Anda di halaman 1dari 176

LAPORAN AKHIR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk
lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Di Indonesia
penataan ruang diatur dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan
ruang. Di dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa penataan ruang dibagi menjadi
beberapa hirarki, yaitu penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi,
dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota. Kota Magelang sendiri sebagai hirarki paling
kecil dari penataan ruang telah mengatur tata ruangnya pada tahun 2011. Penataan ruang
di Kota Magelang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Magelang Tahun 2011-2031.
Seiring dengan bertambahnya waktu, Kota Magelang mengalami perkembangan
secara menerus sampai saat ini. Pertumbuhan fisik dan transformasi sosial ekonomi
masyarakat mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Peningkatan kebutuhan terhadap
perumahan, perdagangan dan jasa, dan fasilitas pendukung lainnya menjadi sebuah
keniscayaan yang dihadapi Kota Magelang. Akibat dari perkembangan tersebut adalah
semakin banyaknya lahan-lahan yang beralih fungsi, terutama lahan pertanian menjadi
perumahan maupun perdagangan dan jasa. Hal ini berpotensi terjadinya kekurangsesuaian
dalam pemanfaatan rencana tata ruang sehingga terjadi penyimpangan karena adanya
kecenderungan penggunaan lahan eksisting saat ini tidak sama dengan rencana
peruntukannya. Oleh karena itu diperlukan sebuah kajian mengenai peninjauan kembali
rencana tata ruang di Kota Magelang untuk mengetahui rencana penataan ruang dan
kondisi eksisting di lapangan saat ini.
Pemerintah wilayah kota sendiri memiliki wewenang untuk melakukan peninjauan
kembali rencana tata ruang. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang, Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang, dan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang dimana rencana tata ruang dapat ditinjau
kembali satu kali dalam lima tahun. Peninjauan kembali RTRW Kota Magelang merupakan
suatu proses yang dilakukan secara berkala selama jangka waktu perencanaan berjalan
agar rencana tata ruang memiliki fungsi seperti yang ditetapkan dalam undang-undang.
Setelah hampir melewati periode lima tahun pertama, maka perlu dilakukan kajian
terhadap perkembangan pemanfaatan ruang terhadap perubahan atau penyimpangan
I- 1
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

sesuai dinamika pembangunan di Kota Magelang. Kajian evaluasi dan peninjauan kembali
Perda RTRW Kota Magelang sebagai identifikasi awal dan dasar untuk melaksanakan
perubahan rencana tata ruang, dimana kajian ini dilakukan untuk mengetahui secara awal
kualitas rencana tata ruang wilayah yang ada dan membandingkan rencana tata ruang
dengan realisasi pemanfaatan ruangnya untuk melihat kesesuaian dan/ atau simpangan
rencana tata ruang yang dipengaruhi faktor internal maupun eksternal.

1.2. DASAR HUKUM


Dasar hukum yang digunakan dalam Penyusunan Kajian Evaluasi RTRW Kota
Magelang antara lain:
1. Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
2. Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
3. Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 2000 tentang Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang
Wilayah;
5. Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
6. Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 28 tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi
Rancangan Peraturan Daerah;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 50 tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi
Penataan Ruang Daerah;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 47 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten / Kota
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 nomor 647);
10. Peraturan Daerah No. 6 tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Jawa Tengah tahun 2009-2029;
11. Peraturan Daerah No. 4 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Magelang Tahun 2011-2031.

1.3. TUJUAN DAN SASARAN


1.3.1. Tujuan
Maksud dari penyusunan Kajian Evaluasi dan Peninjauan Kembali Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) adalah untuk melakukan evaluasi dan penilaian terhadap kualitas,
kesahihan serta mengevaluasi tingkat permasalahan pemanfaatan ruang berupa simpangan
I- 2
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang wilayah yang sudah ditetapkan sehingga
nantinya akan diketahui perlu tidaknya revisi terhadap rencana tata ruang yang sudah
ditetapkan tersebut (Perda RTRW Kota Magelang Tahun 2011-2031).

1.3.2. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dari kajian peninjauan kembali rencana tata ruang ini
adalah:
1. Tersusunnya dokumen evaluasi dan peninjauan kembali RTRW Kota Magelang Tahun
2011-2031; dan
2. Terumuskannya rekomendasi hasil evaluasi dan peninjauan kembali RTRW Kota
Magelang Tahun 2011-2031.

1.4. RUANG LINGKUP


1.4.1. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah dalam kegiatan ini yaitu Kota Magelang yang termasuk dalam
wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Kota Magelang terdiri dari tiga kecamatan dan
17 kelurahan dengan luas wilayah sebesar 18,12 km2.

I- 3
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Peta 1.1 Peta Adminstrasi Kota Magelang

I- 4
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

1.4.2. Ruang Lingkup Materi


Ruang lingkup materi kegiatan peninjauan kembali RTRW Kota Magelang ini adalah:
1. Pengkajian
Pengkajian dalam hal ini dilakukan terhadap RTRW dan peraturan perundang-undangan
dan kebijakan lainnya yang terkait dengan pelaksanaan RTRW.

2. Evaluasi
Evaluasi terhadap RTRW dilakukan dengan melihat tiga hal, yaitu:
a. Tingkat kualitas RTRW
Tingkat kualitas RTRW dinilai dengan memperhatikan:
 Kelengkapan muatan RTRW;
 Kedalaman pengaturan muatan RTRW; dan
 Kesesuaian antara muatan RTRW dan karakteristik daerah.
b. Tingkat kesahihan RTRW
Tingkat kesahihan RTRW dinilai dengan memperhatikan kesesuaian antara materi
muatan RTRW dan berbagai peraturan perundang-undangan terkait.
c. Tingkat permasalahan pemanfaatan ruang
Tingkat permasalahan pemanfaatan ruang dinilai dengan memperhatikan
kesesuaian antara RTRW dan pemanfaatan ruang di lapangan.

3. Penilaian
Penilaian dilakukan untuk memberikan rekomendasi setelah dilakukan evaluasi.
Penilaian ini berupa rekomendasi tidak perlu dilakukan revisi terhadap RTRW atau
rekomendasi perlunya dilakukan revisi terhadap RTRW.
Rekomendasi perlunya dilakukan revisi terhadap RTRW diberikan jika:
a. terjadi perubahan kebijakan yang mempengaruhi pelaksanaan RTRW;
b. terdapat dinamika pembangunan yang menuntut perlunya dilakukan revisi RTRW;
dan/atau
c. berdasarkan hasil evaluasi dinyatakan tingkat kualitas RTRW tidak baik, tingkat
kesahihan rendah, dan/atau tingkat permasalahan pemanfaatan ruang berupa
simpangan pemanfaatan ruang besar.

I- 5
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

1.5. SISTEMATIKA LAPORAN


Sistematika pelaporan dari laporan pendahuluan ini terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, dasar hukum, tujuan dan sasaran, ruang lingkup,
dan sistematika laporan.
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOTA MAGELANG
Bab ini terdiri dari tinjauan kebijakan pengembangan Kota Magelang terhadap
RTRW Provinsi Jawa Tengah dan tinjauan kebijakan RTRW Kota Magelang.
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KOTA MAGELANG
Bab ini terdiri dari kondisi administratif dan geografis, kondisi fisik alam, penggunaan
lahan, kondisi kependudukan, kondisi penyediaan fasilitas wilayah, kondisi
penyediaan prasarana wilayah, dan kondisi perekonomian Kota Magelang.
BAB IV PENDEKATAN DAN METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
Bab ini terdiri dari alur piker pelaksanaan pekerjaan, pendekatan pelaksanaan
pekerjaan, konsep dasar peninjauan kembali RTRW kota, tahapan kegiatan
peninjauan kembali RTRW dan metode pelaksanaan pekerjaan.
BAB V RENCANA KERJA PELAKSANAAN KEGIATAN
Bab ini berisi tahapan pelaksanaan, tenaga ahli dan tanggung jawabnya, jadwal
penugasan tim, organisasi pelaksanaan pekerjaan dan jadwal pelaksanaan.

I- 6
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOTA MAGELANG

2.1. KAJIAN PENGEMBANGAN KOTA MAGELANG DALAM RTRW PROVINSI JAWA


TENGAH
Kajian pengembangan Kota Magelang dalam RTRW Provinsi Jawa Tengah
digunakan untuk mengetahui kedudukan Kota Magelang terhadap wilayah yang lebih luas
yaitu Provinsi Jawa Tengah. Kedudukan tersebut terkait dengan kebijakan dan strategi
pengembangan Kota Magelang yang sesuai dengan fungsi dan peranannya di dalam
rencana pengembangan provinsi secara keseluruhan yang dituangkan dalam rencana
struktur dan rencana pola ruang operasional.
2.1.1 Rencana Struktur Ruang Kota Magelang dalam RTRW Provinsi Jawa Tengah
Rencana pengembangan struktur ruang wilayah Provinsi Jawa Tengah dan terkait
dengan struktur ruang Kota Magelang terdiri dari:
a) Sistem perkotaan;
b) Sistem perwilayahan; dan
c) Sistem jaringan prasarana wilayah.

Tabel 2.1
Rencana Struktur Ruang Kota Magelang dalam RTRW Provinsi Jawa Tengah
Aspek Rencana Pengembangan Kota Magelang
Sistem Perkotaan
Pusat Kegiatan Wilayah Kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
(PKW) provinsi atau beberapa kabupaten/kota
Sistem Perwilayahan
Kawasan Purwomanggung Memiliki fungsi pengembangan sebagai pusat pelayanan lokal dan
(Purworejo, Wonosobo, Kota provinsi
dan Kabupaten Magelang,
dan Temanggung)
Sistem Jaringan Prasarana Transportasi
Sistem Prasarana a. Rencana pengembangan jalan arteri primer yaitu Bawen-
Transportasi Jalan Magelang-Perbatasan Yogyakarta
b. Rencana pengembangan jalan kolektor primer yaitu Magelang-
Salatiga
c. Rencana pengembangan terminal penumpang jalan Tipe A di
Kota Magelang
Prasarana Transportasi Rencana pengembangan kereta api komuter yaitu jalur Magelang-
Kereta Api Yogyakarta
Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi
Sistem Jaringan Prasarana Pengembangan sistem jaringan prasarana telekomunikasi meliputi:
Telekomunikasi a. Pembangunan jaringan telepon kabel
b. Pembangunan jaringan layanan internet pada fasilitas umum
Sistem Jaringan Prasarana Sumberdaya Air
Pengembangan Sungai Pengembangan sungai meliputi wilayah sungai progo opak serang
Pengembangan Embung Pengembangan embung meliputi:
a. Pembuatan embung-embung untuk kebutuhan air baku,
pertanian, dan pengendalian banjir

II- 1
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Aspek Rencana Pengembangan Kota Magelang


b. Pembuatan area resapan air melalui program konversi lahan
tidak produktif
Pengembangan Jaringan Air Pengembangan jaringan air bersih meliputi:
Bersih a. Pembangunan bendungan di sungai-sungai yang potensial
sebagai upaya memperbanyak tampungan air bagi keperluan
cadangan air baku
b. Pembangunan jaringan air bersih perpipaan
Pengembangan Jaringan Pengembangan jaringan air bersih meliputi peningkatan jaringan
Irigasi irigasi teknis untuk memenuhi luasan lahan pertanian pangan
berkelanjutan
Sistem Jaringan Prasarana Energi
Pengembangan Prasarana Pengembangan prasarana kelistrikan meliputi pembangkit listrik
Kelistrikan tenaga alternatif
Pengembangan Prasarana Pengembangan prasarana energi BBM dan gas meliputi
Energi BBM dan Gas pembangunan stasiun pengisian bahan bakar umum dan stasiun
pengisian bahan bakar elpiji
Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan
Pengembangan Prasarana Pengembangan prasarana persampahan dilaksanakan dengan
Persampahan pendekatan pengurangan, pemanfaatan kembali dan daur ulang
meliputi TPA Regional di Purwomanggung
Pengembangan Prasarana Pengembangan prasarana limbah dan drainase meliputi:
Limbah dan Drainase a. Penyediaan sistem pengolahan limbah cair domestik sesuai
kebutuhan
b. Pembangunan IPAL dan IPLT
c. Pengembangan sistem drainase terpadu
d. Pengembangan sumur resapan di tiap bangunan
Pengembangan Sistem Rencana pengembangan sistem prasarana lingkungan meliputi:
Prasarana Lingkungan a. Kerjasama antar wilayah dalam hal pengelolaan dan
penanggulangan masalah sampah
b. Pengalokasian tempat pembuangan akhir sesuai dengan
persyaratan teknis
c. Pengolahan dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan
sesuai dengan kaidah teknis
d. Pemilihan lokasi untuk prasarana lingkungan harus sesuai
dengan daya dukung lingkungan
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029

2.1.2 Rencana Pola Ruang Kota Magelang dalam RTRW Provinsi Jawa Tengah
Secara umum rencana pola ruang terdiri dari kawasan lindung dan kawasan
budidaya. Arahan pola ruang dalam RTRW Provinsi Jawa Tengah masih bersifat umum
sehingga harus diperjelas lagi di dalam rencana pola ruang di Kota Magelang. Rencana pola
ruang Provinsi Jawa Tengah dan terkait dengan rencana pola ruang Kota Magelang dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.2
Rencana Pola Ruang Kota Magelang dalam RTRW Provinsi Jawa Tengah
Aspek Rencana Pengembangan Kota Magelang
Kawasan Lindung
Kawasan Yang Memberi Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan
Perlindungan Terhadap bawahannya meliputi kawasan lindung yang dikelola oleh
Kawasan Bawahannya masyarakat
Kawasan Perlindungan Kawasan perlindungan setempat meliputi:
Setempat a. Kawasan sempadan sungai dan saluran irigasi
b. Kawasan ruang terbuka hijau

II- 2
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Aspek Rencana Pengembangan Kota Magelang


Kawasan Suaka Alam, Kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan kawasan
Kawasan Pelestarian Alam, cagar budaya meliputi kawasan cagar budaya dan ilmu
dan Kawasan Cagar Budaya pengetahuan
Kawasan Rawan Bencana Kawasan rawan bencana alam meliputi kawasan rawan letusan
Alam gunung berapi
Kawasan Perlindungan Kawasan perlindungan plasma nutfah meliputi kawasan
Plasma Nutfah perlindungan plasma nutfah di daratan
Kawasan Budidaya
Kawasan Hutan Rakyat Rencana pengembangan kawasan hutan rakyat di Kota Magelang
Kawasan Peruntukan Kawasan peruntukan pertanian meliputi:
Pertanian a. Kawasan pertanian lahan basah
b. Kawasan pertanian lahan kering
Kawasan Peruntukan Kawasan peruntukan peternakan meliputi:
Peternakan a. Peternakan besar dan kecil
b. Peternakan unggas
Kawasan Peruntukan Kawasan peruntukan perikanan meliputi:
Perikanan a. Perikanan budidaya air payau
b. Perikanan budidaya air tawar
Kawasan Peruntukan Kawasan peruntukan permukiman meliputi permukiman perkotaan.
Permukiman
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029

2.2. KAJIAN RTRW KOTA MAGELANG TAHUN 2011-2031


2.2.1. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kota Magelang
Tujuan penataan ruang Kota Magelang adalah mewujudkan ruang daerah sebagai
kota jasa bertaraf regional yang berbudaya, maju, dan berdaya saing dalam masyarakat
madani dan mampu menyejahterakan masyarakat, aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan.
Adapun kebijakan dan strategi penataan ruang untuk mewujudkan tujuan tersebut
terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a) kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang Kota Magelang;
b) kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang Kota Magelang; dan
c) kebijakan dan strategi penetapan kawasan strategis Kota Magelang.

A. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang


Kebijakan pengembangan struktur ruang Kota Magelang adalah sebagai berikut:
1) Penataan dan pengembangan pusat-pusat kegiatan yang mampu meningkatkan
peran dan fungsi Kota Magelang menjadi Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di
Purwomanggung
Strategi:
 meningkatkan keterkaitan antara Kota Magelang sebagai PKW dengan kawasan
Purwomanggung sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL);
 menata, mengembangkan, dan/atau membangun kawasan pusat-pusat kegiatan
perekonomian Daerah yang mempunyai skala pelayanan regional yang terdiri

II- 3
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

dari Kawasan Armada Estate, Kawasan Kebonpolo, Kawasan Alun-alun,


Kawasan Jalan Pemuda, Kawasan Sentra Perekonomian Lembah Tidar,
Kawasan Taman Kyai Langgeng, Kawasan Soekarno Hatta, dan Kawasan Pasar
Tradisional Rejowinangun;
 menata, mengembangkan, mengkoordinasi, dan/atau membangun kawasan
pusat-pusat kegiatan pendidikan Kota Magelang yang mempunyai skala
pelayanan regional yang terdiri dari Kawasan Sidotopo, Kawasan GOR Samapta,
Kawasan AKPER Kramat Utara, Kawasan Taman Parkir, Kawasan UNTID
Potrobangsan, dan Kawasan AKMIL Magersari; dan
 menata, mengembangkan, mengkoordinasi dan/atau membangun kawasan
pusat-pusat kegiatan kesehatan Kota Magelang yang terdiri dari Kawasan RSU
Tidar Kemirirejo, Kawasan RST Wates, Kawasan Komplek Rumah Sakit Jiwa
Kramat Utara, Kawasan RSI Sanden, Kawasan Rumah Sakit Harapan, Kawasan
Rumah Sakit Amanda, Kawasan Rumah Sakit Gladiol, dan Kawasan Balai
Pengobatan Paru-paru Jalan Jenderal Sudirman.
2) Pengembangan dan peningkatan akses, serta jangkauan pelayanan kawasan pusat-
pusat kegiatan dan pertumbuhan ekonomi wilayah Kota Magelang yang merata dan
berhierarki guna meningkatkan produktifitas dan daya saing Kota Magelang
Strategi:
 menjaga dan meningkatkan akses keterkaitan fungsi kawasan pusat kegiatan
utama perkotaan dengan kawasan pusat-pusat kegiatan perkotaan lainnya, yaitu
antara kawasan pusat-pusat kegiatan utama ekonomi, pendidikan, dan
kesehatan Kota Magelang dengan pusat-pusat kegiatan lainnya yang terdiri dari
pusat kegiatan permukiman, pusat kegiatan pemerintahan, dan pusat kegiatan
pelayanan sosial;
 mengembangkan dan menata pusat pertumbuhan kegiatan baru secara
berhierarki;
 mendorong kawasan kegiatan utama perkotaan dan pusat pertumbuhan kegiatan
baru agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah
sekitarnya; dan
 meningkatkan peran dan fungsi kawasan kegiatan perkotaan yang potensial
menjadi pusat pelayanan tingkat kota, yang dimaksud dengan “kawasan
perkotaan yang potensial” adalah kawasan dengan fungsi tertentu yang
mempunyai kemampuan untuk tumbuh dan berkembang menjadi kawasan yang
unggul dan mendukung pengembangan wilayah Kota Magelang.

II- 4
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

3) Pengembangan sistem sarana dan prasarana yang terintegrasi dengan sistem


regional, provinsi, dan nasional
Strategi:
 memadukan, meningkatkan, dan/atau membangun jaringan infrastruktur
transportasi darat yang terdiri dari jaringan jalan beserta pendukungnya, sarana
terminal penumpang dan barang, dan lokasi pergantian moda transportasi
barang dan orang secara terintegrasi dengan jaringan pelayanan transportasi
regional, provinsi, dan nasional;
 memadukan, menata, dan/atau membangun jaringan pengolahan sampah
Daerah dengan Kawasan Kabupaten Magelang secara terintegrasi melalui
Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Regional; dan
 memadukan, mengembangkan, dan menjaga kualitas jaringan irigasi Kali Progo
Manggis sebagai bagian infrastruktur pengairan Pemerintah dan Kali Bening
sebagai bagian infrastruktur pengairan Provinsi Jawa Tengah untuk menunjang
pengembangan lahan pertanian pangan berkelanjutan.

4) Pengembangan peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem sarana dan


prasarana yang terpadu dan merata di seluruh wilayah Kota Magelang sesuai
dengan arahan penyediaan yang berdasarkan standar yang berlaku
Strategi:
 meningkatkan kualitas dan kuantitas, menata, dan/atau membangun sistem
prasarana transportasi darat di Kota Magelang untuk kelancaran distribusi
barang/jasa dengan mengembangkan terminal tipe A, terminal tipe C, jaringan
jalan kota, sarana angkutan umum, prasarana pejalan kaki, dan prasarana
pendukung jaringan jalan;
 mengembangkan, menata, meningkatkan, dan/atau membangun sarana dan
prasarana telekomunikasi secara proporsional, efektif, dan efisien yang meliputi
jaringan telepon, stasiun televisi lokal Kota Magelang, jaringan penyiaran radio,
jaringan informatika, dan penataan tower;
 mengembangkan, menata, dan mewujudkan keterpaduan sistem prasarana
ketenagalistrikan yang meliputi jaringan transmisi, gardu induk distribusi, dan
jaringan distribusi energi kelistrikan, serta energi alternatif;
 mengembangkan, menata, dan mengintegrasikan sistem prasarana dan jaringan
pengairan irigasi Kota Magelang agar terpadu dengan jaringan irigasi regional
untuk menunjang kegiatan sektor pertanian pangan berkelanjutan;

II- 5
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

 mengembangkan, menata, meningkatkan, dan/atau membangun kualitas sistem


jaringan air bersih Kota Magelang meliputi sumber mata air, jaringan transmisi,
dan jaringan distribusi air bersih, serta sarana pendukungnya;
 menata, memantau, melindungi, dan mengkonservasi air tanah sebagai salah
satu sumber daya air bersih Kota Magelang dengan prinsip berkelanjutan;
 mengembangkan, menata, meningkatkan kualitas sistem pengelolaan sampah
Kota Magelang dengan metode penggunaan kembali sampah, reduksi sampah,
dan daur ulang sampah, serta membangun dan mewujudkan keterpaduan
sistem pengelolaan persampahan Kota Magelang dengan wilayah Kabupaten
Magelang;
 mengembangkan, menata, meningkatkan, dan/atau membangun secara
bertahap jaringan dan sarana pengolahan air limbah sehingga terpisah dengan
jaringan drainase untuk kesehatan dan keberlanjutan lingkungan Kota Magelang;
 mengembangkan, menata, meningkatkan, dan/atau membangun jaringan
drainase secara bertahap dan berhierarki sehingga tercapai keterpaduan sistem
drainase untuk menghindari genangan air dan/atau banjir akibat hujan di wilayah
Kota Magelang; dan
 mengembangkan, menata, meningkatkan, dan/atau membangun sarana dan
prasarana dasar lingkungan perumahan dan permukiman untuk mewujudkan
keterpaduan dengan sistem penyediaan jaringan pelayanan tingkat kota untuk air
bersih, persampahan, air limbah, dan drainase agar lebih berkualitas.

B. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang


Kebijakan pengembangan pola ruang Kota Magelang adalah sebagai berikut:
1) Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
Strategi:
 menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang udara, dan ruang di dalam
bumi yang meliputi hutan lindung, kawasan perlindungan setempat, RTH,
kawasan cagar budaya, dan kawasan rawan bencana alam;
 mengembangkan RTH untuk mencapai luasan 30% (tiga puluh persen) dari luas
wilayah Kota Magelang;
 mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun
akibat pengembangan kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan
memelihara keseimbangan ekosistem wilayah;
 mengembangkan, menata, mempertahankan, dan/atau meningkatkan kualitas
kawasan cagar budaya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pariwisata
Kota Magelang; dan

II- 6
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

 mengarahkan kawasan rawan bencana tanah longsor sebagai kawasan sabuk


hijau (green belt).
2) Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan
lingkungan hidup
Strategi:
 menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup,
sedangkan Yang dimaksud dengan “upaya terpadu” adalah dalam
penyelenggaraan pelestarian lingkungan hidup diperlukan integrasi rencana
pelestarian, sinkronisasi program, dan koordinasi dalam penyelenggaraan
pembangunan diantara para pemangku kepentingan di Kota Magelang;
 melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau
dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu
mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;
 melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau
kompenen lainnya yang dibuang kedalamnya;
 mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung
menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan
hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan;
 mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk
menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; dan
 mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di
kawasan rawan bencana.

3) Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya,


yang dimaksud dengan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya
mengandung pengertian bahwa kawasan budidaya yang dikembangkan bersifat
saling menunjang satu sama yang lainnya, sehingga dapat mewujudkan sinergi
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Strategi:
 menetapkan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis kota untuk
pemanfaatan sumber daya alam di ruang darat, ruang udara, dan ruang di dalam
bumi secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang
wilayah;
 mengembangkan kegiatan budidaya unggulan di dalam kawasan beserta
infrastruktur secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan
perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya;

II- 7
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

 mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek politik, pertahanan


dan keamanan, sosial budaya, dan ekonomi, serta ilmu pengetahuan dan
teknologi;
 mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan untuk
mewujudkan ketahanan pangan Kota Magelang dan/atau provinsi, serta
nasional; dan
 mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya lahan* untuk meningkatkan
kualitas permukiman, pariwisata, pertanian, dan industri, serta ruang kegiatan
sektor informal dan ruang terbuka non hijau.

4) Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung


lingkungan hidup
Strategi:
 mengoptimalkan ruang bagi kegiatan budidaya sesuai daya dukung lingkungan
hidup dan daya tampung lingkungan hidup;
 mengembangkan secara selektif bangunan fisik di kawasan rawan bencana
berdasarkan kajian teknis untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan
potensi kerugian akibat bencana;
 mengatur penggunaan teknologi yang berpotensi sebagai sumber ancaman atau
bahaya bencana;
 membatasi alih fungsi lahan pertanian sawah produktif melalui penataan
perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan dengan
mengoptimalkan pemanfaatan ruang secara vertikal dan tidak sporadic guna
mempertahankan lahan pangan berkelanjutan dan mengembangkan kawasan
tanah non produktif untuk kegiatan non pertanian;
 mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat mempertahankan keberadaan
kawasan dari dampak negatif yang mungkin timbul termasuk bencana; dan
 menyiapkan ruang dan jalur evakuasi bencana.

C. Kebijakan dan Strategi Penetapan Kawasan Strategis


Kebijakan penetapan kawasan strategis Kota Magelang adalah sebagai berikut:
1) Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk
mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan
keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan
kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya
Kota Magelang

II- 8
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Strategi:
 menetapkan kawasan Gunung Tidar sebagai kawasan strategis lingkungan hidup
yang berpengaruh pada fungsi lindung;
 mencegah dan membatasi pemanfaatan ruang di kawasan strategis kota yang
berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;
 membatasi pengembangan sarana dan prasarana di dalam dan di sekitar
kawasan strategis Kota Magelang yang dapat memicu perkembangan budidaya;
 mengembangkan kegiatan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis
Kota Magelang yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan
kawasan lindung dengan kawasan budidaya terbangun; dan
 merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak
pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis
Kota Magelang.

2) Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan dalam


kerangka ketahanan nasional
Strategi:
 mengkoordinasikan penataan kawasan strategis Nasional dengan fungsi khusus
kawasan pertahanan negara meliputi Kawasan Akademi Militer (AKMIL),
Kawasan Sekolah Calon Bintara (SECABA), Kawasan Komando Distrik Militer
(KODIM) dan Resimen Induk Kota Magelang Militer (RINDAM), dan Kawasan
Batalyon Artileri Medan (Yon ARMED) 11;
 mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar
kawasan strategis Kota Magelang untuk menjaga fungsi pertahanan dan
keamanan;
 mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak terbangun
di sekitar kawasan strategis Kota Magelang sebagai zona penyangga yang
memisahkan kawasan strategis Kota Magelang dengan kawasan budidaya
terbangun; dan
 turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan/TNI.

3) Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan


perekonomian Kota Magelang yang produktif, efisien, dan mampu berdaya saing
Strategi:
 menetapkan kawasan strategis Kota Magelang dengan fungsi pertumbuhan
ekonomi yang teridiri dari Kawasan Alun-alun, Kawasan Sentra Perekonomian

II- 9
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Lembah Tidar, Kawasan Sidotopo, Kawasan GOR Samapta, Kawasan Sukarno-


Hatta dan Kawasan Kebonpolo;
 mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar
kawasan strategis Kota Magelang untuk pengembangan ekonomi;
 mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya manusia
dan kegiatan budidaya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan
perekonomian Kota Magelang;
 menciptakan iklim investasi yang kondusif;
 mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung
dan daya tampung kawasan;
 mengelola dampak negatif kegiatan budidaya agar tidak menurunkan kualitas
lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;
 mengintensifkan promosi peluang investasi; dan
 meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.

4) Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa


Strategi:
 menetapkan kawasan strategis Kota Magelang dengan fungsi pelestarian
warisan budaya bangsa berupa kawasan heritage arsitektural dan museum;
 mengkoordinasikan penataan dan ikut memelihara kawasan strategis Nasional
dengan fungsi pelestarian warisan budaya bangsa berupa kawasan heritage
arsitektural dan museum;
 mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif dan melalui kajian teknis
zonasi di dalam dan di sekitar kawasan strategis sosial dan budaya bangsa;
 melestarikan keaslian fisik serta bentuk-bentuk bangunan yang ada di kawasan
strategis sosial dan budaya bangsa;
 meningkatkan kecintaan masyarakat akan nilai budaya yang mencerminkan jati
diri bangsa yang berbudi luhur; dan
 mengembangkan penerapan nilai budaya bangsa dalam kehidupan
bermasyarakat.

II- 10
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

2.2.2. Rencana Struktur Ruang Kota Magelang


Rencana struktur ruang Kota Magelang berdasarkan Rencana Tata Ruang Kota Magelang Tahun 2011-2031 adalah sebagai berikut:
a) Sistem perkotaan dan pembagian BWP;
b) Sistem jaringan prasarana wilayah kota, yang terdiri dari:
 Rencana prasarana transportasi darat;
 Rencana prasarana telekomunikasi;
 Rencana sistem prasarana sumberdaya air;
 Sistem prasarana energi/kelistrikan; dan
 Rencana infrastruktur perkotaan.

Tabel 2.3
Rencana Struktur Ruang Kota Magelang Tahun 2011-2031
Aspek Rencana Pengembangan Kota Magelang
Sistem Perkotaan dan Pusat BWP
Pusat pelayanan Kota Mempunyai cakupan pelayanan seluruh wilayah Kota Magelang dan regional yaitu Kawasan PURWOMANGGUNG
Magelang sebagai hinterland sehingga berfungsi sebagai pelayanan eksternal. Pusat pelayanan kota ditetapkan di BWP I yang
terdapat di Kawasan Alun-alun Kota Magelang. BWP I mencakup seluruh Kelurahan Panjang, sebagian Kelurahan
Rejowinangun Utara, seluruh Kelurahan Rejowinangun Selatan, sebagian Kelurahan Magelang, sebagian Kelurahan
Kemirirejo, sebagian Kelurahan Magersari, dan sebagian Kelurahan Cacaban. Fungsi utama adalah sebagai kawasan
pusat pelayanan sosial-ekonomi skala kota, rekreasi wisata perkotaan, dan permukiman dengan kepadatan tinggi.
Subpusat pelayanan Kota Direncanakan mempunyai cakupan pelayanan subwilayah kota dan terutama mempunyai skala pelayanan kota atau
Magelang sebagai pengungkapan fungsi kawasan dalam memberikan pelayanan bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam
kawasan atau masing-masing bagian wilayah kota (fungsi pelayanan internal).
Sub pusat pelayanan Kota Magelang terdiri dari:
a. Sub pusat pelayanan kota BWP II yaitu Kawasan Kebonpolo. BWP II mencakup seluruh wilayah Kelurahan
Potrobangsan; sebagian wilayah Kelurahan Wates, Gelangan, Cacaban dan Magelang. Fungsi utama dari BWP II
diarahkan untuk kegiatan permukiman, pendidikan tinggi, dan militer.
b. Sub pusat pelayanan kota BWP III yaitu Kawasan Taman Kyai Langgeng. BWP III mencakup seluruh Kelurahan
Jurangombo Utara dan Jurangombo Selatan, sebagian Kelurahan Magersari dan Kelurahan Kemirirejo. Fungsi
utama dari BWP III diarahkan untuk kegiatan rekreasi kota/wisata alam skala regional, pelestarian alam, pendidikan
angkatan darat, dan permukiman.
c. Sub pusat pelayanan kota BWP IV yaitu Kawasan Sukarno-Hatta. BWP IV mencakup sebagian Kelurahan

II- 11
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Aspek Rencana Pengembangan Kota Magelang


Rejowinangun Utara, sebagian Kelurahan Magersari, seluruh Kelurahan Tidar Utara dan seluruh Kelurahan Tidar
Selatan. Fungsi utama dari BWP IV diarahkan untuk kegiatan pusat pelayanan pemerintahan kota, industri, simpul
pergerakan barang, jasa, dan orang, dan permukiman.
d. Sub pusat pelayanan kota BWP V yaitu Kawasan Sidotopo. BWP V mencakup seluruh Kelurahan Kramat Utara,
seluruh Kelurahan Kramat Selatan, dan seluruh Kelurahan Kedungsari. Fungsi utama dari BWP V diarahkan untuk
kegiatan pendidikan, perdagangan dan jasa, sosial budaya, olahraga, dan rekreasi.
Pusat Lingkungan Mempunyai cakupan pelayanan skala lingkungan wilayah di Kota Magelang. Pusat lingkungan merupakan pusat
pelayanan skala lingkungan di BWP, meliputi:
a. Pusat pelayanan lingkungan BWP I, terdiri dari Kawasan Karesidenan dan Kawasan Rejowinangun;
b. Pusat pelayanan lingkungan BWP II, terdiri dari Kawasan Tuguran dan Kawasan Urip Sumohardjo;
c. Pusat pelayanan lingkungan BWP III, terdiri dari Kawasan Taman Parkir dan Kawasan Karet;
d. Pusat pelayanan lingkungan BWP IV, terdiri dari Kawasan Soka dan Kawasan Canguk; dan
e. Pusat pelayanan lingkungan BWP V, terdiri dari Kawasan Menowo dan Kawasan Sambung.
Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kota
Rencana Prasarana Pengembangan Jaringan Jalan
Transportasi Darat Pengembangan jaringan jalan di Kota Magelang terdiri dari pengembangan jalan arteri primer dan sekunder, jalan
kolektor primer dan kolektor sekunder, dan jalan lokal primer dan lokal sekunder. Arahan pengembangan jaringan jalan
tersebut adalah:
a. pembangunan dan peningkatan jaringan jalan lingkar yang melewati wilayah Kabupaten Magelang yang
terintegrasi dengan jaringan jalan Daerah, regional, provinsi, dan nasional;
b. peningkatan Jalan Urip Sumoharjo menjadi 4 (empat) lajur:
c. peningkatan Jalan Jenderal Sudirman menjadi 3 (tiga) lajur;
d. meningkatkan manajemen lalu lintas dan pengelolaan jaringan transportasi Daerah;
e. pengembangan jalan penghubung antar kawasan permukiman dalam wilayah Daerah;
f. pengembangan jalan penghubung antar kawasan permukiman wilayah Daerah dengan kawasan perbatasan; dan
g. penetapan garis sempadan terhadap jalan ditetapkan dalam Peraturan Daerah tersendiri mengenai Garis
Sempadan.
Pengembangan Lokasi dan Kelas Pelayanan Terminal
Pengembangan lokasi dan kelas pelayanan terminal di Kota Magelang terdiri dari terminal penumpang dan terminal
barang. Arahan pengembangan terminal penumpang dan terminal barang adalah sebagai berikut:
a. Terminal Penumpang
Pengembangan terminal penumpang di Kota Magelang meliputi terminal tipe A yaitu Terminal Tidar (Sukarno
Hatta) dan terminal tipe C yaitu Terminal Kawasan Kebonpolo, Terminal Jalan Alibasah Sentot Prawirodirdjo,
Terminal Kawasan Canguk, Terminal Kawasan Sambung, Terminal Kawasan Shopping Center, Terminal Kawasan
Jalan Jenderal Sudirman, dan Terminal Kawasan Kalimas.

Arahan Pengembangan Terminal Tipe A

II- 12
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Aspek Rencana Pengembangan Kota Magelang


 Penyediaan sarana dan prasarana pendukung Terminal Tidar secara memadahi dan berkualitas sesuai dengan
arahan penyediaan;
 Pengintegrasian simpul jaringan angkutan umum nasional dan regional dengan simpul jaringan angkutan
umum perkotaan untuk memudahkan aksesibilitas ke pusat-pusat kegiatan perkotaan Kota Magelang;
 Optimalisasi manajemen pengelolaan di kawasan terminal; dan
 Pemeliharaan dan rehabilitasi Terminal Tidar sesuai dengan kriteria dan standar peraturan perundang-
undangan.

Arahan Pengembangan Terminal Tipe C


 Pengintegrasian simpul jaringan angkutan umum kawasan perkotaan dengan kawasan perdesaan sebagai
kawasan pengumpan penumpang.
 Revitalisasi kawasan terminal tipe C dan penyediaan lahan sesuai dengan kebutuhan pengembangan.
 Pengadaan lahan dan pembangunan kawasan Terminal Tipe C yang memenuhi standar kelayakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan. dan
 Optimalisasi manejemen pengelolaan kawasan Terminal Tipe C.

b. Terminal Barang
Pengembangan terminal barang di Kota Magelang berada di Jalan Sukarno-Hatta. Arahan pengembangan terminal
barang di Kota Magelang adalah sebagai berikut:
 terminal angkutan barang difungsikan untuk tempat peristirahatan dan/atau, membongkar barang, memuat
barang, serta perpindahan moda transportasi angkutan barang;
 penyediaan sarana dan prasara pendukung terminal angkutan barang berdasarkan arahan penyediaan;
 pengintegrasian kawasan terminal dengan fungsi kawasan Strategis Perekonomian Sukarno-Hatta; dan
 optimalisasi menejemen pengelolaan kawasan.
Pengembangan Sarana dan Prasarana Angkutan Umum
Pengembangan sarana dan prasarana angkutan umum di Kota Magelang terdiri dari rencana penetapan angkutan
umum dalam trayek, rencana penetapan angkutan umum tidak dalam trayek, dan rencana angkutan barang. Arahan
pengembangan sarana dan prasarana angkutan umum adalah sebagai berikut:
a. Rencana Penetapan Angkutan Umum Dalam Trayek
Rencana penetapan angkutan umum dalam trayek meliputi Pengembangan Angkutan Antar Kota Antar Provinsi
(AKAP), pengembangan Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP), pengembangan angkutan kota, dan
pengembangan angkutan khusus.

