Anda di halaman 1dari 7

5.

Kesehatan Kerja (UU Kesehatan Kerja, Syarat Kesehatan Kerja


Berdasakan Jenisnya).

UU Kesehatan Kerja.
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (UU Kesehatan) memandang
upaya kesehatan kerja sangat penting untuk melindungi pekerja agar hidup sehat
dan terbebas dari gangguan kesehatan, serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan. Oleh karena itu kesehatan kerja diatur dalam bab tersendiri, yaitu Bab
XII yang terdiri dari Pasal 164 sampai dengan Pasal 166.
Upaya kesehatan kerja meliputi pekerja di sektor formal, yaitu pekerja yang
bekerja dalam hubungan kerja dan informal, yaitu pekerja yang bekerja di luar
hubungan kerja. Upaya kesehatan kerja dimaksud berlaku bagi setiap orang selain
pekerja yang berada di lingkungan tempat kerja.
Upaya kesehatan kerja sebagaimana tersebut di atas berlaku juga bagi
kesehatan pada lingkungan Tentara Nasional Indonesia, baik darat, laut, maupun
udara, serta Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pemerintah menetapkan
standar kesehatan kerja yang berlaku bagi upaya kesehatan. Beberapa Jenis
peraturan dalam Undang Undang Kesehetan kerja adalah sebagai berikut:
1. Kewajiban Pengelola Tempat Kerja
UU Kesehatan menentukan 3 kewajiban pengelola tempat kerja, yaitu:
a. Menaati standar kesehatan kerja yang ditetapkan oleh Pemerintah dan
menjamin lingkungan kerja yang sehat; serta
b. Bertanggung jawab atas kecelakaan kerja yang terjadi di lingkungan kerja
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. Melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan,
peningkatan, pengobatan, dan pemulihan bagi tenaga kerja.
Pekerja diwajibkan oleh UU Kesehatan untuk menciptakan dan menjaga
kesehatan tempat kerja yang sehat dan menaati peraturan yang berlaku di tempat
kerja. UU Kesehatan juga menentukan bahwa hasil pemeriksaan kesehatan
secara fisik dan mental digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan penyeleksian pemilihan calon pegawai pada
perusahaan/instansi yang bersangkutan.
Ketentuan ini dimaksudkan sebagai langkah preventif dalam pemilihan
calon pegawai untuk memperoleh pegawai/pekerja yang memenuhi standar
kesehatan yang ditentukan, sehingga produktifitas pekerja optimal.

2. Kewajiban Majikan atau Pengusaha


UU Kesehatan menentukan 3 kewajiban majikan atau pengusaha, yaitu:
a. Menjamin kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan, peningkatan,
pengobatan dan pemulihan.
b. Menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan pekerja.
c. Menanggung biaya atas gangguan kesehatan akibat kerja yang diderita oleh
poekerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Selanjutnya ditentukan bahwa Pemerintah memberikan dorongan dan
bantuan untuk perlindungan pekerja sebagaimana tersebut di atas. Tidak ada
penjelasan mengenai cara memberikan dorongan dan bentuk bantuan yang
diberikan oleh Pemerintah.

3. Kesehatan Kerja Menurut UU Ketenagakerjaan


UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan)
juga mengatur ikhwal kesehatan kerja dalam satu paragraf dengan keselamatan
kerja. Pengaturan dalam Pasal 86 dan 87 UU Ketenagakerjaan sangat sumir.
Dalam passal tersebut antara lain ditentukan sebagai berikut:
a. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
c. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

Disharmoni dengan UU SJSN


Disharmoni peraturan terjadi antara Pasal 166 ayat (1) UU Kesehatan dengan
Pasal 22 ayat (1) dan (2), serta Pasal 27 ayat (1) UU No. 40 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (UU SJSN). Pasal 166 ayat (1) UU Kesehatan menentukan bahwa
upaya kesehatan hanya meliputi pencegahan, peningkatan, pengobatan dan
pemulihan. Sedangkan Pasal 22 ayat (1) UU SJSN menentukan pelayanan
kesehatan mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif,
termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan.
Selain itu, Pasal 166 ayat (1) UU Kesehatan yang menentukan bahwa majikan
atau pengusahan wajib menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan pekerja
tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 22 ayat (2) UU SJSN yang menentukan,
“Untuk jenis pelayanan yang dapat menimbulkan penyalahgunaan pelayanan,
peserta dikenakan urun biaya” dan dengan Pasal 27 ayat (1) UU SJSN yang
menentukan bahwa iuran jaminan kesehatan untuk peserta penerima upah secara
bertahap ditanggung bersama oleh pekerja dan pemberi kerja.

