
mengurangsajikan pendapatan ketika laba perusahaan tinggi untuk menciptakan
cadangan laba atau sebagai “celengan”, yang dapat digunakan untuk menaikkan laba
dikemudian hari. Praktek semacam ini dikenal dengan perataan laba dan manajemen
laba. Meskipun jarang ditemukan, beberapa kasus penting terkait kecurangan dalam
laporan keuangan melibatkan pengungkapan yang tidak memadai.

2. Penyalahgunaan asset
Penyalahgunaan asset merupakan kecurangan yang melibatkan pencurian atas asset milik
suatu entitas.Istilah penyalahgunaan asset sering kali digunakan untuk mengacu pada
pencurian yang dilakukan oleh pegawai dan pihak-pihak internal lainnya didalam suatu
organisasi.Biasanya pelaku penyalahgunaan asset berada di tingkat hierarki organisasi
yang lebih rendah.Namun, dapat juga melibatkan manajemen puncak.

Kondisi yang Menyebabkan Terjadinya Kecurangan


Sebagaimana dijelaskan dalam PSA 70 (SA 316), terdapat tiga kondisi yang
menyebabkan kecurangan (segitiga kecurangan) :
1. Insentif / Tekanan. Manajemen atau pegawai lainnya memiliki insentif atau tekanan
untuk melakukan kecurangan
2. Kesempatan. Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk
melakukan kecurangan
3. Sikap/rasionalisasi. Adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat nilai-nilai etika yang
memungkinkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur,
atau mereka berada dalam suatu lingkungan yang memebrikan mereka tekanan yang
cukup besar sehingga menyebabkan mereka membenarkan melakukan perilaku yang
tidak jujur tersebut.

Faktor – Faktor Resiko untuk Kecurangan dalam Laporan Keuangan


Sebuah pertimbangan penting bagi auditor dalam membongkar kecurangan adalah
mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko kecurangan.
1. Insentif/Tekanan
Sebuah insentif yang umum bagi perusahaan untuk memanipulasi laporan keuangannya
adalah adanya penurunan dalam prospek keuangan perusahaan.Misalnya penurunan
dalam laba dapat mengancam kemampuan perusahaan dalam mendapatkan pendanaan.
2. Kesempatan
Meskipun laporan keuangan dari semua perusahaan potensial dapat terjadi manipulasi,
risikonya menjadi lebih besar untuk perusahaan yang bergerak dalam industry yang
melibatkan penilaian subjektif dan estimasi yang signifikan. Misalnya terdapat
14
kemungkinan salah saji dalam pesediaan bagi perusahaan yang memiliki persediaan yang
terletak dibeberapa tempat yang berbeda.
3. Sikap/Rasionalisasi
Sikap manajemen puncak terhadap laporan keuangan merupakan factor risiko penting
dalam menilai kemungkinan adanya kecuranga dalam laporan keuangan.

Faktor Faktor Risiko untuk Penyalahgunaan Aset


1. Insentif/Tekanan
Tekanan keuangan merupakan insentif umum bagi pegawai yang menyalahgunakan
asset.
2. Kesempatan
Kesempatan melakukan pencurian lebih besar pada perusahaan yang akses kasnya sangat
mudah atau pada perusahaan yang memiliki persediaan atau asset berharga lainnya,
khusunya jika ukuran asset tersebut kecil dan mudah dipindah-pindahkan.
3. Sikap/Rasionalitas
Sikap manajemen terhadap pengendalan dank ode etik dapat menyebabkan para
karyawan dan manajer membenarkan pencurian terhadap asset.

Mengukur Resiko Kecurangan


1. Skeptisme professional
PSA 04 (SA 230) menyataka bahwa, dalam melaksanakan skeptisme professional,
seorang auditor ”tidak menganggap bahwa manjemen tidak jujur maupun tidak
menganggap kejujuran manajemen dipertanyakan”.
a. Berpikir kritis
b. Evaluasi kritis terhadap bukti audit

2. Sumber-sumber informasi untuk mengukur risiko kecurangan


a. Komunikasi antara sesama tim audit
b. Tanya jawab dengan manajemen
c. Faktor-faktor risiko
d. Prosedur analitis
e. Informasi lainnya

3. Mendokumentasikan hasil pengujian kecurangan

Pengawasan Tata Kelola Perusahaan untuk Mengurangi Risiko Kecurangan


Manajemen bertanggung jawab untuk menerapkan tata kelola perusahaan dan prosedur
pengendalian untuk meminimalisasikan risiko kecurangan, yang dapat dikurangi melalui
kombinasi antara tindakan pencegahan, antisipasi dan pendeteksian. AICPA bekerjasama
dengan beberapa organisasi profesi terkait, menerbitkan program pengendalian dan anti
kecurangan bagi manajemen yaitu :
1. Budaya kejujuran dan etika yang bernilai tinggi
a. Teladan dari pemimpin
b. Menciptakan lingkungan kerja yang positif
15
c. Mempekrjakan dan mempromosikan pegawai yang tepat
d. Pelatihan
e. Konfirmasi
f. Disiplin

2. Tanggug jawab manjemen untuk mengevaluasi risiko-risiko kecurangan


a. Mengidentifikasi dan mengukur risiko kecurangan
b. Menangani risiko kecurangan
c. Pengawasan dalam program-program dan pengendalian-pengendalianpencegahan
kecurangan

3. Pengawasan dari komite audit


a. Pelaporan langsung atas temuan-teuan kunci oleh internal audit kepada komite audit
b. Laporan berkala oleh petugas etika mengenai pengaduan yang ada
c. Laporan lainnya mengenai perilaku yang tidak etis atau kecurangan yang dicurigai
telah terjadi.

