Anda di halaman 1dari 5

Hipertensi adalah kondisi dimana seseorang mempunyai tekanan

darah sistole (Sistolic Blood Pressure) lebih atau sama dengan 140 mmHg
atau tekanan darahdiastole (Diastolic Blood Pressure) lebih atau sama
dengan 90 mmHg sesuai kriteria WHO atau memiliki riwayat penyakit
hipertensi sebelumnya (Bhadoria, Kasar, danToppo, 2014). Wu, Chien,
Lin, Chou, danChou (2012) menjelaskan bahwa hipertensi menurut
diagnosis WHO di Amerika Serikat ialah tekan sistolik > 140 mmHg dan
tekan diastoliknya > 90 mmHg1. Penyakit hipertensi sering disebut
sebagai the silent disease atau pembunuh diam-diam, karena pada
umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi
sebelum memeriksakan tekanan darahnya2. Beberapa faktor resiko yang
termasuk dalam faktor yang tidak dapat dikontrol seperti genetik,usia,
jenis kelamin, dan ras. Sedangkan faktor resiko yang dapat dikontrol
berupa perilaku atau gaya hidup seperti obesitas, kurang aktivitas, stres
dan konsumsi makanan(Rawasiah, 2014)3.
Penderita hipertensi di indonesia, yang diperiksa di puskesmas
dilaporkan teratur sebanyak 22%, sedangkan tidak teratur 77,2%. Dari
pasien hipertensi dengan riwayat kontrol tidak tertur, tekanan darah yang
belum terkontrol mencapai 91,7%, sedangkan yang mengaku kontrol
teratur dalam 3 bulan terakhir justru dilaporkan 100% belum dapat
terkontrol (azwar, 2008)4
Diit merupakan salah satu metode pengendalian hipertensi secara
alami, jika dibandingkan dengan obat penurun tekanan darah yang dapat
menimbulkan berbagai macam efek samping yang terjadi5. Salah satu
cara untuk mengontrol hipertensi adalah dengan melakukan pengaturan
pola maka dengan metode DASH, merupakan diet sayuran serta buah

1
Firmansyah, Lukman, dan Mambangsari, “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dukungan
Keluarga dalam Pencegahan Primer Hipertensi.”
2
Ekarini, “FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN KLIEN
HIPERTENSI DALAM MENJALANI PENGOBATAN DI PUSKESMAS GONDANGREJO KARANGANYAR.”
3
Adriaansz, Rottie, dan Lolong, “HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN DENGAN KEJADIAN
HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMASRANOMUUT KOTA MANADO.”
4
Lukitasari, “HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN KONTROL PADA LANSIA
DENGAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MANISRENGGO KLATEN.”
5
Nisfiani, “FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.”
yang banyak mengandung serat pangan (30 gram/ hari) dan mineral
(kalium,magnesium serta kalsium) sementara asupan garamnya di
batasi6. Notoatmodjo (2010) pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh
manusia atau hasil pekerjaan manusia menjadi tahu dan sebagian besa
pengetahuan manusia diperoleh melalui indra penglihatan, pendengaran,
raba, penciuman, dan raba7. Menu makanan dengan gizi seimbang yang
terdiri bahan makanan yang merupakan sumber kalium, kalsium, dan
magnesium8. Hipertensi pada lansia diharapkan bisa dikendalikan melalui
pengaturan pola makan atau diet yang tepat sehingga hipertensi dapat
terkontrol dan dampak yang ditimbulkan dapat diminimalisasi
(Kementerian Kesehatan RI, 2010)9.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut
usia Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa usia 60 tahun adalah usia
permulaan tua10. Peningkatan penduduk lansia ini berakibat pada
timbulnya masalah gizi dan kesehatan seperti gizi kurang, gizi lebih dan
beberapa penyakit degeneratif, sehingga lansia merupakan golongan
yang rawan mengalami masalah gizi11.
Menurut Susanto (2012), keluarga merupakan salah satu elemen terkecil
dimasyarakat. Keluarga adalah kumpulan data dua orang atau lebih yang hidup
bersama dengan keterikatan aturan dan emosional. Keluarga menjadi tempat sntral
bagi pertumbuhan dan perkembangan individu atau seorang12.
Menurut Moksin (2010), terdapat empat jenis dukungan keluarga,
yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informatif,

6
Apriana, Rohana, dan Simorangkir, “HUBUNGAN PENERAPAN METODE DASH (DIETARY
APPROACH TO STOP HYPERTENSION) DENGAN TINGKAT HIPERTENSI.”
7
Putri, Rosyid, dan Muhlisin, “HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG DIET
HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN HIPERTENSI LANSIA DI DESA MANCASAN
WILAYAH KERJA PUSKESMAS I BAKI SUKOHARJO.”
8
Oleh, “PERAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DIET HIPERTENSI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SLEMAN.”
9
Alberta, Proboningsih, dan Almahmudah, “The Improvement of Low Salt Diet Behavior based on
Theory of Planned Behavior on Elderly with Hypertension.”
10
Oleh, “PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN DIIT
HIPERTENSI PADA LANJUT USIA DI DESA WIRONANGGAN KECAMATAN GATAK SUKOHARJO.”
11
Nirmalasari, “PELAKSANAAN DIET DAN STATUS GIZI SERTA KEMANDIRIAN PENDERITA
HIPERTENSI LANSIA DI DESA BONTO MARANNU.”
12
Santika, “HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA DAN KEPATUHAN KONTROL BEROBAT KLIEN
GANGGUAN JIWA.”
dan dukungan penghargaan. Dukungan emosional keluarga dimana
keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan
pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi meliputi
ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap penderita dalam
perawatan diri. Dukungan instrumental keluarga dimana keluarga
merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit yang mencakup
bantuan langsung seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu maupun
modifikasi lingkungan. Dukungan informatif keluarga dimana keluarga
berfungsi sebagai sebuah kolektor dan penyebar informasi tentang dunia
mencakup memberi nasihat, petunjukpetunjuk, sarana-sarana atau umpan
balik. Dukungan penghargaan keluarga dimana keluarga bertindak
sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi
pemecahan masalah (menambah penghargaan diri)13
Menurut Niven (2002), keluarga dapat menjadi yang sangat
berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu
serta dapat juga menentukan tentang progran kesehatan yang dapat
mereka terima14. Sarafino (1990) menyatakan bahwa individu yang
menerima dukungan dari keluarga biasanya cenderung lebih mudah men-
erima nasehat medis daripada individu yang tidak menerima dukungan.
Artinya, begitu penting dukungan sosial keluarga dalam menangani
masalah kesehatan15
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ekarini (2011) ada hubungan
tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, tingkat motivasi dengan
kepatuhan klien hipertensi dalam menjalani pengobatan. Penelitian lain
yang dilakukan Alphonce (2012) ada hubungan jenis kelamin dengan
kepatuhan pengobatan pasien hipertensi16