6. Peraturan Perundang-undangan keselamatan Kerja (UU Keselamatan


Kerja, Syarat Keselamatan Kerja dan Peralantan keselamatan kerja
Berdasakan Jenisnya).

Undang-undang republik indonesia nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja.


Menimbang:
1. bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional.
2. bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula
keselamatannya.
3. bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman
dan effisien.
4. bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya-upaya untuk
membina norma-norma perlindungan kerja.
5. bahwa pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam Undang-
undang yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja
yang sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan
teknologi.
Mengingat:
1. Pasal-pasal 5, 20 dan 27 Undang-Undang Dasar 1945
2. Pasal-pasal 9 dan 10 Undang-undang No. 14 Tahun 1969 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok mengenai Tenaga Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1969 No. 55, Tambahan Lembaran Negara No.
2912).

Syarat-Syarat Keselamatan Kerja.


Pasal 3.
(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
untuk:
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e. memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi, suara dan getaran.
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik
maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;memelihara kebersihan,
kesehatan dan ketertiban.
l. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya.
m.mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang.
n. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
o. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
p. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
q. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
(2) Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut
dalam ayat (1) sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan
teknologi serta pendapatan-pendapatan baru di kemudian hari.

Pasal 4.
(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,
pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan
bahan, barang, produk teknik dan aparat produksi yang mengandung dan
dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
(2) Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknik ilmiah menjadi suatu
kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur,jelas dan praktis yang
mencakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan,
perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian dan pengesyahan,
pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda- tanda pengenal atas
bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi guna menjamin
keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan tenaga kerja yang
melakukannya dan keselamatan umum.
(3) Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut
dalam ayat (1) dan (2): dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang
berkewajiban memenuhi dan mentaati syarat- syarat keselamatan tersebut.

Peralatan Keselamatan Kerja.


Beberapa jenis peralatan dan perlengkapan keselamatan kerja K3 yang sering
dipakai di sebuah perusahaan adalah seperti dibawah ini:
1. Rompi Reflektor (Safety Vest); rompi ini diengkapi oleh bahan yang dapat
berpendar bila tersorot cahaya. Pendaran ini akan membantu mengetahui posisi
pekerja saat berada ditempat yang gelap.
2. Helm Pengaman (Safety Helmet); helmet utamanya berfungsi untuk
melindungi kepala pekerja dari jatuhan ataupun benturan benda asing secara
langsung.
3. Kacamata Pengaman (Safety Goggles/Glasses); kacamata jenis ini didesain
khusus untuk menutupi mata secara menyeluruh, termasuk pada bagian
samping mata yang biasanya tidak terproteksi oleh kacamata biasa. Fungsi
utama safety glases adalah untuk menghindari pekerja dari kontak debu secara
langsung.
4. Sepatu Pengaman (Safety Shoes); Sepatu jenis ini harus terbuat dari bahan kulit
yang dilapisi metal. APD ini berguna untuk mencegah kecelakaan terhadap
kaki pekerja, misalnya tertimpa benda tajam ataupun benda berat, cairan kimia,
benda panas, dan sebagainya.
5. Sarung Tangan Pengaman (Safety Gloves); jenis APD ini berfungsi sebagai
pelindung tangan saat bekerja pada situasi yang bisa mengakibatkan cedera
tangan.
Daftar Pustaka
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (UU Kesehatan). Kesehatan
Kerja. www.jamsosindonesia.com.
Dan, P., Keselamatan, P., & Kerja, K. (n.d.). Gambar berbagai jenis peralatan
keselamatan kerja. 3–4.
Dan, P., Keselamatan, P., & Kerja, K. (n.d.). Gambar berbagai jenis peralatan
keselamatan kerja. 3–4.

Anda mungkin juga menyukai