Menghadapi Risiko Kecurangan


Dalam menghadapi resiko kecurangan respons auditor meliputi hal-hal berikut :
1. Mengubah keseluruhan pelaksanaan audit
Auditor dapat memilih dari beberapa respons secara keseluruhan atas meningkatnya riiko
kecurangan.Jika risiko salah saji yang disebabkan oleh kecurangan meningkat, lebih
banyak personel yang berpengalaman ditugaskan dalam pengauditan.Pelaku kecurangan
sering kali memiliki pengetahuan yang baik dalam prosedur audit.Untuk itu, PSA 70
mengharuskan auditor untuk menerapkan rencana audit yang tidak dapat diprediksi.
2. Merancang dan melakukan prosedur audit untuk menghadapi risiko kecurangan tersebut
Prosedur audit yang tepat digunakan untuk mengatasi risiko audit spesifik bergantung
pada akun yang sedang diaudit dan jenis risiko kecurangan yang teridentifikasi.

3. Merancang dan melakukan prosedur-prosedur untuk mengatasi dominasi manajemen


terhadap pengendalian
a. Memeriksa ayat-ayat jurnal dan penyesuaian-penyesuaian lainnya sebagai sebagai
bukti adanya kemungkinan salah saji yang disebabkan oleh kecurangan.
b. Menelaah estimasi akuntansi untuk setiap hal yang tidak wajar
c. Mengevaluasi rasionalitas bisnis untuk transaksi-transaksi yang tidak biasa
d. Memutakhirkan proses penilaian risiko

Bagian-bagian Risiko Kecurangan Spesifik


1. Risiko kecurangan dalam Pendapatan dan Piutang Dagang
a. Risiko kecurangan dalam laporan keuangan untuk akun pendapatan
 Pendapatan fiktif
 Pengakuan pendapatan yang prematur
16
 Manipulasi penyesuaian – penyesuaian pendapatan
Tanda-tanda peringatan kecurangan dalam pendapatan
 Prosedur analitis
 Ketidakcocokan dokumen
b. Penyalahgunaan bukti penerimaan yang melibatkan pendapatan
 Tidak dicatatnya sebuah penjualan
 Pencurian penerimaan kas setelah sebuah penjualan dicatat

Tanda-tanda peringatan penyalahgunaan pendapatan dan penerimaan kas


Untuk jumlah yang kecil dicegah dengan pengendalian internal yang diranang
untuk meminimalisasi kesempatan untuk melakukan kecurangan.Untuk kecurangan
yang lebih besar digunakan prosedur analitis dan perbandingan lainnya.

2. Risiko kecurangan dalam persediaan


a. Risiko kecurangan laporan keuangan untuk persediaan
Banyak perusahaan yang memiliki persediaan beragam dengan jumlah yang banyak
dan berbeda lokasi, hal ini membuat relative menambah persediaan fiktif dalam
pencatatan akuntansi.
b. Tanda–tanda peringatan untuk kecurangandalam persediaan
Prosedur analitis, khususnya persentase margin laba kotor dan perputaran persediaan
membantu dalam mengungkapkan kecurangan dalam persediaan.

3. Risiko kecurangan pada akun pembelian dan utang dagang


Pengurangsajian utang dagang yang disengaja umumnya mengakibatkan kurang saji
dalam pembelian dan beban pokok penjualan serta lebih saji dalam laba
bersih.Penyalahgunaan yang melibatkan pembelian dalam bentuk pembayaran kepada
pemasok fiktif, pemberian suap atau kesepakatan ilegal lainnya dengan para pemasok.

4. Bagian-bagian risiko kecurangan lainnya


a. Aset tetap
b. Beban gaji

Sumber-sumber informasi untuk mengukur risiko kecurangan:


1. Komunikasi diantara sesama tim audit.
2. Tanya jawab dengan manajemen.
3. Faktor-faktor resiko.
4. Prosedur analitis.
5. Informasi lainnya.
Tanggung Jawab Ketika Kecurangan Dicurigai Telah Terjadi
1. Merespon salah saji yang mungkin disebabkan oleh kecurangan
a. Jenis Teknik-teknik wawancara meliputi tanya jawab informal, tanya jawab evaluasi,
tanya jawab interogatif.
b. Mengevaluasi respons tanya jawab
17
c. Teknik mendengarkan
d. Mengamati tanda-tanda perilaku.

2. Tanggung jawab lainnya ketika dicurigai adanya kecurangan


PSA 70 mengharuskan auditor untuk mendapatkan bukti tambahan untuk menentukan
apakah kecurangan yang signifikan telah terjadi. Beberapa hal yang dilakukan auditor :
a. Wawancara
b. Menggunakan perangkat lunak audit
c. Menggunakan program kertas kerja dasar
d. Memperluas prosedur substantive lainnya untuk menangani tingginya risiko
e. Mengunakan jasa ahli
f. Mempertimbangkan implikasi pada aspek-aspek audit lainnya.