Arahan Pengembangan AKAP dan AKDP


 Pelayanan trayek Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) melalui jaringan jalan arteri primer dan kolektor
primer;
 Pelayanan trayek Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) melalui jaringan arteri primer, kolektor primer,
dan arteri sekunder;

II- 13
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Aspek Rencana Pengembangan Kota Magelang


 Trayek Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dan Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP)
terintegrasi dengan Terminal Tipe A; dan
 Moda yang digunakan berupa bus kecil, bus besar, dan bus sedang.

Arahan Pengembangan Angkutan Kota


 Terintegrasi dengan Terminal Tipe A dan Terminal Tipe C;
 Meningkatkan jangkauan pelayanan yang merata di seluruh wilayah Daerah;
 Moda yang digunakan adalah mobil penumpang umum dan bus penumpang umum; dan
 Pembangunan prasarana pelengkap dan penunjang angkutan perkotaan.

Arahan Pengembangan Angkutan Khusus


Arahan pengembangan angkutan khusus meliputi angkutan antar jemput, angkutan karyawan, dan angkutan
pemandu moda dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Rencana Penetapan Angkutan Umum Tidak Dalam Trayek


Rencana penetapan angkutan umum tidak dalam trayek meliputi pengembangan angkutan taksi, pengembangan
angkutan sewa, pengembangan angkutan pariwisata, dan pengembangan angkutan lingkungan.

Arahan Pengembangan Angkutan Taksi


Pengembangan angkutan taksi dilaksanakan dengan arahan wilayah operasi terbatas sebagai pendukung pada
pusat pelayanan perdagangan dan jasa, perhotelan dan moda yang digunakan berupa mobil penumpang umum.

Arahan Pengembangan Angkutan Sewa


Pengembangan angkutan sewa dilaksanakan berdasarkan arahan wilayah operasi tidak dibatasi oleh wilayah
administratif dan moda yang digunakan berupa mobil penumpang umum dan bus penumpang umum.

Arahan Pengembangan Angkutan Pariwisata


Pengembangan angkutan pariwisata dilaksanakan berdasarkan arahan pelayanan angkutan dari dan ke daerah
tujuan wisata, tidak terintegrasi dengan terminal, dan moda yang digunakan berupa bus besar, bus sedang, dan
bus kecil, dan mobil penumpang.

Arahan Pengembangan Angkutan Lingkungan


Pengembangan angkutan lingkungan dilaksanakan berdasarkan arahan operasi terbatas pada wilayah tertentu,
tidak mengganggu lalu lintas utama, dan moda yang digunakan berupa becak, ojek, dan delman.

c. Rencana Angkutan Barang


Arahan pengembangan rencana angkutan barang adalah sebagai berikut:
 terintegrasi dengan terminal angkutan barang; dan

II- 14
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Aspek Rencana Pengembangan Kota Magelang


 pelayanan angkutan barang melalui jaringan arteri primer, arteri skunder, kolektor primer, kolektor skunder dan
lokal sesuai jenis kendaraan dan muatan barang.
Pengembangan Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)
Pengembangan fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ) terdiri dari fasilitas parkir, tempat
perhentian kendaraan penumpang umum, penerangan jalan, serta manajemen dan rekayasa lalu lintas. Arahan
pengembangan fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ) adalah sebagai berikut:
a. Fasilitas Parkir
Pengembangan fasilitas parkir di Kota Magelang terdiri dari pengaturan kemiringan parkir kendaraan dan
penyelenggaraan tempat parkir.

Arahan Pengembangan Pengaturan Kemiringan Parkir Kendaraan


Pengaturan kemiringan parkir kendaraan sebagaimana dari 00 (nol derajat), 300 (tiga puluh derajat), 450 (empat
puluh lima derajat), 600 (enam puluh derajat), dan 900 (sembilan puluh derajat).

Arahan Pengembangan Penyelenggaraan Tempat Parkir


Penyelenggaraan tempat parkir berupa tempat parkir di badan jalan dan di luar badan jalan, dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum


Arahan pengembangan tempat perhentian kendaraan penumpang umum adalah sebagai berikut:
 berada di sepanjang rute angkutan umum/bus;
 terletak dekat jalur pejalan kaki dan fasilitas pejalan kaki;
 diarahkan dekat dengan pusat kegiatan atau permukiman;
 dilengkapi dengan rambu petunjuk; dan
 tidak mengganggu kelancaran arus lalu lintas.

c. Penerangan Jalan
Arahan pengembangan penerangan jalan dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan baik
melalui Standar Nasional Indonesia (SNI) maupun NSPK yang berhubungan dan bersifat teknis.

d. Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas


Arahan pengembangan manajemen dan rekayasa lalu lintas dilaksanakan untuk mewujudkan, mendukung dan
memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas, meliputi: pengadaan Automatic Traffic
Control System (ATCS), perbaikan geometrik ruas jalan dan/atau persimpangan, alinyemen dan/atau fly over, dan
perlengkapan jalan.
Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi
Rencana Pengembangan Pengembangan dan Pemerataan Jaringan Telepon Kabel yang Menjangkau Seluruh Wilayah Daerah

II- 15
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Aspek Rencana Pengembangan Kota Magelang


Jaringan Telekomunikasi Arahan pengembangan dan pemerataan jaringan telepon kabel yang menjangkau seluruh wilayah daerah adalah
sebagai berikut:
a. penempatan prasarana secara terpadu dengan prasarana jaringan jalan arteri, kolektor, dan lokal; dan
b. menempatkan telepon umum pada pusat pelayanan perdagangan dan jasa, perkantoran, pendidikan, kesehatan,
dan fasilitas umum.
Pengembangan dan Pemerataan Jaringan Telepon Tanpa Kabel
Arahan pengembangan dan pemerataan jaringan telepon tanpa kabel adalah melakukan penguatan sinyal jaringan
melalui penataan menara telekomunikasi dan dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penguatan signal jaringan antara lain berupa penguatan signal jaringan Global System for Mobile (GSM) dan Code
Division Multiple Access (CDMA).
Rencana Peningkatan Prasarana Internet
Arahan pengembangan rencana peningkatan prasarana internet adalah sebagai berikut:
a. pengembangan jaringan layanan internet sebagai prasarana informatika pada pusat pelayanan jasa administrasi
pemerintahan, kawasan pendidikan, kawasan pariwisata, dan ruang terbuka publik di pusat pelayanan wilayah
Daerah; dan
b. pengembangan area bersinyal (hot spot) internet pada RTNH dan RTH Publik antara lain meliputi Alun-alun,
Mudalrejo, Gedung Olahraga (GOR) Samapta, Sidotopo, dan Taman Badaan.
Pengembangan Media Elektronik
Arahan pengembangan media elektronik adalah sebagai berikut:
a. penguatan signal jaringan dan penataan menara telekomunikasi secara bersama; dan
b. peningkatan dan/atau pembangunan stasiun radio dan televisi lokal sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pengembangan dan Penataan Menara Komunikasi
Arahan pengembangan dan penataan menara komunikasi adalah sebagai berikut:
a. penetapan jangkauan pelayanan menara telekomunikasi;
b. pemanfaatan secara bersama menara telekomunikasi baik baru maupun bangunan yang sudah ada;
c. pengembangan secara terbatas dan bersyarat terhadap pembangunan menara telekomunikasi; dan
d. pembangunan menara di kawasan yang sifat dan peruntukannya memiliki karakteristik tertentu dilaksanakan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air
Rencana Pengembangan Pengembangan Sungai
Jaringan Prasarana Sumber Arahan pengembangan sungai adalah sebagai berikut:
Daya Air a. pengembangan sempadan sungai sebagai RTH taman dan hutan kota, RTNH biru sebagai sumber daya air, dan
pariwisata Daerah;
b. penataan prasarana dan sarana drainase perkotaan yang bermuara di wilayah sungai;
c. pengembangan tanggul penahan untuk mengurangi pengikisan lahan disekitar aliran sungai;
d. penetapan garis sempadan sungai ditetapkan dengan Peraturan Daerah tersendiri mengenai Garis Sempadan;

II- 16
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Aspek Rencana Pengembangan Kota Magelang


dan
e. pengelolaan, pemanfaatan, dan pembinaan sungai meliputi daerah sempadan sungai, daerah manfaat sungai dan
Wilayah Sungai (WS) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengembangan Irigasi
Arahan pengembangan irigasi adalah sebagai berikut:
a. pengembangan sempadan irigasi sebagai RTH taman dan hutan kota dan RTNH biru sebagai sumber air bagi
kawasan pertanian;
b. peningkatan dan perbaikan saluran irigasi primer dan sekunder dilaksanakan untuk mengairi Daerah Irigasi (DI)
yang ada di Daerah;
c. pemisahan saluran irigasi dengan saluran drainase dan saluran air limbah Daerah secara bertahap;
d. penetapan garis sempadan irigasi ditetapkan dengan Peraturan Daerah tersendiri mengenai Garis Sempadan; dan
e. pengelolaan, pemanfaatan, dan pembinaan irigasi meliputi daerah sempadan irigasi, daerah manfaat irigasi dan
Daerah Irigasi (DI) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengembangan Cekungan Air Tanah
Arahan pengembangan cekungan air tanah adalah sebagai berikut:
a. pengembangan teknik-teknik konservasi dalam rangka memasukkan air sebanyak-banyaknya ke dalam tanah;
b. pembatasan pengambilan air tanah di kawasan perumahan dan permukiman secara bertahap; dan
c. pengelolaan air tanah ditetapkan dalam Peraturan Daerah tersendiri ditetapkan paling lambat 2 (dua) tahun setelah
diundangkannya Peraturan Daerah ini.
Pengembangan Jaringan Air Baku
Arahan pengembangan jaringan air baku adalah sebagai berikut:
a. pembangunan jaringan air bersih perpipaan perkotaan melalui sumber air permukaan berupa mata air; dan
b. pengembangan jaringan perpipaan dan non perpipaan di kawasan peruntukan budidaya dari sumber air tanah dan
air permukaan.
Sistem Jaringan Prasarana Energi
Rencana Pengembangan Pengembangan Prasarana Kelistrikan
Jaringan Prasarana Energi Arahan pengembangan prasarana kelistrikan adalah sebagai berikut:
a. rencana umum energi listrik Daerah yang meliputi perluasan jaringan transmisi listrik, jaringan distribusi listrik, dan
penambahan kapasitas listrik Daerah disesuaikan dengan kebutuhan dan rencana umum energi Provinsi dan
nasional; dan
b. pengembangan jaringan transmisi dan distribusi listrik yang terpadu dengan RTH, jaringan jalan, dan/atau
prasarana lainnya.
Sarana Energi Bahan Bakar Minyak dan Gas
Arahan pengembangan sarana energy bahan bakar minyak dan gas adalah sebagai berikut:
a. pengembangan sesuai dengan klasifikasi peruntukan ruang yang telah ditetapkan;
b. pengintegrasian lokasi/tapak dengan jaringan jalan arteri dan kolektor yang terdapat di Daerah; dan
c. pemenuhan syarat bangunan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

II- 17
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Aspek Rencana Pengembangan Kota Magelang


Energi Alternatif
Arahan pengembangan energi alternatif meliputi pengembangan sumber energi alternatif di seluruh wilayah Daerah
dengan memanfaatkan penanganan sampah dan energi surya, serta sumber daya alam lainnya.
Rencana Infrastruktur Perkotaan
Rencana Pengembangan Pengembangan Prasarana Air Minum yang Dikelola Oleh Daerah
Prasarana Air Minum Arahan pengembangan prasarana air minum yang dikelola oleh daerah adalah sebagai berikut:
a. penataan dan pengkoordinasian kawasan sumber-sumber air baku Daerah dengan arahan sebagai kawasan
lindung;
b. pengembangan reservoir (menara air) meliputi Reservoir Alun-alun, Reservoir Tidar, dan reservoir lainnya yang
ditetapkan lebih lanjut;
c. perluasan dan/atau penggantian secara berkala jaringan perpipaan transmisi primer dan sekunder, untuk
menambah kapasitas dan jangkauan pelayanan, serta dilaksanakan secara terpadu dengan prasarana lainnya;
d. pengembangan baru sebagai upaya perluasan jaringan pendistribusian air bersih yang merata dan penggantian
secara berkala jaringan perpipaan distribusi primer dan sekunder dilaksanakan secara terpadu dengan prasarana
lainnya; dan
e. meningkatkan kualitas air baku untuk air bersih menjadi air minum secara bertahap.
Pengembangan Prasarana Air Minum yang Dikelola Masyarakat
Arahan pengembangan prasarana air minum yang dikelola masyarakat berupa penyediaan air minum non Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) berupa jaringan perpipaan yang berada di kawasan budidaya termasuk perpipaan mandiri
berbasis masyarakat di kawasan permukiman.
Rencana Pengembangan Pengembangan Prasarana Persampahan yang Dikelola Oleh Daerah
Prasarana Persampahan Prasarana persampahan yang dikelola oleh daerah berupa TPS, TPST, depo pemindahan, dan tempat pengelolaan
sampah spesifik. Arahan pengembangan prasarana persampahan adalah sebagai berikut:
a. lokasi penampungan dan alat pemrosesan sampah yang ramah lingkungan;
b. terdapat kegiatan penataan dan pengolahan sampah di lokasi sebagai bagian sistem 3R;
c. bangunan/tempat yang aman dari rembesan air lindi dan tidak berbau menyengat sehingga tidak mencemari
lingkungan; dan
d. pembangunan dan penempatan harus memperhatikan kemudahan dalam pencapaian akses dari dan ke Tempat
Penampungan Sementara (TPS), Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), dan depo pemindahan untuk
pengangkutan sampah.
Pengembangan Prasarana Persampahan yang Dikelola Oleh Masyarakat
Arahan pengembangan prasarana persampahan yang dikelola oleh masyarakat adalah sebagai berikut:
a. penyediaan tempat pewadahan, pemilahan/ pengolahan, dan/atau pemrosesan akhir sampah individual; dan
b. penyediaan tempat pewadahan, pemilahan/ pengolahan, dan/atau pemrosesan akhir sampah komunal.
Rencana Pengembangan Pengembangan Sistem Pengolahan Air Limbah
Prasarana Air Limbah Arahan pengembangan sistem pengolahan air limbah adalah sebagai berikut:
a. sistem pembuangan dan pengolahan air limbah domestik dilaksanakan melalui sistem setempat dan/atau sistem

II- 18
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Aspek Rencana Pengembangan Kota Magelang


terpusat;
b. sistem pembuangan dan pengolahan air limbah non domestik dilaksanakan melalui sistem terpusat;
c. pengembangan dan peningkatan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air limbah melalui sistem
setempat\terpusat secara bertahap pada kawasan permukiman, dengan prioritas untuk masyarakat berpenghasilan
rendah;
d. pengembangan sistem air limbah yang terpisah dengan sistem drainase secara bertahap;
e. pengembangan kawasan budidaya dan kegiatan yang ada di dalamnya apabila berdampak penting pada
lingkungan hidup harus memiliki dan/atau terintegrasi dengan sistem pengelolaan air limbah berupa Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL);
f. panataan, rehabilitasi/revitalisasi, dan pembangunan jaringan air limbah melalui Intalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT);
g. meningkatkan kapasitas pengolahan melalui pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) paket bagi
kawasan perkotaan yang belum terlayani dengan sistem pengelolaan air limbah terpusat;
h. mengoptimalkan kapasitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) terpasang dan peningkatan operasional
jaringan air limbah terpasang; dan
i. penyelenggaraan sistem pengelolaan air limbah domestik dan non domestik Daerah dapat dilakukan bersama oleh
Pemerintah Daerah dan masyarakat.
Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Arahan pengembangan sistem pengelolaan air limbah bahan berbahaya dan beracun dilaksanakan berdasarkan
arahan kawasan budidaya yang menghasilkan limbah cair Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) wajib mempunyai
sistem pembuangan/tempat penampungan sementara limbah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengembangan prasarana air limbah dilaksanakan sesuai dengan Rencana Induk Sanitasi Lingkungan Daerah,
ketentuan peraturan perundang-undangan, dan aspek pembiayaan Pemerintah Daerah.
Rencana Pengembangan Pengembangan Prasarana Drainase
Prasarana Drainase Prasarana drainase terdiri dari drainase primer, sekunder, dan tersier. Arahan pengembangan prasarana drainase
adalah sebagai berikut:
a. pengoptimalan sistem drainase eksisting zaman pra kemerdekaan;
b. pengembangan sistem drainase secara terpadu dan terencana sesuai dengan karakteristik kawasan dan arahan
penyediaannya;
c. pemeliharaan, rehabilitasi, dan optimalisasi jaringan drainase yang ada di Daerah secara berkala;
d. peningkatan peran serta masyarakat dalam pengembangan, pemeliharaan, penataan, dan pembangunan saluran
drainase terutama yang ada di kawasan permukiman;
e. pembangunan saluran drainase di kawasan pertumbuhan baru dilaksanakan secara terpadu dengan sistem
drainase yang telah ada dengan memperhatikan karakteristik kawasan, kapasitas saluran, dan debit limpasan air
hujan; dan
f. pengembangan sistem drainase yang terpisah dengan sistem pembuangan air limbah dan irigasi secara bertahap
sesuai dengan arahan penyediannya.

II- 19
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Aspek Rencana Pengembangan Kota Magelang


Rencana Pengembangan Jalur Pengembangan Jalur Pejalan Kaki
Pejalan Kaki Jalur pejalan kaki terdiri dari trotoar, penyeberangan zebra cross, zona selamat sekolah, jembatan penyeberangan,
penyeberangan underpass, dan penyeberangan pelikan. Arahan pengembangan jalur pejalan kaki adalah sebagai
berikut:
a. pengembangan dan peningkatan kualitas fasilitas pejalan kaki dilaksanakan sesuai standar keselamatan pengguna
jalan;
b. pengembangan di arahkan di seluruh jalan arteri, kolektor, dan lokal baik primer maupun sekunder;
c. penyediaan dan peningkatan kualitas trotoar dan jenis penyeberangan dengan memperhatikan penggunaannya
bagi penyandang cacat; dan
d. penyediaan dan peningkatan pohon peneduh dan/atau pelindung serta tanaman hias.
Rencana Pengembangan Jalur Penetapan Jalur Evakuasi Bencana
Evakuasi Bencana Arahan penetapan jalur evakuasi bencana adalah sebagai berikut:
a. jalur evakuasi bencana letusan gunung berapi diarahkan melalui jalan utama Daerah; dan
b. jalur evakuasi bencana tanah longsor diarahkan melalui jalan utama lingkungan.
Penetapan Tempat Evakuasi Bencana
Penetapan tempat evakuasi bencana diarahkan pada bangunan Pemerintah Daerah, gedung-gedung pertemuan milik
Pemerintah Daerah, dan lapangan terbuka.
Rencana Penetapan Jalur Pengembangan Jalur Sepeda
Sepeda Penetapan jalur sepeda, meliputi koridor Jalan Tentara Pelajar, Jalan Pahlawan, sebagian Jalan A. Yani, sebagian
Jalan Pemuda, Jalan Tidar, Jalan Gatot Subroto, Jalan Senopati, Jalan Diponegoro, Jalan Veteran, Jalan Jenderal
Sudirman, dan koridor jalan utama lainnya, serta kawasan yang akan ditetapkan lebih lanjut. Arahan pengembangan
jalur sepeda adalah sebagai berikut:
a. kendaraan bermotor tidak diperbolehkan di jalur sepeda kecuali hanya untuk perlintasan masuk ke kaveling/tapak;
b. jalur sepeda tidak diperbolehkan sebagai tempat parkir kendaraan bermotor;
c. pengembangan dan pemasangan rambu-rambu lalu lintas jalur khusus sepeda; dan
d. pembuatan marka jalur sepeda.
Sumber: Rencana Tata Ruang Kota Magelang Tahun 2011-2031

II- 20
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Peta. 2.1 Peta Rencana Struktur Ruang Kota Magelang

II- 21
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

2.2.3. Rencana Pola Ruang Kota Magelang


Penentuan rencana pola ruang Kota Magelang didasarkan pada RTRW Kota Magelang Tahun 2011-2031. Secara umum rencana pola
ruang terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung terdiri dari kawasan yang memberikan perlindungan kawasan
bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, kawasan rawan bencana alam, dan kawasan lindung lainnya. Kawasan
budidaya terdiri dari kawasan pertanian, kawasan peruntukan industri, kawasan pariwisata, kawasan permukiman, kawasan perdagangan dan
jasa, kawasan perkantoran/pemerintahan dan umum, kawasan peribadatan, kawasan pendidikan, kawasan kesehatan, kawasan konservasi,
budidaya dan sejarah, kawasan RTH, kawasan khusus sektor informal serta ruang evakuasi bencana. Rencana pola ruang Kota Magelang
secara lebih rinci dapat dijelaskan pada tabel berikut ini:
Tabel 2.4
Rencana Pola Ruang Kota Magelang Tahun 2011-2031
Pola Ruang Jenis Pemanfaatan Lokasi Arahan Pengelolaan
Ruang
Kawasan Lindung
Kawasan Perlindungan Kawasan - Kawasan Gunung Tidar a. Pembuatan sumur-sumur resapan/biopori;
Bawahannya b. Penataan pohon dan tegakan tinggi pohon hutan yang
dikelola masyarakat dan wilayah-wilayah sempadan
sungai; dan
c. Pengolahan sistem terasering dan vegetasi yang
mampu menahan dan meresapkan air
Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan Sempadan Sungai Progo dan Sungai a. Pemanfataan Sempadan Sungai Elo dan Sempadan
Sungai Elo Sungai Progo sebagai RTH Taman dan Hutan Kota;
b. Pembatasan pengembangan kawasan budidaya di
kawasan sempadan sungai yang mempunyai kontur
curam dengan mengidentifikasikan kawasan rawan
bencana longsor di sepanjang kawasan sempadan
sungai Kota Magelang;
c. Pengendalian kegiatan di sekitar sungai atau bangunan
di sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki
kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan sungai tidak
diizinkan untuk didirikan; dan
d. Pengembangan RTH dengan fungsi resapan dan RTNH
untuk kegiatan rekreasi di kawasan sempadan sungai
dengan memperhatikan karakteristik kawasan

II- 22
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Pola Ruang Jenis Pemanfaatan Lokasi Arahan Pengelolaan


Ruang
sempadan sungai.
Kawasan Sempadan Kali Progo Manggis, Kali a. Peningkatan, pemeliharaan, dan rehabilitasi kualitas
Irigasi Bening, Kali Kota, Kali jaringan irigasi teknis dalam rangka mewujudkan
Ngaran, Kali Gandekan, keterpaduan dengan jalur irigasi teknis pengairan sawah
dan Kali Kedali basah Provinsi;
b. Pengendalian kegiatan di sekitar irigasi atau bangunan
di sepanjang sempadan irigasi yang tidak memiliki
kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan irigasi tidak
diizinkan untuk didirikan; dan
c. Pemanfaatan sempadan irigasi yang belum
termanfaatkan sebagai RTH dan jalan inspeksi sesuai
dengan karakteristik sempadan irigasi setempat.
Kawasan Sekitar Mata Sekeliling sumber air di a. Penetapan sempadan kawasan sekitar mata air;
Air Kota Magelang b. Pengendalian bangunan dan kegiatan yang
mengakibatkan penutupan jalannya mata air serta
mengganggu keberadaan dan kelestarian mata air; dan
c. Kegiatan yang diutamakan di sempadan adalah
kegiatan penghutanan atau tanaman tahunan yang
produksinya tidak dengan menebang pohon.
Kawasan Ruang Terbuka Hijau RTH Publik RTH Publik Pekarangan Penyediaan RTH publik sampai akhir tahun perencanaan
Pekarangan rumah dinas, dengan total luas paling rendah kurang lebih 362 Ha
halaman kantor
pemerintahan, taman
atap bangunan kantor
pemerintahan, dan taman
sekolah

RTH Publik Taman dan


Hutan Kota
Taman kota, taman
rekreasi, hutan kota,
taman kecamatan, taman
kelurahan, taman RW,
taman RT, sabuk hijau,
dan taman lingkungan
perumahan formal

II- 23
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Pola Ruang Jenis Pemanfaatan Lokasi Arahan Pengelolaan


Ruang

RTH Publik Jalur Hijau


Jalan
Taman pulau jalan,
taman median jalan, dan
RTH jalur pejalan kaki

RTH Publik Taman


Fungsi Tertentu
RTH sempadan sungai,
RTH sempadan irigasi,
RTH pengamanan
sumber air baku/mata air,
dan RTH pemakaman
RTH Privat RTH Privat Pekarangan Penyediaan RTH privat sampai akhir tahun perencanaan
Pekarangan rumah dengan total luas paling rendah kurang lebih 181 Ha
tinggal, halaman
perkantoran, pertokoan
dan tempat usaha, dan
taman atap bangunan

RTH Privat Taman dan


Hutan Kota
Taman skala RT, taman
skala RW, taman skala
kelurahan, taman skala
kecamatan, dan sabuk
hijau

RTH Privat Jalur Hijau


Jalan
Pulau jalan, median jalan,
dan jalur pejalan kaki

RTH Privat Fungsi


Tertentu
Pemakaman

II- 24
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Pola Ruang Jenis Pemanfaatan Lokasi Arahan Pengelolaan


Ruang
Kawasan Perlindungan Suaka - Kawasan Gunung Tidar Ditetapkan lebih lanjut, dimanfaatkan untuk pariwisata,
Alam penelitian, pendidikan, dan ilmu pengetahuan serta
dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Kawasan Perlindungan Geologi - Cekungan air tanah a. Mempertahankan kemampuan imbuhan air tanah;
Magelang-Temanggung b. Pengembangan prasarana imbuhan alami dengan cara
mempertahankan dan menata RTH sampai mencapai
paling rendah 30% (tiga puluh persen); dan
c. Pengembangan prasarana imbuhan buatan dengan cara
mempertahankan dan membangun sumur-sumur resapan
dangkal, biopori, dan/atau sumur resapan dalam.
Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu - Benda dan bangunan a. Perlindungan dan pelestarian dengan arahan lingkungan
Pengetahuan cagar budaya di Kota dan bangunan bernilai sejarah dan budaya harus
Magelang dikonservasi untuk kelestarian dan keserasian benda
cagar budaya;
b. Pembatasan bangunan sekitar berupa ketinggian dan
muka bangunan;
c. Penambahan fungsi dan penggunaan cagar budaya
berupa bangunan fungsional yang masih digunakan
sampai saat ini memperhatikan fungsi sosial dan
pengamanannya meliputi tempat ibadah, rumah, dan
berbagai bangunan peninggalan zaman pra kemerdekaan
harus dikonservasi dan direhabilitasi; dan
d. Penerapan sistem insentif bagi bangunan yang
dilestarikan dan pemberlakuan sistem disinsentif bagi
bangunan yang mengalami perubahan fungsi.
Kawasan Rawan Bencana Alam Rawan Tanah Longsor Tingkat Kerawanan a. Pemanfaatan ruang berdasarkan karakteristik ruang dan
Tinggi memperhatikan ancaman bencana yang timbul akibat
Bantaran Sungai Progo tanah longsor;
dan Sungai Elo b. Pengembangan sistem drainase secara memadai
berdasarkan karakteristik lahan;
Tingkat Kerawanan c. Pengembangan kawasan peruntukan budidaya dilakukan
Menengah secara terbatas di kawasan yang ditetapkan sebagai
Kawasan Gelangan dan kawasan rawan bencana longsor; dan
Kawasan Panjang d. Pemanfaatan kawasan rawan bencana sebagai Kota
Magelang sabuk hijau (greenbelt) melalui penataan RTH.

II- 25
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Pola Ruang Jenis Pemanfaatan Lokasi Arahan Pengelolaan


Ruang
Tingkat Kerawanan
Rendah
Kawasan Cacaban,
Rejowinangun Utara,
Tidar Utara, Tidar
Selatan, dan Jurangombo
Selatan
Kawasan Budidaya
Kawasan Perumahan a. Kawasan Seluruh kawasan a. Pengaturan pembangunan lingkungan perumahan yang
perumahan sangat perumahan di Kota sehat, aman, serasi, teratur, terarah, dan berkelanjutan/
padat Magelang berkesinambungan;
b. Kawasan b. Pengembangan kawasan perumahan formal dan informal
perumahan sebagai tempat hunian yang aman, nyaman dan produktif
kepadatan tinggi dengan didukung sarana dan prasarana permukiman
c. Kawasan yang memadai;
perumahan c. Penggunaan lahan secara efektif dan efisien sesuai
kepadatan sedang dengan arahan kepadatan bangunan;
d. Kawasan d. Pembangunan perumahan harus memenuhi persyaratan
perumahan administrasi yang berkaitan dengan perizinan
kepadatan rendah pembangunan, perizinan layak huni, dan sertifikasi tanah;
e. Pengembangan kawasan perumahan baru secara vertikal
melalui konsolidasi lahan dan/atau pengadaan lahan
perumahan dan kawasan permukiman dengan prinsip
membangun tanpa menggusur;
f. Peremajaan kawasan lingkungan permukiman yang
teridentifikasi sebagai perumahan/kawasan permukiman
kumuh;
g. Pengembangan perumahan formal yang menimbulkan
dampak terhadap lingkungan hidup wajib dilengkapi
Dokumen Lingkungan Hidup; dan
h. Pengembangan perumahan oleh pengembang wajib
dilengkapi dengan sarana dan prasarana dasar
perumahan, dilengkapi dengan site plan (rencana tapak),
dan sesuai dengan mekanisme perizinan Pemerintah
Kota Magelang.
Kawasan Perdagangan dan Jasa Perdagangan dan Jasa Koridor jalan arteri a. Pengembangan kegiatan pada koridor jalan arteri

II- 26
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Pola Ruang Jenis Pemanfaatan Lokasi Arahan Pengelolaan


Ruang
Skala Kota dan/atau primer, pusat Kota sekunder dan kolektor sekunder;
Regional Magelang, Pasar b. Pengembangan kawasan pada koridor jalan arteri primer
Rejowinangun dan Pasar secara terbatas dan terkendali terkait dengan manajemen
Gotong Royong lalu lintas dan sistem perparkiran kawasan sehingga tidak
mengganggu arus menerus;
c. Pengembangan kawasan pada pusat pelayanan kota
dan/atau regional serta sebagai akomodasi terhadap
suatu fungsi strategis perekonomian dan pariwisata Kota
Magelang;
d. Pengalokasikan ruang untuk kegiatan sektor informal
dan/atau usaha mikro dan usaha kecil Kota Magelang
bagi kegiatan berupa hotel/penginapan, toko modern dan
pusat perbelanjaan modern;
e. Pengembangan fasilitas sosial/pendukung dan lahan
parkir bagi karyawan dan pengunjung;
f. Pengembangan kawasan wajib menyediakan taman
sebagai bagian ruang terbuka hijau sesuai dengan
ketentuan KDH;
g. Pengembangan kawasan /kegiatan berupa toko modern
dan pusat perbelanjaan wajib menyediakan RTNH sesuai
arahan penyediaan;
h. Pengembangan kawasan/kegiatan yang menimbulkan
dampak terhadap lingkungan hidup wajib dilengkapi
Dokumen Lingkungan Hidup;
i. Penataan sarana dan prasarana kawasan untuk
mewujudkan keterpaduan dengan infrastruktur perkotaan;
dan
j. Pengembangan Pasar Tradisional yaitu Pasar
Rejowinangun dan Pasar Gotong Royong beserta sarana
dan prasarana pendukungnya.
Kawasan Perdagangan Koridor jalan arteri a. Pengembangan kegiatan pada koridor jalan arteri
dan Jasa Skala Sub sekunder, kolektor sekunder, kolektor sekunder, dan lokal sekunder, serta
Pusat Pelayanan Kota sekunder, lokal sekunder, dapat berada di kawasan yang memiliki fungsi utama
Pasar Kebonpolo dan kegiatan budidaya lainnya;
Pasar Cacaban b. Pengembangan kawasan pada koridor jalan arteri primer
secara terbatas dan terkendali terkait dengan manajemen
lalu lintas dan sistem perparkiran kawasan sehingga tidak

II- 27
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Pola Ruang Jenis Pemanfaatan Lokasi Arahan Pengelolaan


Ruang
mengganggu arus menerus;
c. Pengembangan untuk melayani penduduk pada tiap
Pusat BWK dan Sub Pusat BWK;
d. Pengalokasikan ruang untuk kegiatan sektor informal
dan/atau Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Kota
Magelang bagi kegiatan berupa hotel/penginapan, toko
modern, dan pusat perbelanjaan modern;
e. Pengembangan sarana dan fasilitas sosial bagi karyawan
dan pengunjung;
f. Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa wajib
menyediakan taman sebagai bagian ruang terbuka hijau
sesuai ketentuan KDH;
g. Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa berupa
toko modern dan pusat perbelanjaan wajib menyediakan
RTNH lingkungan bangunan komersial sesuai arahan
penyediaan;
h. Pengembangan kawasan/kegiatan yang menimbulkan
dampak terhadap lingkungan hidup wajib dilengkapi
Dokumen Lingkungan Hidup;
i. Penataan sarana dan prasarana kawasan untuk
mewujudkan keterpaduan dengan infrastruktur perkotaan;
dan
j. Pengembangan Pasar Tradisional berupa Pasar
Kebonpolo dan Pasar Cacaban beserta sarana dan
prasarana pendukungnya.
Kawasan Perdagangan Koridor jalan kolektor a. Pengembangan kegiatan pada koridor jalan kolektor
dan Jasa Skala Unit sekunder, lokal sekunder, sekunder, lokal sekunder, dan jalan lingkungan, serta
Lingkungan jalan lingkungan dapat berada di kawasan yang memiliki fungsi utama
kegiatan budidaya lainnya;
b. Pengembangan untuk melayani penduduk pada tiap unit
lingkungan;
c. Pengembangan lahan parkir bagi karyawan dan
pengunjung apabila berdampak pada bangkitan/tarikan
lalu lintas kawasan;
d. Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa wajib
menyediakan taman sebagai bagian ruang terbuka hijau
sesuai ketentuan KDH dan RTNH lingkungan bangunan

II- 28
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Pola Ruang Jenis Pemanfaatan Lokasi Arahan Pengelolaan


Ruang
komersial sesuai arahan penyediaan;
e. Pengembangan kawasan/kegiatan yang menimbulkan
dampak terhadap lingkungan hidup wajib dilengkapi
Dokumen Lingkungan Hidup;
f. Penataan sarana dan prasarana kawasan untuk
mewujudkan keterpaduan dengan infrastruktur perkotaan;
dan
g. Pengembangan pasar tradisional unit lingkungan beserta
sarana dan prasarana pendukungnnya yang ditetapkan
lebih lanjut.
Kawasan Perkantoran Kawasan Perkantoran Kawasan kantor walikota a. Pengembangan, penataan, pemeliharaan, dan
Pemerintahan dan DPRD, kawasan pembangunan kantor/gedung pemerintahan secara
kantor pelayanan berhierarki yang meliputi Kawasan Kantor Walikota dan
pemerintah Kota Dewan Perwakilan Rakyat Kota Magelang (DPRD),
Magelang, kawasan Kawasan Kantor Pelayanan Pemerintah Kota Magelang,
kantor pelayanan Kawasan Kantor Pelayanan Kecamatan, dan Kawasan
kecamatan, dan kawasan Kantor Pelayanan Kelurahan di Wilayah Kota Magelang;
pelayanan kelurahan b. Pengkoordinasian penataan Kawasan Perkantoran
Pemerintah dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang
ada di Kota Magelang;
c. Pengembangan bangunan gedung pemerintahan dengan
menyediakan dan mengalokasikan ruang untuk sarana
dan prasarana pendukung, fasilitas sosial, serta lahan
parkir yang mendukung pelayanan publik;
d. Pengembangan RTH pekarangan di kawasan perkantoran
Pemerintah Kota Magelang sesuai KDH dan
pengembangan RTNH sesuai arahan penyediaan; dan
e. Pengembangan kawasan/kegiatan yang menimbulkan
dampak terhadap lingkungan hidup wajib dilengkapi
Dokumen Lingkungan Hidup.
Kawasan Perkantoran Pusat kota, Kawasan a. Pengembangan kawasan berdasarkan hierarki pelayanan;
Swasta Strategis Perekonomian b. Pengembangan kegiatan perkantoran dengan hierarki
Kota Magelang, koridor pelayanan skala kota dan/atau regional, diarahkan berada
jalan arteri sekunder, pada Pusat Kota, Kawasan Strategis Perekonomian Kota
koridor jalan kolektor Magelang, koridor jalan arteri sekunder, koridor jalan
sekunder, dan dapat kolektor sekunder, dan dapat berada di kawasan yang
berada di kawasan yang memiliki fungsi utama kegiatan budidaya lainnya;

II- 29
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Pola Ruang Jenis Pemanfaatan Lokasi Arahan Pengelolaan


Ruang
memiliki fungsi utama c. Pengembangan kegiatan perkantoran dengan hierarki
kegiatan budidaya pelayanan skala sub pusat pelayanan kota berada di
lainnya Pusat BWK dan sub pusat BWK, diarahkan pada koridor
jalan arteri sekunder, kolektor sekunder dan lokal
sekunder, serta dapat berada di kawasan yang memiliki
fungsi utama kegiatan budidaya lainnya;
d. Pengembangan kegiatan perkantoran hierarki pelayanan
skala lingkungan berada pada suatu unit lingkungan,
diarahkan pada koridor jalan kolektor sekunder, koridor
jalan lokal sekunder, dan koridor jalan lingkungan, serta
dapat berada di kawasan yang memiliki fungsi utama
kegiatan budidaya lainnya;
e. Pengembangan kawasan perkantoran pada koridor jalan
arteri primer secara terbatas dan terkendali terkait dengan
manajemen lalu lintas dan sistem perparkiran kawasan
sehingga tidak mengganggu arus menerus;
f. Pengembangan kawasan wajib menyediakan taman
sebagai bagian RTH privat sesuai dengan ketentuan KDH
dan menyediakan RTNH sesuai arahan penyediaan;
g. Pengembangan kawasan/kegiatan yang menimbulkan
dampak terhadap lingkungan hidup wajib dilengkapi
Dokumen Lingkungan Hidup;
h. Menyediakan ruang untuk fasilitas sosial dan lahan parkir
bagi karyawan dan pengunjung sesuai dengan arahan
penyediaan; dan
i. Penataan sarana dan prasarana kawasan untuk
mewujudkan keterpaduan dengan infrastruktur perkotaan.
Kawasan Industri Industri Besar dan a. Pengembangan kawasan industri besar dan industri
Industri Sedang sedang dapat dilengkapi dengan tempat/bangunan
pergudangan;
b. Kegiatan industri besar dan industri sedang dapat berada
di kawasan budidaya lain secara bersyarat;
c. Perluasan suatu persil/kaveling industri besar dan industri
sedang dengan menambah lahan melebihi ketersediaan
lahan baik pada kawasan peruntukan industri atau
kawasan lain yang telah dizinkan, wajib berlokasi di
kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan peruntukan

