Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Modernisasi yang terjadi kini menyentuh aspek keluarga, sehingga telah

terjadi berbagai perubahan fungsi keluarga sebagai akibat proses modernisasi. Di

era globalisasi ini, perempuan tidak hanya bekerja di lingkungan rumah ataupun

melayani suami walaupun hal tersebut adalah salah satu kewajiban perempuan

mengikuti kodratnya. Akan tetapi, perempuan juga dapat berperan untuk bangsa

di ranah politik, ekonomi dan sosial.

Terjadinya peristiwa yang dimaksud nampaknya lebih berkaitan dengan

pentingnya tuntutan pemenuhan kebutuhan ekonomi, menguntungkan, berharga,

dan berguna dalam menjaga martabatnya. Secara finansial, kondisi sedemikian

jelas menguntungkan dan tidak perlu dipersoalkan. Adapun yang menjadi

persoalan jikalau pihak ayah tidak bekerja (Wahab dan Solehuddin,

1999). Peran mencari nafkah tidak saja untuk memenuhi kebutuhan bersama

dalam rumah tangganya, tetapi juga lebih memiliki harga diri serta hidup yang

bermanfaat.

Pada zaman dahulu biasanya ayah berperan sebagai pencari nafkah tunggal

dan ibu sebagai pengelola utama kehidupan di rumah, namun sekarang banyak

diantara keluarga terutama di kota-kota yang tidak lagi seperti itu. Seorang

perempuan Indonesia masih kerap dilanda kebingungan antara memilih untuk

hanya menjadi ibu rumah tangga saja atau ikut masuk ke dalam dunia karir. Di

Indonesia sendiri, wanita yang lebih menyibukkan diri di dunia karir kadang

1
masih dianggap sebelah mata. Terlebih masih banyak wanita yang tidak bisa

mendapat posisi tertinggi di dalam sebuah perusahaan hanya karena ia wanita.

Peran seorang wanita yang telah berkeluarga pada hakikinya adalah bertindak

selayaknya ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga melakukan pekerjaan yang

dinamakan non produksi yang tidak menghasilkan uang.

Sedangkan pengertian wanita berkarier seperti yang disampaikan Munandar

(2001) wanita berkarier adalah wanita yang bekerja untuk mengembangkan

kemampuannya. Dalam hal ini, wanita karier mayoritas didukung oleh

pendidikan yang tinggi sehingga statusnya dalam pekerjaan juga tinggi.

Dalam (Apollo & Cahyadi, 2012) bahwa partisipasi pekerja perempuan di

Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Pada tahun 1988 jumlah pekerja

perempuan di Indonesia berkisar 23.874.000 orang. Tahun 2003 mencapai

35,37% dari jumlah pekerja perempuan secara keseluruhan 100.316.000 orang.

Tahun 2007 meningkat menjadi 35.479.000 orang, sedangkan jumlah pekerja

laki-laki hanya bertambah 287 ribu orang.

Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti tertarik bagaimana “Aktualisasi

Diri pada Wanita Karir yang Mengurus Rumah Tangga di PT. PLN (Persero)

Cabang Manado”.

2
B. FOKUS MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi fokus

penelitian adalah : bagaimana “Aktualisasi Diri pada Wanita Karir yang

Mengurus Rumah Tangga di PT. PLN (Persero) Cabang Manado” ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk : Mengetahui “Aktualisasi Diri pada

Wanita Karir yang Mengurus Rumah Tangga di PT. PLN (Persero) Cabang

Manado”.

D. MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang, masalah dan tujuan penelitian maka

diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi organisasi pendidikan, instansi

yang terkait, dan juga bagi peneliti. Adapun manfaat penelitian ini ditinjau

dari dua aspek yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti

bagi Ilmu Psikologi terutama Psikologi Industri & Organisasi yang berkaitan

dengan “Aktualisasi Diri pada Wanita Karir yang Mengurus Rumah Tangga

di PT. PLN (Persero) Cabang Manado”.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan mengenai gambaran

“Aktualisasi Diri pada Wanita Karir yang Mengurus Rumah Tangga di PT.

