Anda di halaman 1dari 78

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator derajat

kesehatan suatu negara. AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa

kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan,

persalinan, dan nifas atau pengelolaannainya tetapi bukan karena sebab-

sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dan lain-lain di setiap 100.000

kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015). Survei Demografi Kesehatan

Indonesia (SDKI) 2012 memberikan hasil AKI mencapai 359 per100.000

kelahiran hidup. Meningkat dibandingkan SDKI 2007 yang mencapai 228

per100.000 kelahiran hidup. AKI di Indonesia disebabkan oleh perdarahan

yang menyumbang 30,3%, infeksi 7,3%, lain-lain 40,8%.

Perdarahan merupakan penyebab kematian terbanyak pada masa

nifas. Perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir ini dapat disebabkan oleh

atonia uteri (rahim tidak berkontraksi), robekan jalan lahir, retensio

plasenta, sisa plasenta, inversio uteri, dan kelainan pembekuan darah,

maka kehilangan darah akan lebih banyak. Infeksi merupakan penyabab

kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan, sehingga penting

memberikan perhatian khusus pada masa ini. Termasuk juga penyebab

kematian nifas yang lain seperti karena partus lama, abortus, dan lain-lain.

Adanya permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada kesejahteraan

bayi yang dilahirkannya karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan


2

perawatan maksimal dari ibunya (Sulistyawati, 2015). Pelayanan

kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai

standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang

dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai dengan tiga hari pasca persalinan,

pada hari ke empat sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada

hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan. Masa nifas dimulai

dari enam jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Jenis pelayanan

kesehatan ibu nifas yang diberikan terdiri dari: (a) Pemeriksaan tanda vital

(tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu); (b) Pemeriksaan tinggi puncak

rahim (fundus uteri); (c) Pemeriksaan lokhea dan cairan per vaginam lain;

(d) Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif; (e)

Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas

dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana; (f) Pelayanan keluarga

berencana pasca persalinan (Kemenkes, 2015).

Pada tahun 2014 berdasarkan data dari Dinkes, jumlah kematian

ibu yang dilaporkan Kabupaten/Kota Yogyakarta sebanyak 40 kasus,

dalam lima Kabupaten yaitu Kabupaten Yogyakarta 2 (dua) kasus,

Kabupaten Kulon Progo 5 (lima) kasus, Kabupaten Gunung Kidul 7

(tujuh) kasus, Kabupaten Sleman 12 kasus, dan tertinggi di wilayah

Kabupaten Bantul dengan 14 kasus. (Dinkes DIY, 2015).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di BPM Catur Eni.

Didapatkan data jumlah ibu nifas pada tahun 2016 adalah 128 ibu nifas,

dengan 1 (satu) orang ibu nifas dengan komplikasi inersia uteri. Dari
3

keterangan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas” di Bidan Praktik Mandiri Catur Eni,

Glagahombo, Pondokrejo, Tempel, Sleman, Yogyakarta. Penulis

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan, menganalisa

kesenjangan antara teori yang ada dan kasus nyata di lapangan, termasuk

pendukung dan penghambat, serta memberi alternatif penyelesain.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

studi kasus ini adalah “Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan

Ibu Nifas Sesuai Manajemen Kebidanan 7 (tujuh) Langkah Varney di

BPM Catur Eni?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mampu mememberikan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas di BPM

Catur Eni sesuai manajemen kebidanan yang menggunakan pola pikir

tujuh langkah varney.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian ibu nifas secara komprehensif, agar

asuhan kebidanan yang diberikan kepada ibu nifas sesuai dengan

kebutuhan.

b. Mampu menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa


4

kebidanan dan kebutuhan pada ibu nifas.

c. Mampu mengidentifikasi masalah potensial pada ibu nifas.

d. Mampu mengantisipasi tindakkan segera yang dibutuhkan pada ibu

nifas secara komprehensif.

e. Mampu menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada ibu nifas

secara komprehensif.

f. Mampu melaksanakan rencana tindakkan yang menyeluruh pada

ibu nifas secara komprehensif.

g. Mampu mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan pada ibu

nifas secara komprehensif.

h. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan dengan

metode Varney.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan informasi, referensi

dan sumber bacaan mahasiswa kebidanan guna meningkatkan kualitas

pendidikan khususnya pada Asuhan Kebidanana Ibu Nifas.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Responden

Diharapkan dapat menambah wawasan tentang ibu nifas, sehingga


5

ibu mampu mengetahui dan mencegah komplikasi yang terjadi

pada ibu nifas sedini mungkin.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menambah wawasan dalam memberikan Asuhan

Kebidanan pada Ibu Nifas dan sebagai penerapan atau

pengaplikasian ilmu kebidanan yang diperoleh dan memperoleh

pengalaman secara langsung tentang pelaksanaan Asuhan

Kebidanan pada Ibu Nifas Normal.

c. Bagi Lahan Praktik Bidan Praktik Mandiri

Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan, khususnya pada asuhan kebidanan ibu nifas

sesuai SOP (Standar Oprational Procedur) dan dapat mengurangi

angka kesakitan serta kematian ibu.

d. Bagi Institusi

Diharapkan dapat menambah referensi dan sumber bacaan untuk

peneliti selanjutnya Prodi Kebidanan di perpustakaan, sehingga

dapat meningkatkan kualitas pendidikan khususnya pada Asuhan

Kebidanan Ibu Nifas Normal.

E. Keaslian Studi Kasus

No Aspek Suryani Wiwik Widiyanti Micky Paramita Peneliti Sekarang


Asuhan Kebidanan Asuhan Kebidanan Asuhan Asuhan Kebidanan
1. Judul
Pada Ibu Nifas Ny. pada Ibu Nifas Ny. R Kebidanan pada pada Ibu Nifas
6

S di BPM Endang P2Ab0Ah2 Umur 25 Ny D P1A0 Normal Ny X di


Purwaningsih tahun dengan Puting
dengan BPM Catur Eni
Pleret Bantul Susu Lecet di BPM Perdarahan Prihastuti,
Yogyakarta Tahun Puji Setiani TegalKarena Atonia Glagahombo,
2015 Mulyo Mojongsongo Uteri di RS Kasih Pondokrejo, Tempel,
Surakarta TahunIbu Surakarta Sleman, Yogyakarta
2013 Tahun 2013
Perdarahan
Ibu Nifas dengan
2. Variabel Ibu Nifas karena Atonia Ibu Nifas Normal
Puting Susu Lecet
Uteri
Jenis
3. Deskriptif Deskriptif Deskriptif Deskriptif
Penelitian
Format Asuhan Format Asuhan Format Asuhan Format Asuhan
Instrumen
4. Kebidanan pada Kebidanan pada Ibu Kebidanan pada Kebidanan pada Ibu
Penelitian
Ibu Nifas Nifas Ibu Nifas Nifas
BPM Endang BPM Puji Setiani BPM Catur Eni
Purwaningsih Tegal Mulyo RS Kasih Ibu Glagahombo,
5. Tempat
Pleret Bantul Mojosongo Surakarta Pondokrejo, Tempel,
Yogyakarta Surakarta Sleman, Yogyakarta
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian
7

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Masa Nifas

1. Pengertian Masa Nifas

Masa Nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah

plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan semula (sebelum hamil) (Sulistyawati, 2015).

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya

plasenta sampai 6 (enam) minggu setelah melahirkan (Marmi, 2015).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Sulistyawati (2015) asuhan yang diberikan kepada ibu

nifas bertujuan untuk :

a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan

bayi

b. Pencegahan, diagnosa dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu

c. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu

d. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta

memungkinkan ibu untuk mampu melaksanakan perannya

dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus

e. Imunisasi ibu terhadap tetanus

f. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian

makan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang


8

baik antara ibu dan anak.

3. Peran dan Tanggung jawab Bidan dalam Masa Nifas

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian

asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam

masa nifas menurut Sulistyawati (2015), antara lain :

a. Teman terdekat, sekaligus pendamping ibu nifas dalam

menghadapi saat-saat kritis masa nifas

b. Pendidik dalam usaha pemberian pendidikan kesehatan terhadap

ibu dan keluarga

c. Pelaksanaan asuhan kepada pasien dalam hal tindakan

perawatan, pemantauan, penanganan masalah, rujukan, dan

deteksi dini komplikasi masa nifas

4. Tahapan Masa Nifas

Menurut Marmi (2015) masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan,

yaitu:

a. Puerperium dini

Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri

dan berjalan-jalan.

b. Puerperium intermedial

Suatu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi

selama kurang lebih enam sampai delapan minggu.

c. Remote puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam


9

keadaan sempurna terutama ibu apabila ibu selama hamil atau

waktu persalinan mengalami komplikasi.