II- 30
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Pola Ruang Jenis Pemanfaatan Lokasi Arahan Pengelolaan


Ruang
Industri;
d. Kawasan/kegiatan industri besar dan industri sedang
yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup
wajib dilengkapi Dokumen Lingkungan Hidup sehingga
dapat ditetapkan kriteria jenis industri yang diijinkan
beroperasi di suatu kawasan;
e. Pengembangan kegiatan industri besar dan industri
sedang harus dilengkapi dengan infrastruktur pendukung;
f. Penataan infrastruktur pendukung industri besar dan
industri sedang agar bersinergi atau terpadu dengan
infrastruktur perkotaan;
g. Pelaksanaan pembangunan industri tetap harus dilakukan
dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian
dari lingkungan hidup dan sumber daya alam;
h. Pengembangan kawasan industri wajib dilengkapi dengan
rencana tapak kawasan dan kegiatan industri wajib
dilengkapi dengan rencana tapak kaveling; dan
i. Pengembangan kawasan sesuai dengan karakteristik
lokasi dan kesesuaian lahan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Industri Kecil dan a. Kegiatan industri kecil dan industri rumah tangga yang
Industri Rumah Tangga menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup wajib
dilengkapi Dokumen Lingkungan Hidup antara lain berupa
SPPL sehingga dapat ditetapkan kriteria jenis industri
yang diijinkan beroperasi;
b. Kegiatan industri kecil dan industri rumah tangga dapat
berada di kawasan budidaya lain sepanjang berfungsi
sebagai pendukung dan tidak mengganggu lingkungan;
c. Pelaksanaan pembangunan industri kecil dan industri
rumah tangga tetap harus memperhatikan keseimbangan
dan kelestarian lingkungan hidup dan sumber daya alam;
d. Pengembangan kegiatan industri kecil dan industri rumah
tangga harus dilengkapi dengan infrastruktur pendukung;
e. Penataan infrastruktur pendukung industri kecil dan
industri rumah tangga agar bersinergi atau terpadu
dengan infrastruktur perkotaan;
f. Pengembangan diarahkan dalam bentuk suatu

II- 31
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Pola Ruang Jenis Pemanfaatan Lokasi Arahan Pengelolaan


Ruang
aglomerasi/klaster; dan
g. Pengembangan kawasan sesuai dengan karakteristik
lokasi dan kesesuaian lahan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Kawasan Pariwisata a. Penataan, pemeliharaan, dan pengembangan kawasan
strategis pariwisata Kota Magelang yang berlokasi di
Taman Kyai Langgeng;
b. Pengembangan sarana dan prasarana pendukung di
kawasan peruntukan pariwisata sesuai dengan arahan
penyediaan dengan tidak mengurangi fungsi, peran, dan
daya tarik objek wisata;
c. Penataan, pemeliharaan, dan pengembangan kawasan
yang ditetapkan sebagai kawasan pariwisata Kota
Magelang dalam bentuk ruang terbuka publik berupa
situs, bangunan, RTH, dan RTNH;
d. Pengembangan wisata perkotaan, wisata pertanian,
wisata alam, wisata budaya, dan wisata konvensi di
wilayah Kota Magelang;
e. Pengembangan kawasan/kegiatan yang menimbulkan
dampak terhadap lingkungan hidup wajib dilengkapi
Dokumen Lingkungan Hidup; dan
f. Penetapan kawasan cagar budaya dan fungsi lindung
lainnya sebagai kawasan pariwisata dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kawasan RTNH Pengembangan RTNH a. Penataan dan peningkatan kualitas lingkungan pada
Berdasarkan Struktur ruang terbuka non hijau;
dan Pola Ruang dan b. Pengembangan unit Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH)
Pengembangan RTNH secara sinergi dan terpadu di kawasan yang ditetapkan
Berdasarkan RTH; dan
Kepemilikan c. Pengembangan unit Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH)
yang ada dalam klasifikasi berdasarkan tipologi berupa
Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) perkerasan dan Ruang
Terbuka Non Hijau (RTNH) biru.
Kawasan Peruntukan Evakuasi a. Penyediaan dan pemanfaatan ruang evakuasi bencana
Bencana yang berupa lapangan terbuka, kantor-kantor
pemerintahan, dan gedung-gedung pertemuan;

II- 32
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Pola Ruang Jenis Pemanfaatan Lokasi Arahan Pengelolaan


Ruang
b. Menyiapkan jalur evakuasi bencana melalui jalur utama
lingkungan untuk bencana tanah longsor dan jalan utama
kota untuk bencana letusan gunung berapi; dan
c. Pengarahan evakuasi bencana letusan gunung berapi ke
arah selatan untuk mengantisipasi letusan Gunung
Sumbing dan ke arah Utara untuk mengantisipasi letusan
Gunung Merapi dan/atau Gunung Marbabu.
Kawasan Peruntukan Sektor a. Pengembangan areal khusus untuk Pedagang Kaki Lima
Informal (PKL) dengan bangunan tidak permanen untuk tiap jenis
dagangan Pedagang Kaki Lima (PKL);
b. Pengembangan Pedagang Kaki Lima (PKL) di sekitar
koridor jalan-jalan utama yaitu jalan arteri sekunder dan
kolektor sekunder diarahkan hanya di satu sisi jalan;
c. Pengaturan dan pengendalian persebaran Pedagang Kaki
Lima (PKL) pada wilayah-wilayah tertentu sesuai dengan
jenis dagangan, waktu dagangan, dan bentuk tempat
berdagang;
d. Pengalokasian dan penataan utilitas secara terbatas
sesuai dengan fungsi dan kegunaannya di kawasan
khusus yang diperuntukkan bagi Pedagang Kaki Lima
(PKL) berupa penyediaan utilitas pendukung kegiatan
yang meliputi jaringan air bersih, persampahan, jaringan
air limbah, serta penerangan listrik;
e. Penataan kawasan peruntukan Pedagang Kaki Lima
(PKL) dengan konsep aglomerasi dan estetika sehingga
mendukung konsep pariwisata perkotaan; dan
f. Pengembangan kawasan peruntukan ruang untuk
kegiatan sektor informal tidak mengganggu kegiatan
fungsi utama, fasilitas umum dan lalu lintas suatu
kawasan.
Kawasan Pendidikan a. Pengembangan sarana di kawasan pendidikan secara
berjenjang untuk mendukung pendidikan berstandar
nasional dan internasional;
b. Pengembangan sarana dan prasarana pendukung bagi
kawasan pendidikan;
c. Pengembangan lembaga penunjang kawasan pendidikan
dapat berada di kawasan perumahan, perdagangan jasa,

II- 33
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Pola Ruang Jenis Pemanfaatan Lokasi Arahan Pengelolaan


Ruang
dan perkantoran;
d. Pengembangan perguruan tinggi dengan tetap
mempertahankan perguruan tinggi yang sudah ada dan
untuk pengembangannya sebagai perguruan tinggi negeri
dialokasikan ruang secara khusus yang ditetapkan dan
diatur lebih lanjut;
e. Pengembangan kawasan dapat dengan perluasan
kawasan baru dan/atau dengan menambah kapasitas
gedung di kawasan yang sudah ada dengan arahan
pembangunan secara vertikal;
f. Perlindungan dan pelestarian bangunan yang berada
dalam kawasan pendidikan yang memenuhi kriteria
kawasan cagar budaya;
g. Pengembangan kawasan/kegiatan dilengkapi dengan
Dokumen Lingkungan Hidup;
h. Peningkatan kualitas fasilitas pendidikan berupa
pemeliharaan dan perbaikan diutamakan untuk bangunan
yang mengalami kerusakan, serta peningkatan pelayanan
fasilitas pendidikan dimulai dari Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) sampai dengan Perguruan Tinggi; dan
i. Peningkatan perpustakaan Daerah sebagai pusat
pendidikan dan pariwisata.
Kawasan Kesehatan a. Pengalokasian ruang dengan arahan mempertahankan
kawasan dan lokasi sarana kesehatan yang sudah ada
utamanya rumah sakit umum skala kota dan/atau
regional;
b. Pengembangan unit kegiatan pada lokasi yang strategis
dan mudah dijangkau oleh penduduk sesuai dengan
cakupan wilayah pelayanan;
c. Pengembangan sarana kesehatan pengobatan umum
dibatasi hanya untuk pelayanan skala sub pusat
pelayanan dan unit lingkungan;
d. Pengembangan sarana kesehatan skala kota dan/atau
regional dibatasi hanya untuk sarana kesehatan
pengobatan khusus/spesifik;
e. Penyebaran sarana kesehatan diarahkan secara
berhierarki dan merata di seluruh wilayah Daerah;

II- 34
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Pola Ruang Jenis Pemanfaatan Lokasi Arahan Pengelolaan


Ruang
f. Perlindungan dan pelestarian bangunan yang berada
dalam kawasan kesehatan yang memenuhi kriteria
kawasan cagar budaya;
g. Pengembangan jangkauan pelayanan dan kualitas sarana
kesehatan disesuaikan dengan arahan penyediaan;
h. Pengembangan kawasan/kegiatan yang menimbulkan
dampak terhadap lingkungan hidup wajib dilengkapi
Dokumen Lingkungan Hidup; dan
i. Pengembangan sarana dan prasarana pendukung
kegiatan kesehatan terintegrasi dengan arahan
pengembangan sarana dan prasarana perkotaan Daerah.
Kawasan Peribadatan a. Penyebaran sarana dan kualitas peribadatan diarahkan
secara berhierarki dan merata di seluruh wilayah Daerah;
b. Pengembangan sarana peribadatan disesuaikan dengan
arahan penyediaan; dan
c. Perlindungan dan pelestarian bangunan yang berada
dalam kawasan peribadatan yang memenuhi kriteria
kawasan cagar budaya;
d. Pengembangan kawasan/kegiatan yang menimbulkan
dampak terhadap lingkungan hidup wajib dilengkapi
Dokumen Lingkungan Hidup; dan
e. Pengembangan sarana dan prasarana pendukung
kegiatan peribadatan terintegrasi dengan arahan
pengembangan sarana dan prasarana perkotaan Daerah.
Kawasan Pertahanan dan Pengembangan kawasan peruntukan pertahanan dan
Keamanan keamanan dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan dan terpadu dengan rencana penataan
ruang kawasan pertahanan negara yang ada di Kota
Magelang.
Kawasan Pertanian Kawasan Pertanian a. Pemanfaatan tanah eks bengkok untuk pengembangan
Irigasi sabuk hijau (green belt) dan lahan pertanian pangan
berkelanjutan;
b. Pembatasan perubahan penggunaan lahan sawah
beririgasi yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
menjadi kawasan budidaya non pertanian, kecuali untuk
kegiatan yang mendukung kegiatan pertanian Daerah;

II- 35
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Pola Ruang Jenis Pemanfaatan Lokasi Arahan Pengelolaan


Ruang
dan
c. Penggunaan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan
dalam pengembangan kegiatan pertanian irigasi Daerah.
Kawasan Peternakan a. Pembatasan kegiatan peternakan di kawasan peruntukan
perumahan dan kawasan permukiman sesuai dengan
jenis peternakan dan luasan lahan peternakan;
b. Pengembangan sarana dan prasarana pendukung
kegiatan peternakan teritegrasi dengan arahan
penyediaan sarana dan prasarana perkotaan Daerah;
c. Pengembangan kegiatan peternakan yang menimbulkan
dampak terhadap lingkungan hidup wajib dilengkapi
Dokumen Lingkungan Hidup;
d. Pengembangan kegiatan peternakan skala kecil yang
menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup wajib
dilengkapi Dokumen Lingkungan Hidup berupa SPPL
apabila berlokasi di kawasan peruntukan perumahan dan
kawasan permukiman; dan
e. Pengefektifan kawasan peruntukan pertanian untuk
menata, merehabilitasi, memelihara, dan/atau
membangun sarana penelitian dan pengembangan sektor
peternakan.
Kawasan Perikanan a. Pengembangan sarana dan prasarana pendukung
kegiatan perikanan;
b. Pengembangan kegiatan perikanan terintegrasi dengan
sungai dan sistem irigasi Daerah sebagai sumber
pengairan; dan
c. Pengembangan kegiatan perikanan yang menimbulkan
dampak terhadap lingkungan hidup wajib dilengkapi
Dokumen Lingkungan Hidup;
d. Pengembangan kegiatan perikanan skala kecil wajib
mempunyai Dokumen Lingkungan Hidup berupa SPPL
apabila berlokasi di perumahan dan kawasan
permukiman; dan
e. Pengefektifan kawasan peruntukan pertanian untuk
menata, merehabilitasi, memelihara, dan/atau
membangun sarana penelitian dan pengembangan sektor
perikanan.

II- 36
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Pola Ruang Jenis Pemanfaatan Lokasi Arahan Pengelolaan


Ruang
Kawasan Pergudangan a. Pengitegrasian kawasan peruntukan pergudangan
dengan sistem transportasi regional dan nasional;
b. Pengembangan kawasan/kegiatan pergudangan yang
menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup wajib
dilengkapi Dokumen Lingkungan Hidup dan harus
mempunyai sistem pembuangan dan pengolahan limbah
padat dan/atau cair sesuai standar yang berlaku dalam
ketentuan perundang-undangan;
c. Mengarahkan kawasan peruntukan pergudangan yang
mendukung kegiatan budidaya Daerah; dan
d. Kawasan peruntukan pergudangan dilengkapi dengan
sarana prasarana pendukung, serta fasilitas sosial bagi
pekerja sesuai dengan arahan penyediaan.
Kawasan Olahraga Rencana pengembangan kawasan olahraga di Kota
Magelang diarahkan dalam dua bentuk sesuai sarana yang
akan dikembangkan, yaitu sarana olahraga terbuka dan
sarana olahraga tertutup. Untuk sarana terbuka dan tertutup
direncanakan dengan memanfaatkan arena olahraga,
lapangan dan RTH Taman Kota yang direncanakan ada di
setiap pusat lingkungan dan sebagai penunjang sarana
interaksi sosial bagi penduduk.
Sumber: Rencana Tata Ruang Kota Magelang Tahun 2011-2031

II- 37
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Peta 2.2 Peta Rencana Pola Ruang Kota Magelang

II- 38
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

2.2.4. Penetapan Kawasan Strategis Kota Magelang


Penetapan kawasan strategis di Kota Magelang terdir dari:
a) kawasan strategis untuk kepentingan pertahanan dan keamanan;
b) kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;
c) kawasan strategis pertumbuhan ekonomi; dan
d) kawasan strategis sosial dan budaya.

A. Kawasan Strategis Untuk Kepentingan Pertahanan dan Keamanan


Kawasan strategis pertahanan dan keamanan di Kota Magelang terdiri dari Akademi
Militer (AKMIL), Sekolah Calon Bintara (SECABA), Resimen Induk Kota Magelang Militer
(RINDAM) IV Diponegoro dan Batalyon Artileri Medan (YON ARMED) 11. Rencana
pengembangan kawasan dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan
sebagaimana dimaksud merupakan kewenangan Pemerintah dan dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan, dalam pembangunan/pengembangan
Kawasan Pertahanan dan Keamanan dilakukan sinkronisasi antara Rencana Tata
Ruang Kota Magelang beserta rencana rincinya dengan Rencana Tata Ruang Kawasan
Pertahanan beserta rencana rincinya.

B. Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan
Hidup
Kawasan strategis ini secara umum merupakan tempat perlindungan keanekaragaman
hayati di Kota Magelang dan terdapat di Kawasan Gunung Tidar. Arahan
pengembangan kawasan strategis ini adalah sebagai berikut:
1) penegasan batas kawasan lindung Gunung Tidar dengan kawasan budidaya yang
ada di seputar kawasan;
2) revitalisasi kawasan Gunung Tidar sebagai kawasan plasma nutfah Kota Magelang;
3) reboisasi pohon di Kawasan Gunung Tidar secara bertahap dan berkala;
4) pengembangan kawasan sebagai kawasan pariwisata untuk wisata religi dan objek
studi ilmu pengetahuan alam masih dimungkinkan selama tidak mengganggu dan
mengurangi fungsi kawasan sebagai kawasan lindung; dan
5) pengembangan secara terbatas sarana dan prasarana pendukung seperti jaringan
air bersih, jaringan listrik, dan jalan setapak dan harus mempunyai kejelasan fungsi
dari pembangunan sarana dan prasarana tersebut.

C. Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi


Pengembangan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi berdasarkan RPJP Kota
Magelang Tahun 2005-2025 terdiri dari:

II- 39
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

1) kawasan Gedung Olahraga (GOR) Samapta;


2) kawasan Kebonpolo;
3) kawasan Sukarno Hatta
4) kawasan Taman Kyai Langgeng;
5) kawasan sentra perekonomian Lembah Tidar; dan
6) kawasan sekitar Alun-Alun; dan
7) kawasan Sidotopo.

Arahan pengembangan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi adalah sebagai


berikut:
1) mempertahankan peruntukan ruang sebagai kawasan strategis pada lokasi yang
mempunyai potensi ekonomi yang cepat tumbuh dengan skala pelayanan kota dan
regional;
2) kawasan strategis Kota Magelang mempunyai fungsi penggerak pertumbuhan
ekonomi kawasan dan dapat dijangkau dari berbagai sudut wilayah Kota Magelang;
dan
3) prioritas pengembangan dan pembangunan jaringan prasarana dan infrastruktur
penunjang kegiatan ekonomi di kawasan strategis Kota Magelang.

D. Kawasan Strategis Sosial dan Budaya


Kawasan strategis sosial dan budaya di Kota Magelang terdiri dari makam religius,
prasasti, bangunan arsitektural, serta bangunan-bangunan cagar budaya dan ilmu dan
pengetahuan lainnya. Arahan pengembangan kawasan strategis ini yaitu dengan
menerapkan revitalisasi suatu kawasan, lingkungan, sarana pada kawasan strategis ini
adalah terutama pengembangan bangunan bersejarah sebagai wisata budaya di Kota
Magelang yang didukung dengan jalur wisata budaya, jalur penelusuran sejarah, dan
jalur wisata kuliner yang mendukung kebudayaan di Kota Magelang. Pengembangan
tidak terbatas hanya sebagai suatu atraksi wisata akan tetapi juga dapat sebagai
kawasan budidaya lainnya sepanjang tidak merusak dan dilaksanakan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

2.2.5. Arahan Pemanfaatan Ruang Kota Magelang


Arahan pemanfaatan ruang Kota Magelang terdiri dari:
a) Perwujudan rencana struktur ruang Kota Magelang, yaitu:
1) jaringan prasarana transportasi darat;
2) jaringan prasarana telekomunikasi;
3) jaringan prasarana sumber daya air;

II- 40
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

4) jaringan prasarana energi; dan


5) rencana infrastruktur perkotaan.
b) Perwujudan rencana pola ruang Kota Magelang, yaitu:
1) perwujudan kawasan lindung; dan
2) perwujudan kawasan budidaya.
c) Perwujudan kawasan strategis
d) Indikasi program utama dalam arahan pemanfaatan ruang meliputi usulan program
utam, lokasi, besaran, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu serta tahapan
pelaksanaan

2.2.6. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kota Magelang


Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang digunakan sebagai acuan dalam
pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kota. Ketentuan umum
pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui:
a) Peraturan Zonasi
1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung meliputi:
 kawasan perlindungan setempat;
 kawasan RTH;
 kawasan cagar budaya;
 kawasan rawan bencana; dan
 kawasan lindung lainnya.
2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya meliputi:
 kawasan perumahan;
 kawasan perdagangan dan jasa;
 kawasan perkantoran;
 kawasan peruntukan industri;
 kawasan pariwisata;
 kawasan ruang terbuka non hijau;
 kawasan ruang evakuasi bencana;
 kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal; dan
 kawasan peruntukan lainnya.

b) Ketentuan Perizinan
Ketentuan perizinan adalah proses administrasi dan teknis yang harus dipenuhi sebelum
kegiatan pemanfaatan ruang dilaksanakan untuk menjamin kesesuaian pemanfaatan
ruang dengan rencana tata ruang, mencakup:
1) izin prinsip;

II- 41
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

2) izin lokasi;
3) izin penggunaan pemanfaatan ruang;
4) izin mendirikan bangunan; dan
5) izin lain berdasarkan peraturan perundang-undangan.

c) Ketentuan Pemberian Insentif dan Disinsentif


 Insentif dan disinsentif diberikan oleh Pemerintah Daerah dan pemerintah daerah
lainnya sesuai kewenangannya dengan tetap menghormati hak masyarakat sesuai
ketentuan terhadap pelaksanaan kegiatan/pemanfaatan ruang yang mendukung dan
tidak mendukung terwujudnya arahan RTRW kota.
 Insentif dan disinsentif diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pemberian insentif dan
disinsentif diatur dengan Peraturan Walikota dengan bepedoman pada ketentuan
peraturan perundang-undangan.

d) Arahan Pengenaan Sanksi


Pelanggaran ketentuan dalam RTRW Kota Magelang dapat dikenai sanksi administratif.
Sanksi administratif berupa:
1) peringatan tertulis;
2) penghentian sementara kegiatan;
3) penghentian sementara pelayanan umum;
4) penutupan lokasi;
5) pencabutan izin;
6) pembatalan izin;
7) pembongkaran bangunan;
8) pemulihan fungsi ruang; dan
9) denda administratif.

II- 42
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH KOTA MAGELANG

3.1. KONDISI FISIK KOTA MAGELANG


3.1.1. Kondisi geografis dan Letak Administratif
Secara geografis Kota Magelang terletak pada posisi 70°26’18”- 70°30’9” LS dan
1100°12’30”-1100°12’52” BT. Posisi ini terletak tepat di tengah-tengah Pulau Jawa. Secara
administratif Kota Magelang terletak di tengah-tengah Kabupaten Magelang serta berada di
persilangan lalu lintas ekonomi dan wisata antara Semarang - Magelang - Yogyakarta dan
Purworejo - Temanggung dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
 Sebelah Utara : Kecamatan Secang Kabupaten Magelang
 Sebelah Timur : Sungai Elo/ Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang
 Sebelah Selatan : Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang
 Sebelah Barat : Sungai Progo/ Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang
Luas wilayah Kota Magelang adalah 1.812 Ha (18,12 Km2) atau sekitar 0,06% dari
keseluruhan luas wilayah Provinsi Jawa Tengah, yang meliputi 3 kecamatan dan 17
kelurahan. Luas kelurahan yang terbesar adalah Kelurahan Jurangombo Selatan yaitu
sebesar 226 Ha (12,49%) dan terkecil adalah Kelurahan Panjang yaitu sebesar 35 Ha
(1,9%). Selengkapnya secara rinci luasan tiap kecamatan/kelurahan dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3.1.
Luas Wilayah dan Pembagian Administrasi Kota Magelang Tahun 2015
LUAS/AREA PROSENTASE
NO KECAMATAN/ KELURAHAN RW RT
(Km2) (%)
1 MAGELANG SELATAN 6,89 38,01 70 326
1. Jurangombo Utara 0,58 3,17 8 37
2. Jurangombo Selatan 2,26 12,49 9 47
3. Magersari 1,38 7,60 13 75
4. Tidar Utara 0,97 5,35 13 55
5. Tidar Selatan 1,27 7,00 12 45
6. Rejowinangun Selatan 0,43 2,39 15 67
2 MAGELANG TENGAH 5,10 28,17 73 397
1. Magelang 1,25 6,88 13 52
2. Kemirirejo 0,88 4,86 9 57
3. Cacaban 0,83 4,56 12 74
4. Rejowinangun Utara 0,99 5,48 21 91
5. Panjang 0,35 1,90 8 59
6. Gelangan 0,81 4,49 10 64
3 MAGELANG UTARA 6,13 33,82 47 293
1. Wates 1,17 6,47 12 80
2. Potrobangsan 1,30 7,17 7 64
3. Kedungsari 1,33 7,36 10 58
4. Kramat Utara 0,86 4,77 8 39
5. Kramat Selatan 1,46 8,05 10 52
JUMLAH 18,12 100,00 190 1016
III- 1
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Sumber : Kota Magelang Dalam Angka, 2016

Sumber : Hasil Olah data Kota Magelang Dalam Angka, 2016

Gambar 3.1
Persentase Luas Wilayah Kota Magelang Tahun 2016

III- 2
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Peta 3.1 Peta Administrasi Kota Magelang

III- 3
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

3.1.2. Topografi
Secara topografi dan fisiografis, Kota Magelang merupakan wilayah dataran yang di
kelilingi oleh Gunung Merapi, Merbabu, Sindoro dan Sumbing, Pegunungan Gianti,
Menoreh, Andong dan Telomoyo. Kota Magelang termasuk dataran rendah dengan sudut
kemiringan relatif bervariasi. Morfologi pendataran antar gunung api, medannya landai,
berelief sedang-halus. Kemiringan topografi yang terjal di bagian barat (sepanjang Sungai
Progo) dan di sebelah timur (di sekitar Sungai Elo) sampai dengan kemiringan 15 – 30 %. Di
sekitar daerah timur kompleks AKMIL ke Utara hingga daerah di sekitar RSJ Magelang,
dengan kemiringan 2 – 5 %. Di sekitar daerah timur kompleks AKMIL terdapat Gunung Tidar
yang merupakan hutan lindung sebagai daerah hijau kota (paru-paru kota) dengan
kemiringan hingga 30 - 40 %.
Dengan kondisi topografi tersebut, maka kawasan permukiman pada umumnya
berlokasi di daerah yang relatif datar, tetapi dengan kondisi luas lahan yang terbatas ada
kemungkinan arah pengembangan permukiman ke daerah-daerah yang bertopografi dan
kontur tajam. Bentuk fisik Kota Magelang saat ini relatif memanjang mengikuti jaringan jalan
arteri. Dengan kondisi fisik tersebut, kecenderungan pertumbuhan alamiah Kota Magelang
adalah ke arah Utara dan Selatan dengan dominasi area terbangun di daerah yang
mempunyai topografi relatif datar.
Dilihat dari ketinggiannya, Kota Magelang berada di ketinggian antara 375 – 500
mdpl dengan titik ketinggian tertinggi pada Gunung Tidar yaitu 503 mdpl, dan
keberadaannya selain sebagai kawasan lindung juga berfungsi sebagai paru-paru kota yang
menjadikan iklim Kota Magelang selalu berhawa sejuk.

3.1.3. Geologi
Ditinjau dari satuan morfologi, pendataran alluvium tersebar sampai di bagian
selatan dan tempat-tempat di pinggir Sungai Progo dan Sungai Elo. Tersusun oleh batuan
hasil rombakan batuan yang lebih tua, yang bersifat lepas. Umumnya berada pada
ketinggian antara 250 – 350 m, berelief halus dengan kemiringan 3-8 %. Daerah ini dialiri
oleh Sungai Progo dan Sungai Elo yang mengalir dengan pola Sum Meander.
Litologi yang menempati daerah Kota Magelang sebagian besar berupa batu pasir
lepas dan konglomerat. Hasil produksi gunung berapi yang merupakan endapan kwarter.
Sifat batuan pasir dan breksi/konglomerat sangat poreous (kelulusan air tinggi), serta
penurunan terhadap beban kecil, mendekati nol (0). Daya dukung terhadap bangunan
berkisar antara 5kg/cm2 – 19 kg/cm2.
Dilihat dari kondisi yang ada di wilayah Kota Magelang berkaitan dengan keadaan
geologi maka di dalam pembangunan perlu diingat akan :
- Kelerengan alam yang cukup curam di sekitar Sungai Progo dan Sungai Elo
III- 4
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

- Mengingat porositas tanah cukup tinggi, maka dalam pembuangan-pembuangan


limbah perlu diatur mengenai treatment agar tidak mencemari lingkungan.

3.1.4. Jenis Tanah


Jenis tanah Kota Magelang termasuk dalam tanah aluvial yaitu berasal dari bahan
induk aluvium, tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur, konsistensi dalam
keadaan basah lekat, pH bermacam-macam, kesuburan sedang hingga tinggi.
penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan daerah
cekungan (depresi). Ciri-ciri warna kelabu dan peka terhadap erosi, pemanfaatannya bisa
digunakan sebagai permukiman dan lahan pertanian sawah. Serta sebagian tanah litosol
yaitu tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya berpasir dan tidak berstruktur,
terdapat kandungan batu, kerikil, dan kesuburannya bervariasi. tanah litosol dapat dijumpai
pada segala iklim, umumnya di topografi berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
ciri-ciri : tekstur tanahnya beranekaragam dan pada umumnya berpasir, tak bertekstur,
warna kandungan batu, kerikil dan kesuburan bervariasi. pemanfaatannya masih alang-
alang, bisa untuk hutan. jenis tanah litosol ini terdapat di sekitar sepanjang sungai progo .

3.1.5. Iklim
Menurut Badan Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA), rata-rata hari hujan per
bulan di Kota Magelang tahun 2014 adalah 14,67 hari dengan jumlah curah hujan rata-rata
257,92 mm dan hari hujan terbanyak tercatat pada bulan Desember sebesar 25 hari. Kota
Magelang beriklim sejuk, dengan temperatur antara 250 C - 270C. Untuk lebih jelasnya rata-
rata curah hujan dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 3.2
Rata-rata Curah Hujan dan Hari Hujan
di Kota Magelang (mm) Tahun 2014
No Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hari)
1 Januari 382 23
2 Februari 485 22
3 Maret 365 19
4 April 352 15
5 Mei 231 13
6 Juni 66 8
7 Juli 190 14
8 Agustus 27 5
9 September 7 3
10 Oktober 186 11
11 November 226 18
12 Desember 578 25

III- 5
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Jumlah 3,095 176


Rata-rata 257.92 14.67
Sumber: BADAN Pengelolaan Sumber Daya Air, 2014

III- 6
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Peta 3.2 Peta Kelerengan Kota Magelang

III- 7
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Peta 3.3 Peta Ketinggian Kota Magelang

III- 8
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Peta 3.4 Peta Jenis Tanah Kota Magelang

III- 9
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Peta 3.5 Peta Curah Hujan Kota Magelang

III- 10
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

3.1.6. Hidrologi
Kota Magelang mempunyai pasokan air yang cukup melimpah. Hidrologi Kota
Magelang akan ditinjau dari sumbernya meliputi air permukaan dan air tanah, karena
keduannya sebagai sumber daya air yang ada di Kota Magelang.
Sumber daya air permukaan di Kota Magelang ada tiga macam yaitu air sungai, air
irigasi, dan mata air. Sungai yang berada di Kota Magelang adalah Sungai Progo di sebelah
barat dan Sungai Elo di sebelah timur. Saluran Irigasi yang mengalir di Daerah yaitu Saluran
Kali Bening, Saluran Kali Manggis, Saluran Kali Kota, Saluran Kali Ngaran, Saluran Kali
Gandekan, dan Saluran Kali Kedali. Sedangkan Mata Air sebenarnya cukup banyak dan
tersebar namun yang sampai saat ini diketahui mempunyai debit besar adalah Tuk Pecah
dan Tuk Drajat.
Dua buah sungai yang cukup besar yaitu Sungai Elo di sebelah timur dan Sungai
Progo di sebelah barat juga berfungsi sebagai batas administrasi Kota Magelang, Dua buah
sungai ini masuk kedalam Wilayah Sungai Progo-Opak-Serang. Sungai Elo masuk kedalam
Daerah Aliran Sungai Progo karena muara sungai Elo bergabung dengan sungai Progo,
sehingga cukup dikatakan DAS Progo. Adapun secara umum menurut Balai Besar Wilayah
Sungai Serayu-Opak, DAS Progo mempunyai panjang 138 km2 dengan luas area mencapai
2380 km2, dimana Kota Magelang hanya seluas 18,12 km2, DAS Progo mempunyai potensi
debit air 36,52 m3/detik.
Saluran irigasi merupakan saluran yang digunakan untuk mengaliri Daerah Irigasi
(DI) yang umumnya berupa lahan pertanian pangan (sawah) yang ada di Kota Magelang,
kecuali Saluran Kali Kota yang sebenarnya dibangun sebagai saluran penggelontor
drainase tingkat kota. Daerah Irigasi Kota Magelang berdasarkan sistem yang menjadi
kewenangan Provinsi Jawa Tengah digolongkan dalam DI Progo Bogowonto Luk Ulo
dengan sub sistem DI Progomanggis dengan luasan pada Tahun 2009 mengaliri lahan
seluas 3,635 Ha, sedangkan di Kota Magelang berdasarkan rencana masa tanam balai
PSDA Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009/2010 sebesar 214 Ha.
Sumber mata air di Kota magelang ada 2 (dua) buah yang sudah teridentifikasi
dengan debit besar yaitu di Tuk Pecah dan di Sendang Drajat. Adapun, pemanfaatan
sumber tersebut sudah digunakan secara optimal adalah Mata Air Tuk Pecah yang dengan
kapasitas total 2.512.160 m3 dan debit aliran sebesar 969.196 liter/detik.
Air tanah Kota Magelang merupakan bagian dari Cekungan Air Bawah Tanah
(CABT) Magelang-Temanggung. Cekungan Air Bawah Tanah (CABT) Magelang-
Temanggung termasuk dalam wilayah administrasi Kota dan Kabupaten (Kab.) Magelang,
serta sebagian Kab. Temanggung. Wilayah ini terletak di antara garis 07010’ - 07040’ LS
dan antara 1100 00’- 110025’ BT, dengan luas sekitar 1.500 km2.
Wilayah potensi air bawah tanah Kota Magelang secara kuantitas dan kualitas air
III- 11
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

bawah tanah untuk air minum, yaitu termasuk Rendah pada Akuifer Tidak Tertekan dan
Akuifer Tertekan yaitu pada sekitar Gunung Tidar Magelang, sebagai berikut:
a) Akuifer tidak tertekan, umumnya dijumpai pada kedalaman kurang dari 40 mbmt, muka
preatik antara 0,5 - 35,0 mbmt, dan Qopt umumnya kurang dari 2,0 liter/detik. Kualitas
air bawah tanah umumnya baik untuk air minum;
b) Akuifer tertekan, umumnya dijumpai pada kedalaman lebih dari 40 mbmt dengan Qopt
kurang dari 2,0 liter/detik. Kualitas air bawah tanah umumnya baik untuk air minum;
dan
c) Mata air mempunyai debit berkisar 1,0 - 250 liter/detik, dengan kualitas air umumnya
baik untuk air minum;
Sedangkan menurut hasil penelitian geologi yang dilakukan PDAM Kota Magelang
didapat bahwa aquifer terdapat di kedalaman 10 – 30 m dan 90 – 120 m. Sumber air di Kota
Magelang dapat digolongkan dari air pemukaan dan air tanah. Air permukaan merupakan air
limbah dan air hujan. Potensi air hujan perlu dilestarikan dengan membuat sumur resapan.
Sedangkan potensi air tanahnya juga tergantung pada pelestarian pemanfaatan air
permukaan yaitu air hujan.
Daerah yang diperkirakan potensial adalah daerah kawasan Jurangombo, Bayeman,
Tidar, Nambangan, dan Magersari. Namun untuk pemanfaatan air tanah perlu dilakukan
penelitian lebih jauh mengingat penelitian geologi belum mencakup penelitian pengeboran
guna penentuan debit dan cadangan air tanah.
3.1.7. Rawan Bencana
Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Kota Magelang
dapat dikatagorikan sebagai daerah dengan tingkat kerawanan bencana rendah di provinsi
Jawa Tengah. Namun demikian karena pengaruh dari kondisi topografi wilayah, terdapat
beberapa daerah yang merupakan daerah rawan bencana tanah longsor. Daerah-daerah
tersebut sebagian besar terletak di kawasan dengan kemiringan tanah yang relatif terjal.
Berikut luasan rawan bencana tanah longsor di Kota Magelang:

Tabel 3.3
Kerawanan Bencana Tanah Longsor
di Kota Magelang Tahun 2016
No Kelurahan Luas (Ha)
1 Kramat Selatan 8,89
2 Kedungsari 3,14
3 Potrobangsan 7,18
4 Wates 7,33
5 Gelangan 3,35
6 Panjang 7,59
7 Magelang 7,91
8 Rejowinangun Utara 6,61
9 Kemirirejo 0,93

III- 12
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

No Kelurahan Luas (Ha)


10 Cacaban 2,34
11 Tidar Utara 6,37
Jumlah 61,69
Sumber: Tim Penyusun, 2016

III- 13
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Peta 3.6 Peta Hidrologi Kota Magelang

III- 14
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Peta 3.7 Peta Rawan Bencana Longsor Kota Magelang

III- 15
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

3.1.8. Kondisi Penggunaan Tanah


Kota Magelang memiliki lahan seluas 1.812 Ha. Pada tahun 2016, penggunaan
lahan di Kota Magelang terdiri dari lahan Sawah irigasi teknis 184,89 Ha, sawah tadah hujan
3,55 Ha dan lahan bukan sawah seluas 1.533,88 Ha. Lahan bukan sawah terdiri dari
permukiman, perdagangan dan jasa, kebun, kolam dan lainnya. Berikut rincian penggunaan
lahan di Kota Magelang.
Tabel 3.4
Penggunaan Lahan di Kota Magelang Tahun 2016
NO JENIS PENGGUNAAN LAHAN LUAS (Ha)
1 Alun-Alun Kota 2,25
2 Gardu PLN 2,64
3 Hutan Kota 74,15
4 Industri/Pergudangan 41,75
5 IPAL 0,51
6 Kebun 185,91
7 Kesehatan 46,90
8 Kolam 7,29
9 Lahan Kosong/Terbuka 9,32
10 Lapangan 7,65
11 Makam 35,13
12 Militer/Hankam 121,20
13 Monumen 0,03
14 Museum 0,71
15 Olahraga 50,98
16 Pariwisata 19,11
17 Pendidikan 65,08
18 Pengelolaan Sampah 0,27
19 Perdagangan dan Jasa 143,46
20 Peribadatan 10,09
21 Perkantoran 42,53
22 Permukiman 598,41
23 Rumah Tahanan 1,62
24 Sarana Persampahan 0,03
25 Sawah Irigasi Teknis 184,89
26 Sawah Tadah Hujan 3,55
27 Semak Belukar/Padang 5,86
Rumput
28 Taman 11,39
29 Tegalan 46,71
30 Terminal 2,91
Jumlah 1722,32
Sumber : Kota Magelang Dalam Angka 2016

III- 16
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Sumber : Hasil Olah Data Kota Magelang Dalam Angka 2016

Gambar 3.2
Persentase Penggunaan Lahan di Kota Magelang Tahun 2016

Berdasarkan data penggunaan lahan Kota Magelang diatas jumlah luas terbesar
598,41 Ha yaitu permukiman. Dan luas terkecil 0,028 Ha yaitu sarana persampahan. Untuk
perdagangan dan jasa sendiri di kota magelang memiliki luas kurang lebih 143,45 Ha yang
tersebar di seluruh bagian kota magelang. Sedangkan penggunaan untuk sawah memiliki
luas 188,44 Ha.