PERTIMBANGAN ATAS KECURANGAN DALAM AUDIT LAPORAN


KEUANGAN PSA NO. 70.
01 SA Seksi 110 [PSA No. 01] Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen,
menyatakan bahwa "Auditor bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan audit
untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji
material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan dan kecurangan." 1Seksi ini memberikan
panduan bagi auditor untuk memenuhi tanggung jawab tersebut, yang berkaitan dengan
kecurangan, dalam audit terhadap laporan keuangan yang dilaksanakan berdasarkan standar
auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

GAMBARAN DAN KARAKTERISTIK KECURANGAN


Meskipun kecurangan merupakan konsep hukum yang luas, kepentingan auditor
berkaitan secara khusus ke tindakan kecurangan yang berakibat terhadap salah saji material
dalam laporan keuangan. Faktor yang membedakan antara kecurangan dan kekeliruan adalah
apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya salah saji dalam laporan
keuangan, berupa tindakan yang disengaja atau tidak disengaja. 2Ada dua tipe salah saji yang
relevan dengan pertimbangan auditor tentang kecurangan dalam audit atas laporan keuangan-
salah saji yang timbul sebagai akibat dari kecurangan dalam pelaporan keuangan dan
kecurangan yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva. 3Kedua salah saji
ini dijelaskan lebih lanjut dalam paragraf berikut ini.

Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan adalah salah
saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan
untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan. Kecurangan dalam laporan keuangan
dapat menyangkut tindakan seperti yang disajikan berikut ini:
a. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukungnya
yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan
b. Representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan keuangan peristiwa, transaksi,
atau informasi signifikan

18
c. Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah,
klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.

Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva
(seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian
aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.

Kecurangan dapat disembunyikan dengan memalsukan dokumentasi, termasuk pemalsuan


tanda tangan.Sebagai contoh, manajemen yang melakukan kecurangan dalam pelaporan
keuangan dapat mencoba menyembunyikan salah saji dengan menciptakan faktur fiktif;
karyawan atau manajemen yang memperlakukan kas secara tidak semestinya dapat mencoba
menyembunyikan tindakan pencurian mereka dengan memalsu tanda tangan atau menciptakan
pengesahan elektronik yang tidak sah di atas dokumen otorisasi pengeluaran kas.Audit yang
dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia jarang
berkaitan dengan keaslian dokumentasi, atau auditor tidak terlatih sebagai atau diharapkan
sebagai seorang yang ahli dalam menguji keaslian seperti itu.

Kecurangan juga disembunyikan melalui kolusi di antara manajemen, karyawan atau


pihak ketiga.Sebagai contoh, melalui kolusi, bukti palsu bahwa pengendalian aktivitas telah
dilaksanakan secara efektif dapat disajikan kepada auditor. Contoh lain, auditor dapat
menerima konfirmasi palsu dari pihak ketiga yang melakukan kolusi dengan manajemen.
Kolusi dapat menyebabkan auditor percaya bahwa suatu bukti dapat meyakinkan, meskipun
kenyataannya palsu.

Meskipun kecurangan biasanya disembunyikan, adanya faktor risiko atau kondisi lain
dapat memperingatkan auditor tentang kemungkinan adanya kecurangan. Sebagai contoh, suatu
dokumen yang hilang, buku besar yang tidak seimbang, atau hubungan analitik yang tidak
masuk akal.Namun, kondisi tersebut mungkin juga sebagai akibat dari keadaan selain
kecurangan.Dokumen mungkin hilang secara sah; buku besar mungkin tidak seimbang karena
kekeliruan akuntansi yang tidak disengaja; dan hubungan analitik mungkin sebagai akibat
dari perubahan faktor-faktor ekonomi yang tidak diketahui.Bahkan laporan tentang
kecurangan yang diduga keras terjadi belum tentu selalu dapat dipercaya, karena karyawan
atau pihak luar mungkin salah atau mungkin didorong untuk melakukan tuduhan pals u.

19
PENGERTIAN UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM PSA No.31
Istilah unsur tindakan pelanggaran hukum dalam Seksi ini berarti pelanggaran terhadap
hukum atau peraturan perundang-undangan Republik Indonesia. Unsur tindakan melanggar
hukum oleh klien adalah unsur tindakan pelanggaran yang dapat dihubungkan dengan entitas
yang laporan keuangannya diaudit, atau tindakan manajemen atau karyawan yang bertindak atas
nama entitas. Pengertian unsur tindakan pelanggaran hukum oleh klien tidak termasuk pelanggaran
perorangan yang dilakukan oleh manajemen dan karyawan entitas yang tidak berkaitan dengan
kegiatan bisnis entitas.

Ketergantungan atas Pertimbangan Hukum


Penentuan apakah secara nyata suatu perbuatan disebut melanggar hukum biasanya di luar
kompetensi profesional seorang auditor.Auditor dalam hubungannya dengan penyajian laporan
keuangan menempatkan dirinya sebagai pihak yang cakap dalam akuntansi dan ua
diting.Latihan, pengalaman, dan pemahaman auditor atas usaha klien dan lingkungan
industrinya dapat memberikan dasar guna mengenali adanya perbuatan klien yang merupakan
unsur tindakan pelanggaran hukum.Namun, penentuan apakah suatu perbuatan merupakan
pelanggaran hukum atau bukan biasanya didasarkan atas hasil penilaian atau nasihat ahli
hukum yang telah mempelajari pokok persoalannya dan memiliki keahlian untuk itu atau
penentuannya menunggu sampai adanya keputusan pengadilan.