3
PLN (Persero) Cabang Manado, sehingga diharapkan dapat memberikan

masukan kepada orang tua dan juga lembaga yang terkait.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

A. AKTUALISASI DIRI
1. Pengertian Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri menurut Maslow (Feist & Feist, 2010, dalam Betsy &

Reny, 2014) menyebutkan bahwa aktualisasi diri mencakup pemenuhan diri, sadar

akan semua potensi diri yang dipunya, dan menjadi diri sekreatif mungkin.

Menurut Siswandi (dalam Betsy & Reny, 2014) bahwa kebutuhan aktualisasi diri

pada dasarnya memberikan perhatian pada manusia, khususnya terhadap nilai-

nilai martabat secara penuh. Hal tersebut dapat tercapai melalui penggunaan

segenap potensi, bakat, dan kemampuan yang dimiliki melalui dengan bekerja

sebaik-baiknya, sehingga tercapai suatu keadaan eksistensi yang ideal bagi

pertumbuhan dan perkembangan diri. Menurut Maslow (dalam Hersinta &

Veronika, 2011) aktualisasi diri merupakan potensi atau kemampuan diri yang

seseorang mampu untuk mencapainya.

Menurut Rogers (Hambali & Jaenudin, dalam Patioran, 2013)

mengatakan bahwa aktualisasi diri merupakan proses menjadi diri sendiri dan

mengembangkan sifat-sifat dan potensi-potensi psikologis yang unik.

Aktualisasi diri akan dibantu maupun dihalangi oleh pengalaman dan belajar

khususnya pada masa kanak-kanak aktualisasi akan berubah sejalan dengan

perkembangan hidup seseorang ketika mencapai usia tertentu seseorang akan

mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis. Aktualisasi

diri adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk menjadi yang

terbaik yang bisa dilakukan. Rogers menyatakan bahwa tiap orang memiliki

kecenderungan akan kebutuhan aktualisasi diri untuk mengembangkan seluruh

5
potensinya. Rogers berpendapat bahwa pada hakikatnya manusia mempunyai

potensi untuk tumbuh dan berkembang ke arah yang lebih baik. Dengan

demikian, maka manusia yang mempunyai perilaku menyimpang pada dasarnya

bukan disebabkan oleh itikad yang negatif, tetapi karena tidak adanya

kesempatan bagi orang tersebut untuk mengembangkan potensinya.

Dari penjelasan di atas aktualisasi diri dapat dimaknai sebagai keinginan

bawaan individu untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya dan mencapai

prestasi sesuai dengan bidangnya masing-masing.

2. Ciri-ciri Aktualisasi Diri

Tiga ciri yang sudah mengaktualisasikan diri :

 Memiliki persepsi yang efisien tentang realitas

Mereka yang mengaktualisasikan dirinya dapat melihat kenyataan dengan

tepat plus mampu membedakan mana yang real dan yang palsu. Tapi dengan

kejernihan pikiran mereka mampu berpedoman pada fakta-fakta dan tidak pada

opini atau keinginan subyektif. Kerjaan mereka ya mencari fakta, bukan

pendapat atau anggapan orang yang belum tentu benar. Itu mengapa mereka

dapat menghasilkan dan membedakan karya yang orisinal. Pun, mereka dapat

menghargai sesuatu yang belum dikenal sebagai sumber untuk belajar hal-hal

baru. Keinginan untuk selalu belajar, mengasah persepsi, dan menjernihkan

pikiran dari pendapat subyektif inilah yang mengantarkan mereka mempunyai

persepsi yang efisien tentang realitas.

6
 Menerima diri sendiri, orang lain, dan sifat-sifat manusia apa

adanya

Sesuatu yang tidak dapat kita ubah dari diri kita dan orang lain sepatutnya

memang diterima apa adanya dengan penuh penghargaan tanpa memandang hal

tersebut sebagai kekurangan. Manusia selalu punya bagian yang tidak lengkap.