III- 17
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Peta 3.8 Peta Penggunaan Lahan Kota Magelang

III- 18
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

3.2. KONDISI KEPENDUDUKAN


Data kependudukan merupakan data pokok yang dibutuhkan baik kalangan
pemerintah maupun swasta sebagai lahan untuk perencanaan dan evaluasi hasil-hasil
pembangunan. Hampir setiap aspek perencanaan pembangunan baik di bidang sosial,
ekonomi maupun politik memerlukan data penduduk karena penduduk merupakan subjek
sekaligus objek dari pembangunan.

3.2.1. Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin


Penduduk di Kota Magelang pada umumnya terkonsentrasi pada wilayah yang
memiliki pelayanan yang lebih baik dibandingkan wilayah lainnya. Distribusi masing-masing
kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.5
Jumlah Penduduk dan Sex Ratio
di Kota Magelang Tahun 2015
Jumlah Penduduk Sex
No Kecamatan/Kelurahan
L P L+P Ratio
1 Magelang Selatan 20.543 20.048 40.591 102,45
1. Magersari 3.843 4.016 7.859 95,69
2. Rejowinangun Selatan 3.956 4.009 7.965 98,68
3. Jurangombo Utara 1.906 1.988 3.894 95,88
4. Jurangombo Selatan 4.393 3.305 7.698 132,92
5. Tidar Utara 3.770 3.966 7.736 95,06
6. Tidar Selatan 3.675 2.764 5.439 132,96
2 Magelang Tengah 21.391 22.631 44.022 94,52
1. Rejowinangun Utara 5.317 5.336 10.653 99,64
2. Kemirirejo 2.456 2.797 5.253 87,81
3. Cacaban 3.861 3.891 7.752 99,23
4. Magelang 3.386 3.700 7.086 91,51
5. Panjang 2.756 3.139 5.895 87,80
6. Gelangan 3.615 3.768 7.383 95,94
3 Magelang Utara 17.657 18.682 36.339 94,51
1. Wates 3.950 4.245 8.195 93,05
2. Potrobangsan 3.796 4.256 8.052 89,19
3. Kedungsari 3.402 3.593 6.995 94,68
4. Kramat Utara 2.927 2.800 5.727 104,54
5. Kramat Selatan 3.582 3.788 7.370 94,56
Jumlah 59.591 61.361 120.950 97,11
Sumber : Kota Magelang Dalam Angka 2016

III- 19
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Sumber : Hasil Olah Data Kota Magelang Dalam Angka 2016


Gambar 3.3
Persentase Jumlah Penduduk
di Kota Magelang Tahun 2016

Berdasarkan data diatas jumlah penduduk Kota Magelang pada tahun 2016 tercatat
sebesar 120.950 jiwa, terdiri dari 59.591 jiwa laki-laki (49,68%) dan 61.361 jiwa perempuan
(50,31%). Apabila dilihat penyebarannya, maka kecamatan yang paling tinggi persentase
jumlah penduduknya adalah Kecamatan Magelang Tengah yakni sebesar 44.022 jiwa
(36,39%) dari jumlah penduduk yang ada di Kota Magelang. Sedangkan kecamatan yang
terkecil jumlah penduduknya adalah Kecamatan Magelang Utara sebesar 36.339 (30,04%).
Bila dilihat dari perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuannya, maka
diperoleh rasio jenis kelamin pada tahun 2016 sebesar 97,11% yang berarti bahwa setiap
100 penduduk perempuan terdapat 97 penduduk laki-laki. Dengan demikian, penduduk laki-
laki lebih sedikit dibandingkan dengan penduduk perempuan.

3.2.2. Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur

Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel dan piramida
berikut. Berdasarkan tabel dan piramida tersebut dapat diketahui bahwa jumlah usia
produktif di Kota Magelang lebih besar dari pada jumlah usia non produktif. Jumlah usia
produktif (15-59 tahun) sebanyak 67,48%, sedangkan usia non produktif 0-14 tahun
sebanyak 20,52% dan usia non produktif 60 tahun ke atas sebanyak 11,98%. Sehingga
dapat dikatakan bahwa tingkat ketergantungan penduduk usia tua terhadap penduduk usia
produktif cenderung tinggi.
III- 20
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Tabel 3.6
Jumlah Penduduk Kota Magelang Menurut kelompok Umur Tahun, 2015
Kelompok
No Laki - laki Perempuan Jumlah
Umur
1 0-4 4.398 4.120 8.518
2 5-9 4.544 4.254 8.798
3 10-14 3.264 4.244 7.508
4 15-19 5.371 5.393 10.764
5 20-24 5.879 4.256 10.135
6 25-29 4.389 4.103 8.492
7 30-34 4.626 4.193 8.819
8 35-39 4.477 4.705 9.182
9 40-44 4.240 4.706 8.946
10 45-49 4.141 4.865 9.006
11 50-54 4.447 4.541 8.988
12 55-59 3.428 3.870 7.298
13 60-64 2.292 2.518 4.810
14 65-69 1.616 1.916 3.532
15 70-74 1.145 1.449 2.594
16 75+ 1.334 2.228 3.562
Jumlah 59.591 61.361 120.952
Sumber : Kota Magelang Dalam Angka 2016

Sumber : Hasil Olah Data Kota Magelang Dalam Angka 2016

Gambar 3.4
Grafik Piramida Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Kota Magelang Tahun 2015

III- 21
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

3.2.3. Kepadatan Penduduk

Tabel 3.7
Kepadatan Penduduk Kota Magelang Tahun 2015

Jumlah Penduduk Luas Kepadatan


No Kecamatan/Kelurahan
L P L+P Daerah Penduduk
1 Magelang Selatan 20543 20048 40591 6888,0 5893
1. Magersari 3843 4016 7859 1,377 5707
2. Rejowinangun selatan 3956 4009 7965 0,433 18395
3. Jurangombo Utara 1906 1988 3894 0,575 6772
4. Jurangombo Selatan 4393 3305 7698 2264,0 3400
5. Tidar Utara 3770 3966 7736 0,970 7975
6. Tidar Selatan 3675 2764 5439 1,269 4286
2 Magelang Tengah 21391 22631 44022 5104,0 8625
1. Rejowinangun Utara 5317 5336 10653 0,993 10728
2. Kemirirejo 2456 2797 5253 0,880 5969
3. Cacaban 3861 3891 7752 0,826 9385
4. Magelang 3386 3700 7086 1,246 5687
5. Panjang 2756 3139 5895 0,345 17087
6. Gelangan 3615 3768 7383 0,814 9070
3 Magelang Utara 17657 18682 36339 6128,0 5930
1. Wates 3950 4245 8195 1,173 6986
2. Potrobangsan 3796 4256 8052 1,299 6198
3. Kedungsari 3402 3593 6995 1,334 5244
4. Kramat Utara 2927 2800 5727 0,864 6628
5. Kramat Selatan 3582 3788 7370 1,458 5055
Jumlah/Total 59591 61361 120950 18120,0 6675
Sumber : Kota Magelang Dalam Angka, 2016

Sumber : Hasil Olah Data Kota Magelang Dalam Angka 2016


Gambar 3.5
Grafik Jumlah Kepadatan Penduduk di Kota Magelang Tahun 2016

III- 22
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Berdasarkan data diatas jumlah kepadatan Penduduk Kota Magelang tahun 2016
yaitu 6.675 jiwa/km2 jumlah Kepadatan tertinggi di kota Magelang terdapat di Kecamatan
Magelang Tengah dengan jumlah 8.625 jiwa/km2. Jumlah Kepadatan Penduduk terendah di
kota magelang terdapat di kecamatan Magelang Selatan dengan jumlah 5.893 jiwa/km2.

3.3. KONDISI PEREKONOMIAN


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencerminkan nilai barang dan jasa yang
dihasilkan oleh suatu wilayah dalan satu tahun. PDRB merupakan salah satu indikator
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah yang dapat digunakan sebagai indikator untuk menilai
keberhasilan pembangunan. PDRB atas dasar harga berlaku Kota Magelang pada tahun
2014 mencapai 3.236.976,57 juta rupiah. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan pada
tahun tersebut mencapai 1.395.391,28 juta rupiah.
Tabel 3.8
PDRB menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) Atas Dasar Harga Berlaku di Kota
Magelang Seri Tahun 2013-2014

PDRB (dalam ribu rupiah)


No Lapangan Usaha
2013 2014
1 Pertanian, kehutanan dan perikanan 116.293,58 120.367,23
2 Pertambangan dan penggalian - -
3 Industri Pengolahan 812.114,50 931.859,31
4 Pengadaan Listrik dan Gas 16.666,48 17.257,01
5 Pengadaan Air, pengelolaan sampah, 7.621,25 8.044,19
limbah, dan daur ulang
6 Kontruksi 918.311,37 1.012.603,08
7 Reparasi mobil dan sepeda motor 833.066,81 880.551,58
8 Transportasi dan pergudangan 351.780,16 403.943,42
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan 304.199,77 342.124,31
Minum
10 Informasi dan Komunikasi 248.510,92 284.882,99
11 Jasa Keuangan 265.211,16 284.010,20
12 Real Estate 173.221,64 191.763,10
13 Jasa Perusahaan 16.994,48 18.732,66
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 660.077,14 703.193,64
dan Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 387.046,30 440.078,28
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 138.266,12 156.742,75
17 Jasa Lainnya 106.925,77 119.677,13
Produk Domestik Regional Bruto 5.356.307,45 5.915.830,85
Sumber : Kota Magelang Dalam Angka, 2016

Tabel 3.9
PDRB menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) Atas Dasar Harga Konstan di Kota
Magelang Seri Tahun 2013-2014

PDRB (daalam ribu rupiah)


No Lapangan Usaha
2013 2014
1 Pertanian, kehutanan dan perikanan 100.977,97 102.614,98
2 Pertambangan dan penggalian - -
3 Industri Pengolahan 707.151,92 756.622,79
4 Pengadaan Listrik dan Gas 17.812,17 18.388,16

III- 23
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

PDRB (daalam ribu rupiah)


No Lapangan Usaha
2013 2014
5 Pengadaan Air, pengelolaan sampah, 7.345,64 7.545,25
limbah, dan daur ulang
6 Kontruksi 818.377,68 835.695,22
7 Reparasi mobil dan sepeda motor 767.954,43 791.805,87
8 Transportasi dan pergudangan 344.421,27 373.225,72
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan 263.888,24 281.211,68
Minum
10 Informasi dan Komunikasi 255.630,11 297.578,12
11 Jasa Keuangan 224.119,33 229.343,21
12 Real Estate 167.087,52 175.397,92
13 Jasa Perusahaan 15.211,81 16.332,85
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 561.491,84 558.632,28
dan Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 290.296,18 314.698,55
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 113.912,31 123.661,61
17 Jasa Lainnya 99.589,76 104.621,24
Produk Domestik Regional Bruto 4.755.269,18 4.987.376,44
Sumber : Kota Magelang Dalam Angka, 2016

Sumber : Hasil Olah Data Kota Magelang Dalam Angka 2016


Gambar 3.6
Prosentas PDRB Menurut Harga Berlaku di Kota Magelang Tahun 2014

III- 24
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Struktur perekonomian di Kota Magelang tahun 2014 andil terbesar diperoleh dari
sektor konstruksi 17,11%, industri pengolahan 15,75%, kemudian reparasi mobil dan
sepeda motor 14,88%. Andil terkecil berada di sektor Pengadaan Air, pengelolaan sampah,
limbah, dan daur ulang 0,13%. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian tidak ada
aktivitas. Kemudian, menurut PDRB harga konstan tahun 2014, prosentas PDRB terbesar di
Kota Magelang juga berasal dari sektor konstruksi 16,75% diikuti sektor reparasi mobil dan
sepeda motor dan industri pengolahan 15,17%. Besaran pendapatan perkapital yang
mencerminkan tingkat produktivitas penduduk di tahun 2014 sebesar 26.824.142,65 rupiah
atas dasar harga berlaku dan 11.563.313,39 rupiah atas dasar harga konstan. Pertumbuhan
ekonomi tahun ini sebesar 5,82 %.

Sumber : Hasil Olah Data Kota Magelang Dalam Angka 2016


Gambar 3.7
Prosentas PDRB Menurut Harga Konstan di Kota Magelang Tahun 2014

3.4. KONDISI SARANA


Sarana merupakan salah satu aspek penunjang dalam aktivitas penduduk.
Ketersediaan sarana mencerminkan kelengkapan aspek penunjang kegiatan penduduk

III- 25
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

pada suatu wilayah. Berbagai macam sarana yang terdapat di Kota Magelang meliputi
sarana pendidikan, sarana kesehatan, dan sarana perdagangan.

3.4.1. Sarana Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Sarana pendidikan adalah salah satu sarana terpenting yang harus ada di suatu
wilayah. Ketersediaan sarana pendidikan berperan dalam meningkatkan kualitas sumber
daya manusia pada wilayah tersebut. Sarana pendidikan yang di Kota Magelang ini terdiri
dari TK, SD, SMP, dan SMA Sederajat baik negeri maupun swasta yang tersebar merata di
seluruh kecamatan. Berikut adalah tabel jumlah sarana pendidikan dirinci menurut jenisnya
di Kota Magelang.
Tabel 3.10
Sarana Pendidikan di Kota Magelang Tahun 2015
No. Kecamatan SD SLTP SLTA SMK
1 Magelang Utara 23 8 3 7
2 Magelang Tengah 32 9 14 -
3 Magelang Selatan 22 6 3 4
Jumlah 77 23 20 11
Sumber : Kota Magelang Dalam Angka, 2016

3.4.2. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan merupakan salah satu jenis sarana yang berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam melakukan kegiatan di bidang kesehatan.
Pelayana kesehatan untuk masyarakat di Kota Magelang sampai pada tahun 2015 sudah
sangat memadai. Hal ini dapat dilihat dari jumlah rumah sakit pemerintah maupun swasta
yang mencapai 5 unit. Apalagi dengan adanya rumah sakit jiwa yang dijadikan sebagai
rujukan dari berbagai daerah. Didukung dengan keberadaan puskesmas dan puskesmas
pembantu yang telah merata di setiap kecamatan, tersedianya tenaga dokter sebanyak 147
orang dan bidan/perawat 1.248 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

III- 26
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Tabel 3.11
Sarana Kesehatan di Kota Magelang Tahun 2015
Rumah
Rumah Puskesmas Bidan dan
No. Kecamatan Sakit Puskesmas Dokter
Sakit Jiwa Pembantu Perawat
Umum
1 Magelang Utara 2 1 1 5 74 818
2 Magelang Tengah 2 - 2 4 50 300
3 Magelang Selatan 1 - 2 3 23 130
Jumlah 5 1 5 12 147 1248
Sumber : Kota Magelang Dalam Angka, 2016

3.4.3. Sarana Perdagangan

Sarana perdagangan merupakan salah satu sarana perekonomian yang dapat


menjadi salah satu pendorong utama laju perekonomian di suatu daerah, karena kontribusi
ekonomi yang diberikan oleh sarana perdagangan di suatu daerah ini cukup besar. Jumlah
pasar tradisional di Kota Magelang adalah 12 Unit dengan skala pelayanan yang berbeda-
beda. Pasar tradisional yang memiliki skala pelayanan regional dapat dilihat dalam tabel
berikut :
Tabel 3.12
Jumlah Pasar Tradisonal Skala Regional di Kota Magelang Tahun 2015
No Nama Pasar Jenis barang dagangan Skala Pelayanan
1 Pasar Gotong Royong Sayur-sayuran Regional
2 Pasar Rejowinangun Kebutuhan rumah tangga dan sayuran Regional
3 Pasar Kebon Polo Kebutuhan rumah tangga dan sayuran Lokal
4 Pasar Cacaban Kebutuhan rumah tangga dan sayuran Lokal
5. Pasar Klithikan Sidomukti Barang-barang bekas Lokal
6 Pasar Sasana Kukilo dan Hewan Lokal
Mina
7 Pasar Cepit Kebutuhan rumah tangga dan sayuran Lingkungan
8 Pasar Ngasem Kebutuhan rumah tangga dan sayuran Lingkungan
9 Pasar Tarumanegara Kebutuhan rumah tangga dan sayuran Lingkungan
10 Pasar Karangwuni Kebutuhan rumah tangga dan sayuran Lingkungan
11 Pasar Tukangan Kebutuhan rumah tangga dan sayuran Lingkungan
Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Kota Magelang, 2015

Selain beberapa fasilitas perdagangan yang bersifat formal, keberadaan sektor


informal dalam suatu kota menjadi bagian penting yang perlu diwadahi. Terdapat 10 lokasi
klaster yang menampung 491 sektor informal berupa PKL makanan di Kota Magelang.

Tabel 3.13
Klaster PKL di Kota Magelang
No Nama Klaster PKL Jumlah PKL Kelurahan
1 PKL Sigaluh 42 Panjang
2 PKL Armada Estate 56 Kramat Utara
3 PKL Sari Boga Kencana 17 Kedungsari
4 PKL Sejuta Bunga 32 Rejowinangun Selatan
5 PKL Kartika Sari 55 Magersari
6 PKL Jenggolo 40 Kemirirejo
III- 27
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

No Nama Klaster PKL Jumlah PKL Kelurahan


7 PKL Daha 34 Kemirirejo
8 PKL Tuin Van Java 100 Cacaban
9 PKL Jendralan 71 Cacaban
10 PKL Badaan 44 Potrobangsan
Sumber: DDA Kota Magelang, 2015

3.4.4. Sarana Perhotelan


Fasilitas akomodasi berupa hotel yang terdapat di Kota Magelang sebanyak 7 (tujuh)
hotel berbintang dan 11 (sebelas) hotel melati atau penginapan non bintang. Kedua jenis
hotel tersebut, Bintang dan non bintang, secara keseluruhan menyediakan total 766 kamar
dengan berbagai kelas. Berikut adalah jumlah sarana perhotelan di Kota Magelang :
Tabel 3.14
Jumlah Sarana Perhotelan di Kota Magelang
No Indikator Bintang Non Bintang Jumlah
1 Jumlah Hotel 7 11 18
2 Jumlah Kamar 348 418 766
3 Jumlah Tempat Tidur 657 714 1.371
Sumber : Kota Magelang Dalam Angka, 2016

3.5. KONDISI INFRASTRUKTUR


Infrastruktur merupakan salah satu hal yang penting dalam menunjang aktivitas
penduduk. Ketersediaan prasarana/ infrastruktur dapat memudahkan masyarakat dalam
melakukan aktivitasnya dalam suatu ruang. Jaringan prasarana yang terdapat di Kota
Magelang terdiri dari jaringan transportasi, air bersih, listrik, sampah, komunikasi, drainase
dan sanitasi.

3.5.1. Jaringan Transportasi


Di dalam sistem transportasi terdapat beberapa unsur penting yang saling berkaitan,
yaitu jaringan jalan, sarana penunjang transportasi, dan trayek angkutan baik umum, pribadi,
maupun barang. Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Magelang, jalan
utama di Kota Magelang dikategorikan menjadi 3 (tiga) yaitu :
a. Jalan Nasional (Arteri Primer dan Arteri Sekunder) dengan panjang 11,73 Km
Jaringan jalan arteri primer (jalan nasional) yang ada di Kota Magelang saat ini adalah
jalur dari Persimpangan Mertoyudan/New Armada menuju Semarang melewati Terminal
Tidar/Canguk.
b. Jalan Provinsi (Kolektor) dengan panjang 3,92 Km
Jalan kolektor primer (jalan provinsi) berfungsi menghubungkan arteri primer (jalan
nasional) dengan jalan lokal (jalan kota). Di wilayah Kota Magelang jalan kolektor primer
adalah Jalan dari arah Purworejo menuju Kota Magelang melewati Akmil.
c. Jalan Kota (Lokal) dengan panjang 76,364 Km

III- 28
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Jalan kolektor sekunder atau jalan kota berfungsi menghubungkan jalan arteri primer
(jalan nasional) dan jalan kolektor ke jalan lokal, khususnya menghubungkan antar
wilayah kecamatan dan juga daerah perdesaan. Di wilayah Kota Magelang, Jaringan
jalan ini khususnya menghubungkan daerah antar kecamatan. Jaringan jalan lokal
berfungsi sebagai penghubung antar pusat satuan-satuan permukiman terkecil
(kelurahan) dengan kota atau daerah yang memiliki jenjang wilayah lebih tinggi. Jalan
lokal tersebar merata di seluruh Kota Magelang, khususnya daerah pemukiman/bisnis.
Untuk menunjang jaringan transportasi di Kota Magelang, terdapat sarana berupa
terminal induk dengan tipe A, yaitu Terminal Tidar, dan dua sub terminal tipe C yaitu Sub
Terminal Jalan Ikhlas dan Sub Terminal Kebonpolo. Selain terminal, terdapat beberapa titik
halte yang digunakan sebagai tempat naik turun penumpang. Di samping itu, untuk menjaga
kelancaran pergerakan lalu lintas di Kota Magelang terdapat jalur lambat dibeberapa ruas
jalan seperti Jalan Tentara Pelajar, Jalan Pahlawan, dan Jalan A.Yani. Ada juga koridor
jalan yang disediakan trotoar bagi pejalan kaki. Namun untuk parkir, di Kota Magelang
masih sering menggunakan parkir on street. Parkir on street ini juga turut memberikan
hambatan pada jalan. Selain sarana-sarana di atas, Kota Magelang memiliki trayek bagi
angkutan umum, baik angkutan kota, angkutan perbatasan, AKAP, AKDP, dan angkutan
barang.

3.5.2. Jaringan Air Bersih


Untuk memenuhi kebutuhan air bersih penduduk di Kota Magelang, memanfaatkan
dua sumber air. Jaringan air bersih yang dimanfaatkan oleh penduduk di Kota Magelang
adalah dari PDAM/Ledeng dan air tanah (sumur). Terdapat 4 reservoir PDAM yang melayani
kebutuhan air bersih bagi penduduk di Kota Magelang dan sekitarnya, yaitu Reservoir
Bandongan, Reservoir (menara) Alun-alun, Reservoir Tidar dan Reservoir Akmil. Dari
reservoir tersebut kemudian dialiirkan ke rumah-rumah menggunakan jaringan perpipaan.

3.5.3. Jaringan Listrik


Kota Magelang termasuk pada coverage area pelayanan penyediaan listrik oleh
PLN, baik untuk kawasan permukiman maupun kegiatan sosial ekonomi. Pemenuhan
kebutuhan jaringan listrik dipermudah dengan keberadaan APJ (Asosiasi Pelayanan
Jaringan) Listrik Kota Magelang dengan skala pelayanan meliputi UPJ Tegalrejo, UPJ Kota
Magelang, UPJ Purworejo, UPJ Temanggung. Keberadaan APJ menjadi pusat pelayanan
pemenuhan listrik bagi Kota Magelang dan sekitarnya. Pada tahun 2014, di PLN
menyediakan daya listrik 60.535.230 VA bagi 34.773 pelanggan di Kota Magelang.

III- 29
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

3.5.4. Prasarana Pengelolaan Persampahan


Jaringan persampahan di Kota Magelang dimulai dari sampah yang dihasilkan dari
sumber sampah diolah terlebih dahulu di bank sampah yang tersebar pada 17 lokasi di Kota
Magelang, sebelum akhirnya diangkut di TPA. Untuk tempat pembuangan akhir (TPA)
hanya terdapat satu yaitu berlokasi di Banyu Urip, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten
Magelang dengan luas 6,8 hektar. Lokasi tempat pembuangan akhir tersebut berada di luar
wilayah administrasi Kota Magelang tersebut karena keterbatasan lahan.

3.5.5. Jaringan Komunikasi


Untuk memenuhi kebutuhan komunikasi penduduk di Kota Magelang menggunakan
2, yaitu saluran telepon kabel dan saluran komunikasi seluler. Sedangkan prasarana
telekomunikasi dan prasarana informatika yang dikembangkan meliputi sistem kabel, sistem
nirkabel, dan sistem satelit.

3.5.6. Drainase dan Sanitasi


Sistem jaringan drainase di Kota Magelang terdiri dari saluran drainase pimer, dan
saluran drainase sekunder. Saluran drainase primer merupakan saluran pembuangan air
hujan utama yang nantinya akan bermuara di Sungai Progo, dan Sungai Elo. Terdapat dua
saluran drainase primer yaitu Kali Bening, yang akan bermuara di Sungai Progo dan Kali
Manggis yang bermuara di Sungai Elo. Selain dua kali utama tersebut, terdapat dua kali
yang menjadi saluran drainase di Kota Magelang, yaitu Kali Kedali dan Kali Gandekan. Di
Kota Magelang, terdapat 18 saluran pembungan drainase sekunder, 14 saluran sekunder
bermuara di saluran primer Kali Bening, dan 4 saluran sekunder bermuara di saluran primer
Kali Manggis. Saluran sekunder yang bermuara di Kali Bening yaitu saluran pembuangan
Kelontong, Kramat, Ngembik, Nanas, Sanden, Tuguran, Dumpoh, Badaan, Meteseh, Kyai
Mojo, Cacaban, Gladiol, Ampel, dan BBU. Sedangkan untuk saluran drainase yang
bermuara di Kali Manggis yaitu saluran pembuangan Poncol, CPM, Gandekan, dan
Mbaben. Untuk sanitasi, terdapat tiga unit Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT),yaitu
IPLT Gotong Royong, IPLT Magersari, dan IPLT Dumpoh. Namun Kota Magelang belum
memiliki jaringan sanitasi yang terpadu, sehingga masyarakat masih sering mencampur
sanitasi dengan drainase.

3.6. POTENSI DAN PERMASALAHAN KOTA MAGELANG


3.6.1. Potensi
A. Posisi Strategis
Kota Magelang Terletak di sekitar 75 km di sebelah selatan Semarang dan 43 km di
sebelah utara Yogyakarta. Kota Magelang juga terletak pada jalur ekonomi Semarang-

III- 30
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Yogyakarta-Purworejo dan jalur wisata Yogyakarta-Borobudur-Kopeng dan berada pada


jalur kawasan pengembangan pariwisata A koridor Borobudur-Dataran Tinggi Dieng.
Pemanfaatan letak strategis Kota Magelang untuk menunjang aktivitas-aktivitas
pengembangan wilayah, dari segi ekonomis dapat menimbulkan dampak positif bagi
kesejahteraan masyarakat.

B. Sarana dan Prasarana


Dalam Perda Provinsi Jawa Tengah Nomor 06 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi
Jawa Tengah, Kota Magelang berada di wilayah yang sangat sangat strategis, karena dilalui
oleh jaringan jalan arteri primer, yaitu jalur Bawen-Magelang-Perbatasan Yogyakarta, dan
arteri sekunder yaitu jalur Magelang-Purworejo serta kolektor primer yaitu jalur Magelang-
Salatiga. Kebijakan pengembangan jalan tol Yogyakarta-Bawen akan mengurangi
kepadatan arus lalu lintas di jalur transportasi yang menghubungkan Yogyakarta-Magelang-
Semarang begitupun sebaliknya. PP No 28 Tahun 2012 Tentang RTRP Jawa – Bali yaitu
pengembangan jaringan jalur kereta api lintas utara-selatan (pengumpan) Pulau Jawa pada
lintas: Kedungjati-Ambarawa-Magelang-Yogyakarta yang melayani PKW Magelang dan
PKN Yogyakarta serta jaringan jalur kereta api antarkota pada jaringan jalur kereta api lintas
utara-selatan (pengumpan) Pulau Jawa pada lintas: Kedungjati-Ambarawa-Magelang-
Yogyakarta. Pembangunan Reaktivasi Jalur Pulau Jawa 2015 – 2019 Provinsi Jawa Tengah
dan DI Yogyakarta berupa lanjutan reaktivasi jalur KA antara Kedungjati - Tuntang dan
peningkatan jalur KA antara Tuntang – Ambarawa serta Reaktivasi jalur KA antara
Yogyakarta - Magelang dan Magelang – Ambarawa.

Sumber : Dirjen Perkeretaapian Kemenhub


Gambar 3.8
Pembangunan Reaktivasi Jalur Pulau Jawa 2015 - 2019

III- 31
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

30. Program Perkeretaapian


Yogyakarta – Magelang
(Reaktivasi, Tahap 1) :
2018 – 2019.

Sumber : Renstra Kemenhubu 2015 - 2019


Gambar 3.9
Program Perkeretaapian di sekitar Kota Magelang

Program Rencana Induk Perkeretaapian Nasional 2030 yaitu Reaktivasi dan


Peningkatan (Revitalisasi) Jalur KA Yogyakarta – Magelang – Secang – Ambarawa. Perda
provinsi Jawa Tengah Nomor 06 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Tengah adanya
rencana pengembangan kereta api komuter jalur Magelang – Yogyakarta. Kebijakan
program reaktivasi jalur kereta api selain akan mengurangi kepadatan lalu lintas juga akan
meningkatkan akses perekonomian. Dalam menunjang jaringan transportasi di Kota
Magelang, terdapat sarana berupa terminal induk tipe A yaitu Terminal Tidar yang berfungsi
dalam pengintegrasian simpul jaringan angkutan umum nasional dan regional dengan
simpul jaringan angkutan umum perkotaan dan kawasan perdesaan untuk memudahkan
aksesibilitas ke pusat-pusat pelayanan kegiatan perkotaan. Pengembangan terminal tipe c
yaitu di kawasan Kebonpolo, Kawasan Jalan Alibasah Sentot Prawirodirojo, Kawasan
Canguk, Kawasan Sambung, Kawasan Shopping Center, Kawasan Lembah Tidar dan
Kawasan Kalimas dalam rencana tata ruang Kota Magelang dapat mengintegrasikan simpul
jaringan angkutan umum kawasan perkotaan dengan kawasan perdesaan sebagai kawasan
pengumpan penumpang dan barang. Serta adanya pengembangan terminal angkut barang
di jalan Soekarno-Hatta dapat mengintegrasikan kawasan terminal angkut barang dengan
pusat kegiatan perkotaan untuk mendukung distribusi barang ke seluruh wilayah.

III- 32
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

C. Interaksi Wilayah
Menurut RTRW Provinsi Jawa Tengah, Kota Magelang mempunyai kedudukan
sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Purwomanggung yaitu Kabupaten Purworejo,
Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Temanggung. Dengan
kedudukannya sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), maka Kota Magelang memiliki
beberapa fungsi, antara lain sebagai :
 Pusat jasa-jasa pelayanan keuangan/bank yang melayani beberapa kabupaten.
 Pusat pengolahan/pengumpul barang yang melayani beberapa kabupaten.
 Simpul transportasi untuk beberapa kabupaten.
 Pusat jasa pemerintahan untuk beberapa kabupaten.
 Pusat jasa-jasa yang lain untuk beberapa kabupaten
Kedudukan Kota Magelang sebagai PKW secara spasial dapat dilihat pada gambar
berikut :

Sumber: RTRWP Jawa Tengah 2009-2029


Gambar 3.10
Kedudukan Kota Magelang Sebagai PKW
Dalam rencana struktur ruang wilayah provinsi RTRWP Jawa Tengah 2009-2029, Kawasan
Purwomanggung memiliki sistem perkotan sebagai berikut:

TABEL 3.15
SISTEM PERKOTAAN PURWOMANGGUNG
PUSAT
KAWASAN KERJASAMA PUSAT KEGIATAN PUSAT KEGIATAN
KEGIATAN
ANTAR KABUPATEN/ KOTA WILAYAH LOKAL
NASIONAL
Kutoarjo, Purworejo,
PURWOMANGGUNG Kota Magelang Mungkid, Muntilan,
Mertoyudan,

III- 33
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

PUSAT
KAWASAN KERJASAMA PUSAT KEGIATAN PUSAT KEGIATAN
KEGIATAN
ANTAR KABUPATEN/ KOTA WILAYAH LOKAL
NASIONAL
Borobudur, Secang

Wonosobo Temanggung, Parakan


Sumber: RTRWP Jawa Tengah 2009-2029

Purwomanggung meliputi Kota dan Kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung,


Wonosobo dan Purworejo, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal
dan Provinsi. Untuk skala provinsi, pengembangan fasilitas diarahkan pada fasilitas
perhubungan darat (Terminal Tipe A), kawasan industri dan pergudangan, jasa-jasa
keuangan (perbankan) dan simpul pariwisata.
Kedudukan Kota Magelang dalam pengembangan kawasan Purwomanggung secara
spasial dapat dilihat pada gambar berikut :

Kota Magelang terletak


ditengah Kabupaten
Magelang

Sumber: Hasil Olah Data Tim, 2016


Gambar 3.11
Kedudukan Kota Magelang Dalam Kawasan Purwomanggung

D. Pariwisata
Sebagai salah satu kota kecil di Jawa Tengah, kota Magelang memiliki banyak obyek
wisata. Letak geografis Magelang yang dilewati oleh dua sungai di sebalah timur dan barat
dan keberadaan gunung tidar di sebelah selatan, serta beberapa gunung yang
III- 34
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

mengelilinginya menghasilkan pemandangan alam yang menjadi daya tarik wisata


tersendiri. Kota Magelang juga banyak memiliki peninggalan sejarah masa penjajahan. Dari
berbagai museum hingga bangunan heritage. Predikat magelang sebagai kota militer juga
menjadi daya tarik tersendiri dalam menarik wisatawan baik alumni maupun keluarga para
taruna yang pernah menuntut ilmu maupun bertugas di Kota Magelang. Selain itu
banyaknya potensi wisata yang dimiliki Kota magelang menjadi salah satu daya tarik sektor
pariwisata di kota ini. Daya tarik Wisata di Kota Magelang dapat dibedakan menjadi tiga
katagori yaitu :
1) Wisata Alam, menampilkan atraksi wisata yang berasal dari keindahan alam Kota
Magelang. Kota Magelang karena letak geografisnya dianugerahi kondisi alam yang
indah, yang berpotensi sebagai daya tarik wisata antara lain:
 Bukit Tidar, sebuah bukit yang berada di jantung Kota Magelang berfungsi sebagai
paru-paru kota sekaligus menjadi lanmark Kota Magelang.
 Sungai progo dan sungai elo yang mengapit wilayah barat dan timur Kota Magelang
menjadi keunggulan tersendiri Kota Magelang. Karena kedua sungai tersebut
banyak dimanfaatkan sebagai wisata arung jeram/rafting,
 Taman Kyai Langgeng adalah obyek wisata skala regional yang menjadi andalan
Kota Magelang. Taman yang memfokuskan pada pelestarian tanamn langka,
disamping fungsinya sebagai taman rekreasi dan olahraga, diproyeksikan akan
tetap menjadi adalan destinasi wisata Kota Magelang. Tersedia juga area bermain
dan kawasan Desa Buku dilengkapi dengan perpustakaan rumah baca dan gubug
ide.
2) Objek Wisata Heritage, menampilkan atraksi wisata yang berasal dari peninggalan
sejarah yang ada di kota magelang antara lain, museum, bangunan heritage, serta
wisata seni dan budaya. Kota Magelang memiliki banyak peninggalan sejarah yang
menggambarkan bagaimana kota ini telah menjadi bagian penting dalam proses bangsa
Indonesia. Pada abad ke-18, Inggris menguasai Magelang, sehingga dijadikanlah kota
ini sebagai pusat pemerintahan setingkat Kabupaten. Kemudian Bupati Mas Ngabehi
membangun alun-alun, tempat tinggal bupati, dan masjid. Dalam perkembangan
selanjutnya dipilihlah Magelang sebagai Ibukota Karesidenan Kedu pada tahun 1818.
Setelah pemerintah Inggris ditaklukkan oleh Belanda, kedudukan Magelang semakin
kuat. Oleh pemerintah Belanda, kota ini dijadikan pusat lalu lintas perekonomian. Selain
itu karena letaknya yang strategis, udaranya yang nyaman serta pemandangannya yang
indah Magelang kemudian dijadikan Kota Militer: Pemerintah Belanda terus melengkapi
sarana dan prasarana perkotaan. Menara air minum dibangun di tengah-tengah kota
pada tahun 1918, perusahaan listrik mulai beroperasi tahun 1927, dan jalan - jalan arteri

III- 35
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

diperkeras dan diaspal. Akibat dari peran Kota Magelang dimasa lalu inilah, Kota
Magelang saat ini memiliki banyak fasilitas yang merupakan peninggalan sejarah yang
berpotensi menarik minat wisatawan. Objek Wisata Heritage yang terdapat di di Kota
magelang berupa :
 Museum
Museum Pangeran Diponegoro, Museum Jendral Sudirman, Museum Taruna Abdul
Djalil, Musium Bumi Putra 1912, Museum Badan Pemeriksa Keuangan, Museum
Lukisan OHD.
 Architectural Heritage
Selain museum, sejarah yang panjang di Kota Magelang membuat kota ini terdapat
bangunan-bangunan heritage dengan arsitektural khusus yang dapat dinikmati
seperti water torn, plengkung, gerbang kerkof, Gereja ST Ignatius, Gereja Protestan
Bagian Barat (GPIB), GKJ Magelang, Klenteng Trib Bhakti (Liong Hok Bio), Masjid
Agung, Kantor Mapolres Kota, RSJ Prof Soeroyo, RSU Tidar, RST, Kantor Polwil
Kedu dan SMP (SMIP).
 Kesenian
Sendra tari mantyasih, tari sejuta bunga, tari wiwit, tari grasak, tari kuntulan, tari
laskar tidar, tari kepodangmas, jatilan celeng, tari uduk dan tari topeng ireng.
3) Objek Wisata Kuliner, menampilkan atraksi kuliner khas magelang yang memiliki ciri
khas tersendiri. Selain wisatawan alam dan heritage, Kota Magelang juga memiliki
potensi wisata kuliner. Beberapa kuliner khas Kota Magelang dengan cita rasa yang
lezat dan khas menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan .Beberapa objek wisata kuliner
tersebut antara lain:
 Sop Snerek
Sop snerek konon merupakan kuliner peninggalan masa kolonial belanda. Snerek
berasal dari kata bahasa Belanda “snert” yang berarti kacang polong merah. Sejenis
sop dengan perpaduan kacang polong, bayam dan daging sapi.
 Kupat Tahu
Merupakan identitas dan kuliner kebanggaan warga Magelang. Terdiri dari racikan
ketupat, tahu putih yang digoreng dan disiram kuah kacang
 Gethuk
Getuk magelang telah muncul sekitar tahun 1940an dan dalam perkembangannya
terbagi menjadi getuk tradisional dan getuk modern. Dibuat dari bahan dasar ketela
yang dihaluskan. Getuk banyak dijumpai di sudut kota magelang dan merupakan
makan asli Kota Magelang.