B. Perubahan Fisiologi Ibu Masa Nifas

1. Perubahan sistem reproduksi

a. Involusi

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana

uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60

gram. Masa ini membutuhkan waktu 6 (enam) minggu

(Suherni,dkk. 2009).

No. Involusi TFU Berat Uterus


1. Bayi lahir Setinggi pusat 1000gram
2. Uri lahir Dua jari bawah pusat 750 gram
3. 1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram
4. 2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 350 gram
5. 6 minggu Bertambah kecil 50 gram
6. 8 minggu Normal 30 gram
Tabel 2.1. Involusi Uteri

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

1) Autolysis

Proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot

uterine.

2) Atrofi jaringan

Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam

jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi


10

terhadap peghentian produksi estrogen yang menyertai

plepasan plasenta.

3) Efek Oksitosin ( Kontraksi)

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna

segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon

terhadap penurunan volume intaruterin yang sangat besar.

Kontraksi dan retraksi otot uterus akan mengurangi suplai

darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi

bekas luka tempat implantasi plasenta serta mengurangi

perdarahan. Luka bekas implantasi plasenta memerlukan

waktu 8 (delapan) minggu untuk sembuh total.

Bagian bekas implantasi plasenta, terdapat gambaran sebagai

berikut :

1) Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir

seluas 12x15 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh darah

besar bermuara.

2) Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombosis,

disamping pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot

rahim.

3) Bekas luka imlpantasi dengan cepat mengecil, pada minggu

ke-2 sebesar 6 (enam) sampai 8 (delapan) cm dan akhir

puerpurium sebesar 2 (dua) cm.


11

4) Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan

nekrosis bersama denganlochia.

5) Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena

pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka dan

lapisan basalis endometrium.

6) Kesembuhan sempurna pada 6-8 minggu postpartum.

(Ambarwati dkk, 2009)

b. Lochea

Segera setelah persalinan bekas implantasi berupa luka kasar dan

menonjol kedalam cavum uteri. Dari cavum uteri keluar cairan

sekret disebut lochea. Ada beberapa jenis lochea, yakni :

1) Lochea rubra atau merah (kruenta)

Lochea ini muncul pada hari pertama sampai ketiga masa

postpartum. Biasanya berwarna merah dan mengandung

darah dari perobekan atau luka pada plasenta.

2) Lochea sanguinolenta

Lochea ini muncul pada hari ke empat sampai ke tujuh

masa postpartum. Biasanya berwarna merah kecoklatan dan

berlendir.

3) Lochea serosa

Lochea ini muncul pada hari ketujuh sampai ke empat belas

postpartum. Biasanya berwarna kuningan kecoklatan.


12

4) Lochea Alba

Lochea ini muncul lebih dari hari ke empat belas atau dua

minggu postpartum. Biasanya berwarna putih kekuningan.

5) Lochea purulenta

Keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk, karena

terjadi infeksi.

6) Lochiotosis

Merupakan pengeluaran lochia yang tidak lancar.

c. Vagina dan perineum

Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae

(lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali. Perlukaan

vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak

sering dijumpai. Terjadi robekan di perineum pada hampir

semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan

berikutnya.

2. Perubahan sistem perkemihan

Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit

untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab

dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher

kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala

janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung (Sulistyawati,

2015).
13

3. Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal

ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan

mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,

pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan

cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh. Supaya buang

air besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat,

peningkatan asupan cairan dan ambulasi awal. (Sulistyawati, 2015)

4. Perubahan Psikososial

Wanita cukup sering menunjukkan sedikit perasaan depresi

beberapa hari setelah kelahiran. Perasaan mungkin akibat faktor-faktor

emosional dan hormonal. Dengan rasa pengertian dan penentraman

dari lingkungan terutama keluarga, perasaan ini biasanya membaik

tanpa akibat lanjut. Respon orang tua terhadap bayi baru lahir :

a. Bounding Attachment

Adalah sentuhan awal/kontak kulit antara ibu dan bayi pada

menit-menit pertama sampai beberapa jam setelah kelahiran

bayi. Dalam hal ini, kontak ibu dan ayah akan menentukan

tumbuh kembang anak menjadi optimal (Sulistyawati, 2015).

b. Sibling Rivalry

Kecemburuan dan kemarahan yang lazim terjadi pada anak

karena kehadiran anggota keluarga baru dalam keluarga yang

dalam hal ini adalah saudara kandungnya. (Bahiyatun, 2009).


14

Depresi setelah melahirkan yang dialami ibu nifas menurut Saleha

(2009) :

a. Baby Blues dan Postpartum Blues

Suatu gangguan psikologis sementara yang ditandai dengan

memuncaknya emosi pada minggu pertama setelah

melahirkan.

b. Postpartum Depression

Dengan depresi yang dialami wanita selama kehamilan, single

parent, konsumsi rokok selama kehamilan, kelainan psikologis

lain sebelumnya yang mempengaruhi, serta adanya riwayat

postpartum depression pada kehamilan terdahulu.

c. Psikosis Postpartum

Merupakan depresi yang paling berat, yang biasanya terjadi

pada minggu pertama dalam 6 (enam) minggu setelah

melahirkan.

Faktor-Faktor penyebabnya :

1) Faktor sosial kultural

2) Karakter personal

3) Perubahan hormon yang cepat dimana suatu keadaan

ibu tidak mampu menjalin hubungan yang baik

dengan orang lain (marital disfungsi)

4) Unwanted ( kehamilan yang tidak diinginkan ).


15

Gejala yang timbul adalah :

1) Curiga yang berlebih

2) Kebingungan

3) Sulit berkonsentrasi

4) Implusif ( melakukan tindakan tanpa disadari )

Penanganannya :

1) Dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar

2) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat

depresi.

5. Perubahan Tanda-tanda vital

a. Suhu badan

Pada 24 jam postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5°C –

38°C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan

cairan dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan

biasa lagi. Pada hari ketiga suhu badan akan naik kembali karena

ada pembentukan ASI, payudara akan menjadi bengkak, berwarna

merah karena banyaknya ASI, bila suhu tidak turun kemungkinan

adanya infeksi pada endometrium, mastitis, traktus urogenitalis

atau sistem lain. Kita anggap nifas terganggu kalau ada demam

lebih dari 38°C pada 2 (dua) hari berturut – turut pada 10

(sepuluh) hari yang pertama postpartum, kecuali hari pertama dan

suhu harus diambil sekurang – kurangnya 4 (empat) kali sehari.


16

b. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60 – 80 kali per menit.

Postpartum, denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih

cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit harus

waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum.

c. Tekanan darah

Tekanan darah normal dengan sistolik antara 90-120 mmHg dan

distolik 60-80 mmHg. Sedangkan tekanan darah tinggi pada

postpartum merupakan tanda terjadinya preeklamsia postpartum.

d. Pernafasan

Frekuensi pernafasan normal orang dewasa adalah 16 – 24 kali

per menit. Pada ibu postpartum umumnya lambat atau normal.

Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam

kondisi istirahat. Bila pernafasan pada masa nifas menjadi lebih

cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok. (Ambarwati &

Wulandari, 2009 )

6. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk

menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh

plasenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan kembali estrogen

menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi

volume pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam
17

pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini, ibu mengeluarkan

banyak sekali jumlah urine (Sulistyawati, 2015).

7. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang

pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan

pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang dan

menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor.

Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah

persalinan.

Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit distensi yang

berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding

abdomen masih agak lunak dan kendor untuk sementara waktu. Untuk

memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genetalia, serta

otot-otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk

melakukan latihan-latihan tertentu.

8. Perubahan Sistem Endokrin

a. Hormon Plasenta

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan HCG

(Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan

menetap sampai 10% dalam 3 (tiga) jam hingga hari ke-7

postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3

postpartum.
18

b. Hormon Pituitary

Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang

tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH

dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler (minggu

ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

c. Hypotalamik Pituitary Ovarium

Lamanya seorang wanita mendapatkan menstruasi juga

dipengaruhi oleh faktor menyusui. Seringkali menstruasi pertama

ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan

progesteron.

d. Kadar Estrogen

Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang

bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang

meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam

menghasilkan ASI.

e. Hormon oksitosin

Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian

belakang (posterior). Selama tahap ketiga persalinan, oksitosin

menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian bertindak atas

otot yang menahan kontraksi, mengurangi tempat plasenta dan

mencegah perdarahan. Pada wanita yang menyusui bayinya,

hisapan bayi merangsang pengeluaran oksitosin dan ini


19

membantu uterus kembali ke bentuk normal dan pengeluaran

air susu.