Makanya kita diajarkan untuk membaur dengan orang lain agar diri ini menjadi

terlengkapi. Mereka yang teraktualisasi tidak cepat merasa bersalah, malu,

cemas dan selalu menampilkan dirinya yang sebenarnya. Tidak bangga dengan

dirinya yang palsu apalagi status palsu. Menjalani hidup apa adanya adalah suatu

kebahagiaan yang melegakan karena sebagian dari kita ada yang menjalani

kehidupan dengan topengnya. Saat berhadapan dengan orang lain ia akan

menampilkan dirinya yang penuh wibawa, omongannya bijaksana, dan lagaknya

seperti orang kaya. Tapi sebenarnya hatinya hancur, kepribadiannya tidak jelas,

dan karakternya runtuh. Orang seperti itu hanyalah sampah yang mengotori

kehidupan kita.

 Memiliki spontanitas, kesederhanaan, tidak dibuat-buat

Mereka yang mengaktualisasikan dirinya mempunyai kode etik yang lebih

pribadi sifatnya dan tidak terpengaruh dengan apa yang dianggap baik atau

buruk oleh orang banyak. Mereka meperhatikan pengembangan diri,

menghargai hal-hal yang sederhana, perasaannya mendalam dan mudah

menyatakannya kepada orang lain. Sehingga kita dapat melihat mereka mudah

sekali mengungkapkan kekagumannya akan segala sesuatu. Tampak seperti

pribadi yang bersyukur dan bebas menjadi aura yang terpancar dari dalam

dirinya. Seperti poin di atas, mereka menampilkan dirinya yang sesungguhnya.

7
B. WANITA KARIR

1. Pengertian Wanita Karir

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988) karis berasal

dari karier (Belanda) yang berarti pertama, perkembangan dan kemajuan dalam

kehidupan, pekerjaan dan jabatan. Kedua, pekerjaan yang memberikan harapan

untuk maju. Selain itu kata karir selalu dihubungkan dengan tingkat atau jenis

pekerjaan seseorang. Wanita karir berarti wanita yang berkecimpung dalam

kegiatan profesi (usaha dan perusahaan). Dengan demikian dapat dirumuskan

bahwa “wanita karir” adalah wanita yang menekuni sesuatu atau beberapa

pekerjaan yang dilandasi oleh keahlian tertentu yang dimilikinya untuk

mencapai suatu kemajuan dalam hidup, pekerjaan, atau jabatan.

Pengertian wanita karir sebagaimana dirumuskan diatas nampaknya

tidak identik dengan “wanita pekerja”. Menurut Omas Irohim, wanita pekerja

adalah mereka yang hasil karyanya akan mendapat imbalan uang. Meskipun

imbalan tersebut tidak langsung diterimanya. Ciri-ciri dari wanita pekerja

inilah ditekankan pada hasil berupa imbalan keuangan, pekerjaannya tidak

harus ikut dengan orang lain, ia bisa bekerja sendiri yang terpenting dari hasil

pekerjaannya menghasilkan uang dan kedudukannya bisa lebih tinggi dan

lebih rendah dari wanita karir, seperti wanita yang terlibat dalam

perdagangan.

Sedangkan wanita yang biasa disebut dengan “Tenaga Kerja Wanita”

(TKW) adalah wanita yang mampu melakukan pekerjaan didalam maupun

diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat. Ciri dari wanita ini adalah kemampuan melakukan

8
pekerjaan untuk mengasilkan jasa atau barang, bepenghasilan lebih tinggi

bahkan punya kedudukan yang tinggi yang berpenghasilan besar dan tidak

identik dengan babu atau pembantu rumah tangga, dokter para ahli wanita

dan sejenisnya sebagian tenaga kerja wanita masuk dalam kategori ini.

2. Beberapa ciri wanita karir:

a. Wanita yang aktif melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai suatu

kemajuan.

b. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan itu merupakan kegiatan-kegiatan

profesional sesuai dengan bidang yang ditekuninya, baik di bidang

politik, ekonomi, pemerintah, ilmu pengetahuan, ketentaraan, sosial,

budaya pendidikan, maupun di bidang-bidang lainnya.

c. Bidang pekerjaan yang ditekuni oleh wanita karir adalah pekerjaan

yang sesuai dengan keahliannya dan dapat mendatangkan kemajuan

dalam kehidupan, pekerjaan, atau jabatan.