III- 36
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

3.6.2. Masalah
Berdasarkan tinjauan perkembangan dan permasalahan Kota Magelang, dapat
diidentifikasi bahwa dalam perkembangannya, Kota Magelang dihadapkan pada beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1) Wilayah Kota Magelang yang memiliki fungsi penting dalam kawasan startegis
Purwomanggung (Purworejo, Wonosobo, Magelang dan Temanggung) serta sebagai
Pusat Kegiatan Wilayah dengan fungsi pengembangan kegiatan pusat pelayanan lokal
dan provinsi atau beberapa kabupaten. Dengan fungsi tersebut menjadi tantangan
dalam arahan pengembangan Kota Magelang agar berperan sesuai fungsinya yaitu
sebagai pusat kegiatan wilayah bagi kabupaten sekitarnya.
2) Adanya ketidaksesuaian pemanfaatan lahan di sempadan Sungai Elo dan Sungai Progo,
yang mengganggu fungsi ekologis sungai, sehingga daerah resapan berkurang. Kondisi
tersebut diperparah dengan pemanfaatan lahan yang melebihi daya dukung dan
kesesuaiannya. Lahan untuk kesesuaian fungsi penyangga dimanfaatkan untuk kegiatan
budidaya. Hal ini menunjukkan bahwa lahan yang dapat dibudidayakan di Kota
Magelang sangat terbatas namun kegiatan yang harus ditampung cukup banyak dan
membutuhkan luasan lahan yang tidak sedikit dan kebutuhan akan lahan cenderung
meningkat dari tahun ke tahun.
3) Penyediaan infrastruktur yang terkendala oleh beberapa permasalahan seperti,
keterbatasan lahan untuk lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA), belum adanya
sistem pembuangan air limbah yang teritegrasi dengan IPLT dan kapasitas IPLT
terbatas.
4) Kota Magelang juga menghadapi permasalahan berupa kualitas permukiman yang
rendah. Hal ini ditunjukkan dengan tidak tersedianya sanitasi yang memadai di beberapa
lokasi permukiman dimana penduduk membuang air limbah rumah tangga langsung ke
sungai atau saluran kota (Kali Bening dan Kali Manggis), saluran drainase memiliki
kapasitas dibawah kebutuhan sehingga saat musim penghujan tiba, air hujan tidak
teralirkan secara sempurna dan menggenangi jalan, KDB yang tinggi, kurangnya ruang
terbuka publik, dan ketidakteraturan tata bangunan. Selain itu beberapa kawasan
permukiman juga dibangun di daerah lindung maupun daerah rawan bencana longsor.
5) Terjadinya inefisiensi pergerakan, hal ini disebabkan oleh arah pergerakan di Kota
Magelang mayoritas bergerak dari utara ke selatan dan sebaliknya, sedangkan
kapasitas jalan tidak mampu menampung pergerakan yang ada. Inefisiensi tersebut
diperparah dengan munculnya beberapa lokasi terminal bayangan yang menimbulkan
kemacetan lalu lintas, parkir yang menggunakan badan jalan sehingga mengahambat
arus pergerakan.

III- 37
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Peta 3.9 Peta Orientasi Kota Magelang terhadap Provinsi Jawa Tengah

III- 38
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

BAB IV
ANALISIS PENINJAUAN KEMBALI RTRW KOTA MAGELANG

Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis peninjauan kembali RTRW Kota
Magelang. Aspek-aspek yang akan ditinjau dalam peninjauan kembali ini ada tiga hal, yaitu
kualitas RTRW, kesahihan RTRW, dan permasalahan pemanfaatan ruang berupa
simpangan pemanfaatan ruang. Kualitas RTRW dinilai dengan memperhatikan kelengkapan
muatan RTRW, kedalaman pengaturan muatan RTRW, kesesuaian antara muatan RTRW
dengan karakteristik daerah, dan kesesuaian antara RTRW dengan dinamika pembangunan
yang berkembang. Kesahihan RTRW dinilai dengan memperhatikan kesesuaian antara
materi muatan RTRW dengan berbagai peraturan perundang-undangan. Permasalahan
pemanfaatan ruang berupa simpangan pemanfaatan ruang dinilai dengan memperhatikan
antara RTRW dengan pemanfaatan ruang di lapangan.

4.1. EVALUASI RTRW KOTA MAGELANG BERDASARKAN ASPEK KUALITAS


Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa evaluasi RTRW berdasarkan
aspek kualitas dinilai dengan memperhatikan kelengkapan muatan RTRW, kedalaman
pengaturan muatan RTRW, kesesuaian antara muatan RTRW dengan karakteristik daerah,
dan kesesuaian antara RTRW dengan dinamika pembangunan yang berkembang. Proses
penghitungan dilakukan dengan mengambil rata-rata dari besar nilai untuk kelengkapan dan
kedalaman muatan RTRW, kesesuaian RTRW dengan karakteristik daerah, dan kesesuaian
RTRW dengan dinamika pembangunan.

4.1.1. Kelengkapan dan Kedalaman Muatan RTRW Kota Magelang


Analisis kelengkapan muatan RTRW Kota Magelang dilakukan dengan
membandingkan antara muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Magelang Tahun 2011-2031 dengan materi muatan penyusunan RTRW
kabupaten/kota secara umum (ada dan tidaknya). Materi muatan penyusunan RTRW

IV- 1
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

kabupaten/kota secara umum termuat di dalam Permen PU No. 17 Tahun 2009 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.
Analisis kedalaman muatan RTRW Kota Magelang dilakukan dengan
membandingkan antara muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Magelang Tahun 2011-2031 dengan materi muatan penyusunan RTRW Kota
yang termuat dalam Permen PU No. 17 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota. Kedalaman materi muatan RTRW Kota Magelang ini
dinilai berdasarkan sesuai atau tidaknya sebuah rincian materi muatan Perda RTRW
dengan penjabaran yang ada di Permen PU No. 17 Tahun 2009. Penilaian baik buruknya
suatu rincian materi muatan RTRW Kota Magelang didasarkan pada aspek-aspek yang
harus terkandung di dalamnya sesuai dengan Pedoman Teknis Penyusunan RTRW Kota.
Berikut adalah tabel kedalaman materi muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Magelang Tahun 2011-2031.
Berikut adalah tabel mengenai kelengkapan muatan Perda No. 4 Tahun 2012
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang Tahun 2011-2031.

IV- 2
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Tabel 4.1
Kelengkapan dan Kedalaman Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang Tahun 2011-2031
Kelengkapan Kedalaman
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Nilai
Ada Tidak Ada Tidak
1. TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 3
PENATAAN RUANG
1.1 Tujuan penataan ruang √ √ Tujuan penataan ruang adalah mewujudkan ruang daerah 3
sebagai kota jasa bertaraf regional yang berbudaya, maju,
dan berdaya saing dalam masyarakat madani dan mampu
menyejahterakan masyarakat, aman, nyaman, produktif,
dan berkelanjutan
1.2 Kebijakan penataan ruang √ √ Kebijakan sebagai arahan tindakan untuk mencapai 3
tujuan penataan ruang daerah meliputi:
 Kebijakan pengembangan struktur ruang daerah
 Kebijakan pengembangan pola ruang daerah
 Kebijakan penetapan kawasan strategis daerah
1.3 Strategi penataan ruang √ √ Strategi penataan ruang pada Perda No. 4 Tahun 2012 3
membahas tentang langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam mencapai kebijakan penataan ruang yang telah
ditetapkan
2. RENCANA STRUKTUR RUANG 2,83
WILAYAH
2.1 Sistem pusat pelayanan
2.1.1. Sistem perkotaan
a. Pusat pelayanan kota √ √ Pusat pelayanan Kota Magelang mempunyai cakupan 3
pelayanan seluruh wilayah daerah dan/atau regional.
Pusat pelayanan kota terdapat di BWP I yang meliputi
sebagian Kelurahan Cacaban, sebagian Kelurahan
Panjang, sebagian Kelurahan Kemirirejo, dan sebagian
Kelurahan Magelang, yaitu Kawasan Alun-alun
b. Subpusat pelayanan √ √ Subpusat pelayanan Kota Magelang mempunyai cakupan 3
kota pelayanan sub wilayah kota. Subpusat pelayanan kota
meliputi Kawasan Kebonpolo di BWP II, Kawasan Kyai
Langgeng di BWP III, Kawasan Sukarno-Hatta di BWP IV,
dan Kawasan Sidotopo di BWP V
c. Pusat lingkungan √ √ Pusat lingkungan di Kota Magelang mempunyai cakupan 3

IV- 3
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kelengkapan Kedalaman
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Nilai
Ada Tidak Ada Tidak
pelayanan skala lingkungan wilayah daerah yang
dikembangkan di masing-masing BWP
2.2 Sistem jaringan prasarana
2.2.1. Sistem jaringan transportasi
a. Sistem jaringan
transportasi darat
1 Jaringan jalan √ √ Rencana sistem jaringan jalan terdiri dari: 1,5
 pengembangan jaringan jalan berdasarkan sistem
 pengembangan lokasi dan kelas pelayanan terminal
 pengembangan sarana dan prasarana angkutan umum
 pengembangan fasilitas pendukung kegiatan Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan

Pengembangan jaringan jalan berdasarkan sistem sesuai


dengan Perda No. 4 Tahun 2012 meliputi:
 jalan arteri primer dan sekunder
 jalan kolektor primer dan kolektor sekunder
 jalan lokal primer dan lokal sekunder
 jalan lingkungan sekunder
2 Jaringan jalur √ √ Rencana jaringan pelayanan kereta api yang merupakan 1,5
kereta api jaringan kereta api regional Semarang-Magelang-
Yogyakarta terdiri dari:
 pengembangan prasarana perkeretaapian, dan/atau
 pengembangan sarana perkeretaapian
3 Jaringan - - - -
transportasi
sungai, danau,
dan
penyeberangan
b. Sistem jaringan
transportasi laut
1 Alur pelayanan - - - -
2 Pelabuhan laut - - - -
yang ada
c. Sistem jaringan
IV- 4
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kelengkapan Kedalaman
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Nilai
Ada Tidak Ada Tidak
transportasi udara
1 Ruang udara - - - -
untuk kegiatan
Bandar udara
2 Ruang udara - - - -
untuk jalur
penerbangan
3 Bandar udara - - - -
yang ada
2.2.2. Sistem jaringan
energI/kelistrikan
a. Pembangkit listrik - - - -
b. Jaringan prasarana
energi
1 Jaringan pipa - - - -
minyak dan gas
bumi
2 Jaringan - - - -
transmisi
tenaga listrik
(SUTUT,
SUTET, dan
SUTT)
3 Pembangkit √ √ Pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik terdiri 3
tenaga listrik dari:
(jalur distribusi  jaringan primer yang merupakan jaringan distribusi
energi SUTM diarahkan pada sistem tegangan 20 KV di
kelistrikan, sepanjang jaringan jalan
lokasi  jaringan sekunder yang merupakan jaringan distribusi
pembangkit, SUTR dengan tegangan 220/380 V di kawasan
gardu induk perumahan
distribusi, dan  gardu distribusi listrik di Sanggrahan, Kelurahan Wates
sistem untuk menurunkan tegangan dari 20 KV menjadi
distribusi) 220/380 V
 penambahan jaringan distribusi baru baik SUTR

IV- 5
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kelengkapan Kedalaman
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Nilai
Ada Tidak Ada Tidak
maupun SUTM
 penambahan kapasitas gardu distribusi lama yang
melayani beban lama dan juga untuk memenuhi
penambahan kebutuhan daya
4 Energi alternatif √ √ Pengembangan energi alternatif meliputi pengembangan 3
sumber energi alternatif di seluruh wilayah Daerah dengan
memanfaatkan penanganan sampah dan energi surya,
serta sumber daya alam lainnya
2.2.3. Sistem jaringan
telekomunikasi
a. Infrastruktur dasar √ √ Pengembangan infrastruktur dasar telekomunikasi 3
telekomunikasi direncanakan dengan pengembangan dan pemerataan
jaringan telepon kabel dan jaringan telepon tanpa kabel
yang menjangkau seluruh wilayah daerah
b. Infrastruktur telepon √ √ Pengembangan infrastruktur telepon nirkabel berupa BTS 3
nirkabel terdiri dari:
 penetapan jangkauan pelayanan menara telekomunikasi
 pemanfaatan secara bersama menara telekomunikasi
baik baru maupun bangunan yang sudah ada
 pengembangan secara terbatas dan bersyarat terhadap
pembangunan menara telekomunikasi
 pembangunan menara di kawasan yang sifat dan
peruntukannya memiliki karakteristik tertentu
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan
c. Peningkatan √ √ Peningkatan pelayanan telekomunikasi dilakukan dengan 3
pelayanan rencana peningkatan prasarana internet dan rencana
telekomunikasi pengembangan media elektronik
2.2.4. Sistem jaringan sumber
daya air
a. Jaringan sumber daya √ √ Pengembangan Sungai Elo dan Progo yang termasuk 3
air lintas negara, wilayah sungai lintas provinsi Progo Opak Serang yang
lintas provini, dan terdiri dari:
lintas kabupaten/kota  pengembangan sempadan sungai sebagai RTH taman
dan hutan kota, RTNH biru sebagai sumber daya air,

IV- 6
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kelengkapan Kedalaman
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Nilai
Ada Tidak Ada Tidak
dan pariwisata daerah
 penataan prasarana dan sarana drainase perkotaan
yang bermuara di wilayah sungai
 pengembangan tanggul penahan untuk mengurangi
pengikisan lahan di sekitar aliran sungai
 penetapan garis sempadan sungai ditetapkan dengan
peraturan daerah tersendiri mengenai garis sempadan
 pengelolaan, pemanfaatan, dan pembinaan sungai
meliputi daerah sempadan sungai, daerah manfaat
sungai dan wilayah sungai (WS) dilaksanakan sesuai
ketentuan perundangan
b. Wilayah sungai di √ √ Pengembangan wilayah sungai berupa pengembangan 3
wilayah kota cekungan air tanah berupa cekungan air tanah magelang-
temanggung
c. Jaringan irigasi √ √ Pengembangan jaringan irigasi di Kota Magelang terdiri 3
dari saluran irigasi primer yaitu Kali Progo dan Kali
Manggis, serta saluran irigasisSekunder yaitu Kali Bening,
Kali Ngaran, Kali Kedali, dan Kali Gandekan
d. Jaringan air baku √ √ Pengembangan jaringan air baku di Kota Magelang terdiri 3
dari:
 pembangunan jaringan air bersih perpipaan perkotaan
melalui sumber air permukaan berupa mata air
 pengembangan jaringan perpipaan dan non perpipaan
di kawasan peruntukan budidaya dari sumber air tanah
dan air permukaan
e. Sistem pengendalian - - - -
banjir
2.2.5. Infrastruktur perkotaan
a. Penyediaan air minum √ √ Pengembangan air minum perkotaan Kota Magelang 3
kota terdiri dari:
 pengembangan air minum yang dikelola oleh daerah
melalui PDAM
 pengembangan air minum yang dikelola oleh
masyarakat berupa jaringan perpipaan yang berada di
kawasan budidaya termasuk perpipaan mandiri berbasis

IV- 7
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kelengkapan Kedalaman
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Nilai
Ada Tidak Ada Tidak
masyarakat di kawasan permukiman
b. Pengelolaan air
limbah kota
1 IPAL √ √ Pengembangan IPAL lebih diarahkan pada penataan, 3
rehabilitasi/revitalisasi, pembangunan, dan pengoptimalan
kapasitas jaringan air limbah melalui IPAL dan IPLT yang
terintegrasi dalam sebuah sistem di kawasan budidaya di
Kota Magelang
2 Pembuangan √ √ Pengembangan air limbah rumah tangga terdiri dari: 3
air limbah  pengembangan dan peningkatan akses masyarakat
rumah tangga terhadap prasarana dan sarana air limbah melalui
sistem setempat/terpusat secara bertahap pada
kawasan permukiman dengan prioritas untuk
masyarakat berpenghasilan rendah
 pengembangan sistem air limbah yang terpisah dengan
sistem drainase secara bertahap
3 Pengolahan air √ √ Pengembangan pengolahan air limbah B3 dilaksanakan 3
limbah Bahan berdasarkan arahan kawasan budidaya yang
Berbahaya dan menghasilkan limbah cair B3 dan wajib mempunyai sistem
Beracun (B3) pembuangan /tempat pembuangan sementara limbah
sesuai peraturan perundangan
c. Persampahan
1 TPS √ √ Pengembangan TPS, TPST, dan depo pemindahan terdiri 3
dari:
 lokasi penampungan dan alat pemrosesan sampah yang
ramah lingkungan
 terdapat kegiatan penataan dan pengolahan sampah di
lokasi sebagai bagian sistem mengurangi sampah,
menggunakan kembali, dan mendaur ulang sampah
atau 3R
 bangunan/tempat yang aman dari rembesan air lindi dan
tidak berbau menyengat sehingga tidak mencemari
lingkungan
 pembangunan dan penempatan harus memperhatikan
kemudahan dalam pencapaian akses dari dan ke TPS,

IV- 8
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kelengkapan Kedalaman
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Nilai
Ada Tidak Ada Tidak
TPST, dan depo pemindahan untuk pengangkutan
sampah
2 TPA √ √ Pengembangan TPA di Kota Magelang terdiri dari: 1,5
 pengembangan TPA Banyuurip dengan penambahan
sel penampung dan pengurangan secara bertahap
melalui proses sanitary landfill dengan memproses
sampah baik organik maupun anorganik sesuai dengan
kewenangan pemerintah daerah dan koordinasi dengan
Pemerintah Kabupaten Magelang
 pengembangan TPA Regional dengan pembangunan
TPA dan perwujudan sistem serta manajemen
persampahan regional melalui langkah koordinasi yang
difasilitasi oleh pemerintah provinsi
d. Drainase
1 Jaringan primer √ √ Jaringan drainase primer di Kota Magelang terdiri dari 3
Sungai Progo, Sungai Elo, Kali Bening, Kali Manggis, Kali
Ngaran, Kali Kedali, dan Kali Gandekan
2 Jaringan √ √ Saluran drainase sekunder terdiri dari saluran Kali Kota, 3
sekunder ruas jalan arteri dan kolektor perkotaan
3 Jaringan tersier √ √ Saluran drainase tersier terdapat di ruas jalan lokal dan 3
jalan lingkungan di seluruh unit lingkungan kawasan
permukiman
e. Jalur pejalan kaki √ √ Pengembangan jalur pejalan kaki terdiri dari trotoar, 3
penyeberangan zebra cross, zona selamat sekolah,
jembatan penyeberangan, penyeberangan pelican,
dan/atau penyeberangan underpass di seluruh kota
f. Jalur evakuasi √ √ Jalur evakuasi bencana di Kota Magelang terdiri dari: 3
bencana  jalur evakuasi letusan gunung berapi yang diarahkan
melalui jalan utama daerah
 jalur evakuasi bencana tanah longsor yang diarahkan
melalui jalan utama lingkungan
g. Prasarana dan sarana
perkotaan lainnya
1 Jalur sepeda √ √ Pengembangan jalur sepeda di Kota Magelang terdiri dari 3
koridor Jalan Tentara Pelajar, Jalan Pahlawan, sebagian

IV- 9
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kelengkapan Kedalaman
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Nilai
Ada Tidak Ada Tidak
Jalan A. Yani, sebagian Jalan Pemuda, Jalan Tidar, Jalan
Gatot Subroto, Jalan Senopati, Jalan Diponegoro, Jalan
Veteran, Jalan Jenderal Sudirman
3. RENCANA POLA RUANG 1,76
3.1 Kawasan Lindung
3.1.1. Hutan lindung - - - -
3.1.2. Kawasan yang memberikan √ √ Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan 1,5
perlindungan kawasan bawahannya yaitu kawasan resapan air di Gunung Tidar
bawahannya dan kawasan lain yang ditentukan lebih lanjut
3.1.3. Kawasan perlindungan
setempat
a. Sempadan pantai - - - -
b. Sempadan sungai √ √ Kawasan sempadan sungai terdiri dari kawasan 1,5
dan irigasi sempadan sungai progo dan sungai elo, sedangkan
kawasan sempadan irigasi terdiri dari kawasan sempadan
kali manggis, kali bening, kali kota, kali ngaran, kali
gandekan, dan kali kedali
c. Kawasan sekitar - - - -
danau atau waduk
d. Kawasan sekitar mata √ √ Kawasan sekitar mata air terdapat di sekeliling sumber air 1,5
air yang ada di daerah
3.1.4. RTH √ √ Pengembangan RTH di Kota Magelang terdiri dari RTH 3
Publik yang memiliki luas paling rendah kurang lebih 362
Ha dan RTH Privat yang memiliki luas paling rendah
kurang lebih 181 Ha
3.1.5. Kawasan suaka alam dan
cagar budaya
a. Kawasan suaka alam √ √ Kawasan perlindungan suaka alam berupa kawasan 1,5
perlindungan plasma nutfah yang berada di Gunung Tidar
dan kawasan lain yang ditetapkan lebih lanjut
b. Kawasan cagar √ √ Pengembangan kawasan cagar budaya berupa 1,5
budaya lingkungan atau benda cagar budaya (monumen, gapura,
prasasti, makam, gua) dan lingkungan bangunan cagar
budaya (bangunan tempat ibadah bangunan kawasan
kesehatan, bangunan kawasan pertahanan, bangunan

IV- 10
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kelengkapan Kedalaman
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Nilai
Ada Tidak Ada Tidak
sekolah, bangunan perkantoran, dan bangunan rumah
tinggal)
3.1.6. Kawasan rawan bencana √ √ Kawasan rawan bencana alam terdiri dari kawasan rawan 3
alam tanah longsor dan kawasan rawan letusan gunung berapi
3.1.7. Kawasan lindung lainnya
a. Kawasan √ √ Kawasan perlindungan geologi di Kota Magelang meliputi 3
perlindungan geologi kawasan resapan air tanah berupa cekungan air tanah
magelang-temanggung
3.2 Kawasan Budidaya
3.2.1. Kawasan perumahan √ √ Kawasan perumtukan perumahan dibagi menjadi 4, yaitu: 1,5
 kawasan perumahan sangat padat dengan kepadatan ≥
457 jiwa/ha sampai dengan 640 jiwa/ha
 kawasan perumahan kepadatan tinggi dengan
kepadatan ≥ 269 jiwa/ha sampai dengan 456 jiwa/ha
 kawasan perumahan kepadatan sedang dengan
kepadatan ≥ 81 jiwa/ha sampai dengan 268 jiwa/ha
 kawasan perumahan kepadatan rendah dengan
kepadatan < 80 jiwa/ha
3.2.2. Kawasan perdagangan dan √ √ Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa terdiri 1,5
jasa dari:
 pengembangan kawasan perdagangan dan jasa skala
kota dan/atau regional
 pengembangan kawasan perdagangan dan jasa skala
sub pusat pelayanan kota
 pengembangan kawasan perdagangan dan jasa skala
lingkungan
3.2.3. Kawasan perkantoran √ √ Pengembangan kawasan perkantoran terdiri dari: 1,5
 kawasan perkantoran pemerintahan
 kawasan perkantoran swasta
3.2.4. Kawasan industri √ √ Pengembangan kawasan industri terdiri dari: 1,5
 pengembangan industri besar
 pengembangan industri sedang
 pengembangan industri kecil
 pengembangan industri rumah tangga
3.2.5. Kawasan pariwisata √ √ Pengembangan kawasan pariwisata di Kota Magelang 3
IV- 11
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kelengkapan Kedalaman
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Nilai
Ada Tidak Ada Tidak
terdiri dari Taman Kyai Langgeng dan wisata perkotaan
lain seperti wisata pertanian, wisata alam, wisata budaya
dan wisata konvensi
3.2.6. Kawasan RTNH √ √ Kawasan RTNH terdiri dari: 1,5
 pengembangan RTNH berdasarkan struktur dan pola
ruang
 pengembangan RTNH berdasarkan kepemilikan
3.2.7. Kawasan ruang evakuasi √ √ Kawasan ruang evakuasi bencana berupa lapangan 1,5
bencana terbuka, kantor pemerintahan, dan gedung pertemuan
3.2.8. Kawasan peruntukan ruang √ √ Kawasan peruntukan ruang bagi sektor informal berupa 1,5
bagi sektor informal kawasan yang khusus diperuntukkan untuk PKL
3.2.9. Kawasan peruntukan
lainnya
a. Kawasan pendidikan √ √ Kawasan pendidikan terdapat di wilayah daerah yang 1,5
ditetapkan sebagai kawasan pendidikan
b. Kawasan kesehatan √ √ Kawasan kesehatan terdapat di wilayah daerah yang 1,5
ditetapkan sebagai kawasan kesehatan
c. Kawasan peribadatan √ √ Kawasan peribadatan terdapat di wilayah daerah yang 1,5
ditetapkan sebagai kawasan peribadatan
d. Kawasan pertahanan √ √ Kawasan pertahanan dan keamanan terdapat di wilayah 1,5
dan keamanan daerah yang ditetapkan sebagai kawasan pertahanan dan
keamanan
e. Kawasan pertanian √ √ Kawasan pertanian dikembangkan sebagai 1,5
kawasan/kegiatan terintegrasi untuk menunjang agribisnis
meliputi pertanian irigasi, peternakan, dan perikanan.
Khusus untuk pertanian irigasi sebagai LP2B terdapat di:
 kelurahan Kedungsari, Kecamatan Magelang Utara
 kelurahan Kramat Selatan, Kecamatan Magelang Utara
 kelurahan Potrobangsan, Kecamatan Magelang Utara
 kelurahan Magelang, Kecamatan Magelang Tengah
 kelurahan Panjang, Kecamatan Magelang Tengah
 kelurahan Gelangan, Kecamatan Magelang Tengah
 kelurahan Rejowinangun Utara, Kecamatan Magelang
Tengah
 kecamatan Jurangombo Utara, Kecamatan Magelang
IV- 12
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kelengkapan Kedalaman
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Nilai
Ada Tidak Ada Tidak
Tengah
 kelurahan Magersari, Kecamatan Magelang Selatan
 kelurahan Tidar Utara, Kecamatan Magelang Selatan
 kelurahan Tidar Selatan, Kecamatan Magelang Selatan
f. Kawasan √ √ Kawasan pergudangan diarahkan di BWP IV Kota 1,5
pergudangan Magelang
g. Kawasan olahraga √ √ Kawasan olahraga terdapat di Kawasan GOR Samapta 1,5
dan kawasan lain yang ditetapkan lebih lanjut
4. PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS 3
4.1 Bidang pertahanan dan keamanan √ √ Kawasan strategis bidang pertahanan dan keamanan 3
meliputi Kawasan AKMIL, Kawasan SECABA, Kawasan
RINDAM IV Diponegoro, dan YON ARMED 11
4.2 Bidang fungsi dan daya dukung √ √ Kawasan strategis bidang fungsi dan daya dukung 3
lingkungan hidup lingkungan hidup meliputi Kawasan Gunung Tidar
4.3 Bidang pertumbuhan ekonomi √ √ Kawasan strategis bidang pertumbuhan ekonomi meliputi: 3
 kawasan GOR Samapta
 kawasan kebonpolo
 kawasan sukarno hatta
 kawasan taman kyai langgeng
 kawasan sentra perekonomian lembah tidar
 kawasan sekitar alun-alun
 kawasan sidotopo
4.4 Bidang sosial budaya √ √ Kawasan strategis bidang sosial budaya meliputi 3
bangunan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yang ada
di wilayah daerah yang ditetapkan
5. ARAHAN PEMANFAATAN RUANG 2,66
5.1 Perwujudan struktur ruang
5.1.1. Perwujudan pusat √ √ Arahan perwujudan pusat pelayanan kegiatan kota 3
pelayanan kegiatan kota dilakukan melalui program:
 penyusunan RTRW
 penyusunan RDTRK
 penyusunan RTBL kawasan strategis kota
 penyusunan peraturan zonasi
 penyusunan rencana RTH
penyusunan rencana umum lainnya, yaitu reklame, sistem
IV- 13
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kelengkapan Kedalaman
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Nilai
Ada Tidak Ada Tidak
informasi pembangunan, dan pemetaan
5.1.2. Perwujudan sistem jaringan
prasarana kota
a. Perwujudan sistem √ √ Arahan perwujudan sistem jaringan transportasi dilakukan 3
jaringan transportasi melalui program:
 pengembangan prasarana jalan
 pengembangan prasarana transportasi darat
b. Perwujudan sistem √ √ Arahan perwujudan sistem jaringan sumber daya air 3
jaringan sumber daya dilakukan melalui program:
air  pengembangan manajemen sumber daya air
 pengembangan sumber daya air bersih
 tambahan dukungan air baku
 pengembangan pengelolaan swadaya masyarakat
 pengembangan jaringan irigasi
c. Perwujudan sistem √ √ Arahan perwujudan sistem jaringan energi dilakukan 3
jaringan energi melalui program:
 penambahan, penggantian, dan peningkatan
sambungan jaringan distribusi
 pengembangan dan peningkatan jaringan transmisi
 pemeliharaan jaringan dan prasarana pendukung
 peningkatan daya sesuai proyeksi kebutuhan
 pemasangan lampu penerangan jalan di pusat
pelayanan dan taman lingkungan
 pengembangan kawasan pelayanan gardu induk
 studi penataan dan penataan pengisian BBM dan gas
 studi kelayakan energi alternatif disertai
pengembangannya
d. Perwujudan sistem √ √ Arahan perwujudan sistem jaringan telekomunikasi 3
jaringan dilakukan melalui program:
telekomunikasi  pengembangan telekomunikasi
 pengembangan informatika
 pengembangan media elektronik daerah
e. Perwujudan sistem √ √ Arahan perwujudan sistem jaringan lainnya terdiri dari: 3
jaringan lingkungan  perwujudan sistem sarana prasarana persampahan
 perwujudan sistem sarana prasarana air limbah
IV- 14
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kelengkapan Kedalaman
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Nilai
Ada Tidak Ada Tidak
 perwujudan sistem sarana prasarana drainase
5.2 Perwujudan pola ruang
5.2.1. Perwujudan kawasan √ √ Arahan perwujudan kawasan lindung terdiri dari: 0
lindung  arahan perlindungan kawasan perlindungan setempat
 arahan perlindungan kawasan rawan bencana alam
5.2.2. Perwujudan kawasan √ √ Arahan perwujudan kawasan budidaya terdiri dari: 3
budidaya  arahan perwujudan kawasan perumahan
 arahan perwujudan kawasan perdagangan dan jasa
 arahan perwujudan kawasan perkantoran
 arahan perwujudan kawasan pendidikan
 arahan perwujudan kawasan kesehatan
 arahan perwujudan kawasan peribadatan
 arahan perwujudan kawasan pariwisata
 arahan perwujudan kawasan industri
 arahan perwujudan kawasan militer dan keamanan
 arahan perwujudan kawasan pertanian
 arahan perwujudan kawasan RTNH
 arahan perwujudan kawasan transportasi
 arahan perwujudan kawasan sektor informal
 arahan perwujudan kebutuhan ruang untuk evakuasi
bencana
5.3 Perwujudan kawasan strategis √ √ Arahan perwujudan kawasan strategis terdiri dari: 3
 arahan perwujudan kawasan strategis untuk
kepentingan pertahanan dan keamanan
 arahan perwujudan kawasan strategis dari sudut
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
 arahan perwujudan kawasan strategis pertumbuhan
ekonomi
 arahan perwujudan kawasan strategis sosial dan
budaya
6. ARAHAN PENGENDALIAN 2,62
PEMANFAATAN RUANG
6.1 Ketentuan umum peraturan zonasi √ √ Ketentuan umum peraturan zonasi digunakan sebagai 1,5
pedoman bagi pemerintah kota dalam menyusun
peraturan zonasi
IV- 15
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kelengkapan Kedalaman
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Nilai
Ada Tidak Ada Tidak
6.2 Ketentuan perizinan √ √ Ketentuan perizinn merupakan acuan bagi pejabat yang 3
berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang
berdasarkan rencana struktur ruang dan pola ruang
6.3 Ketentuan pemberian insentif dan √ √ Pemberian insentif dan disinsentif dalam penataan ruang 3
disinsentif diselenggarakan untuk:
 meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang
dalam rangka mewujudkan tata ruang sesuai dengan
rencana tata ruang
 memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan
degan rencana tata ruang
 meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan
dalam rangka pemanfaatan ruang yang sejalan dengan
rencana tata ruang
6.4 Arahan sanksi √ √ Arahan sanksi merupakan tindakan penertiban yang 3
dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi
TOTAL KESELURUHAN 15,87
RATA-RATA KELENGKAPAN&KELENGKAPAN 2,64
MATERI PERDA
Sumber: hasil analisis, 2016

IV- 16
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Berdasarkan perhitungan di atas diketahui bahwa rata-rata kelengkapan dan


kedalaman materi Perda RTRW Kota Magelang Tahun 2011-2031 adalah sebesar 2,64.

4.1.2. Kesesuaian Muatan RTRW Kota Magelang dengan Karakteristik Daerah


Analisis kesesuaian muatan RTRW Kota Magelang dengan karakteristik daerah
dimaksudkan untuk menilai kesesuaian antara perumusan RTRW Kota Magelang dengan
perumusan konsep pengembangan wilayah itu sendiri. Analisis ini disesuaikan dengan
karakteristik wilayah Kota Magelang yang meliputi karakteristik fisik, sosial budaya, dan
ekonomi masyarakat Kota Magelang. Berikut ini merupakan tabel kesesuaian materi muatan
Perda No. 4 Tahun 2012 Kota Magelang dengan karakteristik wilayah Kota Magelang.