9. Perubahan Sistem Hematologi

Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan

sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan

viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukosit

yang meningkat diman jumlah sel darah putih dapat mencapai 15000

selam persalinan akan tetapi tinggi dalam beberapa hari pertama dari

masa post partum. Jumlah sel darah putih tersebut masih dapat naik

lagi 25000 atau 30000 tanpa adnya kondisi patologis jika wanita

tersebut mengalami persalinan lama.

Jumlah hemoglobine, hematokrit dan erytrosyt akan sangat

bervariasi pada awal-awal masa post partum sebagi akibat dari volume

darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah.

Semua tingktan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi

wanita tersebut. Kira-kira selama kelahiran dan masa post partum

terjadi kehilangan darah 200-500 ml.

C. Adaptasi Psikologis Ibu Nifas

1. Fase Taking In

Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari

hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu,

fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama


20

proses persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahannya

membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang

tidur, seperti mudah tersinggung, hal ini membuat ibu cenderung

menjadi pasif terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, kondisi ini

perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik.

2. Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase

takimg hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa

tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu, perasaannya

sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya

kurang hati-hati. Oleh karena itu, ibu memerlukan dukungan karena

saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai

penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa

percaya diri.

3. Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran

barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah

mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan

untuk merawatdiri dan bayinya meningkat pada fase ini.

4. Fase Taking On

Pada fase ini dikenal dengan tahap meniru dan sudah mulai

membayangkan peran yang dilakukannya pada tahap sebelumnya.


21

D. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

1. Gizi

Ibu nifas dianjurkan utnuk:

a. Makan dengan diit berimbang, cukup kabrbohidrat,protein,

lemak, vitamin dan mineral.

b. Mengkonsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori/hari

pada 6 (enam) bulan pertama, 6 (enam) bulan selanjutnya 500

kalori dan tahun kedua 400 kalori.

c. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 iu.

2. Ambulasi Dini

Kebjaksanaan untuk selekas mungkin membimbing pasien

keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk berjalan.

Ambulasi dini tidak disarankan pada pasien dengan penyakit anemia,

jantung, paru-paru, demam, dan keadaan lain yang masih

membutuhkan istirahat. Ambulasi awal dilakukan dengan melakukan

gerakan dan jalan-jalan ringan sambil bidan melakukan observasi

perkembangan pasien dari jam demi jam sampai hitungan hari.

Keuntungan dari ambulasi dini, antara lain:

a. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat

b. Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik

c. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada

ibu mengenai cara merawat bayinya.


22

3. Eliminasi

a. Buang air kecil (BAK)

1) Dalamenam jam ibu nifas harus sudah bisa BAK spontan,

kebanyakan ibu bisa berkemih spontan dalam waktu 8

(delapan) jam.

2) Urine dalam jumlah yang banyak akan diproduksi dalam

waktu 12-36 jam setelah melahirkan.

3) Ureter yang berdilatasi akan kembali normal alam waktu 6

(enam) minggu.

Selama 48 jam pertama nifas (puerperium), terjadi kenaikan

diuresis sebagai berikut :

1) Pengurasan volume darah ibu.

2) Autolisis serabut otot uterus.

b. Buang air besar (BAB)

1) BAB biasanya tertunda selama 2-3 hari, karena enema

persalinan, diit cairan, obat-obatan analgetik, dan perinium

yang sangat sakit.

2) Bila lebih dari tiga hari belum BAB bisa diberikan obat

laksantia.

3) Ambulansi secara dini dan teratur akan membantu dalam

regulasi BAB.

4) Asupan cairan yang adekuat dan diit tinggi serat sangat

dianjurkan.
23

4. Istirahat dan Tidur

a. Menganjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah

kelelahan yang berlebihan.

b. Menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah

tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau

beristirahat selagi bayi tidur.

c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :

1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.

2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

perdarahan.

3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat

bayi dan dirinya sendiri.

5. Kebersihan Diri

a. Manganjurkan kebersihan seluruh tubuh. Mengajarkan ibu

bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan air bersih.

Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah

sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru

kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasihatkan

kepada ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai buang

air besar atau kecil.

b. Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut

setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika

telah dicuci dengan bersih dan dikeringkan.


24

c. Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan diair

yang mengalir sebelum dan sesudah membersihkan daerah

kelamin.

d. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserai, menyarankan

kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.

6. Senam nifas

a. Latihan Kegel

1) Mendiskusikan pentingnya otot-otot perut dan panggul

kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini

menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga

mengurangi rasa sakit pada punggung.

2) Menjelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap

hari sangat membantu seperti :

a) Tidur terlentang dengan lengan samping, menarik otot

perut selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan

angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai lima.

Rileks dan ulangi sebanyak 10 kali.

b) Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar

panggul (latihan kegel).

b. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot pantat

dan pinggul dan tahan sampai lima hitungan. Kendurkan dan

ulangi latihan sebanyak lima kali. Mulai dengan mengerjakan

lima kali latihan untuk setiap kali gerakan. Setiap minggu


25

naikkan jumlah latihan lima kali lebih banyak. Pada minggu ke

enam setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan

sebanyak 30 kali.

7. Hubungan Seksual

Ibu yang baru melahirkan boleh melakukan hubungan seksual

kembali setelah 6 (enam) minggu persalinan. Batasan waktu 6

(enam) minggu didasarkan atas pemikiran pada masa itu semua luka

akibat persalinan, termasuk luka episiotomi dan luka bekas section

cesarean (SC) biasanya telah sembuh dengan baik. Pada prinsipnya,

tidak ada masalah untuk melakukan hubungan seksual setelah selesai

masa nifas 40 hari. Hormon prolaktin tidak akan membuat ibu

kehilangan gairah seksual.

8. Keluarga Berencana

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 (dua)

tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus

menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin

merencanakan tentang keluarganya.

E. Asuhan yang diberikan sewaktu kunjungan

Menurut Saifuddin, A. 2009 kunjungan masa nifas paling sedikit 4

(empat) kali untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir utuk

mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi:

1. 6 – 8 jam setelah persalinan


26

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila

perdarahan berlanjut.

c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga,

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

d. Pemberian ASI awal.

e. Melakukan hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi baru lahir.

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermi.

Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan

ibu dan bayi baru lahir 2 (dua) jam pertama setelah kelahiran atau

sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

2. 6 (enam) hari setelah persalinan

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan dan tidak ada

bau.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi/perdarahan abnormal.

c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makan, cairan dan istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyakit.

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3. 2 (dua) minggu setelah persalinan

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,


27

fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan dan tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi/perdarahan

abnormal.

c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makan, cairan dan istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyakit.

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

4. 6 (enam) minggu setelah persalinan

a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau

bayinya alami.

b. Memberikan konseling untuk berKB secara dini.

F. Proses Laktasi

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di

produksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Masa laktasi

mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan

meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 (dua) tahun secara baik

dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara alami.

1. Hormon yang terlibat dalam proses pembentukan ASI

a. Progesteron

Mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Kadar

progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan.


28

Hal ini menstimulasi produksi ASI secara besar - besaran.

b. Estrogen

Menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Kadar

estrogen dalam tubuh menurun saat melahirkan dan tetap rendah

untuk beberapa bulan selama menyusui.

c. Prolaktin

Berperan dalam membesarnya alveoli pada masa kehamilan.

d. Oksitosin

Mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan

dan setelahnya, seperti halnya juga dalam organisme. Setelah

melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus disekitar

alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu.

e. Human placental lactogen

Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak

HPL yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting dan

areola sebelum melahirkan. Pada bulan kelima dan bulan

keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI (Saleha,

2009)

2. Manfaat Pemberian ASI

Dibandingkan dengan yang lainnya, ASI memiliki beberapa

keunggulan, yaitu:

a. Mengandung semua zat gizi dalam susunan dan jumlah yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 3-4 bulan


29

pertama.

b. Tidak memberatkan fungsi sauran pencernaan dan ginjal

c. Mengandung berbagai zat antibody, sehingga mencegah

terjadinya infeksi.

d. Mengandung laktoferin untuk mengikat zat besi

e. Tidak mengandung laktoglobulin yang dapat menyebabkan

Alergi, ekonomis dan praktis (Suherni dkk,2009).

3. Komponen Gizi dalam Air Susu Ibu

a. Kolostrum

Kolostrum adalah susu awal yang diproduksi oleh ibu yang baru

melahirkan yakni dihasilkan dalam waktu 24 jam pertama

setelah melahirkan. Cairan ini berwarna kuning atau jernih

merupakan bahan yang sangat kaya akan anti infeksi, dapat

membersihkan alat pencernaan bayi dari zat – zat yang tidak

berguna. Protein utama dalam colostrum adalah immunoglobulin

yang merupakan antibodi guna menangkal dan menetralisir

bakteri, virus, jamur dan parasit (Suherni,2009).

b. ASI Transisi

ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh

(Ambarwati,2009).

c. ASI Mature

ASI yang dikeluarkan kira – kira pada hari ke-14 dan seterusnya
30

4. ASI Eksklusif

Asi ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 (enam)

bulan tanpa tambahan cairan susu formula, jeruk, madu lain, air teh,

dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang,

bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru

mulai diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). ASI dapat

diberikan sampai anak berusia 2 (dua) tahun atau lebih.