Hubungan dengan Laporan Keuangan


Tindakan melanggar hukum yang dikaitkan dengan laporan keuangan sangat
bervariasi.Pada umumnya semakin jauh unsur pelanggaran hukum terpisah dari kejadian
dan transaksi yang dicerminkan dalam laporan keuangan, semakin kecil kemungkinan audi-
tor menyadari atau mengenali adanya unsur tindakan pelanggaran hukum tersebut.

Auditor biasanya mempertimbangkan hukum dan peraturan yang dipahaminya sebagai


hal yang memiliki pengaruh langsung dan material dalam penentuan jumlah-jumlah yang
disajikan dalam laporan keuangan. Sebagai contoh, peraturan perpajakan mempengaruhi
besarnya accrual dan besarnya jumlah yang diperlakukan sebagai beban dalam suatu periode
akuntansi; demikian pula halnya dengan penerapan hukum dan peraturan akan mempengaruhi
jumlah piutang pendapatan dalam kontrak kerja dengan pihak pemerintah. Namun, auditor
lebih mempertimbangkan hukum dan peraturan dari sudut pandang hubungan hukum dan
peraturan dengan tujuan audit yang ditentukan atas dasar pernyataan dalam laporan keuangan,
daripada tinjauan semata-mata dari sudut pandang hukum. Tanggung jawab auditor untuk
mendeteksi dan melaporkan salah saji sebagai akibat adanya unsur tindakan pelanggaran hukum
yang berdampak langsung dan material terhadap penentuan jumlah-jumlah yang disajikan
dalam laporan keuangan adalah sama dengan tanggung jawab auditor untuk mendeteksi adanya
salah saji yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan sebagaimana dijelaskan dalam SA
Seksi 110 [PSA No. 02] Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen..

Suatu entitas mungkin dipengaruhi oleh banyak hokum atau peraturan, termasuk di
dalamnya peraturan perdagangan sekuritas, ketenagakerjaan dan keselamatan kerja,
kesehatan, lingkungan hidup, dan peraturan lainnya.Umumnya hukum dan peraturan tersebut
20
lebih berkaitan dengan aspek operasi daripada aspek keuangan dan akuntansi suatu entitas,
sehingga dampaknya terhadap laporan keuangan bersifat tidak langsung.Auditor biasanya
tidak memiliki dasar memadai untuk mengenali kemungkinan unsur tindakan pelanggaran
hukum dan peraturan tersebut.Dampak tidak langsung tersebut di atas biasanya berupa
pengungkapan kewajiban bersyarat yang diperlukan oleh manajemen karena adanya tuntutan
atau penentuan adanya unsur tindakan pelanggaran hukum berdasarkan informasi
andal.Sebagai contoh, efek yang mungkin dibeli atau dijual berdasarkan informasi orang
dalam.Sementara dampak langsung pembelian atau penjualan efek tersebut mungkin telah
dicatat secara benar, dampak tidak langsungnya yang berupa kewajiban bersyarat yang
disebabkan adanya unsur pelanggaran peraturan efek mungkin tidak diungkapkan secara
memadai.

KASUS
SUNBEAM CORP.

Latar Belakang
 Perusahaan Sunbeam terletak di Boca Raton, Florida yang bergerak di bidang
peralatan camping yang dipimpin oleh Albert Dunlap
 Pada tahun 1996 perusahaan ini mengalami kemunduran dengan memberhentikan
12.000 pekerja dan menutup kantor dan gudang - gudangnya
 tahun 1997 Sunbeam dilaporkan menghasilkan $ 109. 4 juta atau $ 141 per saham
setiap penjualan $ 1.2 miliyar
 pada tahun 1998 Sunbeam jatuh bangkrut dengan kehilangan $ 44.6 juta dengan
mengalami kemunduran penjualan 3.6%.

Permasalahan.

a. Biaya restrukturisasi perusahaan tahun 1996 sebesar $337 juta sebelum pajak
termasuk $90 juta dari persediaan produk yang dihentikan diturunkan ke nol. Jika
produk ini terjual di tahun 1997 dengan penurunan harga 50 persen, hasilnya akan
mempengaruhi sepertiga dari laba Sunbeam tahun 1997.

b. Pada akhir tahun neraca 1997, biaya dibayar dimuka danaktiva lancar lainnyamenurun
turun menjadi $17.2 juta dari $40.4 juta pada tahun 1996. Bagian dari biaya
restrukturisasi tahun 1996, Sunbeam menghapus beberapa biaya yang mempunyai
manfaat ekonomi di masa depan sampai tahun 1997.

c. Jumlah yang disediakan untuk product warranty allowances dan cadangan lainnya
sebagai bagian dari restrukturisasi tahun 1996 dibalik pada tahun 1997, yang
membuat penambahan sekitar $25 juta ke laba perusahaan.

d. Bagian dari biaya restrukturisasi tahun 1996, Sunbeam menghapus nilai properti,
pabrik, dan peralatan sebesar $92 juta. Beberapa dari penghapusan ini berlaku untuk

21
aset perusahaan yang terjual, tetapi sebagian besar berlaku untuk asset yg digunakan
dalam operasi yang sedang berjalan.