IV- 17
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Tabel 4.2
Kesesuaian Perda No. 4 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang Tahun 2011-2031
dengan Karakteristik Wilayah Kota Magelang
Kesesuaian
dengan
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Keterangan
Karakteristik
Daerah
1. TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 3
PENATAAN RUANG
1.1 Tujuan penataan ruang Tujuan penataan ruang adalah mewujudkan ruang daerah 3 Tujuan penataan ruang di Kota
sebagai kota jasa bertaraf regional yang berbudaya, maju, Magelang sudah sesuai dengan
dan berdaya saing dalam masyarakat madani dan mampu karakteristik Kota Magelang
menyejahterakan masyarakat, aman, nyaman, produktif,
dan berkelanjutan
1.2 Kebijakan penataan ruang Kebijakan sebagai arahan tindakan untuk mencapai 3 Kebijakan penataan ruang di Kota
tujuan penataan ruang daerah meliputi: Magelang sudah sesuai dengan
 Kebijakan pengembangan struktur ruang daerah karakteristik Kota Magelang
 Kebijakan pengembangan pola ruang daerah
 Kebijakan penetapan kawasan strategis daerah
1.3 Strategi penataan ruang Strategi penataan ruang pada Perda No. 4 Tahun 2012 3 Strategi penataan ruang di Kota
membahas tentang langkah-langkah yang harus dilakukan Magelang sudah sesuai dengan
dalam mencapai kebijakan penataan ruang yang telah karakteristik Kota Magelang
ditetapkan
2. RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH 2,65
2.1 Sistem pusat pelayanan
2.1.1. Sistem perkotaan
a. Pusat pelayanan kota Pusat pelayanan Kota Magelang mempunyai cakupan 3 Penentuan sebagian Kelurahan
pelayanan seluruh wilayah daerah dan/atau regional. Cacaban, sebagian Kelurahan
Pusat pelayanan kota terdapat di BWP I yang meliputi Panjang, sebagian Kelurahan
sebagian Kelurahan Cacaban, sebagian Kelurahan Kemirirejo, dan sebagian Kelurahan
Panjang, sebagian Kelurahan Kemirirejo, dan sebagian Magelang, yaitu Kawasan Alun-alun
Kelurahan Magelang, yaitu Kawasan Alun-alun sebagai pusat pelayanan Kota
Magelang telah sesuai karakteristik
Kota Magelang
b. Subpusat pelayanan kota Subpusat pelayanan Kota Magelang mempunyai cakupan 3 Pemilihan kawasan tersebut sebagai
pelayanan sub wilayah kota. Subpusat pelayanan kota subpusat pelayanan di Kota
meliputi Kawasan Kebonpolo di BWP II, Kawasan Kyai Magelang sesuai dengan

IV- 18
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kesesuaian
dengan
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Keterangan
Karakteristik
Daerah
Langgeng di BWP III, Kawasan Sukarno-Hatta di BWP IV, karakteristik Kota Magelang,
dan Kawasan Sidotopo di BWP V terutama fisik wilayah dan ekonomi
wilayah
c. Pusat lingkungan Pusat lingkungan di Kota Magelang mempunyai cakupan 3 Penentuan pusat lingkungan sudah
pelayanan skala lingkungan wilayah daerah yang sesuai dengan karakteristik daerah
dikembangkan di masing-masing BWP
2.2 Sistem jaringan prasarana
2.2.1. Sistem jaringan transportasi
a. Sistem jaringan transportasi
darat
1 Jaringan jalan Rencana sistem jaringan jalan terdiri dari: 3 Rencana pengembangan jaringan
 pengembangan jaringan jalan berdasarkan sistem jalan sudah sesuai dengan
 pengembangan lokasi dan kelas pelayanan terminal karakteristik daerah karena dapat
 pengembangan sarana dan prasarana angkutan umum mendukung infrastruktur di Kota
 pengembangan fasilitas pendukung kegiatan Lalu Lintas Magelang, mengakomodir
dan Angkutan Jalan kebutuhan masyarakat, dan dapat
meningkatkan perekonomian
Pengembangan jaringan jalan berdasarkan sistem sesuai
dengan Perda No. 4 Tahun 2012 meliputi:
 jalan arteri primer dan sekunder
 jalan kolektor primer dan kolektor sekunder
 jalan lokal primer dan lokal sekunder
 jalan lingkungan sekunder
2 Jaringan jalur kereta Rencana jaringan pelayanan kereta api yang merupakan 1,5 Rencana pengembangan jalur
api jaringan kereta api regional Semarang-Magelang- kereta api di Kota Magelang tidak
Yogyakarta terdiri dari: sesuai dengan karakteristik daerah.
 pengembangan prasarana perkeretaapian, dan/atau Hal ini dikarenakan kondisi eksisting
 pengembangan sarana perkeretaapian rel saat ini sudah banyak terdapat
bangunan. Jika reaktivasi
menggunakan jalur eksisting akan
tetap dilanjutkan maka
dikhawatirkan akan memberikan
dampak sosial dan ekonomi yang

IV- 19
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kesesuaian
dengan
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Keterangan
Karakteristik
Daerah
sangat besar bagi Kota Magelang
3 Jaringan transportasi - - -
sungai, danau, dan
penyeberangan
b. Sistem jaringan transportasi
laut
1 Alur pelayanan - - -
2 Pelabuhan laut yang - - -
ada
c. Sistem jaringan transportasi
udara
1 Ruang udara untuk - - -
kegiatan Bandar
udara
2 Ruang udara untuk - - -
jalur penerbangan
3 Bandar udara yang - - -
ada
2.2.2. Sistem jaringan energI/kelistrikan
a. Pembangkit listrik - - -
b. Jaringan prasarana energi
1 Jaringan pipa minyak - - -
dan gas bumi
2 Jaringan transmisi - - -
tenaga listrik
(SUTUT, SUTET, dan
SUTT)
3 Pembangkit tenaga Pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik terdiri 3 Pengembangan energi kelistrikan
listrik dari: sudah sesuai dengan karakteristik
(jalur distribusi energi  jaringan primer yang merupakan jaringan distribusi daerah
kelistrikan, lokasi SUTM diarahkan pada sistem tegangan 20 KV di
pembangkit, gardu sepanjang jaringan jalan
induk distribusi, dan  jaringan sekunder yang merupakan jaringan distribusi

IV- 20
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kesesuaian
dengan
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Keterangan
Karakteristik
Daerah
sistem distribusi) SUTR dengan tegangan 220/380 V di kawasan
perumahan
 gardu distribusi listrik di Sanggrahan, Kelurahan Wates
untuk menurunkan tegangan dari 20 KV menjadi
220/380 V
 penambahan jaringan distribusi baru baik SUTR
maupun SUTM
 penambahan kapasitas gardu distribusi lama yang
melayani beban lama dan juga untuk memenuhi
penambahan kebutuhan daya
4 Energi alternatif Pengembangan energi alternatif meliputi pengembangan 3 Pengembangan energi alternatif
sumber energi alternatif di seluruh wilayah Daerah dengan sudah sesuai dengan karakteristik
memanfaatkan penanganan sampah dan energi surya, daerah
serta sumber daya alam lainnya
2.2.3. Sistem jaringan telekomunikasi
a. Infrastruktur dasar Pengembangan infrastruktur dasar telekomunikasi 3 Pengembangan infrastruktur dasar
telekomunikasi direncanakan dengan pengembangan dan pemerataan telekomunikasi sudah sesuai
jaringan telepon kabel dan jaringan telepon tanpa kabel dengan karakteristik daerah
yang menjangkau seluruh wilayah daerah
b. Infrastruktur telepon nirkabel Pengembangan infrastruktur telepon nirkabel berupa BTS 3 Pengembangan infrastruktur telepon
terdiri dari: nirkabel sudah sesuai dengan
 penetapan jangkauan pelayanan menara telekomunikasi karakteristik daerah
 pemanfaatan secara bersama menara telekomunikasi
baik baru maupun bangunan yang sudah ada
 pengembangan secara terbatas dan bersyarat terhadap
pembangunan menara telekomunikasi
 pembangunan menara di kawasan yang sifat dan
peruntukannya memiliki karakteristik tertentu
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan
c. Peningkatan pelayanan Peningkatan pelayanan telekomunikasi dilakukan dengan 3 Peningkatan pelayanan
telekomunikasi rencana peningkatan prasarana internet dan rencana telekomunikasi sudah sesuai
pengembangan media elektronik dengan karakteristik daerah

IV- 21
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kesesuaian
dengan
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Keterangan
Karakteristik
Daerah
2.2.4. Sistem jaringan sumber daya air
a. Jaringan sumber daya air Pengembangan Sungai Elo dan Progo yang termasuk 3
lintas negara, lintas provini, wilayah sungai lintas provinsi Progo Opak Serang yang
dan lintas kabupaten/kota terdiri dari:
 pengembangan sempadan sungai sebagai RTH taman
dan hutan kota, RTNH biru sebagai sumber daya air,
dan pariwisata daerah
 penataan prasarana dan sarana drainase perkotaan
yang bermuara di wilayah sungai
 pengembangan tanggul penahan untuk mengurangi
pengikisan lahan di sekitar aliran sungai
 penetapan garis sempadan sungai ditetapkan dengan
peraturan daerah tersendiri mengenai garis sempadan
 pengelolaan, pemanfaatan, dan pembinaan sungai
meliputi daerah sempadan sungai, daerah manfaat
sungai dan wilayah sungai (WS) dilaksanakan sesuai
ketentuan perundangan
b. Wilayah sungai di wilayah Pengembangan wilayah sungai berupa pengembangan 3
kota cekungan air tanah berupa cekungan air tanah magelang-
temanggung
c. Jaringan irigasi Pengembangan jaringan irigasi di Kota Magelang terdiri 3
dari saluran irigasi primer yaitu Kali Progo dan Kali
Manggis, serta saluran irigasi sekunder yaitu Kali Bening,
Kali Ngaran, Kali Kedali, dan Kali Gandekan
d. Jaringan air baku Pengembangan jaringan air baku di Kota Magelang terdiri 3 Pengembangan air baku sudah
dari: sesuai dengan karakteristik daerah
 pembangunan jaringan air bersih perpipaan perkotaan
melalui sumber air permukaan berupa mata air
 pengembangan jaringan perpipaan dan non perpipaan
di kawasan peruntukan budidaya dari sumber air tanah
dan air permukaan
e. Sistem pengendalian banjir - - -
2.2.5. Infrastruktur perkotaan

IV- 22
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kesesuaian
dengan
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Keterangan
Karakteristik
Daerah
a. Penyediaan air minum kota Pengembangan air minum perkotaan Kota Magelang 3 Pengembangan air minum sudah
terdiri dari: sesuai dengan karakteristik daerah
 pengembangan air minum yang dikelola oleh daerah
melalui PDAM
 pengembangan air minum yang dikelola oleh
masyarakat berupa jaringan perpipaan yang berada di
kawasan budidaya termasuk perpipaan mandiri berbasis
masyarakat di kawasan permukiman
b. Pengelolaan air limbah kota
1 IPAL Pengembangan IPAL lebih diarahkan pada penataan, 1,5 Jaringan air limbah melalui IPAL dan
rehabilitasi/revitalisasi, pembangunan, dan pengoptimalan IPLT sampai saat ini belum ada di
kapasitas jaringan air limbah melalui IPAL dan IPLT yang Kota Magelang sehingga sistem
terintegrasi dalam sebuah sistem di kawasan budidaya di yang terintegrasi tersebut belum
Kota Magelang dapat diterapkan
2 Pembuangan air Pengembangan air limbah rumah tangga terdiri dari: 1,5 Limbah rumah tangga di Kota
limbah rumah tangga  pengembangan dan peningkatan akses masyarakat Magelang sampai saat ini masih
terhadap prasarana dan sarana air limbah melalui secara setempat dan membutuhkan
sistem setempat/terpusat secara bertahap pada waktu bertahap untuk menjadi
kawasan permukiman dengan prioritas untuk terpusat
masyarakat berpenghasilan rendah
 pengembangan sistem air limbah yang terpisah dengan
sistem drainase secara bertahap
3 Pengolahan air Pengembangan pengolahan air limbah B3 dilaksanakan 1,5 Kawasan budidaya yang
limbah Bahan berdasarkan arahan kawasan budidaya yang menghasilkan limbah cair B3 masih
Berbahaya dan menghasilkan limbah cair B3 dan wajib mempunyai sistem banyak yang belum dilengkapi
Beracun (B3) pembuangan /tempat pembuangan sementara limbah tempat pembuangan khusus
sesuai peraturan perundangan
c. Persampahan
1 TPS Pengembangan TPS, TPST, dan depo pemindahan terdiri 1,5 Kegiatan pendaurulangan sampah
dari: atau 3R di Kota Magelang masih
 lokasi penampungan dan alat pemrosesan sampah yang belum maksimal sehingga belum
ramah lingkungan dapat memberikan manfaat
 terdapat kegiatan penataan dan pengolahan sampah di lingkungan dan manfaat ekonomi
untuk masyarakat
IV- 23
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kesesuaian
dengan
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Keterangan
Karakteristik
Daerah
lokasi sebagai bagian sistem mengurangi sampah,
menggunakan kembali, dan mendaur ulang sampah
atau 3R
 bangunan/tempat yang aman dari rembesan air lindi dan
tidak berbau menyengat sehingga tidak mencemari
lingkungan
 pembangunan dan penempatan harus memperhatikan
kemudahan dalam pencapaian akses dari dan ke TPS,
TPST, dan depo pemindahan untuk pengangkutan
sampah
2 TPA Pengembangan TPA di Kota Magelang terdiri dari: 1,5 Volume sampah di TPA Banyuurip
 pengembangan TPA Banyuurip dengan penambahan sampai saat ini sudah overload,
sel penampung dan pengurangan secara bertahap ditambah dengan umur TPA
melalui proses sanitary landfill dengan memproses Banyuurip yang seharusnya sudah
sampah baik organik maupun anorganik sesuai dengan tidak bisa diperpanjang lagi
kewenangan pemerintah daerah dan koordinasi dengan sehingga membutuhkan TPA baru
Pemerintah Kabupaten Magelang ataupun sistem lain untuk
 pengembangan TPA Regional dengan pembangunan menangani permasalahan sampah
TPA dan perwujudan sistem serta manajemen
persampahan regional melalui langkah koordinasi yang
difasilitasi oleh pemerintah provinsi
d. Drainase
1 Jaringan primer Jaringan drainase primer di Kota Magelang terdiri dari 3 Jaringan drainase primer sudah
Sungai Progo, Sungai Elo, Kali Bening, Kali Manggis, Kali sesuai dengan karakteristik daerah
Ngaran, Kali Kedali, dan Kali Gandekan
2 Jaringan sekunder Saluran drainase sekunder terdiri dari saluran Kali Kota, 3 Jaringan drainase sekunder sudah
ruas jalan arteri dan kolektor perkotaan sesuai dengan karakteristik daerah
3 Jaringan tersier Saluran drainase tersier terdapat di ruas jalan lokal dan 3 Jaringan drainase tersier sudah
jalan lingkungan di seluruh unit lingkungan kawasan sesuai dengan karakteristik daerah
permukiman
e. Jalur pejalan kaki Pengembangan jalur pejalan kaki terdiri dari trotoar, 3 Pengembangan jalur pejalan kaki
penyeberangan zebra cross, zona selamat sekolah, sudah sesuai dengan karakteristik
jembatan penyeberangan, penyeberangan pelican, daerah
dan/atau penyeberangan underpass di seluruh kota
IV- 24
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kesesuaian
dengan
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Keterangan
Karakteristik
Daerah
f. Jalur evakuasi bencana Jalur evakuasi bencana di Kota Magelang terdiri dari: 3 Pengembangan jalur evakuasi
 jalur evakuasi letusan gunung berapi yang diarahkan bencana sudah sesuai dengan
melalui jalan utama daerah karakteristik daerah
 jalur evakuasi bencana tanah longsor yang diarahkan
melalui jalan utama lingkungan
g. Prasarana dan sarana
perkotaan lainnya
1 Jalur sepeda Pengembangan jalur sepeda di Kota Magelang terdiri dari 3 Pengembangan jalur sepeda sudah
koridor Jalan Tentara Pelajar, Jalan Pahlawan, sebagian sesuai dengan karakteristik daerah
Jalan A. Yani, sebagian Jalan Pemuda, Jalan Tidar, Jalan
Gatot Subroto, Jalan Senopati, Jalan Diponegoro, Jalan
Veteran, Jalan Jenderal Sudirman
3. RENCANA POLA RUANG 2,54
3.1 Kawasan Lindung
3.1.1. Hutan lindung - - -
3.1.2. Kawasan yang memberikan Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan 3 Kawasan yang memberikan
perlindungan kawasan bawahannya yaitu kawasan resapan air di Gunung Tidar perlindungan kawasan bawahannya
bawahannya dan kawasan lain yang ditentukan lebih lanjut sudah sesuai dengan karakteristik
daerah
3.1.3. Kawasan perlindungan setempat
a. Sempadan pantai - - -
b. Sempadan sungai Kawasan sempadan sungai terdiri dari kawasan 3 Sempadan sungai sudah sesuai
sempadan sungai progo dan sungai elo dengan karakteristik daerah
c. Kawasan sekitar danau atau - - -
waduk
d. Kawasan sekitar mata air Kawasan sekitar mata air terdapat di sekeliling sumber air 3 Kawasan sekitar mata air sudah
yang ada di daerah sesuai dengan karakteristik daerah
3.1.4. RTH Pengembangan RTH di Kota Magelang terdiri dari RTH 1,5 Luas RTH publik sampai saat ini
Publik yang memiliki luas paling rendah kurang lebih 362 belum mencapai 362 Ha
Ha dan RTH Privat yang memiliki luas paling rendah
kurang lebih 181 Ha
3.1.5. Kawasan suaka alam dan cagar
budaya

IV- 25
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kesesuaian
dengan
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Keterangan
Karakteristik
Daerah
a. Kawasan suaka alam Kawasan perlindungan suaka alam berupa kawasan 3 Kawasan perlindungan suaka alam
perlindungan plasma nutfah yang berada di Gunung Tidar sudah sesuai dengan karakteristik
dan kawasan lain yang ditetapkan lebih lanjut daerah
b. Kawasan cagar budaya Pengembangan kawasan cagar budaya berupa 3 Kawasan cagar budaya sudah
lingkungan atau benda cagar budaya (monumen, gapura, sesuai dengan karakteristik daerah
prasasti, makam, gua) dan lingkungan bangunan cagar
budaya (bangunan tempat ibadah bangunan kawasan
kesehatan, bangunan kawasan pertahanan, bangunan
sekolah, bangunan perkantoran, dan bangunan rumah
tinggal)
3.1.6. Kawasan rawan bencana alam Kawasan rawan bencana alam terdiri dari kawasan rawan 3 Kawasan rawan bencana alam
tanah longsor dan kawasan rawan letusan gunung berapi sudah sesuai dengan karakteristik
daerah
3.1.7. Kawasan lindung lainnya
a. Kawasan perlindungan Kawasan perlindungan geologi di Kota Magelang meliputi 3 Kawasan perlindungan geologi
geologi kawasan resapan air tanah berupa cekungan air tanah sudah sesuai dengan karakteristik
magelang-temanggung daerah
3.2 Kawasan Budidaya
3.2.1. Kawasan perumahan Kawasan peruntukan perumahan dibagi menjadi 4, yaitu: 3 Kawasan perumahan sudah sesuai
 kawasan perumahan sangat padat dengan kepadatan ≥ dengan karakteristik daerah
457 jiwa/ha sampai dengan 640 jiwa/ha
 kawasan perumahan kepadatan tinggi dengan
kepadatan ≥ 269 jiwa/ha sampai dengan 456 jiwa/ha
 kawasan perumahan kepadatan sedang dengan
kepadatan ≥ 81 jiwa/ha sampai dengan 268 jiwa/ha
 kawasan perumahan kepadatan rendah dengan
kepadatan < 80 jiwa/ha
3.2.2. Kawasan perdagangan dan jasa Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa terdiri 3 Kawasan perdagangan dan jasa
dari: sudah sesuai karakteristik daerah
 pengembangan kawasan perdagangan dan jasa skala
kota dan/atau regional
 pengembangan kawasan perdagangan dan jasa skala
sub pusat pelayanan kota

IV- 26
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kesesuaian
dengan
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Keterangan
Karakteristik
Daerah
 pengembangan kawasan perdagangan dan jasa skala
lingkungan
3.2.3. Kawasan perkantoran Pengembangan kawasan perkantoran terdiri dari: 3 Kawasan perkantoran sudah sesuai
 kawasan perkantoran pemerintahan dengan karakteristik daerah
 kawasan perkantoran swasta
3.2.4. Kawasan industri Pengembangan kawasan industri terdiri dari: 1,5 Kota Magelang tidak memungkinkan
 pengembangan industri besar untuk pengembangan kawasan
 pengembangan industri sedang industri, terutama industri besar
 pengembangan industri kecil karena tidak memiliki hamparan
 pengembangan industri rumah tangga seluas 50 hektar. Kondisi eksisting
saat ini hanya berupa pergudangan
yang lebih cenderung dalam
kawasan perdagangan dan jasa.
Selain itu dalam RTRW Provinsi
Jawa Tengah Kota Magelang tidak
diplot untuk kawasan industri besar
3.2.5. Kawasan pariwisata Pengembangan kawasan pariwisata di Kota Magelang 3 Kawasan pariwisata sudah sesuai
terdiri dari Taman Kyai Langgeng dan wisata perkotaan dengan karakteristik daerah
lain seperti wisata pertanian, wisata alam, wisata budaya
dan wisata konvensi
3.2.6. Kawasan RTNH Kawasan RTNH terdiri dari: 1,5 Kota Magelang memang
 pengembangan RTNH berdasarkan struktur dan pola membutuhkan RTNH, tetapi tidak
ruang dalam bentuk kawasan karena luas
 pengembangan RTNH berdasarkan kepemilikan Kota Magelang yang tidak terlalu
luas
3.2.7. Kawasan ruang evakuasi Kawasan ruang evakuasi bencana berupa lapangan 1,5 Ruang evakuasi bencana sebaiknya
bencana terbuka, kantor pemerintahan, dan gedung pertemuan dalam bentuk tempat, bukan dalam
bentuk kawasan
3.2.8. Kawasan peruntukan ruang bagi Kawasan peruntukan ruang bagi sektor informal berupa 1,5 Peruntukan ruang bagi sektor
sektor informal kawasan yang khusus diperuntukkan untuk PKL informal sebaiknya diakomodir
dalam bentuk kegiatan, bukan
kawasan
3.2.9. Kawasan peruntukan lainnya
a. Kawasan pendidikan Kawasan pendidikan terdapat di wilayah daerah yang 3 Kawasan pendidikan sudah sesuai
IV- 27
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kesesuaian
dengan
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Keterangan
Karakteristik
Daerah
ditetapkan sebagai kawasan pendidikan dengan karakteristik daerah
b. Kawasan kesehatan Kawasan kesehatan terdapat di wilayah daerah yang 3 Kawasan kesehatan sudah sesuai
ditetapkan sebagai kawasan kesehatan dengan karakteristik daerah
c. Kawasan peribadatan Kawasan peribadatan terdapat di wilayah daerah yang 3 Kawasan peribadatan sudah sesuai
ditetapkan sebagai kawasan peribadatan dengan karakteristik daerah
d. Kawasan pertahanan dan Kawasan pertahanan dan keamanan terdapat di wilayah 3 Kawasan pertahanan dan
keamanan daerah yang ditetapkan sebagai kawasan pertahanan dan keamanan sudah sesuai dengan
keamanan karakteristik daerah
e. Kawasan pertanian Kawasan pertanian dikembangkan sebagai 1,5 Luas LP2B di Kota Magelang telah
kawasan/kegiatan terintegrasi untuk menunjang agribisnis ditetapkan seluas 120 hektar, tetapi
meliputi pertanian irigasi, peternakan, dan perikanan. sampai saat ini masih belum
Khusus untuk pertanian irigasi sebagai LP2B terdapat di: terpetakan lokasi-lokasi sawah
 kelurahan Kedungsari, Kecamatan Magelang Utara irigasi yang ditetapkan sebagai
 kelurahan Kramat Selatan, Kecamatan Magelang Utara LP2B. Di sisi lain banyak
 kelurahan Potrobangsan, Kecamatan Magelang Utara masyarakat yang menginginkan
 kelurahan Magelang, Kecamatan Magelang Tengah agar sawah yang mereka miliki
 kelurahan Panjang, Kecamatan Magelang Tengah dapat dialihfungsikan untuk
 kelurahan Gelangan, Kecamatan Magelang Tengah permukiman karena lebih
 kelurahan Rejowinangun Utara, Kecamatan Magelang menguntungkan secara ekonomi
Tengah
 kecamatan Jurangombo Utara, Kecamatan Magelang
Tengah
 kelurahan Magersari, Kecamatan Magelang Selatan
 kelurahan Tidar Utara, Kecamatan Magelang Selatan
 kelurahan Tidar Selatan, Kecamatan Magelang Selatan
f. Kawasan pergudangan Kawasan pergudangan diarahkan di BWP IV Kota 1,5 Pergudangan lebih cocok ditetapkan
Magelang sebagai kegiatan, bukan kawasan
g. Kawasan olahraga Kawasan olahraga terdapat di Kawasan GOR Samapta 3 Kawasan olahraga sudah sesuai
dan kawasan lain yang ditetapkan lebih lanjut dengan karakteristik daerah
4. PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS 3
4.1 Bidang pertahanan dan keamanan Kawasan strategis bidang pertahanan dan keamanan 3 Kawasan strategis bidang
meliputi Kawasan AKMIL, Kawasan SECABA, Kawasan pertahanan dan keamanan sudah
RINDAM IV Diponegoro, dan YON ARMED 11 sesuai dengan karakteristik daerah
IV- 28
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kesesuaian
dengan
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Keterangan
Karakteristik
Daerah
4.2 Bidang fungsi dan daya dukung Kawasan strategis bidang fungsi dan daya dukung 3 Kawasan strategis bidang fungsi dan
lingkungan hidup lingkungan hidup meliputi Kawasan Gunung Tidar daya dukung lingkungan sudah
sesuai dengan karakteristik daerah
4.3 Bidang pertumbuhan ekonomi Kawasan strategis bidang pertumbuhan ekonomi meliputi: 3 Kawasan strategis bidang
 kawasan GOR Samapta pertumbuhan ekonomi sudah sesuai
 kawasan kebonpolo dengan karakteristik daerah
 kawasan sukarno hatta
 kawasan taman kyai langgeng
 kawasan sentra perekonomian lembah tidar
 kawasan sekitar alun-alun
 kawasan sidotopo
4.4 Bidang sosial budaya Kawasan strategis bidang sosial budaya meliputi 3 Kawasan strategis bidang sosial
bangunan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yang ada budaya sudah sesuai dengan
di wilayah daerah yang ditetapkan karakteristik daerah
5. ARAHAN PEMANFAATAN RUANG 3
5.1 Perwujudan struktur ruang
5.1.1. Perwujudan pusat pelayanan Arahan perwujudan pusat pelayanan kegiatan kota 3 Perwujudan pusat pelayanan
kegiatan kota dilakukan melalui program: kegiatan kota sudah sesuai dengan
 penyusunan RTRW karakteristik daerah
 penyusunan RDTRK
 penyusunan RTBL kawasan strategis kota
 penyusunan peraturan zonasi
 penyusunan rencana RTH
 penyusunan rencana umum lainnya, yaitu reklame,
sistem informasi pembangunan, dan pemetaan
5.1.2. Perwujudan sistem jaringan
prasarana kota
a. Perwujudan sistem jaringan Arahan perwujudan sistem jaringan transportasi dilakukan 3 Perwujudan sistem jaringan
transportasi melalui program: transportasi sudah sesuai dengan
 pengembangan prasarana jalan karakteristik daerah
 pengembangan prasarana transportasi darat
b. Perwujudan sistem jaringan Arahan perwujudan sistem jaringan sumber daya air 3 Perwujudan sistem jaringan sumber
sumber daya air dilakukan melalui program: daya air sudah sesuai dengan
IV- 29
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kesesuaian
dengan
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Keterangan
Karakteristik
Daerah
 pengembangan manajemen sumber daya air karakteristik daerah
 pengembangan sumber daya air bersih
 tambahan dukungan air baku
 pengembangan pengelolaan swadaya masyarakat
 pengembangan jaringan irigasi
c. Perwujudan sistem jaringan Arahan perwujudan sistem jaringan energi dilakukan 3 Perwujudan sistem jaringan energi
energi melalui program: sudah sesuai dengan karakteristik
 penambahan, penggantian, dan peningkatan daerah
sambungan jaringan distribusi
 pengembangan dan peningkatan jaringan transmisi
 pemeliharaan jaringan dan prasarana pendukung
 peningkatan daya sesuai proyeksi kebutuhan
 pemasangan lampu penerangan jalan di pusat
pelayanan dan taman lingkungan
 pengembangan kawasan pelayanan gardu induk
 studi penataan dan penataan pengisian BBM dan gas
 studi kelayakan energi alternatif disertai
pengembangannya
d. Perwujudan sistem jaringan Arahan perwujudan sistem jaringan telekomunikasi 3 Perwujudan sistem jaringan
telekomunikasi dilakukan melalui program: telekomunikasi sudah sesuai
 pengembangan telekomunikasi dengan karakteristik daerah
 pengembangan informatika
 pengembangan media elektronik daerah
e. Perwujudan sistem jaringan Arahan perwujudan sistem jaringan lainnya terdiri dari: 3 Perwujudan sistem jaringan lainnya
lingkungan  perwujudan sistem sarana prasarana persampahan sudah sesuai dengan karakteristik
 perwujudan sistem sarana prasarana air limbah daerah
 perwujudan sistem sarana prasarana drainase
5.2 Perwujudan pola ruang
5.2.1. Perwujudan kawasan lindung Arahan perwujudan kawasan lindung terdiri dari: 3 Perwujudan kawasan lindung sudah
 arahan perlindungan kawasan perlindungan setempat sesuai dengan karakteristik daerah
 arahan perlindungan kawasan rawan bencana alam
5.2.2. Perwujudan kawasan budidaya Arahan perwujudan kawasan budidaya terdiri dari: 3 Perwujudan kawasan budidaya
sudah sesuai dengan karakteristik
IV- 30
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kesesuaian
dengan
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Keterangan
Karakteristik
Daerah
 arahan perwujudan kawasan perumahan daerah
 arahan perwujudan kawasan perdagangan dan jasa
 arahan perwujudan kawasan perkantoran
 arahan perwujudan kawasan pendidikan
 arahan perwujudan kawasan kesehatan
 arahan perwujudan kawasan peribadatan
 arahan perwujudan kawasan pariwisata
 arahan perwujudan kawasan industri
 arahan perwujudan kawasan militer dan keamanan
 arahan perwujudan kawasan pertanian
 arahan perwujudan kawasan RTNH
 arahan perwujudan kawasan transportasi
 arahan perwujudan kawasan sektor informal
 arahan perwujudan kebutuhan ruang untuk evakuasi
bencana
5.3 Perwujudan kawasan strategis Arahan perwujudan kawasan strategis terdiri dari: 3 Perwujudan kawasan strategis
 arahan perwujudan kawasan strategis untuk sudah sesuai dengan karakteristik
kepentingan pertahanan dan keamanan daerah
 arahan perwujudan kawasan strategis dari sudut
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
 arahan perwujudan kawasan strategis pertumbuhan
ekonomi
 arahan perwujudan kawasan strategis sosial dan
budaya
6. ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN 3
RUANG
6.1 Ketentuan umum peraturan zonasi Ketentuan umum peraturan zonasi digunakan sebagai 3 Ketentuan umum peraturan zonasi
pedoman bagi pemerintah kota dalam menyusun sudah sesuai dengan karakteristik
peraturan zonasi daerah
6.2 Ketentuan perizinan Ketentuan perizinn merupakan acuan bagi pejabat yang 3 Ketentuan perizinan sudah sesuai
berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang dengan karakteristik daerah
berdasarkan rencana struktur ruang dan pola ruang
6.3 Ketentuan pemberian insentif dan Pemberian insentif dan disinsentif dalam penataan ruang 3 Ketentuan pemberian insentif dan
IV- 31
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kesesuaian
dengan
No. Muatan RTRW Kota Muatan Perda No. 4 Tahun 2012 Keterangan
Karakteristik
Daerah
disinsentif diselenggarakan untuk: disinsentif sudah sesuai dengan
 meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang karakteristik daerah
dalam rangka mewujudkan tata ruang sesuai dengan
rencana tata ruang
 memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan
degan rencana tata ruang
 meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan
dalam rangka pemanfaatan ruang yang sejalan dengan
rencana tata ruang
6.4 Arahan sanksi Arahan sanksi merupakan tindakan penertiban yang 3 Arahan sanksi sudah sesuai dengan
dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai karakteristik daerah
dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi
TOTAL KESELURUHAN 17,19
RATA-RATA KESESUAIAN DENGAN KARAKTERISTIK 2,86
DAERAH
Sumber: hasil analisis, 2016

Berdasarkan perhitungan di atas diketahui bahwa rata-rata kesesuaian dengan karakteristik daerah pada materi Perda RTRW Kota
Magelang Tahun 2011-2031 adalah sebesar 2,86

IV- 32
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

4.1.3. Kesesuaian Muatan RTRW Kota Magelang dengan Dinamika Pembangunan


Analisis kesesuaian antara RTRW Kota Magelang dengan dinamika pembangunan
yang berkembang di Kota Magelang dilakukan dengan membandingkan dinamika
pembangunan yang terjadi di Kota Magelang dengan rencana tata ruang yang telah
ditetapkan dalam RTRW Kota Magelang Tahun 2011-2031. Ada empat dinamika
pembangunan yang berkembang di Kota Magelang yang harus segera diantisipasi di dalam
rencana tata ruang, diantaranya adalah:
1. Penetapan Kawasan Strategis Nasional Borobudur
Candi Borobudur ditetapkan menjadi kawasan strategis nasional berdasarkan Perpres
No. 58 Tahun 2014 tentang RTR Kawasan Borobudur dan sekitarnya. Selain itu juga
ditegaskan lagi dalam Perpres No. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional. Di dalam perpres tersebut Candi Borobudur menjadi
destinasi pariwisata nasional bersama dengan Danau Toba, Kepulauan Seribu, Tanjung
Kelayang, Mandalika, Wakatobi, Pulau Morotai, Tanjung Lesung, Bromo Tengger
Semeru, dan Komodo.

Berdasarkan Perpres No. 58 Tahun 2014 wilayah KSN Borobudur terbagi menjadi dua,
yaitu Sub Kawasan Pelestarian 1 (SP-1) yang berada pada radius 5 km, dan Sub
Kawasan Pelestarian 2 (SP-2) yang berada pada radius 5-10 km. Sub Kawasan
Pelestarian 1 (SP-1) diarahkan sebagai kawasan pelestarian utama, sedangkan Sub
Kawasan Pelestarian 2 (SP-2) diarahkan sebagai kawasan penyangga yang
dikendalikan pertumbuhan kawasan terbangunnya. Jika dilihat dari gambar di bawah

IV- 33
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

sampai radius 10 km dari Candi Borobudur, Kota Magelang sebenarnya tidak masuk
dalam radius tersebut sehingga ditetapkannya Candi Borobudur sebagai Kawasan
Strategis Nasional tidak memberikan dampak langsung untuk Kota Magelang. Akan
tetapi ditetapkannya KSN Borobudur memberikan potensi bagi Kota Magelang berupa
adanya potensi limpahan wisatawan dari Candi Borobudur untuk berkunjung ke Kota
Magelang sehingga dapat memberikan dampak ekonomi bagi Kota Magelang.

Sumber: Perpres No. 58 Tahun 2014 Tentang Tata Ruang Kawasan Borobudur
Gambar 4.1
Wilayah KSN Borobudur

Di sisi lain, jika dicermati lagi mengenai arahan pengembangan Sub Kawasan
Pelestarian 2 (SP-2) yaitu sebagai kawasan penyangga yang dikendalikan pertumbuhan
kawasan terbangunnya, maka dapat diketahui bahwa Kawasan SP-2 tidak akan dibuat
menjadi kawasan perkotaan. Hal ini menjadi peluang bagi Kota Magelang untuk dapat
menarik para wisatawan dari Candi Borobudur ke Kota Magelang. Peluang ini berlatar

IV- 34
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

belakang bahwa saat ini Kota Magelang merupakan kawasan perkotaan dan banyak
terdapat perdagangan dan jasa yang diharapkan dapat melayani para wisatawan.
Penetapan Candi Borobudur sebagai kawasan strategis nasional juga berkorelasi
dengan pengembangan jalur pergerakan. Pada beberapa tahun ke depan akan
dikembangkan jalan tol dan jalur kereta api Semarang-Yogyakarta untuk meningkatkan
konektivitas di kedua kota tersebut dan konektivitas menuju Candi Borobudur.
Pengembangan kedua jalur tersebut harus dapat menjadi potensi untuk membuat Kota
Magelang menjadi lebih berkembang. Jangan sampai pengembangan jalur tersebut
justru membuat Kota Magelang menjadi kota mati karena berkurangnya jumlah
pergerakan yang melalui Kota Magelang.

2. Pengembangan Kawasan UN Tidar


Seiring dengan ditetapkannya Universitas Tidar sebagai universitas negeri di Indonesia
menyebabkan terjadinya perubahan fisik sosial di lingkungan sekitar Universitas Tidar,
seperti semakin banyaknya tempat kos sebagai tempat tinggal sementara para
mahasiswa, semakin menjamurnya tempat usaha untuk melayani kebutuhan
mahasiswa, dan semakin banyaknya pendatang seperti mahasiswa yang belajar di

IV- 35
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Universitas Tidar. Pada nantinya keberadaan Universitas Tidar sebagai universitas


negeri akan menjadi tarikan bagi masyarakat dari luar Magelang yang menyebabkan
Kota Magelang menjadi semakin padat. Berkembangnya Kawasan UN Tidar akan
menyebabkan peningkatan jumlah penduduk, kepadatan penduduk kepadatan
permukiman, sehingga berpotensi terjadinya penurunan kualitas permukiman. Hal ini
harus diantisipasi mulai dari sekarang sehingga potensi tersebut tidak terjadi.
Pengembangan Kawasan UN Tidar sendiri sudah diatur di dalam tata ruang RDTR BWP
V yaitu Kawasan Sidotopo. Kawasan ini juga telah ditetapkan sebagai kawasan strategis
pertumbuhan ekonomi dan nantinya akan terbagi menjadi kawasan pendidikan dan
kawasan perdagangan dan jasa. Di sekitar Kawasan Sidotopo juga dikembangkan
kawasan permukiman untuk mendukung kegiatan pendidikan disana. Selain itu juga
dilakukan peningkatan kelas jalan yaitu Jalan Perintis Kemerdekaan menjadi jalan
kolektor primer untuk meningkatkan konektivitas dengan Universitas Tidar di wilayah
Kabupaten Magelang.

3. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B)


Berdasarkan UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan, yang dimaksud lahan pertanian pangan berkelanjutan adalah bidang
lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten
guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan
nasional. Luasan LP2B di Kota Magelang berdasarkan Perda RTRW Kota Magelang
sebesar 120 hektar, dan berdasarkan revisi Perda RTRW Provinsi Jawa Tengah
meningkat menjadi 206 hektar, walaupun masih akan dikaji ulang oleh pemerintah
provinsi. Kota Magelang sebenarnya belum memiliki perda tentang LP2B, tapi secara
eksplisit sudah diatur dalam Perda RTRW Kota Magelang. Hanya saja memang di dalam
perda tersebut belum dipetakan area-area yang nantinya akan ditetapkan sebagai LP2B
sehingga sampai saat ini masih belum ada kejelasan.

IV- 36
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) menjadi salah satu dinamika


pembangunan karena LP2B merupakan lahan yang harus disediakan oleh Kota
Magelang terkait dengan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional.
Walaupun memang pada kenyataannya cukup sulit bagi Pemerintah Kota Magelang
untuk dapat memenuhinya karena luas wilayah yang terbatas. Selain itu berdasarkan
hasil Focus Group Discussion diketahui bahwa banyak masyarakat yang memiliki sawah
lebih memilih untuk mengalihfungsikan lahannya untuk permukiman atau perdagangan
dan jasa karena memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Terkait dengan alih fungsi lahan pertanian, banyak ditemukan pelanggaran pemanfaatan
ruang yang terjadi di lapangan. Sebagai contoh adalah lahan yang seharusnya sawah
dimanfaatkan untuk permukiman. Hal ini terjadi karena banyak masyarakat yang tidak
mengerti prosedur dalam mendirikan bangunan, dan adanya masyarakat yang memang
nekat membangun walaupun dalam tata ruang direncanakan untuk persawahan.
Pengendalian pemanfaatan ruang harus lebih ditingkatkan lagi agar permasalahan
semacam ini dapat diminimalkan.

4. Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman


Kebutuhan perumahan dan permukiman di Kota Magelang sampai saat ini cenderung
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada suatu titik akan sampai pada batas
limitasi dimana pemenuhan perumahan dan permukiman sampai pada batas maksimal.
Di sisi lain dengan luas wilayah yang tetap dan kebutuhan perumahan yang meningkat
menjadikan masalah ini sebagai tantangan bagi Kota Magelang di masa mendatang.
Padahal pemanfaatan ruang di Kota Magelang tidak hanya digunakan untuk
permukiman. Ada fungsi-fungsi lain yang juga harus diakomodir dalam pemanfaatan
ruang, seperti perdagangan dan jasa, perkantoran, sempadan, RTH, dan lain
sebagainya. Peningkatan kebutuhan perumahan dan permukiman tidak lepas dari letak
Kota Magelang yang strategis dan merupakan PKW (Pusat Kegiatan Wilayah)
Purwomanggung sehingga terdapat kecenderungan perkembangan yang pesat dalam
IV- 37
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

hal perumahan, permukiman, dan perdagangan dan jasa. Di sisi lain banyaknya
pendatang yang ingin bertempat tinggal di Kota Magelang juga menjadi faktor tambahan
meningkatnya kebutuhan perumahan dan permukiman.