5. Cara Menyusui yang Benar

a. Duduk dengan posisi santai, tegak lurus, punggung menyandar,

dan kaki menapak dilantai

b. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian oleskan

pada puting dan areola

c. Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi

d. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada

siku dan bokong bayi pada lengan

e. Satu lengan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu

didepan

f. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap

payudara

g. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus

h. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang

i. Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari serta

ibu jari menekan payudara bagian atas areola


31

j. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara

menyemtuh pipi bayi dengan putting susu

k. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi

didekatkan kepayudara ibu dengan putting serta areola

dimasukkan kemulut bayi

l. Melepas isapan bayi

m. Setelah selesai menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian

dioleskan pada putting dan areola

n. Menyendawakan bayi.

G. Komplikasi Masa Nifas

1. Perdarahan pervagina/perdarahan post partum

Perdarahan pervagina merupakan kehilangan darah sebanyak 500 cc

atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan.

a. Perdarahan post partum primer adalah mencakup semua kejadian

perdarahan dalam 24 jam pertama. Penyebab perdarahan post

partum primer, yaitu :

1) Atonia uteri

Penanganan atonia uteri, yaitu:

(a) Berikan akan 10 unit oksitosin secara IM.

(b) Lakukan masase uterus untuk mengeluarkan gumpalan

darah. Periksa kembali apakah plasenta utuh dengan

teknik aseptic, menggunakan sarung tangan steril, usap


32

vagina dan ostiumserviks untuk menghilangkan jaringan

plasenta atau selaput ketuban yang tertinggal.

(c) Jika kandung kemih ibu dapat dipalpasi, gunakan teknik

aseptic untuk memasang kateter ke dalam kandung

kemih.

(d) Lakukan kompresi bimanual internal maksimal 5 (lima)

menit atau hingga perdarahan dapat dikendalikan dan

uterus berkontraksi dengan baik.

(e) Anjurkan keluarga untuk memulai proses rujukan.

(f) Jika perdarahan dapat dikendalikan dan kontraksi mulai

membaik maka:

(1) Teruskan kompresi bimanual selama 1-2 menit atau

lebih.

(2) Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati.

(3) Pantau kala IV persalinan dengan seksama, termasuk

sering melakukan masase uterus untuk memeriksa

atoni, mengamati perdarahan dari vagina, serta

tekanan darah dan nadi.

(g) Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak

berkontraksi dengan baik dalam waktu 5 (lima) menit

setelah dimulainya kompresi bimanual pada uterus maka:

(1) Instruksikan salah satu anggota keluarga untuk

melakukan kompresi bimanual eksterna.


33

(2) Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati.

(3) Jika tidak ada tanda hipertensi, berikan metergin

0,2 mg IM.

(4) Mulai pasang infus Ringer Laktat (RL) 500 cc + 20

unit oksitosin menggunakan jarum dengan no. 16

atau 18 G dengan teknik aseptic. Berikan 500 cc

pertama secepat mungkin dan teruskan dengan

infus RL 500 cc + 20 unit oksitosin yang kedua.

(5) Jika uterus tetap atoni dan perdarahan tetap

berlangsung, ulangi kompresi bimanual internal.

(6) Jika uterus berkontraksi, lepaskan tangan perlahan-

lahan dan pantau.

(7) Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera ke

tempat dimana operasi dapat dilakukan.

(8) Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan infus

RL dengan kecepatan 500 cc/jam hingga ibu

mendapatkan total 1,5 liter dan turunkan kecepatan

hingga 125 cc/jam.

(h) Jika ibu menunjukan gejala dan tanda syok maka rujukan

rujuk segera dan lakukan tindakaan:

(1) Jika infus belum diberikan , mulai berikan.

(2) Pantau dengan cermat vital sign pasien setiap 15

menit.
34

(3) Baringkan ibu dengan posisi miring agar jalan

nafas ibu tetap terbuka dan meminimalkan resiko

aspirasi jika ibu muntah.

(4) Selimuti ibu agar tetap hangat.

(5) Jika mungkin, naikkan kaki ibu untuk

meningkatkan darah kembali ke jantung.

(i) Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontarksi uterus

tetap tidak ada maka kemungkinan terjadi rupturuteri

(syok cepat tidak sebanding dengan darah yang keluar,

abdomen teraba keras, dan fundus mulai naik). Hal ini

juga memerlukan rujukan segera ke RS.

(j) Buat catatan yang seksama tentang semua penilaian,

tindakan yang dilakukan, dan semua pengobatan yang

telah diberikan, termasuk saat pencatatan.

(k) Jika tidak dapat diperbaiki maka segera rujuk.

Keterlambatan akan berbahaya.

(l) Jika perdarahan dapat dikendalikan, ibu harus diamati

dengan ketat untuk gejala dan tanda infeksi. Berikan

antibiotika jika terjadi infeksi, misalnya Ampisilin 1

(satu) gram IM, diikuti dengan 500 mg per oral setiap 6

(enam) jam ditambah Metronidazole 400-500 mg

per oral setiap 8 (delapan) jam selama 5 (lima) hari.


35

2) Retensio plasenta

Penangana retensio plasenta, yaitu :

(a) Jika plasenta belum lahir dalam 15 menit setelah bayi

lahir maka ulangi pelaksanaan aktif kala III dengan

memberikan oksitosin IM dan teruskan penegangan tali

pusat terkendali dengan hati-hari. Jika dalam waktu 15

menit plasenta belum lahir, lakukan penegangan tali

pusat untuk terakhir kalinya. Jika plasenta masih belum

lahir juga dan ibu tidak mengalami perdarahan hebat,

rujuk segera ke RS.

(b) Bila terjadi perdarahan maka plasenta harus segera

dilahirkan secara manual. Bila tidak berhasil segera rujuk

ke RS.

(c) Berikan cairan IV : Na Cl 0,9% atau RL dengan tetesan

cepat, jarum berlubang besar.

(d) Jika plasenta sudah lahir, segera lakukan masase uterus,

bila tidak ada kontraksi lakukan langkah penanganan

pada atonia uteri.

(e) Periksa plasenta dan selaputnya, jika tidak lengkap

periksa cavum uteri dan keluarkan potongan plasenta

yang tertinggal.

(f) Jika tidak yakin plasenta dapat terlahir semua, rujuk ibu

ke RS.
36

(g) Lakukan dokumentasi tindakkan dan obat yang telah

diberikan.

3) Robekan jalan lahir

Robekan jalan lahir merupakan komplikasi yang

kejadiannya tidak terduga, dan dalam waktu cepat harus

melakukan tindakkan sebelum ibu mengalami syok

hypovolemik. Penangan robekan jalan lahir, yaitu:

(a) Kaji lokasi robekan.

(b) Lakukan penjahitan sesuai dengan lokasi dan derajat

robekan.

(c) Pantau kondisi pasien.

(d) Berikan antibiotikaprofilaksis dan roborantia, serta diit

TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein).

4) Inversio uteri

Inversio uteri biasanya disebabkan oleh kesalahan dalam

memberikan pertolongan pada kala III. Kejadian ini sering

disertai dengan adanya syok. Perdarahan merupakan faktor

terjadinya syok karena tarikan kuat pada peritoneum, kedua

ligamentum infundibulo-pelvikum, serta ligamentum

rotundum. Syok dalam hal ini lebih banyak bersifat syok

neurogenik. Penanganan pada kasus ini biasanya dilakukan

operasi, meskipun tidak menutup kemugkinan dilakukan

reposisi uteri terlebih dahulu.


37

b. Perdarahan post partum sekunder adalah mencakup semua

kejadian PPH yang terjadi lebih dari 24 jam setelah kelahiran bayi.

Penyebab perdarahan post partum sekunder, yaitu :

1) Sub involusi uteri

Proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya,

sehingga proses pengecilan terlamabat. Penyebab terjadinya sub

involusio uteri adalah infeksi pada endometrium, terdapat sisa

plasenta dan selaputnya, terdapat bekuan darah atau mioma

uteri. Pada palpasi uterus masih besar, fundus masih tinggi,

lochea banyak, dapat berbau dan terjadi perdarahan.