e. Pengiklanan sunbeam’sdanbiaya promositurun dari $ 71,5 juta pada tahun 1996 ke


$56.4 pada tahun 1997 sebagaihasil dari kapitalisasi peningkatan iklan dan biaya
promosi produk.

f. penyisihanpiutang tak tertagihturun dari23,4 juta pada tahun 1996 menjadi8,4 juta
pada tahun 1997, menunjukkan kurangnya pendekatan konservatif pada penilaian
piutang.

g. Persediaan Sunbeam meningkat 40 percent selama tahun 1997-an, peningkatan tidak


dibenarkan oleh backlogs. Namun dengan adanya peningkatan produksi perusahaan
diizinkan untuk mengkapitalisasi manufacturing overhead ke dalam persediaan yang
seharusnya telah dibebankan pada laba tahun 1997 sebagai kerugian kapasitas.

h. Perusahaan menunda pencatatan penjualan tahun 1996 (tahun kerugian)


danpendapatan diakui di tahun 1997. Pada akhir tahun 1997, $35 juta dari penjualan
telah dibukukan, dengan terdapat penjualan “bill and hold” belum meninggalkan
gudang pada akhir tahun.

itemyang dijelaskan di atasmenambahkansekitar $120 juta untukpendapatansunbeam.


laporanarus kasnya dimana mencerminkanarus kasoperasinegatif sebesar$ 8.2 juta

perusahaan memecat Dunlap pada bulan Juni 1998 dan SEC meluncurkan investigasi ke
dalam praktek akuntansi perusahaan. sementara itu, arthur andersen, auditor independen
sunbeam itu menyarankan perusahaan itu tetap bertahan dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian pada tahun 1997 di dalam laporan keuangan sunbeam tsb. meskipun dewan
direksi puas bahwa akuntansi perusahaan dikonfirmasi ke GAAP, komite audit menyatakan
keprihatinan tentang quality of the numbers.

Pertanyaan

1. Pada setiap item yang disebutkan, identifikasi standar akuntansi yang mungkin di langgar
2. Bagaimana caranya auditor bisa tahu terhadap item-item di atas?
3. Menurut Anda, apakahauditordibenarkandalam memberikanpendapat wajar tanpa
pengecualianpada tahun 1997laporan keuangansunbeamtersebut? jelaskan.
JAWABAN
1. Dari item-item diatas pelanggaran apa yang sudah dilakukan?
a. Biaya restrukturisasi perusahaan tahun 1996 sebesar $337 juta sebelum pajak
termasuk $90 juta dari persediaan produk yang dihentikan diturunkan ke nol. Jika
produk ini terjual di tahun 1997 dengan penurunan harga 50 persen, hasilnya akan
mempengaruhi sepertiga dari laba Sunbeam tahun 1997.

22
Jawaban :
Menurut kelompok kami sun beam terindikasi bertentangan dengan matching cost
against revenue. Dimana penjualan tahun 1996 tidak dicacat oleh perusahaan
tetapi penjualannya diakui pada tahun 1997 sehingga labanya meningkat. Ini
bertentangan dengan matching cost against revenue bahwa pendapatan itu diakui
pada saat ia diserahakan Dimana disebutkan bahwa pendapatan hanya boleh
diakui apabila barang sudah diserahkan.
Menurut kelompok kami sun beam melanggar PSAK No 14 ( revisi 2008)
paragraph 8 tentang persediaan . disana disebutkan bahwa persediaan harus
diukur berdasarkan nilai realisasi netto, mana yang lebih rendah. Sedangakn sun
beam menurunkan nilai persediaan produk nya hingga nol. Jadi sun beam
berpotensi melanggar standar akuntansi yang mengatur bahwa persediaan harus
diukur dengan nilai terendah antara biaya dan nilai realisasi netto. Dimana nilai
realisasi netto belum tentu sebesar nol.

b. Pada akhir tahun neraca 1997, prepaid expense(biaya dibayar dimuka) dan other
current assets turun menjadi $17.2 juta dari $40.4 juta pada tahun 1996. Bagian
dari biaya restrukturisasi tahun 1996, Sunbeam menghapus beberapa biaya yang
mempunyai manfaat ekonomi di masa depan sampai tahun 1997. Sehingga
menghasilkan tambahan pendapatan sebesar $15 juta pada than 1997.

Jawaban:

Menurut kelompok kami sun beam melanggar PSAK No.48 (revisi 2009)
paragraph 59 tentang Penurunan Nilai Aset dinyatakan ”Jika,dan hanya jika, nilai
terpulihkan aset lebih kecil dari nilai tercatatnya, maka nilai tercatat aset
diturunkan menjadi sebesar nilai terpulihkan.” Penurunan tersebut adalah
rugi penurunan nilai.” Dengan menghapus biaya yang mempunyai manfaat
ekonoomi dimasa depan, Sunbeam melanggar standar akuntansi mengenai
penurunannilai/impairment yang diatur pada PSAK No. 48 tersebut.

Selain itu sun beam juga melanggar matching cost against revenue. Dimana
pendapatan yang $15 juta itu merupakan pendapatan untuk tahun 1996 sedangkan
sun beam mengakuinya atau mencatatnya pada tahun 1997.
c. Jumlah yang disediakan untuk product warranty allowances dan cadangan lainnya
sebagai bagian dari restrukturisasi tahun 1996 dibalik pada tahun 1997, yang
membuat penambahan sekitar $25 juta ke laba perusahaan.