IV- 38
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Tabel 4.3
Kesesuaian Perda No. 4 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang Tahun 2011-2031
dengan Dinamika Pembangunan
Kesesuaian dengan
No. Muatan RTRW Kota Dinamika Pembangunan Nilai Keterangan
Sesuai Tidak Sesuai
Dinamika Pembangunan Nasional:
1,20
Penetapan Kawasan Strategis Nasional Borobudur
1. TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG √ 0 Secara umum sudah mengakomodir dinamika
pembangunan yang berkembang terutama terkait
dengan kedudukan Kota Magelang sebagai PKW,
tetapi mengenai KSN Borobudur belum dijelaskan
secara rinci
2. RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH √ 0 Pada rencana pergerakan masih belum
diperkirakan mengenai dampak dibangunnya
jalan tol bagi Kota Magelang
3. RENCANA POLA RUANG √ 0 Rencana pola ruang masih belum sesuai karena
masih terdapat zona industri di Koridor Jalan
Sukarno Hatta yang seharusnya merupakan
kawasan strategis pertumbuhan ekonomi,
sehingga lebih cocok untuk dijadikan zona
perdagangan dan jasa. Selain itu Koridor Jalan
Sukarno Hatta juga bisa menjadi pertumbuhan
ekonomi baru dan dapat menjadi daya tarik
wisatawan yang berkunjung ke Candi Borobudur
selain kawasan alun-alun
4. PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS √ 3 Sesuai
5. ARAHAN PEMANFAATAN RUANG √ 3 Sesuai
Dinamika Pembangunan Regional:
2,40
Pengembangan Kawasan UN Tidar Magelang
1. TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG √ 3 Sesuai
2. RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH √ 0 Masih terdapat rencana pergerakan yang belum
diakomodir dalam RTRW, yaitu mengenai
peningkatan status jalan perintis kemerdekaan
menjadi jalan kolektor primer
3. RENCANA POLA RUANG √ 3 Rencana pola ruang untuk mendukung
pengembangan UN Tidar sudah dipetakan dalam

IV- 39
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kesesuaian dengan
No. Muatan RTRW Kota Dinamika Pembangunan Nilai Keterangan
Sesuai Tidak Sesuai
peta rencana pola ruang sebagai kawasan
pendidikan. Selain itu juga terdapat kawasan
permukiman dan perdagangan dan jasa untuk
mendukung kawasan pendidikan
4. PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS √ 3 Pengembangan kawasan UN Tidar sudah
diantisipasi dengan ditetapkannya Kawasan
Sidotopo sebagai kawasan strategis
Pertumbuhan Ekonomi di Kota Magelang
5. ARAHAN PEMANFAATAN RUANG √ 3 Sesuai
Dinamika Pembangunan Lokal:
1,20
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B)
1. TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG √ 0 Kurang sesuai
2. RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH √ 3 Sebagai upaya untuk mewujudkan kawasan
LP2B di Kota Magelang maka diwujudkan
rencana pengembangan jaringan irigasi sehingga
pada nantinya kawasan yang ditetapkan sebagai
sawah lestari dapat produktif sepanjang tahun
3. RENCANA POLA RUANG √ 0 Rencana pola ruang di Kota Magelang belum
memetakan kawasan yang ditetapkan sebagai
LP2B. Luasan LP2B dan lokasinya sendiri
sebenarnya sudah diatur di dalam perda, namun
pemetaannya masih belum sesuai
4. PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS √ 0 Kawasan LP2B bukan termasuk kawasan
strategis di Kota Magelang
5. ARAHAN PEMANFAATAN RUANG √ 3 Arahan pemanfaatan ruang Kota Magelang
sudah mengatur tentang pemberian insentif dan
disinsentif untuk LP2B
Dinamika Pembangunan Lokal:
1,80
Pemenuhan Kebutuhan Perumahan dan Permukiman
1. TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG √ 3 Sesuai
2. RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH √ 3 Sesuai
3. RENCANA POLA RUANG √ 0 Kurang sesuai, karena banyak pertumbuhan
kawasan permukiman di Kota Magelang di luar
rencana kawasan permukiman yang telah

IV- 40
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kesesuaian dengan
No. Muatan RTRW Kota Dinamika Pembangunan Nilai Keterangan
Sesuai Tidak Sesuai
ditetapkan dalam RTRW Kota Magelang
4. PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS √ 0 Tidak ada kawasan strategis khusus permukiman
di Kota Magelang
5. ARAHAN PEMANFAATAN RUANG √ 3 Arahan pemanfaatan ruang mengatur tentang
pertumbuhan permukiman di Kota Magelang
TOTAL KESELURUHAN 6,60
RATA-RATA KESESUAIAN DENGAN DINAMIKA PEMBANGUNAN 1,65
Sumber: Hasil Analisis, 2016

Berdasarkan perhitungan di atas diketahui bahwa rata-rata kesesuaian dengan dinamika pembangunan pada materi Perda RTRW
Kota Magelang Tahun 2011-2031 adalah sebesar 1,65.

4.1.4. Analisis Kualitas Data RTRW Kota Magelang


Analisis kualitas data RTRW Kota Magelang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kesesuaian data yang digunakan untuk
penyusunan analisis dan rencana tata ruang dengan kondisi saat ini. Apakah data tersebut masih relevan ataukah perlu penyesuaian dengan
kondisi saat ini. Analisis kualitas data RTRW Kota Magelang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.4
Analisis Kualitas Data Perda Kota Magelang Nomor 4 Tahun 2012
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang Tahun 2011-2031
Kelengkapan Relevansi Dengan Kondisi Saat Ini
No. Jenis Data Nilai
Lengkap Tidak Lengkap Masih Relevan Perlu Updating
1. Data wilayah administrasi √ √ 3
2. Data fisiografis √ √ 3
3. Data kependudukan √ √ 1,5
4. Data ekonomi dan keuangan √ √ 1,5
5. Data ketersediaan prasarana dan sarana dasar √ √ 1.5
6. Data penggunaan lahan √ √ 1,5

IV- 41
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kelengkapan Relevansi Dengan Kondisi Saat Ini


No. Jenis Data Nilai
Lengkap Tidak Lengkap Masih Relevan Perlu Updating
7. Data peruntukan ruang √ √ 1,5
8. Data daerah rawan bencana √ √ 3
9. Peta dasar rupa bumi dan peta tematik yang √ √ 1,5
dibutuhkan termasuk peta penggunaan lahan, peta
peruntukan ruang, dan peta daerah rawan bencana
pada skala minimal 1:250000
Total Keseluruhan 18
Rata-Rata 2,00

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata kualitas data RTRW Kota Magelang adalah sebesar 2,00 yang berarti bahwa secara
umum data-data untuk mendukung RTRW Kota Magelang perlu diupdate lagi dengan data terbaru. Hal ini diperlukan untuk memberikan
informasi yang lebih aktual baik informasi yang bersifat primer maupun sekunder sehingga dengan data yang telah diupdate tersebut akan
dapat meningkatkan kualitas RTRW di Kota Magelang.

IV- 42
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

4.2. EVALUASI RTRW KOTA MAGELANG BERDASARKAN ASPEK KESAHIHAN


Analisis kesahihan merupakan analisis untuk mengevaluasi kesesuaian Perda Kota
Magelang Nomor 04 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang
Tahun 2011-2031 dengan ketentuan peraturan perundang-undangan terbaru. Muatan
RTRW dinyatakan tidak sahih apabila ketentuan pengaturan rencana struktur ruang,
rencana pola ruang, penetapan kawasan strategis, ketentuan pemanfaatan ruang, atau
pengendalian pemafaatan ruang sudah tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan. Selengkapnya mengenai analisis kesahihan dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 4.5
Analisis Evaluasi Kesahihan Muatan Perda Kota Magelang Nomor 04 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang Tahun 2011-2031

NO Nilai
MUATAN RTRW KOTA Analisis Evaluasi Kesahihan
. Kesahihan
1. TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN
0
RUANG
1.1 Tujuan penataan ruang Muatan tujuan, kebijakan, dan 0
1.2 Kebijakan penataan ruang strategi agar mempertimbangkan: 0
 RPJMN 2/2015 dan RKP 2017 0
1.3 Strategi penataan ruang
 RPJMD Provinsi Jawa Tengah
2013-2018
 RPJMD Kota Magelang 2016-2021
2. RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH 0,10
2.1 Sistem pusat pelayanan
2.1.1 Sistem perkotaan
.
a. Pusat pelayanan kota Muatan rencana penetapan sistem 0
b. Subpusat pelayanan kota perkotaan agar lebih menyesuaikan 0
dengan UU 23/2014 Tentang
c. Pusat lingkungan 0
Pemerintahan Daerah.
2.2 Sistem jaringan prasarana
2.2.1 Sistem jaringan transportasi
.
a. Sistem jaringan transportasi darat
1 Jaringan jalan Muatan rencana jaringan jalan agar 0
lebih menyesuaikan dengan:
 PP 74/2014 tentang angkutan
jalan
 PP No. 79 Tahun 2013 tentang
jaringan lalu lintas dan angkutan
jalan
 Permenhub 132/2015 tentang
penyelenggaraan terminal
penumpang angkutan jalan
2 Jaringan jalur kereta api Muatan rencana jaringan kereta api 0
agar lebih menyesuaikan dengan:
 Permenhub No. 48/2015 tentang
standar pelayanan minimum
angkutan orang dengan kereta api

IV- 43
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

NO Nilai
MUATAN RTRW KOTA Analisis Evaluasi Kesahihan
. Kesahihan
 Permenhub No. 9/2014 tentang
tata cara penetapan jaringan
pelayanan dan lintas pelayanan
perkeretaapian
 Permenhub No. 60/2012 tentang
persyaratan teknis jalur kereta api
3 Jaringan transportasi sungai, Tidak ada pengaturannya di
danau, dan penyeberangan RTRW Kota Magelang
b. Sistem jaringan transportasi laut Tidak ada pengaturannya di RTRW
1 Alur pelayanan Kota Magelang
2 Pelabuhan laut yang ada
c. Sistem jaringan transportasi udara Tidak ada pengaturannya di RTRW
1 Ruang udara untuk kegiatan Kota Magelang
Bandar Udara
2 Ruang udara untuk jalur
penerbangan
3 Bandar udara yang ada
2.2.2 Sistem jaringan energi/kelitrikan
.
a. Pembangkit listrik Muatan rencana jaringan 0
pembangkit tenaga listrik agar lebih
menyesuaikan dengan:
 PP 23/2014 tentang kegiatan
usaha penyediaan tenaga listrik
 PP 62/2012 tentang usaha jasa
tenaga listrik
b. Jaringan prasarana energi
1 Jaringan pipa minyak dan gas Tidak ada pengaturannya di RTRW
bumi Kota Magelang
2 Jaringan transmisi tenaga Muatan rencana jaringan 0
listrik (SUTUT, SUTET, dan pembangkit tenaga listrik agar lebih
SUTT) menyesuaikan dengan:
3 Jalur distribusi energi  PP 23/2014 tentang kegiatan 0
kelistrikan( lokasi pembangkit, usaha penyediaan tenaga listrik
gardu induk distribusi, dan  PP 62/2012 tentang usaha jasa
sistem distribusi) tenaga listrik
4 Energi alternatif 0
2.2.3 Sistem jaringan telekomunikasi
.
a. Infrastruktur dasar telekomunikasi Muatan rencana jaringan 0
b. Infrastruktur telepon nirkabel telekomunikasi agar lebih 0
c Peningkatan pelayanan telekomunikasi menyesuaikan dengan: 0
 PP 52/2000 tentang
Penyelenggaraan Telekomunikasi
 Permenkominfo 1/2010 tentang
Penyelenggaraan Jaringan
Telekomunikasi
 SE Dirjen PR 6 Tahun 2011
tentang Kriteria Menara
Telekomunikasi
2.2.4 Sistem jaringan sumber daya air

IV- 44
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

NO Nilai
MUATAN RTRW KOTA Analisis Evaluasi Kesahihan
. Kesahihan
.
a. Wilayah sungai lintas negara,lintas Muatan rencana sistem jaringan 0
provinsi, dan lintas kabupaten/kota sumber daya air agar lebih
b. Wilayah sungai di wilayah kota menyesuaikan dengan: 0
 PP 33/2011 tentang Kebijakan
Nasional pengelolaan DAS
 PP 38/2011 tentang sungai
 Perda Provinsi Jawa Tengah
9/2013 tentang Garis Sempadan
c. Jaringan Irigasi Muatan rencana sistem jaringan 0
irigasi agar lebih menyesuaikan
dengan:
 Permen PUPR 14/2015 tentang
Kriteria dan Status Daerah Irigasi
 Permen PUPR 8/2015 tentang
Penetapan Garis Sempadan
Irigasi
 Permen PUPR 12/2015 tentang
Eksploitasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi

d. Jaringan air baku Muatan rencana jaringan air baku 0


agar lebih menyesuaikan dengan:
 PP 122/2015 tentang Sistem
Penyediaan Air Minum
 Permen PUPR 26/2014 tentang
Prosedur Operasional Standar
Pengelolaan Sistem Penyediaan
Air Minum
e. Sistem pengendalian banjir Muatan rencana sistem 0
pengendalian banjir agar lebih
menyesuaikan dengan PP 38/2011
tentang Sungai
2.2.5 Infrastruktur perkotaan
a. Penyediaan air minum kota Muatan rencana penyediaan air 0
minum kota agar lebih
menyesuaikan dengan:
 PP 122/2015 tentang Sistem
Penyediaan Air Minum
 Permen PUPR 26/2014 tentang
Prosedur Operasional Standar
Pengelolaan Sistem Penyediaan
Air Minum
b. Pengelolaan air limbah
1 IPAL Muatan rencana IPAL dan 0
2 Pembuangan air limbah rumah pembuangan limbah rumah tangga 0
tangga agar lebih menyesuaikan dengan :
 Permen LH 5/2014 tentang baku
mutu air limbah
 Permen LHK 68/2016 tentang
IV- 45
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

NO Nilai
MUATAN RTRW KOTA Analisis Evaluasi Kesahihan
. Kesahihan
baku mutu air limbah domestik
3 Pengelolaan air limbah Bahan Muatan rencana Pengelolaan air 0
Berbahaya dan Beracun (B3) limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) agar lebih
menyesuaikan dengan PP
101/2014 tentang Pengelolaan
Limbah B3
c. Persampahan
1 TPS Muatan rencana persampahan 0
2 TPA agar lebih menyesuaiakan dengan 0
 PP 81/2012 tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga
 Perda Provinsi Jawa Tengah
3/2014 tentang Pengelolaan
Sampah di Jawa Tengah
 Perda Kota Magelang 10/2013
tentang Pengelolaan Sampah
d. Drainase
1 Jaringan primer Muatan rencana drainase agar 0
2 Jaringan Sekunder lebih dapat menyesuaikan dengan 0
3 Jaringan Tersier Permen PU 12/2014 tentang
0
Penyelenggaraan Sistem Drainase
Perkotaan
e. Jalur pejalan kaki Muatan rencana jalur pejalan kaki 0
agar lebih menyesuaikan dengan
Permen PU 3/2014 tentang
pedoman, penyediaan, dan
pemanfaatan prasarana dan
sarana jaringan pejalan kaki di
kawasan perkotaan.
f. Jalur evakuasi bencana Muatan rencana jalur evakuasi 3
bencana sudah sesuai dengan:
 UU 24/2007 tentang
Penanggulangan Bencana
 PP 21/2008 tentang
Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana
g. Prasarana dan sarana perkotaan
lainnya
1 Jalur sepeda Muatan rencana jalur sepeda agar 0
lebih menyesuaikan dengan PP
79/2013 tentang jaringan lalu lintas
dan angkutan jalan
3. RENCANA POLA RUANG 1,04
3.1. Kawasan Lindung
3.1.1 Kawasan hutan lindung Tidak ada pengaturannya di RTRW
. Kota Magelang

IV- 46
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

NO Nilai
MUATAN RTRW KOTA Analisis Evaluasi Kesahihan
. Kesahihan
3.1.2 Kawasan yang memberikan perlindungan Muatan rencana kawasan yang 0
. terhadap kawasan bawahannya memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya agar lebih
menyesuaikan dengan :
 UU 37/2014 tentang Konservasi
Tanah dan Air
 PP 108/2015 tentang Pengelolaan
Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam
 PP 38/2011 tentang Sungai
3.1.3 Kawasan perlindungan setempat
.
a. Sempadan pantai Tidak ada pengaturannya di RTRW
Kota Magelang
b. Sempadan sungai dan irigasi Muatan rencana sempadan sungai 0
dan irigasi agar lebih
menyesuaikan dengan:
 UU 37/2014 tentang Konservasi
Tanah dan Air
 PP 38/2011 tentang Sungai
 Perda Provinsi Jawa Tengah
9/2013 tentang Garis Sempadan
c. Kawasan sekitar danau atau waduk Tidak ada pengaturannya di RTRW
Kota Magelang
d. Kawasan sekitar mata air Muatan rencana kawasan sekitar 0
mata air agar lebih menyesuaikan
 Permen PUPR 28/2015 tentang
Penetapan Garis Sempadan
Sungai dan Garis Sempadan
Danau
 Perda Provinsi Jawa Tengah
9/2013 tentang Garis Sempadan
3.1.4 RTH Muatan rencana ruang terbuka 0
. hijau (RTH) agar lebih
menyesuaikan dengan
 Permendagri 1/2007 tentang
penataan ruang terbuka hijau
kawasan perkotaan
 PermenPU 5/2008 tentang
pedoman penyediaan dan
pemanfaatan RTH di kawasan
perkotaan
 Pergub Jawa Tengah 60/2014
tentang pengendalian ruang
terbuka hijau
 Perda Kota Magelang 1/2014
tentang penataan ruang terbuka
hijau
3.1.5 Kawasan suaka alam dan cagar budaya
a. Kawasan suaka alam Muatan rencanakawasan suaka 0
alam agar lebih menyesuaikan
dengan PP 108/2015 tentang
IV- 47
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

NO Nilai
MUATAN RTRW KOTA Analisis Evaluasi Kesahihan
. Kesahihan
Pengelolaan Kawasan Suaka Alam
dan Kawasan Pelestarian Alam
b. Kawasan cagar budaya Muatan rencana kawasan cagar 0
budaya agar lebih menyesuaikan
dengan
Perda Kota Magelang 7/2013
tentang Cagar Budaya di Kota
Magelang
3.1.6 Kawasan rawan bencana Muatan rencana kawasan rawan 3
. bencana sudah sesuai dengan:
 UU 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana
 PP 21 2008 tentang
Penanggulangan Bencana
3.1.7 Kawasan lindung lainnya
.
a. Kawasan perlindungan geologi Muatan rencana kawasan 0
perlindungan geologi agar lebih
menyesuaikan dengan:
 UU 37/2014 tentang Konservasi
Tanah dan Air
 PP 108/2015 tentang Pengelolaan
Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam
 Perda Provinsi jawa tengah
9/2013 tentang garis sempadan.
3.2. Kawasan Budidaya
3.2.1 Kawasan perumahan Muatan rencana kawasan 0
. perumahan agar lebih
menyesuaikan dengan PP 14/2016
tentang penyelenggaraan
perumahan dan kawasan
permukiman
3.2.2 Kawasan perdagangan dan jasa Muatan rencana kawasan 0
. perdagangan dan jasa agar lebih
menyesuaikan dengan UU 7/2014
tentang Perdagangan
3.2.3 Kawasan perkantoran Muatan rencana kawasan 3
. perkantoran sudah sesuai dengan :
 PP 15/2010 tentang
penyelenggaraan penataan ruang
 Permen PU 17/2009 tentang
pedoman penyusunan RTRW Kota
3.2.4 Kawasan industri Muatan rencana kawasan industri 0
. agar lebih menyesuaikan dengan :
 UU 3/2014 tentang Perindustrian
 PP 142/2015 tentang Kawasan
Industri
3.2.5 Kawasan pariwisata Muatan rencana kawasan 0
. pariwisata agar lebih
menyesuaikan dengan :

IV- 48
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

NO Nilai
MUATAN RTRW KOTA Analisis Evaluasi Kesahihan
. Kesahihan
 PP 36/2010 tentang Pengusahaan
Pariwisata Alam Di Suaka
Margasatwa, Taman Nasional,
Taman Hutan Raya, dan Taman
Wisata Alam
 Permenhut 22/2012 tentang
Pedoman Kegiatan Usaha
Pemanfaatan Jasa Lingkungan
Wisata Alam Pada Hutan Lindung
3.2.6 Kawasan RTNH Muatan rencana kawasan ruang 0
. terbuka non hijau agar lebih
menyesuaikan dengan Permen PU
12/2009 tentang pedoman
penyediaan dan pemanfaatan
ruang terbuka non hijau di wilayah
kota kawasan perkotaan
3.2.7 Kawasan ruang evakuasi bencana Muatan rencana ruang evakuasi 3
. bencana sudah sesuai dengan:
 UU 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana
 PP 21 2008 tentang
Penanggulangan Bencana
3.2.8 Kawasan peruntukan ruang bagi sektor Muatan rencana kawasan 3
. informal peruntukan ruang bagi sektor
informal sudah sesuai dengan :
 PP 15/2010 tentang
penyelenggaraan penataan ruang
 permen PU 17/2009 tentang
pedoman penyusunan RTRW Kota
3.2.9 Kawasan peruntukan lainnya
.
a. Kawasan pendidikan Muatan rencana kawasan 3
pendidikan sudah sesuai dengan
 UU 26/2007 tentang Penataan
Ruang
 PP 15/2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan
Ruang
 Permen PU 17/2009 tentang
Pedoman Penyusunan RTRW
Kota
b. Kawasan kesehatan Muatan rencana kawasan 3
kesehatan sudah sesuai dengan
 UU 26/2007 tentang Penataan
Ruang
 PP 15/2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan
Ruang
 Permen PU 17/2009 tentang
Pedoman Penyusunan RTRW
Kota
c. Kawasan peribadatan Muatan rencana kawasan 3

IV- 49
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

NO Nilai
MUATAN RTRW KOTA Analisis Evaluasi Kesahihan
. Kesahihan
peribadatan sudah sesuai dengan
 UU 26/2007 tentang Penataan
Ruang
 PP 15/2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan
Ruang
 Permen PU 17/2009 tentang
Pedoman Penyusunan RTRW
Kota
d. Kawasan pertahanan dan keamanan Muatan rencana kawasan 0
pertahanan dan keamanan agar
lebih menyesuaikan dengan :
 PP 68/2014 tentang Penataan
Wilayah Pertahanan Negara
 Kebijakan Kementerian
Pertahanan dan Keamanan yang
terkait dengan pengembangan
kawasan pertahanan dan
keamanan
 Kebijakan Pemerintah Provinsi
Jawa Tengah yang terkait dengan
pengembangan kawasan
pertahanan dan keamanan.
e. Kawasan pertanian Muatan rencana kawasan 0
pertanian agar lebih menyesuaikan
dengan :
 Permentan 50/2012 tentang
Pedoman
PengembanganKawasan
Pertanian
 Permentan 7/2012 tentang
Pedoman Teknis Kriteria dan
Persyaratan Kawasan, Lahan, dan
Lahan Cadangan Pertanian
Pangan Berkelanjutan
f. Kawasan pergudangan Muatan rencana kawasan 0
pergudangan agar lebih
menyesuaikan dengan Permendag
90/2014 tentang Penataan dan
Pembinaan Gudang
g. Kawasan olahraga Muatan rencana kawasan olahraga 3
sudah sesuai dengan
 UU 26/2007 tentang Penataan
Ruang
 PP 15/2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan
Ruang
 Permen PU 17/2009 tentang
Pedoman Penyusunan RTRW
Kota
4. PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS 0,75

IV- 50
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

NO Nilai
MUATAN RTRW KOTA Analisis Evaluasi Kesahihan
. Kesahihan
4.1. Bidang pertahanan keamanan Muatan rencana kawasan strategis 0
bidang pertahanan dan keamanan
agar lebih menyesuaikan dengan :
 PP 68/2014 tentang Penataan
Wilayah Pertahanan Negara
 Kebijakan Kementerian
Pertahanan dan Keamanan yang
terkait dengan pengembangan
kawasan pertahanan dan
keamanan
 Kebijakan Pemerintah Provinsi
Jawa Tengah yang terkait dengan
pengembangan kawasan
pertahanan dan keamanan.
4.2. Bidang fungsi dan daya dukung lingkungan hidup Muatan rencana kawasan strategis 0
bidang fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup agar lebih
menyesuaikan dengan:
 UU 18/2013 tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Perusakan
Hutan
 UU 37/2014 tentang Konservasi
Tanah dan Air
 PP No. 60 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Hutan
 PP 108/2015 tentang Pengelolaan
Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam
 PP No 104/2015 tentang Tata
Cara Perubahan Peruntukan dan
Fungsi Kawasan Hutan
 Perda Provinsi Jawa Tengah
9/2013 tentang sempadan
4.3. Bidang pertumbuhan ekonomi Muatan rencana kawasan strategis 3
bidang pertumbuhan ekonomi
sudah sesuai dengan:
 UU 26/2007 tentang penataan
ruang
 PP 15/2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan
Ruang
4.4. Bidang sosial budaya Muatan rencana kawasan strategis 0
bidang sosial budaya agar lebih
menyesuaikan dengan Perda Kota
Magelang 7/2013 tentang Cagar
Budaya di Kota Magelang
5. ARAHAN PEMANFAATAN RUANG 3
5.1. Perwujudan struktur Ruang
5.1.1 Perwujudan pusat pelayanan kegiatan kota Indikasi Program merupakan wujud 3
. program dari rencana yang
ditetapkan. Ketentuan muatan

IV- 51
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

NO Nilai
MUATAN RTRW KOTA Analisis Evaluasi Kesahihan
. Kesahihan
indikasi program perwujudan
sistem perkotaan sudah sesuai
dengan arahan Permen PU
17/2009 tentang Pedoman
Penyusunan RTRW Kota
5.1.2 Perwujudan sistem jaringan prasarana kota
.
a. Perwujudan sistem jaringan Indikasi Program merupakan wujud 3
transportasi program dari rencana yang
ditetapkan. Ketentuan muatan
indikasi program perwujudan
sistem transportasi sudah sesuai
dengan arahan Permen PU
17/2009 tentang Pedoman
Penyusunan RTRW Kota
b. Perwujudan sistem jaringan sumber Indikasi Program merupakan wujud 3
daya air program dari rencana yang
ditetapkan. Ketentuan muatan
indikasi program perwujudan
sistem jaringan sumber daya air
sudah sesuai dengan arahan
Permen PU 17/2009 tentang
Pedoman Penyusunan RTRW Kota
c. Perwujudan sistem jaringan energi dan Indikasi Program merupakan wujud 3
kelistrikan program dari rencana yang
ditetapkan. Ketentuan muatan
indikasi program perwujudan
sistem jaringan energi sudah
sesuai dengan arahan Permen PU
17/2009 tentang Pedoman
Penyusunan RTRW Kota
d. Perwujudan sistem jaringan Indikasi Program merupakan wujud 3
telekomunikasi program dari rencana yang
ditetapkan. Ketentuan muatan
indikasi program perwujudan
sistem jaringan telekomunikasi
sudah sesuai dengan arahan
Permen PU 17/2009 tentang
Pedoman Penyusunan RTRW Kota
e. Perwujudan sistem jaringan Indikasi Program merupakan wujud 3
lingkungan program dari rencana yang
ditetapkan. Ketentuan muatan
indikasi program perwujudan
sistem jaringan lingkungan sudah
sesuai dengan arahan Permen PU
17/2009 tentang Pedoman
Penyusunan RTRW Kota
5.2. Perwujudan pola Ruang

IV- 52
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

NO Nilai
MUATAN RTRW KOTA Analisis Evaluasi Kesahihan
. Kesahihan
5.2.1 Perwujudan kawasan lindung Indikasi Program merupakan wujud 3
. program dari rencana yang
ditetapkan. Ketentuan muatan
indikasi program perwujudan
kawasan lindung sudah sesuai
dengan arahan Permen PU
17/2009 tentang Pedoman
Penyusunan RTRW Kota
5.2.2 Perwujudan kawasan budidaya Indikasi Program merupakan wujud 3
. program dari rencana yang
ditetapkan. Ketentuan muatan
indikasi program perwujudan
kawasan budidaya sudah sesuai
dengan arahan Permen PU
17/2009 tentang Pedoman
Penyusunan RTRW Kota
5.3 Perwujudan kawasan strategis kota Indikasi Program merupakan wujud 3
program dari rencana yang
ditetapkan. Ketentuan muatan
indikasi program perwujudan
kawasan strategis sudah sesuai
dengan arahan Permen PU
17/2009 tentang Pedoman
Penyusunan RTRW Kota
6. ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG 1,50
6.1. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan umum peraturan zonasi 0
perlu disesuaikan dengan aturan
atau arahan masing-masing
sektoral
6.2. Arahan Perizinan Arahan perizinan perlu 0
penyesuaian dengan UU 23/2014
tentang pemerintah daerah
6.3 Ketentuan pemberian Insentif dan Disinsentif Ketentuan pemberian insentif dan 3
disinsentif sudah sesuai dengan :
 UU 26/2007 tentang Penataan
Ruang.
 PP 15/2010 tentang
penyelenggaraan penataan ruang
6.4. Arahan Sanksi Arahan sanksi sudah sesuai 3
dengan :
 UU 26/2007 tentang Penataan
Ruang.
 PP 15/2010 tentang
penyelenggaraan penataan ruang
Jumlah kesahihan materi 6,39
Rata-rata kesahihan materi 1,06
Sumber : Hasil Analisis, 2016

IV- 53
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Dari kajian kesahihan didapatkan hasil:


 Secara umum pada saat ditetapkan, RTRW Kota Magelang sudah menyesuaikan
dengan peraturan perundang-undangan yang ada (sebelum tahun 2012). Namun seiring
dengan perkembangan peraturan perundang-undangan yang terbaru beberapa
pengaturan dalam Perda Nomor 04 Tahun 2012 menjadi tidak relevan lagi.
 Nilai rata-rata kesahihan materi Perda Nomor 04 Tahun 2012 sebesar 1,06
 Muatan pengaturan RTRW Kota Magelang kedepan perlu menyesuaikan dengan
perkembangan peraturan perundang undangan terbaru.

4.3. EVALUASI RTRW KOTA MAGELANG BERDASARKAN PELAKSANAAN


PEMANFAATAN RUANG
Evaluasi terhadap peaksanaan pemanfaatan ruang ditujukan untuk menilai tingkat
kesesuaian pelaksanaan pemanfaatan ruang terhadap RTRW Kota Magelang. Dalam
pemanfaatan ruang, simpangan dapat terjadi apabila terdapat ketidaksesuaian antara
pemanfaatan ruang atau program-program pembangunan yang dilakukan di lapangan
dengan arahan dan muatan dalam rencana tata ruang. Evaluasi terhadap pelaksanaan
pemanfaatan ruang dilakukan untuk melihat:
a. Jenis dan besaran pelaksanaan pemanfaatan ruang
Jenis kesesuaian pemanfaatan ruang dievaluasi dengan tujuan untuk melihat apakah
program yang sudah dilakukan sudah sesuai atau tidak sesuai dengan RTRW Kota
Magelang. Pemanfaatan ruang dinyatakan sesuai jika: 1) jenis program yang
dilaksanakan sesuai dengan yang tertuang dalam rencana dan indikasi program; 2)
lokasi realisasi sesuai dengan yang tertuang dalam rencana dan indikasi program.
Penyebab atau permasalahan jika terdapat ketidaksesuaian pemanfaatan ruang
dituliskan pada bagian keterangan.
Besaran pelaksanaan pemanfaatan ruang perlu dihitung dalam rangka mengetahui
seberapa besar kesesuaian pelaksanaan pemanfaatan ruang. Besaran kesesuaian
pelaksanaan pemanfaatan ruang hanya dihitung untuk pemanfaatan ruang yang jenis
realisasi programnya dan lokasi atau sebagian lokasi pelaksanaan sudah sesuai dengan
yang tercantum dalam recana/program. Besaran kesesuaian pemanfaatan ruang hanya
dihitung untuk rencana atau program yang memiliki besaran/unit yang dapat dihitung
secara kuantitatif, misalnya memiliki luas atau panjang.
Untuk pemanfaatan ruang yang tidak diketahui atau tidak memiliki satuan kuantitatif,
maka evaluasi hanya dilakukan secara kualitatif berdasarkan jenis pemanfaatan ruang
dengan menyatakan pemanfaatan ruang eksisting sebagai sesuai atau tidak sesuai
dengan rencana tata ruang dan program.
IV- 54
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Kriteria penilaian jenis pelaksanaan pemanfaatan ruang adalah:


Nilai 3 = SESUAI, jika terealisasi sesuai arahan dalam rencana dan program
Nilai 0 = TIDAK SESUAI, jika jenis program yang direalisasikan di lapangan tidak
sesuai, lokasi tidak sesuai, atau tidak ada pelaksanaan program.

Untuk pelaksanaan pemanfaatan ruang yang dapat dihitung besarannya secara


kuantitatif, maka penilaian didasarkan pada hasil evaluasi pada bagian besaran.
Hasil evaluasi besaran pelaksanaan pemanfaatan ruang selanjutnya dilakukan penilaian,
dimana kolom penilaian pelaksanaan pemanfaatan ruang terdapat dalam kolom karena
jenis dan besaran tidak dilakukan secara terpisah
Kriteria penilaian besaran kesesuaian pelaksanaan pemanfaatan ruang adalah sebagai
berikut:
Nilai 3 = SANGAT TINGGI/KESESUAIAN SEMPURNA, jika realisasi adalah 75% - 100%
Nilai 2 = SEDANG, jika realisasi adalah 50% - <75%
Nilai 1 = RENDAH, jika realisasi adalah 25% - <50%
Nilai 0 = SANGAT RENDAH/TIDAK ADA KESESUAIAN, jika realisasi adalah 0% - <25%

b. Dampak ketidaksesuaian pemanfaatan ruang


Dampak ketidaksesuaian pemanfaatan ruang merupakan efek/akibat/pengaruh yang
disebabkan oleh terjadinya ketidaksesuaian pelaksanaan pemanfaatan ruang yang
meliputi dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dampak-dampak ini terdiri atas
dampak yang menguntungkan dan merugikan, selanjutnya diklasifikasikan ke dalam
besaran dampaknya, yaitu:
 Berskala lingkungan (desa/kelurahan sampai kecamatan);
 Berskala kabupaten/kota;
 Berskala regional yaitu provinsi atau lintas kabupaten/kota;
 Berskala nasional.