2) Retensi sisa plasenta

Jika menemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap dan

masih adanya perdarahan pervagina, padahal plasenta sudah

lahir. Penanganan yang dilakukan sama dengan penanganan

retensio plasenta.

2. Infeksi

Infeksi mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh

masuknya kuman-kuman ke dalam alat genetal pada waktu persalinan

dan nifas. Menurut John Commite on Maternal Welfare, definisi

morbiditas puerperalis adalah kenaikan suhu sampai 38°C atau lebih

selama 2 hari dalam 10 hari pertama post partum, dengan mengecua-

likan hari pertama. Beberapa infeksi pada masa nifas, yaitu:

a. Vulvitis
38

b. Vaginitis

c. Servisitis

d. Endometritis

e. Septikemia

f. Pyemia

g. Perionitis

Tanda dan Gejala Infeksi pada luka :

a. Dolor

Adalah rasa nyeri yang akan terasa pada jaringan yang

mengalami infeksi. Ini terjadi karena sel yang mengalami

infeksi akan bereaksi mengeluarkan zat tertentu sehingga

menimbulkan nyeri. Rasa nyeri mengisyaratkan bahwa terjadi

gangguan atau sesuatu yang tidak normal.

b. Kalor

Adalah rasa panas pada daerah yang mengalami infeksi. Ini

terjadi karena tubuh mengkompensasi aliran darah lebih

banyak ke area yang mengalami infeksi untuk mengirim lebih

banyak antibody dalam memerangi antigen atau penyebab

infeksi.

c. Tumor

Pada area luka mengalami infeksi akan mengalami

pembengkakan karena peningkatan permeabilitassel dan

peningkatan aliran darah.


39

d. Rubor

Adalah kemerahan pada area yang mengalami infeksi karena

peningkatan aliran darah ke area tersebut sehingga menimbul-

kan warna kemerahan.

Penanganan infeksi dapat diberikan antibiotika, seperti

Penicilin. Disamping antibiotika, pemberian roborantia untuk

meningkatkan daya tahan tubuh pasien juga sangat perlu untuk

diberikan. Pada selulitis pelvika dan pelvio periotonitis, perlu diamati

apakah terjadi abses atau tidak. Jika terjadi abses maka, abses harus

dibuka untuk menghindari nanah masuk ke dalam rongga peritoneum

dan pembuluh darah yang agak besar supaya jangan dilukai.

3. Kelainan Payudara

a. Bendungan ASI

Payudara mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol benjol.

Keadaan ini biasa disebut bendungan ais susu atau caked breast,

sering mengakibatkan rasa nyeri yang cukup hebat dan bisa disertai

dengan kenaikan suhu.

Penanganan pada bendungan ASI, yaitu:

1) Keluarkan ASI secara manual/ASI tetap diberikan pada

bayi.

2) Menyangga payudara dengan BH yang menyongkong.

3) Kompres dengan kantong es dan hangat (bila perlu).

4) Pemberian analgetik atau kodein 60 mg per oral.


40

b. Mastitis

Jarang terlihat sebelum akhir minggu pertama masa nifas dan

umumnya baru ditemukan setelah minggu ketiga atau keempat.

Bendungan yang mencolok biasanya mendahului inflamasi dengan

keluhan pertamanya berupa menggigil atau gejala rigor yang

sebenarnya, yang segera didikuti dengan kenaikan suhu tubuh dan

peningkatan frekuensi denyut nadi. Payudara kemudian menjadi

keras serta kemerahan, dan pasien mengeluhkan rasa nyeri.

Penanganan pada mastitis, yaitu:

1) Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 (enam) jam selama 10

hari. Bila diberikan sebelum terbentuk abses biasanya

keluahannya akan berkurang.

2) Menyangga payudara dengan BH yang menyongkong.

3) Kompres dingin dan hangat.

4) Bila diperlukan, diberikan paracetamol 500 mg per oral

setiap 4 (empat) jam.

5) Ibu harus menyusui bayinya walau ada pus.

6) Jika bersifat infeksius berikan analgesik non narkotik,

antipiretik (ibuprofen,asetaminofen) untuk mengurangi nyeri

dan demam.

7) Pantau suhu tubuh ibu akan adanya demam.

8) Pertimbangkan pemeberian antibiotik antistafilokokus kecuali

jika demam dan gejala berkurang.


41

9) Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan.

H. Kebijakan program nasional masa nifas

Kebijakan program yang telah dibuat oleh pemerintah mengenai

masa nifas merekomendasikan paling sedikit empat kali melakukan

kunjungan pada masa nifas.

Kunjungan Waktu Asuhan


Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta
melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara
mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri
6-8 jam Pemberian ASI awal
I post Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi
partum baru lahir
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi
Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan
harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 (dua) jam pertama setelah
kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam
keadaan baik
Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri, di bawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan
6 (enam)
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
II hari post
Memastikan ibu mendapatkan makanan yang bergizi dan cukup
partum
cairan
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak
ada tanda-tanda kesulitan menyusui
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir
2 (dua)
minggu Asuahan pada 2 (dua) minggu post partum sama dengan asuhan
III
post yang diberikan pada kunjungan 6 (enam) hari post partum
partum
6 (enam) Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa
minggu nifas
IV
post
Memberikan konseling KB secara dini
partum
Tabel 2.2. Kunjungan Masa Nifas
42

I. Teori Asuhan Kebidanan

1. Varney

Konsep dasar manajemen kebidanan menurut Varney :

a. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah bentuk pendekatan yang

digunakan bidan dalam memberikan Asuhan Kebidanan,

pemecahan masalah atau pengambilan keputusan klinis. Asuhan

yang dilakukan harus dicatat secara benar, sederhana, jelas, logis

sehingga perlu sesuatu metode pendokumentasian (Varney, 2008).

Agar proses manajemen kebidanan pada ibu dapat

dilaksanakan dengan baik maka diperlukan langkah – langkah

sistematis. Adapun langkah – langkah yang harus dilaksanakan

menurut Varney (2008) adalah sebagai berikut :

1) Langkah I : Pengkajian Data

Pengkajian adalah tahap awal yang dipakai dalam

menerapkan asuhan kebidanan pada pasien dan merupakan

suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai

sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan klien (Nursalam, 2009).

b) Data Subyektif

Data subyektif adalah data yang didapatkan dari data

pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan

kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditemukan oleh


43

tim kesehatan secara independent tetapi melalui suatu

interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2009).

(1) Biodata yang menyangkut identitas pasien

(Ambarwati, 2008)

(a) Nama

(b) Umur

(c) Agama

(d) Suku Bangsa

(e) Pendidikan

(f) Pekerjaan

(g) Alamat

b. Keluhan Utama

Keluhan yang terjadi pada ibu nifas saat itu.

c. Riwayat Menstruasi (Rohani dkk, 2011)

(a) Umur menarche

(b) Siklus haid

(c) Lamanya haid

(d) Banyak darah

(e) Teratur/tidak

(f) Sifat darah

(g) Sakit/tidak

d. Riwayat Pernikahan

Perlu dikaji tentang beberapa kali menikah, status


44

menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa

status yang jelas akan berkaitan dengan psikologinya,

sehingga akan mempengaruhi proses nifas

(Ambarwati, 2008).

e. Riwayat kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

(Manuaba, 2008).

(a) Kehamilan

Salah satu penyebab perdarahan postpartum

adalah grandemultipara, primigravida dan

anemia.

(b) Persalinan

Riwayat persalinan perlu dikaji karena faktor

penyebab perdarahan postpartum adalah

persalinan yang dilakukan dengan tindakan :

Pertolongan kala uri sebelum waktunya,

persalinan oleh dukun, persalinan dengan

tindakan, persalinan dengan narkoba.

(c) Nifas

Pada masa nifas apakah terjadi perdarahan,

infeksi, dan bagaimana laktasinya.

(d) Anak

Jenis kelamin, berat badan waktu lahir, hidup

atau meninggal, jarak yang terlalu pendek,


45

kurang dari 2 (dua) tahun juga merupakan

penyebab perdarahan post partum.

f. Riwayat Kehamilan Sekarang

Menurut Rohani dkk. (2011), data subyektif dari

riwayat kehamilan antara lain :

(a) Haid pertama dan haid terakhir merupakan

data dasar yang diperlukan untuk menentukan

usia kehamilan, apakah cukup bulan atau

prematur.

(b) Kapan bayi lahir (menurut taksiran ibu)

merupakan data dasar untuk menentukan usia

kehamilan menurut tafsiran atau perkiraan ibu.

g. Tafsiran persalinan

h. Keluhan pada waktu trimester I, II dan III

Apakah ibu pernah memeriksakan kehamilannya.