13
Wulandari, Suswardany, dan Firnawati, “EFEKTIFITAS PELATIHAN PERAWATAN DIRI TERHADAP
DUKUNGAN EMOSIONAL DAN INSTRUMENTAL KELUARGA PENDERITA KUSTA.”
14
Tumenggung, “HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PASIEN
HIPERTENSI DI RSUD TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO.”
15
Kunci, “Relationship Between Family Social Support With Medical Treatment Adherence Of
Hypertension Sufferers In Puskesmas Tualang Abstract.”
16
Rasajati, Raharjo, dan Ningrum, “FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN
PENGOBATAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU
KOTA SEMARANG.”
.
Adriaansz, Patricia N, Julia Rottie, dan Jill Lolong. “HUBUNGAN KONSUMSI
MAKANAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI
PUSKESMASRANOMUUT KOTA MANADO” 4 (2016): 6.
Alberta, Lembunai Tat, Jujuk Proboningsih, dan Masamah Almahmudah. “The
Improvement of Low Salt Diet Behavior based on Theory of Planned
Behavior on Elderly with Hypertension.” Jurnal NERS 9, no. 2 (29
September 2016): 297. https://doi.org/10.20473/jn.V9I22014.297-304.
Apriana, Rista, Nana Rohana, dan Yohanna Simorangkir. “HUBUNGAN
PENERAPAN METODE DASH (DIETARY APPROACH TO STOP
HYPERTENSION) DENGAN TINGKAT HIPERTENSI,” t.t., 6.
Ekarini, Diyah. “FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT
KEPATUHAN KLIEN HIPERTENSI DALAM MENJALANI PENGOBATAN
DI PUSKESMAS GONDANGREJO KARANGANYAR,” t.t., 13.
Firmansyah, Ronny Suhada, Mamat Lukman, dan Citra Windani Mambangsari.
“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dukungan Keluarga dalam
Pencegahan Primer Hipertensi.” Jurnal Keperawatan Padjadjaran 5, no. 2
(1 Januari 1970). https://doi.org/10.24198/jkp.v5i2.476.
Kunci, Kata. “Relationship Between Family Social Support With Medical
Treatment Adherence Of Hypertension Sufferers In Puskesmas Tualang
Abstract,” t.t., 8.
Lukitasari, Dyah Ayu. “HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN
KEPATUHAN KONTROL PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI
PUSKESMAS MANISRENGGO KLATEN,” t.t., 19.
Nirmalasari, Putri Indah. “PELAKSANAAN DIET DAN STATUS GIZI SERTA
KEMANDIRIAN PENDERITA HIPERTENSI LANSIA DI DESA BONTO
MARANNU” 26 (2019): 9.
Nisfiani, Arasti Dita. “FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA,” t.t., 17.
Oleh, Disusun. “PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP
PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN DIIT HIPERTENSI PADA LANJUT
USIA DI DESA WIRONANGGAN KECAMATAN GATAK SUKOHARJO,”
t.t., 17.
———. “PERAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DIET
HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SLEMAN,” t.t., 15.
Putri, Risanti Astika, Fahrun Nur Rosyid, dan Abi Muhlisin. “HUBUNGAN
ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG DIET HIPERTENSI
DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN HIPERTENSI LANSIA DI DESA
MANCASAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS I BAKI SUKOHARJO,” t.t.,
14.
Rasajati, Qorry Putri, Bambang Budi Raharjo, dan Dina Nur Anggraini Ningrum.
“FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN
PENGOBATAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG.” Unnes Journal of
Public Health, 2015, 8.
Santika, Dewi. “HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA DAN KEPATUHAN
KONTROL BEROBAT KLIEN GANGGUAN JIWA,” 2018, 117.
Tumenggung, Imran. “HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN
KEPATUHAN DIET PASIEN HIPERTENSI DI RSUD TOTO KABILA
KABUPATEN BONE BOLANGO,” t.t., 12.
Wulandari, Listyorini, Dwi Linna Suswardany, dan Artika Fristi Firnawati.
“EFEKTIFITAS PELATIHAN PERAWATAN DIRI TERHADAP
DUKUNGAN EMOSIONAL DAN INSTRUMENTAL KELUARGA
PENDERITA KUSTA.” Jurnal Keperawatan Soedirman 6 (2011): 10.

Anda mungkin juga menyukai