3. Motivasi yang mendorong wanita terjun ke Dunia karir antara lain:

a. Merasa memiliki pendidikan yang lebih.

b. Terpaksa oleh keadaan dan kebutuhan yang mendesak, karena

c. keadaan keuangan tidak menentu atau pendapatan suami tidak

memadai/mencukupi kebutuhan, atau karena suami telah meninggal

dan tidak meninggalkan harta untuk kebutuhan anak-anak dan rumah

tangga.

d. Untuk ekonomis, agar tidak tergantung kepada suami, walaupun

9
suami mampu memenuhi segala kebutuhan rumah tangga namun

karena sifat wanita yang berfikiran selagi ada kemampuan sendiri,

tidak ingin selalu meminta kepada suami.

e. Untuk mengisi waktu luang.

f. Untuk mengembangkan bakat.

4. Dampak positif dan negatif wanita karir:

Terjunya wanita dalam dunia perekonomian/karir, banyak membawa

pengaruh terhadap segala aspek kehidupan, baik kehidupan pribadi dan keluarga,

maupun kehidupan masyarakat sekitarnya. Hal ini dapat menimbulkan dampak

positif dan negatif.

1. Dampak positif antara lain:

a). Dengan berkarir, wanita dapat membantu meringankan beban keluarga

yang tadinya hanya dipikul suami yang mungkin kurang memenuhi

kebutuhan, tetapi dengan adanya wanita ikut berkiprah dan mencari

nafkah, maka krisis ekonomi dapat diatasi.

b). Dengan berkarir, wanita dapat memberikan pengertian dan

penjelasan kepada keluarganya, utamanya kepada putra-putrinya

tentang kegiatan-kegiatan yang diikutunya, sehingga jika sukses dan

berhasil dalam karirnya putra-putrinya akan bangga dan gembira,

bahkan menjadikan ibunya sebagai panutan dan suri teladan bagi masa

depanya.

c). Dalam memajukan dan mensejahterakan masyarakat dan bangsa

diperlukan partisipasi serta keikutsertaan kaum wanita, karena dengan

10
segala potensinya wanita mampu dalam hal ini, bahkan ada pekerjaan

yang tidak bisa dilaksanakan oleh pria dapat berhasil ditangani oleh

wanita, baik karena keahlianya maupun karena bakatnya.

d). Dengan berkarir, wanita dalam mendidik anaknya pada umumnya lebih

bijaksana, demokratis dan tidak otoriter, sebab dengan karirnya itu bisa

memiliki pola pikir yang moderat.

e). Dengan berkarir, wanita yang menghadapi kemelut dalam rumah

tanggganya atau sedang mendapat gangguan jiwa, akan terhibur dan

jiwanya akan menjadi sehat. Dengan berkarir, sorang wanita akan

disibukkan dengan aktivitas yang membuatnya lupa pada masalah-

masalah yang dihadapinya.

2. Dampak negatif antara lain:

a). Terhadap anak, wanita yang hanya menggutamakan karirnya akan

berpengaruh pada pembinaan dan pendidikan anak-anak maka tidak

aneh kalau banyak terjadi hal-hal yang tidak di harapkan. Hal ini harus

diakui sekalipun tidak bersifat menyeluruh bagi setiap individu yang

berkarir.

b). Terhadap suami, di balik kebanggan suami yang mempunyai isteri

wanita karir yang maju, aktif dan kreatif, pandai dan dibutuhakn

masyarakat tidak mustahil menemui persoalan-persoalan dengan

isterinya.

c). Terhadap rumah tangga, kadang-kadang rumah tangga berantakan

disebabkan oleh kesibukan ibu rumah tangga sebagai wanita karir yang

waktunya banyak tersedia oleh pekerjaanya di luar rumah.

11
d). Terhadap kaum laki-laki, laki-laki banyak menggangur adanya wanita

karir, kaum laki-laki tidak memperoleh kesempatan untuk bekerja, karena

jatahnya telah direnggut atau di rampas kaum wanita.

e). Terhadap masyarakat. Wanita karir yang kurang memperdulikan segi-

segi normatif dalam pergaulan dengan lain jenis dalam lingkungan

pekerjaan atau dalam kehidupan sehari-hari akan mnimbulkan dampak

negatif terhadap kehidupan suatu masyarakat.