Hal ini diperlukan untuk mengidentifikasi masalah

potensial yang dapat terjadi pada persalinan kali ini.

i. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid)

Sudah pernah imunisasi TT atau belum, berapa kali,

dimana, teratur atau tidak (Winkjosastro, 2008).

j. Riwayat Keluarga Berencana

Jenis kontrasepsi yang pernah dipakai, efek

samping, alasan berhentinya penggunaan alat


46

kontrasepsi, dan lama penggunaan alat kontrasepsi

(Rohani dkk., 2011).

k. Riwayat Penyakit

(a) Riwayat penyakit sekarang

Untuk mendeteksi adanya komplikasi pada

persalinan dan kehamilan, dengan menanyakan

apakah ibu mengalami sakit kepala hebat,

pandangan berkunang – kunang atau nyeri

epigastrium, sehingga dapat mempersiapkan

bila terjadi kegawatan dalam persalinan (Rohani

dkk., 2011).

(b) Riwayat penyakit sistemik

Riwayat penyakit sistemik yang perlu

ditanyakan adalah apakah ibu mempunyai

penyakit yang berbahaya seperti jantung, paru –

paru, pernafasan atau perkemihan. Hal ini

digunakan untuk mendeteksi adanya komplikasi

pada persalinan dan kehamilan, serta

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan janin (Rohani dkk., 2011).

(c) Riwayat penyakit keluarga dan keturunan

kembar. Untuk mengetahui apakah dalam

keluarga ada yang menderita penyakit menular,


47

penyakit keturunan atau pun keturunan kembar

(Priharjo, 2007).

(d) Riwayat operasi

Untuk mengetahui apakah ibu pernah

mempunyai penyakit kelamin, tumor atau

kanker system reproduksi, pernah operasi

(pembedahan uterus), curetase dan pernah

operasi ginekologis (endometritis) (Oxom dan

Forte, 2010).

l. Pola kebiasaaan sehari – hari

(b) Nutrisi

Mengambarkan tentang pola makanan dan

minum, frekuensi banyaknya, jenis makanan,

makanan pantangan. Pada ibu dengan sisa

plasenta mengalami berkurangnya nafsu makan

(Ambarwati, 2008).

(c) Eliminasi

BAB harus ada dalam 3 (tiga) hari post partum

dan BAK sudah dilakukan spontan dalam 6

(enam) jam postpartum (Winkjosastro, 2008).

(d) Istirahat

Istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang

berlebihan, tidur siang atau beristirahat selagi


48

bayi tidur (Saifuddin, 2006).

m. Keadaan Psikososial

Menurut Prawiroharjo (2007), untuk mengetahui

tentang persalinan ibu sekarang, apakah ibu takut,

cemas atau bingung.

n. Riwayat sosial budaya

Menurut Varney (2004), riwayat sosial budaya

meliputi :

(h) Dukungan Keluarga

(i) Keluarga lain yang tinggal serumah

(j) Pantangan makan

(k) Kebiasaan adat Istiadat

(l) Penggunaan obat – obatan dan rokok

2) Data Obyektif

Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur

oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2009).

a. Keadaan Umum

Keadaan umum ini meliputi : baik, sedang atau jelek.

b. Kesadaran

Kesadaran adalah kemampuan individu mengadakan

hubungan dengan lingkungannya, serta dengan dirinya

sendiri melalui panca indranya dan mengadakan

pembatasan terhadap lingkungannya serta terhadap


49

dirinya sendiri melalui perhatian.

Menurut Sunaryo (2004), tingkatan menurunnya

kesadaran dibedakan menjadi 6 diantaranya :

1) Composmentis, suatu bentuk kesadaran normal

yang ditandai individu sadar tentang diri dan

lingkungannya sehingga daya ingat, perhatian dan

orientasinya mencakup ruang, waktu dan dalam

keadaan baik.

2) Amnesia, menurunnya kesadaran ditandai dengan

hilangnya ingatan atau lupa tentang suatu

kejadian tertentu.

3) Apatis, menurunnya kesadaran ditandai dengan

acuh tak acuh terhadap stimulus yang masuk

(mulai mengantuk).

4) Samnolensi, menurunnya kesadaran ditandai

dengan mengantuk (rasa malas dan ingin tidur).

5) Sopor, menurunnya kesadaran ditandai dengan

hilangnya ingatan, orientasi dan pertimbangan.

6) Subkoma dan koma, menurunnya kesadaran

ditandai dengan tidak ada respon terhadap

rangsangan yang keras.

c. Pemeriksaan fisik

Untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi serta


50

tingkat kenyamanan fisik ibu serta mendeteksi adanya

komplikasi, informasi dari hasil pemeriksaan fisik dan

anamnesa digunakan dalam menentukan diagnosa,

mengembangkan rencana dan pemberian asuhan yang

sesuai (Hidayat dan Sujiyatini, 2010).

1) Tanda – tanda Vital :

a) Tekanan darah

b) Suhu

c) Nadi

d) Berat badan

e) Lila

f) Inspeksi

Menurut Nursalam (2009), inspeksi adalah

proses observasi secara sistematis yang

dilakukan dengan menggunakan indra

penglihatan, pendengaran dan penciuman

sebagai alat mengumpulkan data untuk

mencantumkan ukuran tubuh, bentuk tubuh,

warna kulit dan kesimetrisan posisi.

Menurut Priharjo (2007) yaitu :

(1) Kepala

(2) Muka

(3) Mata
51

(4) Mulut dan Gigi

(5) Kelenjar thyroid

(6) Kelenjar getah bening

(7) Dada

(8) Payudara

Untuk mengetahui simetris atau tidak,

aerola hiperpigmentasi atau tidak,

putting susu menonjol atau tidak,

kolostrum sudah keluar atau belum.

(9) Perut

Untuk mengetahu ada bekas operasi

atau tidak, ada strie atau tidak, ada

linea atau tidak.

(10) Vulva

Untuk mengetahui ada oedema atau

tidak, ada varises atau tidak, laserasi

atau tidak, dan pada retensio sisa

plasenta untuk menilai pengeluaran

per vaginam ada perdarahan atau

tidak, darah banyak atau tidak, ada

perubahan panjang tali pusat atau

tidak.

(11) Anus
52

Untuk mengetahui ada hemoroid atau

tidak.

(12) Ekstremitas

Untuk mengetahui ada oedema atau

tidak, ada varises atau tidak,

hofinsign atau mengetahui tanda

tromboflebitis.

g) Palpasi

Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang

menggunakan indra peraba untuk

mengumpulkan data tentang suhu, turgor,

bentuk, kelembaban, variasi dan ukuran

(Nursalam, 2009).

(1) Leher

Untuk mengetahui adanya

pembengkakan pada kelenjar getah

bening atau tidak (Priharjo, 2007).

(2) Dada

Untuk mengetahui bentuk dan ukuran

payudara, putting susu menonjol atau

tidak, adanya retraksi, masa dan

pembesaran pembuluh limfe.


53

(3) Perut

Untuk mengetahui ukuran bentuk

uterus, TFU dan kontaksi.

h) Auskultasi

Auskultasi merupakan teknik pemeriksaan

dengan menggunakan stetoskop untuk

mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh

tubuh meliputi auskultasi jantung dan napas,

apakah ada bunyi rales, ronchi, wheezing dan

pleuralfrictionrub (Nursalam, 2009).

i) Perkusi

Perkusi merupakan teknik pemeriksaan

dengan mengetuk-ngetukan jari kebagian

tubuh klien yang akan dikaji untuk

membandingkan bagian yang kiri dan yang

kanan.

d. Data pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dengan sample darah diambil

dan periksa untuk mengetahui golongan darah, kadar

hemoglobin (Hb), dan pembekuan darah.

e. Data Penunjang

USG untuk mengetahui apakah ada masa atau sisa

plasenta di dalam uterus dengan USG dapat diketahui


54

jenis perlekatan plasenta (Wiknjosastro, 2008).

2) Langkah II : Interpretasi Data Dasar

a. Interpretasi data adalah langkah yang kedua bergerak

dari data interpretasi menjadi masalah atau diagnosa

yang teridentifikasi secara spesifik.

Interpretasi data ini meliputi :

(1) Diagnosa

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang

ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan

dan memenuhi standar nomen klatur diagnosa

kebidanan.

(2) Masalah

Masalah adalah hal – hal yang berkaitan dengan

pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian

atau yang menyertai diagnosa.

(3)Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal – hal yang membutuhkan klien

dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah

didapatkan dengan analisa data.

3) Langkah III : Diagnosa Masalah Potensial

Diagnosa potensial adalah suatu hal untuk antisipasi,

pencegahan jika mungkin, penantian dengan pengawasan

penuh dan persiapan untuk kejadian apapun.