Jawaban :
Product warranty allowances tahun 1996 yang tidak dimanfaatkan dicatat ke
tahun 1997 sehingga di tahun 1997 ada penambahan sekitar $25 juta ke laba
perusahaan. Hal ini bertentangan dengan prinsip akuntansi yaitu matching cost
against revenue. Konsep ini mengharuskan pembandingan antara pendapatan
23
yang menjadi hak perusahaan pada periode tertentu dengan biaya yang menjadi
beban perusahaan untuk periode yang sama. Jadi seharusnya sunbeam mencatat
pendapatan dan beban untuk tahun 1996 di tahun 1996 begitu juga untuk tahun
1997.

d. Bagian dari biaya restrukturisasi tahun 1996, Sunbeam menghapus nilai properti,
pabrik, dan peralatan sebesar $92 juta. Beberapa dari penghapusan ini berlaku
untuk aset perusahaan yang terjual, tetapi sebagian besar berlaku untuk asset yg
digunakan dalam operasi yang sedang berjalan.

Jawaban:
Dalam pencatatan penurunan property plan and equipment, Dunlap melanggar
PSAK No. 48. Di mana dijelaskan Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang
diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang
digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam
rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun. Penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari
suatu aktiva sepanjang masa manfaat. Jumlah yang dapat disusutkan
(depreciable amount) adalah biaya perolehan suatu aktiva, atau jumlah lain yang
disubstitusikan untuk biaya perolehan dalam laporan keuangan, dikurangi nilai
sisanya.
Umumnya nilai buku aktiva tetap tertentu tidak sama dengan nilai
pelepasannya. Akibatnya timbul keuntungan dan kerugian. Penyebabnya adalah
penyusutan merupakan estimasi atas alokasi biaya. Keuntungan atau kerugian
sebenarnya merupakan koreksi laba bersih untuk tahun tahun selam aktiva tetap
digunakan.
Untuk penghapusan asset perusahaan yang terjual Sun beam memperoleh
keuntungan dengan penambahan sekitar $9 juta namun keuntungan tersebut tidak
hanya berasal dari asset prusahaan yang terjual tetapi sebagian besar berasal dari
asset yang digunakan dalam operasi. Penyusutan untuk asset yang digunakan
akan menjadi beban dan mengurangi pendapatan. Tetapi sunbeam menganggap
sebagai pendapatan. Untuk hal tersebut Sun beam melanggar Prinsip Matching
cost against revenue.

e. Periklanan Sunbeam dan biaya promosi menurun dari $71.5 juta tahun 1996
menjadi$56.4 juta tahun 1997 sebagai hasil kapitalisasi dari iklan dan biaya
promosi produk.

Jawaban:
Pada kasus ini auditor harus melihat kembali biaya-biaya apasaja yang besar pada
tahun 1996, dan biaya-biaya apa saja yang menyebabkan biaya promosi menurun.
Hal ini menyebabkan pelanggaran pada PSAK No. 19 (revisi 2009) tentang aset
tidak berwujud.

24
Biaya iklan dan promosi apabila dikapitalisasi akan masuk sebagai intangible
asset atau asset tidak berwujud. Aktiva tidak berwujud diakui jika: kemungkinan
besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari asset tersebut
(paragraf 21, PSAK No. 19)

f. Allowance for doubtful accounts (penyisihan piutang tak tertagih) menurun dari
$23.4 juta di tahun 1996 menjadi $8.4 juta di tahun 1997, akibat kurangnya
pendekatan konservatif pada penilaian account receivable.

Jawaban:
Auditor harus melihat dan mematchingkan kembali penyisihan-penyisihan
dengan biaya-biaya piutang serta menganalisa umur piutang dari penyisihan
piutang tak tertagih. Apa yang mengakibatkan terjadinya penurunan sebesar $15
juta. Benarkah diakibat dari pendekatan konservatif pada penilaian account
receivable.
PSAK No. 55 paragaraf 64 (revisi 2006) tentang penilaiaan keuangan:
pengakuan dan pengukuran dinyatakan “jika terdapat bukti obyektif bahwa
kerugian penurunan nilai terendah terjadi atas pinjaman yang diberikan dan
piutang atau investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo yang dicatat
pada biaya perolehan diamortisasi, maka jumlah kerugian tersebut diukur sebagai
selisih antara nilai tercatat aset dengan nilai kini estimasi arus kas masa datang
yang didiskontokan menggunakan suku bunga efektif awal dan aset tersebut
(yaitu suku bunga efektif yang dihitung saaat pengakuan awal). Nilai tercatat aset
tersebut dikurangi, baik secara langsung maupun menggunakan pos cadangan

g. Persediaan Sunbeam meningkat 40 percent selama tahun 1997-an, peningkatan


tidak dibenarkan oleh order backlogs. Namun dengan peningkatan produksi
perusahaan diizinkan untuk mengkapitalisasi manufacturing overhead ke dalam
persediaan yang seharusnya telah dibebankan pada laba tahun 1997 sebagai
kerugian kapasitas.