C. Kerangka Berpikir

Wanita yang
mengurus Rumah
Tangga

Bekerja di
instansi

Aktualisasi Diri

12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian
Peneliti menggunakan metode kualitatif karena berusaha untuk

mengetahui bagaimana “Aktualisasi Diri pada Wanita Karir yang Mengurus

Rumah Tangga di PT. PLN (Persero) Cabang Manado”. Jenis penelitian ini

adalah kualitatif fenomenologi, yaitu menjelaskan fenomena perilaku manusia

yang dialami dalam kesadaran.

Penelitian ini akan menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya

deskriptif yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan studi

dokumentasi.

Menurut Sarantoks (Poerwandari, 1998), pandangan mendasar dalam

penelitian kualitatif sebagai suatu metode penelitian adalah bahwa realitas sosial

merupakan sesuatu yang subjektif dan diinterpretasikan, bukan sesuatu yang

berada diluar individu-individu. Manusia tidak secara sederhana mengikuti

hukum-hukum alam diluar diri melainkan menciptakan rangkaian makna dalam

menjalani kehidupannya, ilmu didasarkan pada pengetahuan sehari-hari, bersifat

induktif, idiografis dan tidak bebas nilai, serta penelitian ini bertujuan untuk

memahami kehidupan sosial.

B. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini untuk menentukan subjek, dengan menggunakan

metode purposive sampling. Menurut Notoatmodjo (2010) purposive sampling

adalah pengambilan sampel yang berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu

13
seperti sifat-sifat populasi ataupun ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya.

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan,

selebihnya adalah tambahan seperti dokumen lainnya.

Subjek penelitian ini adalah wanita karir yang mengurus rumah tangga di

PT. PLN (Persero) Cabang Manado sebanyak 4 orang.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian akan dilaksanakan di PT. PLN (Persero) Cabang


Manado.

D. Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
sebagai berikut :
1. Wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu


masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan di mana dua orang
atau lebih berhadapan secara fisik. Wawancara digunakan untuk mengadakan
komunikasi dengan subjek penelitian sehingga diperoleh data yang diperlukan.
Wawancara dianggap selesai apabila sudah menemui titik jenuh, yaitu sudah
tidak ada lagi hal yang ditanyakan. Tujuan wawancara yaitu untuk mendapatkan
sebuah data dari tangan pertama (primer), sebagai pelengkap sebuah teknik
pengumpulan lainnya, dan untuk menguji hasil pengumpulan data lainnya.

Dalam penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur, yaitu


peneliti membuat panduan / pedoman wawancara berdasarkan garis besar dan
akan berkembang pada saat wawancara, berdasarkan situasi dan kondisi subjek
penelitian.

14
2. Observasi

Menurut Poerwandari (2005) observasi adalah melihat atau


memperhatikan serta melakukan pencatatan secara akurat pada fenomena atau
obyek yang diamati. Sebelum melakukan observasi peneliti terlebih dahulu
mengadakan pendekatan dengan subjek penelitian, kegiatan ini dilakukan untuk
menjalin keakraban antara peneliti dengan subjek penelitian.

Nasution dalam Sugiyono (2006) menyatakan bahwa observasi adalah


dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan
data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat
canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil maupun yang sangat jauh
dapat diobservasi dengan jelas.

Marshall dalam Sugiyono (2006) menyatakan bahwa “through


observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to
those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna
dari perilaku tersebut.

Penelitian ini menggunakan jenis observasi non partisipan dimana peneliti


tidak ikut serta terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang subjek lakukan.
Pengamatan dilakukan menggunakan pengamatan terstruktur yaitu dengan
melakukan pengamatan menggunakan pedoman observasi pada saat pengamatan
dilakukan. Observasi pada penelitian ini mengamati tempat, suasana, postur
tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, gerakan tubuh, dan menggunakan format
catatan lapangan atau fieldnote.

E. ANALISIS DATA
Menurut Moleong, L.J., (2010) secara umum proses analisis data kualitatif
mencakup :
1. Reduksi data
a. Identifikasi satuan (unit). Pada mulanya diidentifikasikan adanya satuan
yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna
bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian.