55

4) Langkah IV : Identifikasi Tindakan Segera

Tindakan yang dilakukan berdasarkan data baru yang

diperoleh secara terus menerus dan dievaluasi supaya bidan

dapat melakukan tindakan segera dengan tujuan agar dapat

mengantisipasi masalah yang mungkin muncul sehubung

dengan keadaan yang dialami ibu.

5) Langkah V : Rencana Tindakan

Sebuah perluasan dari mengidentifikasi masalah dan

diagnosa yang telah diantisipasi. Pada langkah ini meliputi

hal – hal yang didindikasikan kondisi pasien, seperti apa yang

akan dilakukan lebih lanjut, apakah kolaborasi atau tidak dan

disetujui oleh kedua belah pihak, baik dari pihak keluarga

maupun petugas kesehatan.

6) Langkah VI : Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah pelaksanaan semua asuhan menyeluruh

seperti pada langkah perencanaan. Langkah ini dapat

dilakukan pada wanita yang bersangkutan, bidan atau tim

kesehatan lain.

7) Langkah VII : Evaluasi

Merupakan salah satu pemeriksaan dari rencana

perawatan,apakah kebutuhan yang teridentifikasi dalam

masalah dan diagnosa sudah terpenuhi atau belum.


56

2. SOAP

a. Data Perkembangan

Didalam memberikan asuhan lanjutan digunakan tujuh

langkah Varney, sebagai catatan perkembangan dilakukan asuhan

kebidanan SOAP dalam pendokumentasian. Menurut Varney

sistem pendokumentasian asuhan kebidanan dengan

menggunakan SOAP yaitu :

1) Subyektif (S) :

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan

data klien melalui anamnesa.

2) Obyektif (O) :

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan

fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang

dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung

assesment.

3) Asessment(A) :

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa

interprestasi data subyektif dan obyektif dalam suatu

identifikasi.

a) Diagnosa / masalah

b) Antisipasi diagnosa lain / masalah potensial

c) Tindakan segera oleh bidan / dokter, konsultasi /

kolaborasi serta rujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4


57

Varney.

4) Penatalaksanaan (P) :

Menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi

dari perencanaan berdasarkan assessment.


58

B. Kerangka Berfikir

Masa nifas

Adaptasi Psikologis Perubahan Fisiologis

1. Fase Taking In 1. Perubahan Sistem Pencernaan


2. Fase Taking Hold 2. Perubahan Sistem Perkemihan
3. Fase Letting Go 3. Perubahan Sistem Endokrin
4. Fase Taking On 4. Perubahan Sistem Kardiovaskular
5. Perubahan Sistem Hematologi
6. Perubahan Tanda Vital
7. Perubahan Sistem Reproduksi
8. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Kunjungan Masa Nifas :


1. Kunjungan I (6-8 jam post partum)
2. Kujungan II (6 hari post partum)
3. Kunjungan III (2 minggu post partum)
4. Kunjungan IV (6 minggu post partum)

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

Kunjungan I : Kujungan II dan Kunjungan IV :


Kunjungan III :
1. Bounding Attachment 1. Menanyakan pada
2. Mencegah perdarahan 1. Memastikan involusi uterus ibu tentang penyulit-
3. Pemberian ASI awal berjalan normal penyulit yang ibu
4. Memberikan 2. Menilai adanya tanda-tanda atau bayinya alami.
konseling pada ibu infeksi. 2. Memberikan
atau keluarga 3. Memastikan ibu mendapatkan konseling untuk
mencegah perdarahan cukup nutrisi dan istirahat. berKB secara dini.
5. Menjaga bayi tetap 4. Memastikan ibu menyusui
hangat dengan baik
5. Memberikan konseling
merawat bayi

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Masa Nifas


59

BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam studi kasus ini penulis menggunakan jenis

penelitian deskriptif kualitatif. Dimana penulis mendiskripsikan suatu

masalah dalam bentuk asuhan kebidanan dan pemecahan masalah dengan

pendekatan proses kebidanan meliputi tahap pengkajian, perumusan

diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, serta

dokumentasi kebidanan.

B. Tempat dan Waktu Studi Kasus

1. Tempat

Penelitian ini akan dilakukan di BPM Catur Eni, Glagahombo,

Pondokrejo, Tempel, Sleman, Yogyakarta.

2. Waktu

Pengambilan data dalam penelitian ini dimulai dari 2 (dua) jam post

partum sampai 2 (dua) minggu post partum.

C. Subjek Studi Kasus

Subjek dalam studi kasus ini ibu post partum.

D. Jenis Data

Teknik pengambilan data pada klien adalah dengan cara mengambil data
60

primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer disebut juga data dari tangan pertama. Data primer

diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat

pengukuran atau alat pengambilan data, langsung dari subjek sebagai

sumber informasi yang dicari. Kelebihan dari data primer adalah

akurasi lebih tinggi (Saryono, 2010).

Pada studi kasus ini data primer diambil dari pemeriksaan fisik

(inspeksi, palpasi, dan auskultasi), wawancara dengan ibu dan

observasi (tanda-tanda vital, konjungtiva, TFU, lochea).

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak

langsung dari peneliti dari subjek penelitiannya. Biasanya berupa data

dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia. Kelebihan dari data

skunder adalah efisiensi tinggi, dengan kelemahan kurang akurat

(Saryono, 2010).

E. Alat/Instrumen Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan pengkajian pada ibu nifas

adalah sebagai berikut:

1. Alat dalam pengambilan data

a. Alat dan Bahan dalam Wawancara

1) Lembar pengkajian format asuhan ibu nifas


61

2) Buku KIA

3) Register Persalinan

4) Bolpoint dan penggaris

b. Alat dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik dan

observasi.

1) Tensimeter

2) Stetoskop

3) Termometer

4) Arloji

5) Penline/senter

6) Perlak

7) Selimut

8) Kapas DTT

9) Bengkok

10) Handscoon

11) Kassa steril

12) Betadine

F. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan ada 2 cara (Sugiyono, 2014).

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh dari pasien secara langsung

yang akan memberikan informasi tentang masalah yang dihadapi.


62

Pengumpulan data primer dapat diperoleh dengan cara:

a. Wawancara

Wawancara merupakan suatu metode komunikasi yang

direncanakan dan meliputi tanya jawab antara bidan dan klien yang

berhubungan dengan masalah kesehatan klien. Tujuan dari

wawancara adalah mendapatkan informasi yang diperlukan untuk

mengidentifikasi dan merencanakan asuhan kebidanan.

b. Observasi

Observasi ditujukan pada pasien yaitu dengan mengamati kondisi

dan kesehatan pasien. Peneliti melakukan pengamatan langsung

pada pasien selama masa nifas, untuk mengamati tentang gejala

dan tanda - tanda adanya kemajuan penyembuhan, serta tanda-

tanda infeksi yang mungkin terjadi.

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dalam pengkajian kebidanan digunakan untuk

memperoleh data obyektif klien, melalui pemeriksaan inspeksi,

palpasi, auskultasi, dan perkusi.Tujuannya untuk menentukan

status kesehatan, mengidentifikasi masalah kesehatan dan

memperoleh data dasar guna menyusun rencana asuhan kebidanan.

a. Inspeksi

Inspeksi merupakan proses observasi yang dilakuakan

secara sistematis , inspeksi dilakukan dengan menggunakan

indra pengelihatan , pendengaran dan penciuman. Dalam


63

kasus ini dilakuakan inspeksi pada seluruh tubuh ibu dari

kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, dada, perut,

genetalia, punggung, dan ekstermitas.

b. Palpasi

Palpasi adalah teknik pemeriksaan menggunakan indra

peraba. Tangan dan jari adalah instrumen yang sensitif.

Dalam studi kasus ini palpasi dilakukan untuk meraba

bagian leher, payudara,abdomen (TFU),dan ekstermitas.

c. Perkusi

Perkusi merupakan teknik pemeriksaan dengan mengetuk-

ngetukan jari kebagian tubuh klien yang akan dikaji untuk

membandingkan bagian yang kiri dan yang kanan. Pada

kasus ini pemeriksaan dilakukan pada daerah lutut (reflek

tendon patela).

d. Auskultasi

Auskultasi merupakan teknik pemeriksaan dengan

menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang

dihasilkan oleh tubuh. Pada kasus ini pemeriksaan

dilakukan pada jantung dan nafas, apakah ada bunyi rales,

ronchi, wheezing dan pleuralfrictionrub.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh penulis untuk mendukung

data primer.
64

a. Studi pustaka

Studi pustaka merupakan langkah awal dalam metode

pengumpulan data Studi pustaka merupakan metode pengumpulan

data diarahkan kepada pencarian data dan informasi melalui

dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto, gambar,

maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam proses

penulisan.