Jawaban:
Auditor melihat pada kasus ini bawa persediaannya meningkat 40 % selama
tahun 1997. Jadi auditor harus melihat perhitungan persediaannya tahun dari 1996
sampai dgn 1997. Dan menghitung berapa harga pokok penjualannya. Jadi di
permasalahan ini sunbeam telah melanggar Standar akuntansi tentang persediaan
yang diatur pada PSAK 14 dimana sanbeam telah mencatat manufacturing
overhead dari kerugian kapasitas sebagai persediaan. Yang seharusnya telah
dibebankan pada laba tahun 1997 sebagai kerugian kapasitas.

PSAK 14 : Pengakuan sebagai Beban


Jika persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui
sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap
25
penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi neto dan
seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya
penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai
persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi neto, harus diakui sebagai
pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya
pemulihan tersebut.

h. Perusahaan menunda pencatatan penjualan tahun 1996 (tahun kerugian) dan


pendapatan diakui di tahun 1997. Pada akhir tahun 1997, $35 juta dari penjualan
telah dibukukan, dengan terdapat penjualan “bill and hold”.

Jawaban:
Pandangan sebagai auditor dipermasalahan ini sunbeam tidak mencatat
penjualan nya ditahun 1996 dan telah mempercepat penjualan dari periode
selanjutnya ke kuartal masa kini. Dengan hasil akhir tahun 1997, $35 juta dari
penjualan telah dibukukan. Dan terdapat kejanggalan dimana sunbeam
melakukan hal yang tidak benar dengan melakukan transaksi “bill-and-hold”,
dimana menggembungkan pesanan bulan depan dari pengiriman sebenarnya dan
tagihannya.
Jadi auditor harus memeriksa laporan keuangan pada tahun 1996 dan 1997
agar dapat mengetahui kecurangan terjadi karena sunbeam telah menunda
pencatatan penjualan ditahun 1996. dan terjadi penggembungan pesanan atau bill
and hold. Sehingga kejadiaan Ini jelas bersebrangan dengan ketentuan dasar
pangakuan pendapatan. Dimana disebutkan bahwa pendapatan hanya boleh
diakui apabila barang sudah diserahkan dan risiko yang melekat pada barang
sudah berpindah ke tangan pembeli. Sehingga dapat melanggar standar akuntansi
tentang pendapatan yang diatur dalam PSAK No. 23

PSAK 23 : 18 Pendapatan dan beban sehubungan dengan suatu transaksi atau


peristiwa tertentu diakui secara bersamaan; proses ini biasanya mengacu pada
pengaitan pendapatan dengan beban (matching revenue and expose). Beban,
termasuk jaminan dan biaya lain yang terjadi setelah pengiriman barang, biasanya
dapat diukur dengan andal jika kondisi lain untuk pengakuan pendapatan yang
berkaitan dapat dipenuhi. Tetapi, pendapatan tidak dapat diakui bila beban yang
berkaitan tidak dapat diukur dengan andal. Dalam keadaan demikian, setiap
imbalan yang telah diterima untuk penjualan barang tersebut diakui sebagai suatu
kewajiban.
Sunbeam Melakukan praktek manipulasi akuntansi dengan memperbesar atau
memotong angka yang ada pada laporan keuangan Pelanggaran ini melanggar
prinsip konservatisme yaitu laporan keuangan harus berisikan angka-angka yang
sebenar-benarnya terjadi pada periode akuntansi tersebut. Tujuan konsep
konservatisme tersebut jelas digunakan agar pemakai laporan keuangan tidak
mengambil kesalahan keputusan tidak hanya pihak investor namun juga pihak
26
internal perusahaan sendiri. Dalam konsep konservatisme perusahaan diminta
untuk mencatat biaya yang akan terjadi namun tidak diperkenankan mencatat
yang belum terjadi.

2. Bagaimana auditor tau mengenai item-item yang telah dilanggar diatas:


Jawaban:
a. Auditor harus melakukan hal sebagai berikut:
(1) Auditor harus menelusuri pencatatan persediaan kenapa sampai diturunkan ke nol
pada tahun 1996.
(2) Auditor juga harus menelusuri ke laporan laba rugi perusahaan apakah ada
pengaruh terhadap penjualan tahun 1997.
(3) Auditor juga harus melakukan taking inventor untuk memastikan persediaan yang
ada digudang perusahaan.

b. Langkah yang dilakukan auditor:


(1) Minta rician (schedule) prepaid expenses per tanggal neraca
(2) Cek ketelitian perhitungan matematis
(3) Cocokkan saldo prepaid expenses pertanggal neraca dengan saldo buku besar
(4) Cocokkan saldo awal prepaid expenses dengan kertas kerja pemeriksaan tahun
lalu
(5) Buat usulan audit adjustment jika diperlukan

c. Audit harus mengecek apakah produk yang digaransikan ada yang tidak melakukan
claim garansi, jika tidak telusuri biaya garansi. Periksa catatan buku besar apakah
sama dengan jurnal yang dibuat untuk mengakui biaya garansi yang tidak terpakai.

d. Auditor harus melakukan:


(1) Pelajari dan evaluasi internal control atas aktiva tetap
(2) Minta kepada klien Top Schedule dan Supporting Schedule aktiva tetap
(3) Periksa footing dan cross footingnya dan cocokkan totalnya dengan General
ledger, saldo awal dengan working paper tahun lalu
(4) Vouch penambahan serta pengurangan dari fixed Asset
(5) Periksa phisik dari fixed Assets tersebut dan periksa kondisi dan nomor kode dari
fixed Asset
(6) Periksa bukti pemilikan aktiva tetap

e. Auditor harus mengecek apakah biaya iklan dan promosi itu benar untuk tahun 1997
atau tahun 1996.