15
b. Sesudah satuan diperoleh, langkah berikutnya adalah membuat koding.
Membuat koding berarti memberikan kode pada setiap satuan, agar
supaya tetap dapat ditelusuri data/satuannya berasal dari sumber mana .
c. Kategorisasi
1. Menyusun kategori. Kategori adalah upaya memilah-milah setiaap
satuan kedalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan.
2. Setiap kategori diberi nama yang disebut “label”.

2. Pemeriksaan keabsahan data

Dalam penelitian kualitatif, ada kriteria kredibilitas atas derajat


kepercayaan. Teknik pemeriksaan diri kriteria kredibilitas adalah dengan
triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar itu pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data tersebut. (Moleong, L.J., 2010).

3. Penafsiran data

Tujuan yang ingin dicapai dalam penafsiran data ini adalah deskripsi
analitik yang merupakan rancangan organisasional dan dikembangkan
dalam kategori-kategori yang ditemukan dan hubungan yang muncul dari
data (Schaltzman & Strauss dalam Moleong, L.J., 2010).

4. Kesimpulan

Setelah peneliti memperoleh pemahaman mendalam tentang


keseluruhan data yang diolah, maka peneliti dapat menarik kesimpulan
atas permasalahan dalam penelitian.

16
F. UJI KEABSAHAN DATA
Moleong, L.J., (2010) mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan
keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi beberapa
hal yaitu:
i. Mendemonstrasikan nilai yang benar.
ii. Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan.
iii. Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang
konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan
keputusan-keputusannya.

Teknik yang dipergunakan untuk menguji keabsahan data ada pada


penelitian ini adalah triangulasi.

Menurut Denzin (dalam Moleong, 2006), triangulasi dapat dibedakan


dalam:

1. Triangulasi sumber, yaitu digunakanya variasi sumber-sumber data


yang berbeda.
2. Triangulasi peneliti, disertakannya beberapa peneliti atau evaluator
yang berbeda.
3. Triangulasi teori, digunakanya beberapa perspektif yang berbeda untuk
menginterpretasi data yang sama.
4. Triangulasi metode, digunakannya beberapa metode yang berbeda
untuk meneliti satu hal yang sama.

Berdasarkan penjelasan diatas maka uji keabsahan data dalam penelitian


ini akan menggunakan triangulasi, yaitu jenis triangulasi sumber.

17
Dafta Pustaka

Apollo & Andi Cahyadi. 2012. Konflik Peran Ganda Perempuan Menikah
yang Bekerja Ditinjau dari Dukungan Sosial Keluarga dan Penyesuaian Diri.
Madiun : Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Widya
Mandala Madiun.

A.S. Munandar. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Depok : Penerbit


Universitas Indonesia (UI Press).

Betsy Amanda Syauta & Reny Yuniasanti. 2014. Hubungan antara


Kebutuhan Aktualisasi Diri dengan Motivasi Kerja pada Wanita Karier di PT
Kusuma Sandang Mekarjaya. Jurnal Sosio Humaniora.

Depdikbud, (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Feist, Jess dan Feist, Gregory. 2010. Teori Kepribadian. Buku 2. Jakarta:
Salemba Humanika.

Hambali, A dan Jaenudin, U. 2013. Psikologi kepribadian. Bandung: CV.


Pustaka Setia.

Hersinta & Veronika Soepomo. 2011. Aktualisasi Diri dalam


Mengkomunikasikan Meaning of Suffering pada Ibu dengan Anak Penyandang Autis.
Journal of Communication.

Moleong, J. Lexi. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.


Remaja Rodaskarya.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.

Poerwandari, E.K. 2005. Pendekatan Kualitatif untuk penelitian perilaku


manusia. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan pendidikan
Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Poerwandari, E. Kristi. (1998). Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian


Psikologi. Jakarta:LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

18
Rahmadita, Irma. 2013. Hubungan antara Konflik Ganda dan Dukungan
Sosial Pasangan dengan Motivasi Kerja Pada Karyawati di Rumah Sakit Abdul Rivai
Berau. eJournal Psikologi.

Sugiyono.2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.


Bandung:Alfabeta.

Wahab, Rohman Solehudin. (1999). Perkembangan dan Belajar Peserta


Didik. Jakarta: DEPDIKBUD.

19

Anda mungkin juga menyukai