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara

mengambil semua data yang dibutuhkan yang terdapat dalam

catatan atau dokumen yang ada. Dapat diperoleh dari: rekam

medis, buku registrasi, data penunjang.

G. Analisa Data

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menajamkan, memilah-milah data yang diperlukan, serta

mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga

kesimpulan finalnya dapat ditarik verifikasi. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak

perlu (Sugiyono, 2010).


65

2. Teknik (Display) Penyajian Data

Teknik display data adalah sekumpulan informasi tersusun

yang akan memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh.

Dengan kata lain menyajikan data secara terperinci dan menyeluruh

dengan mencari pola hubungannya (Sugiyono, 2008).

3. Teknik Kesimpulan dan Verifikasi Data

Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik

kesimpulan dan verifikasi. Menurut Sugiyono (2008), teknik

kesimpulan dan verifikasi adalah upaya untuk mencari arti, makna,

penjelasan yang dilakukan terhadap data yang telah dianalisis dengan

mencari hal-hal penting. Kesimpulan ini disusun dalam bentuk

pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu kepada

tujuan penelitian.
66

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati,dkk.2009.Asuhan Kebidanan Nifas.Yogjakarta: MITRA


CENDIKIA Press.

Bahiyatun.2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.

Dinkes DIY.2015. Profil Kesehatan Tahun 2015 Kota Yogyakarta. Diakses pada
tanggal 13 Desember 2016http://www.depkes.go.id)

Hidayat.A dan Sujiyatini. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Kementrian Kesehatan Indonesia. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015.Jakarta:


Kementrian Kesehatan RI. Diakses pada tanggal 10 Januari 2017
http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-data-pusat-
data-dan-informasi.html

Manuaba,C. 2008. Ilmu Kebidanan, Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC.

Marmi, S. 2015. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas "Peurperium


Care".Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.

Notoatmodjo,S. 2009. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.

Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan Edisi2. Jakarta: Salemba Medika

________. 2009. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta. Salemba


Medika.

Oxon,H.2010. Ilmu KebidananPatologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta.


Yayasan Essensial Merdeka.

Priharjo, R. 2007. Pengkajian Keperawatan. Jakarta: EGC.


67

Tim Evaluasi GSI DIY.(2015,Mei 7). Angka Kematian Ibu Tertinggi di Asia
Tenggara. Diakses pada tanggal 13 Januari 2017.
http://www.slemankab.go.id/6955/tim-evaluasi-gsi-diy-angka-kematian-ibu-
tertinggi-di-asi-tenggara.slm

UGM.(2015,Januari 21). Keterlambatan Rujukan Sebabkan Angka Kematian Ibu


di DIY Masih Tinggi. Diakses pada tanggl 13 Januari 2017
https://ugm.ac.id/id/berita/9656-ketrlambatan.rujukan.sebabkan.angka.
kematian.ibu.di.diy.masih.tinggi

Rohani,dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba


Medika.

Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

________. 2010.Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Saryono, AS. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV,S1 dan S2.
Yogyakarta:Nuha Medika.

Sugiyono.2014.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta.

Suherni dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.

Sulistyawati, A. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta:
C.V ANDI OFFSET.

Syaifuddin, A. B. 2009. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Varney, H., 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC.

Winkjosastro,H. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.


68

Lampiran 1

JADWAL STUDI KASUS

WAKTU
NO KEGIATAN JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan dan Pembuatan Proposal
2 Sidang Proposal
3 Revisi Proposal
4 Perijinan Penelitian
5 Persiapan Penelitian
6 Pelaksanaan Penelitian
7 Pengolahan Data
8 Penyusunan Penelitian
9 Sidang Studi Kasus
10 Revisi Laporan Studi Kasus
69
70

Lampiran 3

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth. Responden

di BPM Catur Eni, Sleman, Yogyakarta

Asaalamulaikum.wr.wb

Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, maka saya yang bertandatangan di

bawah:

Nama : Agnes Tia Angraeni

NIM : 14654

Judul : Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas di BPM Catur Eni, Sleman

Dengan segala kerendahan hati, penulis mohon dengan hormat kepada ibu untuk

menjadi responden dalam studi kasus saya. Partisipasi ibu sangat dibutuhkan

sebagai data studi kasus dan semata-mata untuk ilmu pengetahuan dan tidak ada

maksud lain. Semua data yang saya peroleh akan saya jaga kerahasiaannya.

Atas kesediaan dan bantuan yang telah ibu berikan saya ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum wr.wb

Yogyakarta, Januari 2017

(Agnes Tia Angraeni)


71

Lampiran 4

PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

(Inform Concent)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Alamat :

Menyatakan bersedia dengan sukarela menjadi responden pada studi kasus yang

dilakukan oleh:

Nama : Agnes Tia Angraeni

Pendidikan : Mahasiswi Semester VI Program Studi Diploma III Kebidanan

Akademi Kesehatan Karya Husada Yogyakarta

Judul : Asuhan Kebidanan pada ibu nifas di BPM Catur Eni, Selman

tahun 2017

Demikian surat permohonan ini saya buat sejujur-jujurnya tanpa adanya paksaan

dari pihak manapun.

Yogyakarta, Januari 2017

(Agnes Tia Angraeni)


72

Lampiran 5

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

DI BPM CATUR ENI SLEMAN, YOGYAKARTA

NO. REGISTER :

MASUK TANGGAL, JAM :

I. PENGKAJIAN DATA

1. Identitas Ibu Suami

Nama :

Umur :

Agama :

Suku/bangsa :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

No. Telepon/Hp :

2. Anamnesa (Data Subjektif)

a. Keluhan utama :

b. Riwayat Perkawinan :Kawin …… kali. Kawin pertama umur …….

tahun. Dengan suami sekarang ……. tahun


73

c. Riwayat Menstruasi :Menarche umur ……. Tahun. Siklus ……. Hari.

Teratur/tidak.Lama ……. Hari. Sifat darah : encer/beku. Bau …….

Fluor albus ya/tidak.Dismenorroe ya/tidak. Banyaknya ……..

d. Riwayat Obstetri : P……Ab ……Ah ……

No UK Persalinan JK BB Perdarahan Nifas

e. Riwayat kontrasepsi

No. Jenis Mulai Memakai Berhenti/Ganti Cara

kontrasepsi
Tanggal Oleh Tempat Keluhan Tanggal Oleh Tempat Alasan

f. Riwayat kesehatan

1) Riwayat penyakit :

2) Riwayat operasi :

3) Riwayat kesehatan keluarga :

4) Riwayat alergi obat :


74

g. Riwayat persalinan terakhir

Kala Lama Tindakan Perdarahan Keterangan

II

III

IV

Jumlah

h. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

1) Nutrisi

a) Makanan

Porsi makan perhari :

Jenis makanan :

Makanan pantangan :

b) Minuman

Banyaknya minum sehari :

Jenis minuman :

Minuman pantangan :

2) Eliminasi

a) BAK

Frekuensi :

Lancar/tidak :

Warna :
75

Bau :

b) BAB

Frekuensi :

Lancar/tidak :

Bau :

c) Istirahat

Tidur siang :

Tidur malam :

Keluhan :

d) Aktivitas

Dirumah :

Diluar rumah :

i. Data psikologis

1) Saudara terdekat ibu

2) Rencana yang merawat bayinya

3) Konsep diri

j. Data sosial

1) Ibu tinggal serumah dengan

2) Hubungan ibu dan keluarga

3. Data objektif

a. Pemeriksaan umum

1) Keadaam umum :

2) Kesadaran :
76

3) Tanda vital

Tekanan darah : ............... mmHg

Nadi : ………………. kali per menit

Pernafasan : ………………. kali per menit

Suhu : ………………. C

4) BB/TB : ………………. Cm

b. Pemeriksaan fisik

1) Kepala dan leher

Edema wajah :

Mata :

Mulut :

Leher :

2) Payudara

Bentuk :

Puting susu :

Pengeluaran :

Keluhan :

3) Abdomen

Dinding perut :

Bekas luka :
77

TFU :

Kontraksi uterus :

Kandung kemih :

4) Ekstremitas

Edema :

Varices :

Reflek patela :

Kuku :

5) Genetalia luar

Udem :

Varices :

Perineum :

Jahitan :

Pengeluaran lokhea : (jenis, warna, jumlah, konsistensi, bau)

6) Anus : Hemoroid / tidak

2. Pemeriksaan Penunjang :

II. INTERPRETASI DATADASAR

Data Subjektif :
78

Data Objektif :

Diagnosa :

III. IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL

IV. IDENTIFIKASI TINDAKKAN SEGERA

V. PERENCANAAN TINDAKKAN

VI. PELAKSANAAN

VII. EVALUASI

Tandatangan

( ………………………)

Anda mungkin juga menyukai