f. Auditor harus melakukan:


(1) Pelajar dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang
dan penerimaan kas.
(2) Buat top schedule dan supporting schedule piutang per tanggal neraca

27
(3) Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang
disediakan klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu
kecil.

g. Auditor harus melakukan:


(1) Lakukan observasi stock opname yang dilakukan klien
(2) Minta final inventor list
(3) Kirim konfirmasi untuk persediaan consigment out
(4) Periksa unit Price dan raw material, work in proses, dan finished goods dan
supplies
(5) Periksa kejadian setelah tanggal neraca
(6) Periksa cut off penjualan dan cut off pembelian
(7) Periksa apakah ada sales atau purchase commitment per tanggal neraca.

h. Auditor harus melakukan:


(1) Pahami evaluasi internal control atas kas dan setara kas serta transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas dan bank
(2) Buat top schedule kas dan setara kas per tanggal neraca
(3) Lakukan cash count per tanggal neraca, bisa juga sebelum atau sesudah tanggal
neraca
(4) Kirim konfirmasi atau dapatkan pernyataan saldo dan kasir dalam hal tidak
dilakukan kas opname
(5) Periksa transaksi kas setelah tanggal neraca (subsequent payment dan subsequent
collection).
3. Apakah menurut kelompok anda auditor sudah memberikan opini unqualified
pada laporan sunbeam?
Jawaban:
Menurut pendapat kami tidak tepat auditor memberikan opini unqualified
pada laporan keuangan Sunbeam tahun 1997. Unqualified opinion hanya berlaku ketika tidak
ada salah saji material yang teridentifikasi.Berdasarkan item-item yang ditemukan tersebut
terdapat indikasi ketidakpatuhan atau bahkan pelanggaran terhadap standar akuntansi yang
menyebabkan terdapat adanya salah saji yang bersifat material.

Menurut pendapat kelompok kami seharusnya auditor memberikan pendapat tidak


wajar. Suatu pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan
secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan aruskas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum diindonesia.

Alasannya karena perusahaan telah melakukan kesalahan material dalam pencatan


akuntansi seperti:
a) Pada tahun 1996, sunbeam melakukan pengurangan pada aset dan biaya dibayar dimuka
turun dari 40,4 juta menjadi 17,2 Jt. Hasil dari pengurangan ini dimasukkan sebagai
bagian dari biaya restrukturisasi tahun 1996.

28
b) Perusahaan melakukan penggelembungan persediaan ditahun 1997 dengan cara
meningkatkan jumlah persediaan sebesar 40%.
c) Perusahaan mencatat penjualan untuk tahun 1996 kedalam penjualan tahun 1997.
Sehingga menambah pendapatan sunbeam sebesar $ 120 Jt.

29
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Sunbeam membesar-besarkan penghasilan melalui strategi penipuan akuntansi.
perusahaan ini juga melakukan hal yang tidak benar melakukan transaksi “bill-and-hold”,
dimana menggembungkan pesanan bulan depan dari pengiriman sebenarnya dan tagihannya.
Akibatnya, Sunbeam dipaksa meyatakan kembali laporan keuangan selama enam kuartal.
Pelaporan keuangan yang tidak biasa ini telah membuat direktur utama Sunbeam Al
Dunlap mengundurkan diri. Tahun 2001, SEC menuntut lima bekas ekesekutif Sunbeam dan
Andersen LLP, atas pekerjaan auditnya untuk Sunbeam, dan setuju untuk membayar $ 110
juta untuk menyelesaikan tuntutan hukum atas kecurangan akuntansi di atas.

3.2 SARAN
Perusahaan sebaiknya menerapkan sistem Good Corporate Governance (GCG) secara
lebih intensif, sehingga dapat meningkatkan kualitas perusahaan dengan adanya prinsip-
prinsip Transparancy, akuntabilitas, responbilitas, independensi, kesetaran.
Selanjutnya meningkatkan internal control perusahaan agar tidak terjadi kecurangan-
kecurangan yang dilakukan oleh manajemen.

30
DAFTAR PUSTAKA
Arens, A Alvin,Mark S. Beasley, Randal J. Elder, 2010, Auditing dan Jasa Assurance,
Jakarta:Salemba Empat.

Elder, Randal J, dkk (Randal J, Elder, Mark s. Beasley, Alvin A. Aren, Amir Abadi Jusuf),
2011, jasa audit dan assurance : pendekatan terpadu (adaptasi Indonesia). Jakarta :
Penerbit salemba empat
IAI, 2011, Standar Profesional Akuntan Publik, Salemba Empat, Jakarta.

Mulyadi, 2002, Auditing. Edisi Keenam Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Tuannakota, Theodorus M, 2014, Audit Berbasisi ISA (International Standards on Auditing).


Jakarta: Salemba Empat

SA Seksi 110 – Tanggung jawab dan Fungsi Auditor Indepeden

SA Seksi 230 – Skeptisme Profesional

SA Seksi 316 – Kondisi yang Menyebabkan Terjadinya Kecurangan

31

Anda mungkin juga menyukai