Kriteria penilaian dampak Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang adalah terbagi menjadi 4


kriteria, yaitu:
Nilai 3 = Dampak negatif berskala LINGKUNGAN (desa/kelurahan sampai
kecamatan) atau tidak ada indikasi dampak negative atau menunjukkan kecenderungan
dampak positif
Nilai 2 = Dampak negatif berskala KABUPATEN/KOTA
Nilai 1 = Dampak negatif berskala REGIONAL yaitu provinsi atau lintas
kabupaten/kota
IV- 55
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Nilai 0 = Dampak negatif berskala NASIONAL atau lintas provinsi

Untuk selanjutnya penilaian evaluasi pelaksanaan pemanfaatan ruang yang meliputi


besaran dan jenis serta dampak pelaksanaan pemanfaatan ruang dituangkan ke dalam
tabel berikut:

IV- 56
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Tabel 4.6
Penilaian Terhadap Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang Kota Magelang

Jenis dan Besaran

Kesesuaian
Kondisi Dampak
Eksisting dan Ketidaksesuai
Realisasi Rencana Prosentase
No Rencana/Program Unit Aktual di Nilai an Nilai Keterangan
Lapangan Realisasi
(Luas/panjang/jumlah/ Pemanfaatan
dengan Rencana Pemanfaatan
volume/dll) Ruang
Ruang
Belum
Tidak
Sesuai Realisasi Terealisasi/
Sesuai
Selisih
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Perwujudan rencana struktur ruang 2.6 1.77
I Sistem Perkotaan 3 2.3
1 Pusat Pelayanan Kota √ 100% 3 berskala 2
kota/kabupaten
2 Sub Pusat Pelayanan Kota √ 100% 3 berskala 2
kota/kabupaten
3 Pusat Lingkungan √ 100% 3 berskala 3
lingkungan
II Sistem Jaringan Transportasi 1.5 0.8
1 Jaringan Jalan 3 1.75
i Pengembangan √ 100% 3 berskala 2
jaringan jalan kota/kabupaten
berdasarkan sistem
ii Pengembangan lokasi √ 100% 3 berskala 1
dan kelas pelayanan regional
terminal
iii Pengembangan √ 100% 3 berskala 2
sarana dan prasarana kota/kabupaten
angkutan umum

IV- 57
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Jenis dan Besaran

Kesesuaian
Kondisi Dampak
Eksisting dan Ketidaksesuai
Realisasi Rencana Prosentase
No Rencana/Program Unit Aktual di Nilai an Nilai Keterangan
Lapangan Realisasi
(Luas/panjang/jumlah/ Pemanfaatan
dengan Rencana Pemanfaatan
volume/dll) Ruang
Ruang
Belum
Tidak
Sesuai Realisasi Terealisasi/
Sesuai
Selisih
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
iv Pengembangan √ 100% 3 berskala 2
fasilitas pendukung kota/kabupaten
kegiatan Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan

Pengembangan
jaringan jalan
berdasarkan sistem
sesuai dengan Perda
No.4 Tahun 2012
meliputi:
i.a Jalan arteri primer dan √ 100% 3 berskala 0
sekunder nasional
i.b Jalan kolektor primer √ 100% 3 berskala 1
dan kolektor sekunder regional
i.c Jalan lokal primer dan √ 100% 3 berskala 2
lokal sekunder kota/kabupaten
i.d Jalan lingkungan √ 100% 3 berskala 3
sekunder lingkungan

2 Jaringan jalur kereta api 0 0


Rencana jaringan Rencana
pelayanan kereta api pengembangan
yang merupakan jalur kereta api
jaringan kereta api di Kota

IV- 58
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Jenis dan Besaran

Kesesuaian
Kondisi Dampak
Eksisting dan Ketidaksesuai
Realisasi Rencana Prosentase
No Rencana/Program Unit Aktual di Nilai an Nilai Keterangan
Lapangan Realisasi
(Luas/panjang/jumlah/ Pemanfaatan
dengan Rencana Pemanfaatan
volume/dll) Ruang
Ruang
Belum
Tidak
Sesuai Realisasi Terealisasi/
Sesuai
Selisih
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
regional Semarang- Magelang tidak
Magelang-Yogyakarta sesuai dengan
terdiri dari: karakteristik
daerah. Hal ini
dikarenakan
i Pengembangan √ 50% 0 berskala 0
kondisi eksisting
prasarana nasional
rel saat ini
perkeretaapian,
sudah banyak
dan/atau
terdapat
ii Pengembangan √ 50% 0 berskala 0 bangunan. Jika
sarana perkeretaapian nasional reaktivasi
menggunakan
jalur eksisting
akan tetap
dilanjutkan maka
dikhawatirkan
akan
memberikan
dampak sosial
dan ekonomi
yang sangat
besar bagi Kota
Magelang

III Sistem Jaringan 3 1.9


Energi/Kelistrikan

IV- 59
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Jenis dan Besaran

Kesesuaian
Kondisi Dampak
Eksisting dan Ketidaksesuai
Realisasi Rencana Prosentase
No Rencana/Program Unit Aktual di Nilai an Nilai Keterangan
Lapangan Realisasi
(Luas/panjang/jumlah/ Pemanfaatan
dengan Rencana Pemanfaatan
volume/dll) Ruang
Ruang
Belum
Tidak
Sesuai Realisasi Terealisasi/
Sesuai
Selisih
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Jaringan prasarana energi 1.8
Pengembangan
jaringan transmisi
tenaga listrik terdiri
dari:
i Jaringan primer yang √ 100% 3 berskala 1
merupakan jaringan regional
distribusi SUTM
diarahkan pada sistem
tegangan 20 KV di
sepanjang jaringan
jalan
ii Jaringan sekunder √ 100% 3 berskala 2
yang merupakan kota/kabupaten
jaringan distribusi
SUTR dengan
tegangan 220/380V
dikawasan perumahan
iii Gardu distribusi listrik √ 100% 3 berskala 2
di Sanggrahan, kota/kabupaten
Kelurahan Wates
untuk menurunkan
tegangan dari 20KV
menjadi 220/380V
iv Penambahan jaringan √ 100% 3 berskala 2
distribusi baru baik kota/kabupaten
SUTR maupun SUTM
IV- 60
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Jenis dan Besaran

Kesesuaian
Kondisi Dampak
Eksisting dan Ketidaksesuai
Realisasi Rencana Prosentase
No Rencana/Program Unit Aktual di Nilai an Nilai Keterangan
Lapangan Realisasi
(Luas/panjang/jumlah/ Pemanfaatan
dengan Rencana Pemanfaatan
volume/dll) Ruang
Ruang
Belum
Tidak
Sesuai Realisasi Terealisasi/
Sesuai
Selisih
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
v Penambahan √ 100% 3 berskala 2
kapasitas gardu kota/kabupaten
distribusi lama yang
melayani beban lama
dan juga untuk
memenuhi
penambahan
kebutuhan daya
2 Energi alternatif 3 2
Pengembangan energi √ 100% 3 berskala 2
alternatif meliputi kota/kabupaten
pengembangan
sumber energi
alternatif di seluruh
wilayah daerah
dengan memanfaatkan
penanganan sampah
dan energi surya, serta
sumber daya alam
lainnya
IV Sistem Jaringan Telekomunikasi 3 2.2
1 Infrastruktur dasar 3 2
telekomunikasi

IV- 61
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Jenis dan Besaran

Kesesuaian
Kondisi Dampak
Eksisting dan Ketidaksesuai
Realisasi Rencana Prosentase
No Rencana/Program Unit Aktual di Nilai an Nilai Keterangan
Lapangan Realisasi
(Luas/panjang/jumlah/ Pemanfaatan
dengan Rencana Pemanfaatan
volume/dll) Ruang
Ruang
Belum
Tidak
Sesuai Realisasi Terealisasi/
Sesuai
Selisih
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Pengembangan √ 100% 3 berskala 2
infrastruktur dasar kota/kabupaten
telekomunikasi
direncanakan dengan
pengembangan dan
pemerataan jaringan
telepon kabel dan
jaringan telepon tanpa
kabel yang
menjangkau seluruh
wilayah daerah
2 Infrastruktur telepon nirkabel 3 2.5
Pengembangan
infrastruktur telepon
nirkabel berupa BTS
terdiri dari:
i Penetapan jangkauan √ 100% 3 berskala 2
pelayanan menara kota/kabupaten
telekomunikasi
ii Pemanfaatan bersama √ 100% 3 berskala 2
menara telekomunikasi kota/kabupaten
baik baru maupun
bangunan yang sudah
ada
iii Pembangunan menara √ 100% 3 berskala 3
telekonumikasi secara lingkungan
terbatas dan bersyarat
IV- 62
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Jenis dan Besaran

Kesesuaian
Kondisi Dampak
Eksisting dan Ketidaksesuai
Realisasi Rencana Prosentase
No Rencana/Program Unit Aktual di Nilai an Nilai Keterangan
Lapangan Realisasi
(Luas/panjang/jumlah/ Pemanfaatan
dengan Rencana Pemanfaatan
volume/dll) Ruang
Ruang
Belum
Tidak
Sesuai Realisasi Terealisasi/
Sesuai
Selisih
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
iv Pembangaunan √ 100% 3 berskala 3
menara di kawasan lingkungan
yang sifat dan
peruntukannnya
memiliki karakteristik
tertentu dilaksanakan
sesuai ketentuan
peraturan perundang-
undangan
3 Peningkatan pelayanan 3 2
telekomunikasi
Peningkatan √ 100% 3 berskala 2
pelayanan kota/kabupaten
telekomunikasi
dilakukan dengan
rencana peningkatan
prasarana internet dan
rencana
pengembangan media
elektronik

V Sistem Jaringan Sumber Daya 3 1.8


Air
1 Jaringan sumberdaya air 3 2
lintas negara, lintas propinsi,
dan lintas kabupaten/kota

IV- 63
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Jenis dan Besaran

Kesesuaian
Kondisi Dampak
Eksisting dan Ketidaksesuai
Realisasi Rencana Prosentase
No Rencana/Program Unit Aktual di Nilai an Nilai Keterangan
Lapangan Realisasi
(Luas/panjang/jumlah/ Pemanfaatan
dengan Rencana Pemanfaatan
volume/dll) Ruang
Ruang
Belum
Tidak
Sesuai Realisasi Terealisasi/
Sesuai
Selisih
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Pengembangan
Sungai Elo dan Progo
yang termasuk wilayah
sungai lintas provinsi
Progo Opak Serang
yang terdiri dari:
i Pengembangan √ 100% 3 berskala 2
sempadan sungai kota/kabupaten
sebagai RTH taman
dan hutan kota, RTNH
biru sebagai sumber
daya air, dan
pariwisata, dan
pariwisata daerah
ii Penataan prasarana √ 100% 3 berskala 2
dan sarana drainase kota/kabupaten
perkotaan yang
bermuara di wilayah
sungai
iii Pengembangan √ 100% 3 berskala 2
tanggul penahan untuk kota/kabupaten
mengurangi
pengikisan lahan di
sekitar aliran sungai
iv Penetapan garis √ 100% 3 berskala 2
sempadan sungai kota/kabupaten
ditetapkan dengan

IV- 64
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Jenis dan Besaran

Kesesuaian
Kondisi Dampak
Eksisting dan Ketidaksesuai
Realisasi Rencana Prosentase
No Rencana/Program Unit Aktual di Nilai an Nilai Keterangan
Lapangan Realisasi
(Luas/panjang/jumlah/ Pemanfaatan
dengan Rencana Pemanfaatan
volume/dll) Ruang
Ruang
Belum
Tidak
Sesuai Realisasi Terealisasi/
Sesuai
Selisih
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
peraturan daerah
tersendiri mengenai
garis sempadan
v Pengelolaan, √ 100% 3 berskala 2
pemanfaatan, dan kota/kabupaten
pembinaan sungai
meliputi daerah
sempadan sungai
(WS) dilaksanakan
sesuai ketentuan
perundangan
2 Wilayah sungai di wilayah 3 1
kota
Pengembangan √ 100% 3 berskala 1
wilayah sungai berupa regional
pengembangan
cekungan air tanah
berupa cekungan air
tanah Magelang
Temanggung
3 Jaringan irigasi 3 2
Pengembangan √ 100% 3 berskala 2
jaringan irigasi Kota kota/kabupaten
Magelang terdiri dari
saluran irigasi primer
yaitu Kali Progo dan
Kali Manggis, serta
IV- 65
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Jenis dan Besaran

Kesesuaian
Kondisi Dampak
Eksisting dan Ketidaksesuai
Realisasi Rencana Prosentase
No Rencana/Program Unit Aktual di Nilai an Nilai Keterangan
Lapangan Realisasi
(Luas/panjang/jumlah/ Pemanfaatan
dengan Rencana Pemanfaatan
volume/dll) Ruang
Ruang
Belum
Tidak
Sesuai Realisasi Terealisasi/
Sesuai
Selisih
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
saluran irigasi
sekunder yaitu Kali
Bening, Kali Ngaran,
Kali Kedali, dan Kali
Gandekan

Jaringan air baku 3 2.5


Pengembangan
jaringan air baku di
Kota Magelang terdiri
dari:
i Pembangunan √ 100% 3 berskala 2
jaringan air bersih kota/kabupaten
perpipaan perkotaan
melalui sumber air
permukaan berupa
mata air
ii Pengembangan √ 100% 3 berskala 3
jaringan perpipaan dan lingkungan
non perpipaan di
kawasan peruntukan
budidaya dari sumber
air tanah dan air
permukaan

VI Infrastruktur Perkotaan 2.14 1.61

IV- 66
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Jenis dan Besaran

Kesesuaian
Kondisi Dampak
Eksisting dan Ketidaksesuai
Realisasi Rencana Prosentase
No Rencana/Program Unit Aktual di Nilai an Nilai Keterangan
Lapangan Realisasi
(Luas/panjang/jumlah/ Pemanfaatan
dengan Rencana Pemanfaatan
volume/dll) Ruang
Ruang
Belum
Tidak
Sesuai Realisasi Terealisasi/
Sesuai
Selisih
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Penyediaan air minum kota 3 2.5
Pengembangan air
minum perkotaan Kota
Magelang terdiri dari:
i Pengembangan air √ 100% 3 berskala 2
minum yang dikelola kota/kabupaten
oleh daerah melalui
PDAM
ii Pengembangan air √ 100% 3 berskala 3
minum yang dikelola lingkungan
oleh masyarakat
berupa jaringan
perpipaan yang berada
di kawasan budidaya
termasuk perpipaan
mandiri berbasis
masyarakat di
kawasan permukiman
2 Pengelolaan air limbah kota 0 0
Pengembangan IPAL √ 50% 0 tidak ada 0 Jaringan air
diarahkan pada penataan, indikasi limbah melalui
rehabilitasi/revitalisasi, dampak negatif IPAL dan IPLT
pembangunan, dan sampai saat ini
pengoptimalan kapasitas belum ada di
jaringan air limbah melalui Kota Magelang
IPAL dan IPLT yang sehingga sistem
terintegrasi dalam sebuah yang terintegrasi
IV- 67
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Jenis dan Besaran

Kesesuaian
Kondisi Dampak
Eksisting dan Ketidaksesuai
Realisasi Rencana Prosentase
No Rencana/Program Unit Aktual di Nilai an Nilai Keterangan
Lapangan Realisasi
(Luas/panjang/jumlah/ Pemanfaatan
dengan Rencana Pemanfaatan
volume/dll) Ruang
Ruang
Belum
Tidak
Sesuai Realisasi Terealisasi/
Sesuai
Selisih
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
sistem di kawasan budidaya tersebut belum
di Kota Magelang dapat diterapkan

Pengembangan air limbah


rumah tangga terdiri dari:
Pengembangan dan √ 50% 0 tidak ada 0 Limbah rumah
peningkatan akses indikasi tangga di Kota
masyarakat terhadap dampak negatif Magelang
prasarana dan sarana air sampai saat ini
limbah melalui sistem masih secara
setempat/terpusat secara setempat dan
bertahap pada kawasan membutuhkan
permukiman dengan prioritas waktu bertahap
untuk masyarakat untuk menjadi
berpenghasilan rendah terpusat
Pengembangan sistem air √ 50% 0 tidak ada 0
limbah yang terpisah dengan indikasi
sistem drainase secara dampak negatif
bertahap

IV- 68
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Jenis dan Besaran

Kesesuaian
Kondisi Dampak
Eksisting dan Ketidaksesuai
Realisasi Rencana Prosentase
No Rencana/Program Unit Aktual di Nilai an Nilai Keterangan
Lapangan Realisasi
(Luas/panjang/jumlah/ Pemanfaatan
dengan Rencana Pemanfaatan
volume/dll) Ruang
Ruang
Belum
Tidak
Sesuai Realisasi Terealisasi/
Sesuai
Selisih
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Pengembangnan pengolahan √ 50% 0 tidak ada 0 Kawasan
air limbah B3 dilaksanakan indikasi budidaya yang
berdasarkan arahan kawasan dampak negatif menghasilkan
budidaya yang menghasilkan limbah cair B3
limbah cair B3 dan wajib masih banyak
mempunyai sistem yang belum
pembuangan/ tempat dilengkapi
pembuangan limbah tempat
sementara sesuai peraturan pembuangan
perundangan khusus
3 Persampahan 0 0
Pengembangan TPS, TPST, √ 50% 0 tidak ada 0 Kegiatan
dan depo indikasi pendaurulangan
dampak negatif sampah atau 3R
di Kota
Magelang masih
belum maksimal
sehingga belum
dapat
memberikan
manfaat
lingkungan dan
manfaat
ekonomi untuk
masyarakat
Pengembangan TPA di Kota
Magelang terdiri dari

IV- 69
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Jenis dan Besaran

Kesesuaian
Kondisi Dampak
Eksisting dan Ketidaksesuai
Realisasi Rencana Prosentase
No Rencana/Program Unit Aktual di Nilai an Nilai Keterangan
Lapangan Realisasi
(Luas/panjang/jumlah/ Pemanfaatan
dengan Rencana Pemanfaatan
volume/dll) Ruang
Ruang
Belum
Tidak
Sesuai Realisasi Terealisasi/
Sesuai
Selisih
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Pengembangan TPA √ 50% 0 tidak ada 0 Volume sampah
Banyuurip dengan indikasi di TPA
penambahan sel penampung dampak negatif Banyuurip
dan pengurangan secara sampai saat ini
bertahap melalui sanitary sudah overload,
landfill ditambah
dengan umur
TPA Banyuurip
yang
seharusnya
sudah tidak bisa
diperpanjang
lagi sehingga
membutuhkan
TPA baru
ataupun sistem
lain untuk
menangani
permasalahan
sampah
Pengembangan TPA √ 50% 0 tidak ada 0
Regional dengan indikasi
pembangunan TPA dan dampak negatif
perwujudan sistem serta
manajemen persampahan
regional
4 Drainase 3 2.3

IV- 70
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Jenis dan Besaran

Kesesuaian
Kondisi Dampak
Eksisting dan Ketidaksesuai
Realisasi Rencana Prosentase
No Rencana/Program Unit Aktual di Nilai an Nilai Keterangan
Lapangan Realisasi
(Luas/panjang/jumlah/ Pemanfaatan
dengan Rencana Pemanfaatan
volume/dll) Ruang
Ruang
Belum
Tidak
Sesuai Realisasi Terealisasi/
Sesuai
Selisih
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Jaringan drainase primer di √ 100% 3 berskala 2
Kota Magelang terdiri dari kota/kabupaten
Sungai Progo, Sungai Elo,
Kali Bening, Kali Manggis,
Kali Ngaran, Kali Kedali, dan
Kali Gandekan
Saluran drainase sekunder √ 100% 3 berskala 2
terdiri dari saluran Kali Kota, kota/kabupaten
ruas jalan arteri dan kolektor
perkotaan
Saluran drainase tersier √ 100% 3 berskala 3
terdapat di ruas jalan lokal lingkungan
dan lingkungan di seluruh
unit lingkungan kawasan
permukiman
5 Jalur Pejalan Kaki 3 2
Pengembangan jalur pejalan √ 100% 3 berskala 2
kaki terdiri dari trotoar, kota/kabupaten
penyeberangan zebracross,
zona selamat sekolah,
jembatan penyeberangan,
penyeberangan pelican,
dan/atau penyeberangan
underpass di seluruh kota
6 Jalur Evakuasi Bencana 3 2.5
Jalur evakuasi bencana di

IV- 71
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Jenis dan Besaran

Kesesuaian
Kondisi Dampak
Eksisting dan Ketidaksesuai
Realisasi Rencana Prosentase
No Rencana/Program Unit Aktual di Nilai an Nilai Keterangan
Lapangan Realisasi
(Luas/panjang/jumlah/ Pemanfaatan
dengan Rencana Pemanfaatan
volume/dll) Ruang
Ruang
Belum
Tidak
Sesuai Realisasi Terealisasi/
Sesuai
Selisih
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Kota Magelang terdiri dari:
Jalur evakuasi letusan √ 100% 3 berskala 2
gunung berapi yang kota/kabupaten
diarahkan melalui jalan
utama daerah
Jalur evakuasi bencana √ 100% 3 berskala 3
tanah longsor yang diarahkan lingkungan
melalui jalan utama
lingkungan
7 Jalur Sepeda 3 2
Pengembangan jalur sepeda
di Kota Magelang terdiri dari:
Koridor Jalan Tentara √ 100% 3 berskala 2
Pelajar, Jalan kkota/kabupate
Pahlawan, sebagian n
Jalan A. Yani,
sebagian Jalan
Pemuda, Jalan Tidar,
Jalan Gatot Subroto,
Jalan Senopati, Jalan
Diponegoro, Jalan
Veteran, Jalan
Jenderal Sudirman

Perwujudan rencana pola ruang 2.71 2.95

IV- 72
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Jenis dan Besaran

Kesesuaian
Kondisi Dampak
Eksisting dan Ketidaksesuai
Realisasi Rencana Prosentase
No Rencana/Program Unit Aktual di Nilai an Nilai Keterangan
Lapangan Realisasi
(Luas/panjang/jumlah/ Pemanfaatan
dengan Rencana Pemanfaatan
volume/dll) Ruang
Ruang
Belum
Tidak
Sesuai Realisasi Terealisasi/
Sesuai
Selisih
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
I Kawasan Lindung 3 3
1 Kawasan Sempadan Sungai 38.65 √ 32.85 5.8 85% 3 tidak ada 3
(ha) indikasi
dampak
2 Kawasan Sempadan Irigasi 7.82 √ 7.19 0.63 92% 3 tidak ada 3
(ha) indikasi
dampak
3 Kawasan Taman (ha) 81.37 √ 81.24 0.13 99% 3 tidak ada 3
indikasi
dampak
a Taman Kelurahan 1.62 √
b Taman Kecamatan 0.99 √
c Taman Kota 78.76 √
4 Kawasan Pemakaman (ha) 36.89 √ 34.98 1.91 95% 3 tidak ada 3
indikasi
dampak
5 Kawasan Rawan Bencana 7.18 √ 6.25 0.93 87% 3 tidak ada 3
Tanah Longsor (ha) indikasi
dampak

II Kawasan Budidaya 2.43 2.9


1 Kawasan 779.54 √ 602.94 176.6 77% 3 berskala 2
Permukiman/Perumahan (ha) kota/kabupaten

IV- 73
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Jenis dan Besaran

Kesesuaian
Kondisi Dampak
Eksisting dan Ketidaksesuai
Realisasi Rencana Prosentase
No Rencana/Program Unit Aktual di Nilai an Nilai Keterangan
Lapangan Realisasi
(Luas/panjang/jumlah/ Pemanfaatan
dengan Rencana Pemanfaatan
volume/dll) Ruang
Ruang
Belum
Tidak
Sesuai Realisasi Terealisasi/
Sesuai
Selisih
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
2 Kawasan Perdagangan dan 228.14 √ 138.43 89.71 61% 2 tidak ada 3
Jasa (ha) indikasi
dampak
3 Kawasan Perkantoran (ha) 41.18 √ 53.54 0 100% 3 tidak ada 3 Luas eksisting
indikasi kawasan
dampak perkantoran
lebih besar dari
rencana
dikarenakan
adanya
perubahan
fungsi kawasan
sebelumnya
menjadi
perkantoran
4 Kawasan Pariwisata (ha) 27.7 √ 20 7.7 72% 2 tidak ada 3
indikasi
dampak
5 Kawasan Pertanian (ha) 73.71 √ 206.2 0 100% 3 tidak ada 3 Luas rencana
indikasi kawasan
dampak pertanian lebih
kecil dari
eksisting karena
sebagian
kawasan
direncanakan
untuk mewadahi

IV- 74
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Jenis dan Besaran

Kesesuaian
Kondisi Dampak
Eksisting dan Ketidaksesuai
Realisasi Rencana Prosentase
No Rencana/Program Unit Aktual di Nilai an Nilai Keterangan
Lapangan Realisasi
(Luas/panjang/jumlah/ Pemanfaatan
dengan Rencana Pemanfaatan
volume/dll) Ruang
Ruang
Belum
Tidak
Sesuai Realisasi Terealisasi/
Sesuai
Selisih
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
aktivitas
permukiman/per
umahan.

IV- 75
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Jenis dan Besaran

Kesesuaian
Kondisi Dampak
Eksisting dan Ketidaksesuai
Realisasi Rencana Prosentase
No Rencana/Program Unit Aktual di Nilai an Nilai Keterangan
Lapangan Realisasi
(Luas/panjang/jumlah/ Pemanfaatan
dengan Rencana Pemanfaatan
volume/dll) Ruang
Ruang
Belum
Tidak
Sesuai Realisasi Terealisasi/
Sesuai
Selisih
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
6 Kawasan Pertanian Pangan 34.48 √ 0 34.48 0% 0 tidak ada 3 Luas KP2B di
Berkelanjutan (ha) indikasi Kota Magelang
dampak telah ditetapkan
seluas 120
hektar, tetapi
sampai saat ini
masih belum
terpetakan
lokasi-lokasi
sawah irigasi
yang ditetapkan
sebagai LP2B.
Di sisi lain
banyak
masyarakat
yang
menginginkan
agar sawah
yang mereka
miliki dapat
dialihfungsikan
untuk
permukiman
karena lebih
menguntungkan
secara ekonomi
7 Kawasan Pelayanan 70.73 √ 63.09 7.64 89% 3 tidak ada 3
Pendidikan (ha) indikasi
IV- 76
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Jenis dan Besaran

Kesesuaian
Kondisi Dampak
Eksisting dan Ketidaksesuai
Realisasi Rencana Prosentase
No Rencana/Program Unit Aktual di Nilai an Nilai Keterangan
Lapangan Realisasi
(Luas/panjang/jumlah/ Pemanfaatan
dengan Rencana Pemanfaatan
volume/dll) Ruang
Ruang
Belum
Tidak
Sesuai Realisasi Terealisasi/
Sesuai
Selisih
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
dampak
8 Kawasan Pelayanan 47.27 √ 47.06 0.21 100% 3 tidak ada 3
Kesehatan (ha) indikasi
dampak
9 Kawasan Pelayanan 8.23 √ 9.37 0 100% 3 tidak ada 3 Luas kawasan
Peribadatan (ha) indikasi eksisting
dampak peribadatan
lebih besar dari
rencana
dikarenakan
terdapat
kawasan
peribadatan
yang belum
terpetakan
10 Kawasan Olahraga (ha) 24.25 √ 50.99 0 100% 3 tidak ada 3 Luas eksisting
indikasi kawasan
dampak olahraga lebih
besar dari
rencana
dikarenakan
adanya
penambahan
sarana
penunjang untuk
kawasan
olahraga

IV- 77
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Jenis dan Besaran

Kesesuaian
Kondisi Dampak
Eksisting dan Ketidaksesuai
Realisasi Rencana Prosentase
No Rencana/Program Unit Aktual di Nilai an Nilai Keterangan
Lapangan Realisasi
(Luas/panjang/jumlah/ Pemanfaatan
dengan Rencana Pemanfaatan
volume/dll) Ruang
Ruang
Belum
Tidak
Sesuai Realisasi Terealisasi/
Sesuai
Selisih
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
11 Kawasan Pelayanan 5.79 √ 2.96 2.83 51% 2 tidak ada 3
Transportasi (ha) indikasi
dampak
12 Kawasan Pertahanan dan 173.29 √ 124.6 48.69 72% 2 tidak ada 3
Keamanan (ha) indikasi
dampak
13 Kawasan Khusus (Gardu 2.64 √ 2.64 0 100% 3 tidak ada 3
Induk) (ha) indikasi
dampak
14 Kawasan Khusus (IPAL) (ha) 0.72 √ 0.51 0.21 71% 2 tidak ada 3
indikasi
dampak

Perwujudan rencana penetapan 3 2


kawasan strategis
I Bidang pertahanan dan 3 0
keamanan
Meliputi kawasan AKMIL, √ 3 berskala 0
Kawasan SECABA, Kawasan nasional
RINDAM IV Diponegoro, dan
YON ARMED 11
II Bidang fungsi dan daya dukung 3 2
lingkungan hidup
Meliputi kawasan Gunung √ 3 berskala 2
Tidar kota/kabupaten

IV- 78
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Jenis dan Besaran

Kesesuaian
Kondisi Dampak
Eksisting dan Ketidaksesuai
Realisasi Rencana Prosentase
No Rencana/Program Unit Aktual di Nilai an Nilai Keterangan
Lapangan Realisasi
(Luas/panjang/jumlah/ Pemanfaatan
dengan Rencana Pemanfaatan
volume/dll) Ruang
Ruang
Belum
Tidak
Sesuai Realisasi Terealisasi/
Sesuai
Selisih
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
III Bidang petumbuhan ekonomi 3 3
1 kawasan GOR Samapta √ 3 berskala 3
lingkungan
2 kawasan Kebonpolo √ 3 berskala 3
lingkungan
3 kawasan Soekarno Hatta √ 3 berskala 3
lingkungan
4 kawasan Taman Kyai √ 3 berskala 3
Langgeng lingkungan
5 kawasan sentra ekonomi √ 3 berskala 3
Lembah Tidar lingkungan
6 kawasan sekitar alun-alun √ 3 berskala 3
lingkungan
7 kawasan Sidotopo √ 3 berskala 3
lingkungan
IV Bidang sosial budaya 3 3
Bangunan cagar budaya dan √ 3 berskala 3
ilmu pengetahuan lingkungan
Rata-Rata 2.77 2.24

IV- 79
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

4.4. REKAPITULASI PENILAIAN KEMBALI RTRW KOTA MAGELANG TAHUN 2011-


2031
Hasil penilaian tiap aspek baik kualitas RTRW, aspek kesesuaian dengan peraturan
perundang-undangan dan aspek pelaksanaan pemanfaatan ruang selanjutnya direkapitulasi
menjadi satu untuk mengetahui hasil akhir penilaian. Rekapitulasi akhir selanjutnya akan
dikalikan dengan bobot tiap aspek kemudian dibagi tiga sehingga menghasilkan nilai akhir
dimana nilai tersebut menentukan apakah RTRW perlu direvisi atau tidak direvisi. Besar
bobot untuk setiap aspek berdasarkan Permen ATR No.6 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah adalah sebagai berikut:
 Kualitas RTRW : 30%
 Kesahihan RTRW : 30%
 Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang : 40%

Tabel 4.7
Rekapitulasi Hasil Penilaian Peninjauan Kembali
Perda No. 4 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang
Tahun 2011-2031
No. Aspek Penilaian Nilai
Kualitas RTRW
1 Kelengkapan dan kedalaman muatan RTRW 2,64
2 Kesesuaian dengan karakteristik daerah 2,86
3 Kesesuaian dengan dinamika pembangunan 1,65
4 Kualitas data 2,00
Total 9,15
Nilai rata-rata 2,29
Kesahihan RTRW
1 Kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan 1,06
Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang
1 Jenis dan besaran pelaksanaan pemanfaatan ruang 2,77
2 Dampak ketidaksesuaian pemanfaatan ruang 2,24
Total 5,01
Nilai rata-rata 2,50

Setelah dilakukan rekapitulasi hasil penilaian peninjauan kembali Perda RTRW Kota
Magelang, tahapan selanjutnya adalah mengalikan nilai untuk setiap aspek penilaian
tersebut dengan bobot yang sudah ditentukan. Besar bobot untuk kualitas RTRW adalah
30%, kesahihan RTRW 30%, dan pelaksanaan pemanfaatan ruang 40%. Dari hasil
perkalian aspek penilaian dengan bobot tersebut akan dapat diketahui apakah Perda RTRW
Kota Magelang perlu dilakukan revisi atau tidak. Hasil perhitungan atau rekapitulasi akhir
hasil penilaian Peninjauan Kembali RTRW Kota Magelang dapat dilihat pada tabel berikut.

IV- 80
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Tabel 4.8
Rekapitulasi Akhir Hasil Penilaian Peninjauan Kembali
Perda No. 4 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang
Tahun 2011-2031
Perkalian
No. Aspek Nilai Akhir Bobot
Bobot
1 Kualitas RTRW 2,29 30 68,70
2 Kesahihan RTRW 1,06 30 31,80
3 Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang 2,50 40 100,00
Total 5,85 100 200,50
Rata-Rata Nilai Penilaian Akhir PK RTRW 1,95 66,83

Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa nilai akhir hasil peninjauan
kembali Perda RTRW Kota Magelang adalah sebesar 66,83. Jika mengacu pada Permen
ATR No. 6 Tahun 2017 bahwa Perda RTRW perlu dilakukan revisi apabila nilai akhirnya
<85. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Perda No. 4 Tahun 2012 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Magelang Tahun 2011-2031 perlu dilakukan REVISI karena nilai
akhir penilainnya sebesar 66,83 atau lebih rendah dari ketentuan yang telah ditetapkan.

4.5. PERHITUNGAN PERUBAHAN MATERI RTRW KOTA MAGELANG


Tindak lanjut perhitungan perubahan materi untuk RTRW yang berdasarkan hasil
rekomendasi peninjauan kembali dinyatakan direvisi dibagi menjadi 2 (dua) kategori, yaitu
jika:
 Hasil perhitungan < 20% : perubahan peraturan perundang-undangan
 Hasil perhitungan ≥ 20% : pencabutan peraturan perundangan-undangan

Tata cara perhitungan besarnya perubahan materi dihitung melalui perkalian antara
nilai tingkat perubahan dengan bobot masing-masing materi. Nilai tingkat perubahan yang
dimaksud adalah:
 Materi berubahan total Nilai : 1;
 Materi berubah sebagian Nilai : 0,5; dan
 Materi tidak berubah Nilai : 0.

IV- 81
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Tabel 4.9
Bobot Masing-Masing Muatan Materi
Perda No. 4 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang
Tahun 2011-2031
Bobot Nilai Total
No. Muatan RTRW Kota Keterangan
Materi
1. TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 10,00%
PENATAAN RUANG
1.1 Tujuan penataan ruang 3,33% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
1.2 Kebijakan penataan ruang 3,33% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
1.3 Strategi penataan ruang 3,33% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
2. RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH 27,50%
2.1 Sistem pusat pelayanan 2,50%
2.1.1. Sistem perkotaan
a. Pusat pelayanan kota 0,83% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
b. Subpusat pelayanan kota 0,83% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
c. Pusat lingkungan 0,83% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
2.2 Sistem jaringan prasarana 25,00%
2.2.1. Sistem jaringan transportasi 11,67%
a. Sistem jaringan transportasi 11,67%
darat
1 Jaringan jalan 7,00% 0,5 3,50% Terdapat perubahan
rencana jaringan jalan dan
kelengkapannya sesuai
kebijakan yang bersifat
kekinian
2 Jaringan jalur kereta 4,67% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
api Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
3 Jaringan transportasi - - - -
sungai, danau, dan
penyeberangan
b. Sistem jaringan transportasi - - - -
laut
1 Alur pelayanan - - - -
2 Pelabuhan laut yang - - - -
ada
c. Sistem jaringan transportasi - - - -
udara
1 Ruang udara untuk - - - -
kegiatan Bandar
udara
2 Ruang udara untuk - - - -
jalur penerbangan
3 Bandar udara yang - - - -

IV- 82
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Bobot Nilai Total


No. Muatan RTRW Kota Keterangan
Materi
ada
2.2.2. Sistem jaringan energi/kelistrikan 3,20%
a. Pembangkit listrik - - -
b. Jaringan prasarana energi 3,20%
1 Jaringan pipa minyak - -
dan gas bumi
2 Jaringan transmisi - -
tenaga listrik
(SUTUT, SUTET, dan
SUTT)
3 Pembangkit tenaga 1,60% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
listrik Permen PU Nomor 17
(jalur distribusi energi Tahun 2009
kelistrikan, lokasi
pembangkit, gardu
induk distribusi, dan
sistem distribusi)
4 Energi alternatif 1,60% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
2.2.3. Sistem jaringan telekomunikasi 3,20%
a. Infrastruktur dasar 1,06% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
telekomunikasi Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
b. Infrastruktur telepon nirkabel 1,06% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
c. Peningkatan pelayanan 1,06% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
telekomunikasi Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
2.2.4. Sistem jaringan sumber daya air 3,20%
a. Jaringan sumber daya air 0,80% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
lintas negara, lintas provinsi, Permen PU Nomor 17
dan lintas kabupaten/kota Tahun 2009
b. Wilayah sungai di wilayah 0,80% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
kota Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
c. Jaringan irigasi 0,80% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
d. Jaringan air baku 0,80% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
e. Sistem pengendalian banjir - - -
2.2.5. Infrastruktur perkotaan 3,20%
a. Penyediaan air minum kota 0,53% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
b. Pengelolaan air limbah kota 0,53%
1 IPAL 0,18% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
2 Pembuangan air 0,18% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
limbah rumah tangga Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
3 Pengolahan air 0,18% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
IV- 83
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Bobot Nilai Total


No. Muatan RTRW Kota Keterangan
Materi
limbah Bahan Permen PU Nomor 17
Berbahaya dan Tahun 2009
Beracun (B3)
c. Persampahan 0,53%
1 TPS 0,26% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
2 TPA 0,26% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
d. Drainase 0,53%
1 Jaringan primer 0,18% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
2 Jaringan sekunder 0,18% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
3 Jaringan tersier 0,18% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
e. Jalur pejalan kaki 0,53% 0,5 0,26% Perlu penyesuaian jalur
pejalan kaki dengan
RDTRK
f. Jalur evakuasi bencana 0,53% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
2.2.6. Prasarana dan sarana perkotaan 0,53%
lainnya
a. Jalur sepeda 0,53% 0,5 0,26% Perlu penyesuaian jalur
sepeda dengan RDTRK
3. RENCANA POLA RUANG 27,50%
3.1 Kawasan Lindung 13,75%
3.1.1. Hutan lindung - -
3.1.2. Kawasan yang memberikan 2,30% 1 2,30% Kawasan ini dalam
perlindungan kawasan raperda terbaru dihapus
bawahannya
3.1.3. Kawasan perlindungan setempat 2,30%
a. Sempadan irigasi 0,76% 0 0 -
b. Sempadan sungai 0,76% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
c. Kawasan sekitar danau atau - - -
waduk
d. Kawasan sekitar mata air 0,76% 1 0,76% Kawasan ini dalam
raperda terbaru dihapus
3.1.4. RTH 2,30% 0,5 1,15% Perlu penyesuaian dengan
RTH berdasarkan RDTRK
3.1.5. Kawasan suaka alam dan cagar 2,30%
budaya
a. Kawasan suaka alam 1,15% 1 1,15% Kawasan ini dalam
raperda terbaru dihapus
b. Kawasan cagar budaya 1,15% 0 0 Cagar budaya di Kota
Magelang lebih condong
ke bangunan, bukan ke
kawasan
3.1.6. Kawasan rawan bencana alam 2,30% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
IV- 84
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Bobot Nilai Total


No. Muatan RTRW Kota Keterangan
Materi
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
3.1.7.Kawasan lindung lainnya 2,30%
a. Kawasan perlindungan 2,30% 1 2,30% Kawasan ini dalam
geologi raperda terbaru dihapus
3.2 Kawasan Budidaya 13,75%
3.2.1. Kawasan perumahan 1,53% 0,5 0,76% Kawasan perumahan perlu
penyesuaian dengan
RDTRK
3.2.2. Kawasan perdagangan dan jasa 1,53% 0,5 0,76% Kawasan perdagangan
dan jasa perlu
penyesuaian dengan
RDTRK
3.2.3. Kawasan perkantoran 1,53% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
3.2.4. Kawasan industri 1,53% 1 1,53% Kawasan ini dalam
raperda terbaru dihapus
3.2.5. Kawasan pariwisata 1,53% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
3.2.6. Kawasan RTNH 1,53% 1 1,53% Kawasan ini dalam
raperda terbaru dihapus
3.2.7. Kawasan ruang evakuasi 1,53% 1 1,53% Kawasan ini dalam
bencana raperda terbaru dihapus
3.2.8. Kawasan peruntukan ruang bagi 1,53% 1 1,53% Kawasan ini dalam
sektor informal raperda terbaru dihapus
3.2.9. Kawasan peruntukan lainnya 1,53%
a. Kawasan pendidikan 0,22% 0 0 Perlu mencantumkan
luasan kawasan
pendidikan
b. Kawasan kesehatan 0,22% 0 0 Perlu mencantumkan
luasan kawasan
kesehatan
c. Kawasan peribadatan 0,22% 0 0 Perlu mencantumkan
luasan kawasan
peribadatan
d. Kawasan pertahanan dan 0,22% 0 0 Perlu mencantumkan
keamanan luasan kawasan
pertahanan dan keamanan
e. Kawasan pertanian 0,22% 0,5 0,11% Kawasan pertanian perlu
penyesuaian dengan
RDTRK
f. Kawasan pergudangan 0,22% 1 0,22% Kawasan ini dalam
raperda terbaru dihapus
g. Kawasan olahraga 0,22% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
4. PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS 5,00%
4.1 Bidang pertahanan dan keamanan 1,25% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
4.2 Bidang fungsi dan daya dukung 1,25% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
lingkungan hidup Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
4.3 Bidang pertumbuhan ekonomi 1,25% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
IV- 85
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Bobot Nilai Total


No. Muatan RTRW Kota Keterangan
Materi
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
4.4 Bidang sosial budaya 1,25% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009, penambahan
Kawasan Strategis Bidang
Sosial Budaya yaitu
Kawasan Mantyasih
5. ARAHAN PEMANFAATAN RUANG 15%
5.1 Perwujudan struktur ruang 5,00%
5.1.1. Perwujudan pusat pelayanan 2,50% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
kegiatan kota Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
5.1.2. Perwujudan sistem jaringan 2,50%
prasarana kota
a. Perwujudan sistem jaringan 0,50% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
transportasi Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
b. Perwujudan sistem jaringan 0,50% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
sumber daya air Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
c. Perwujudan sistem jaringan 0,50% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
energi Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
d. Perwujudan sistem jaringan 0,50% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
telekomunikasi Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
e. Perwujudan sistem jaringan 0,50% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
lingkungan Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
5.2 Perwujudan pola ruang 5,00%
5.2.1. Perwujudan kawasan lindung 2,50% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
5.2.2. Perwujudan kawasan budidaya 2,50% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
5.3 Perwujudan kawasan strategis 5,00% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
6. ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN 15%
RUANG
6.1 Ketentuan umum peraturan zonasi 3,75% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
6.2 Ketentuan perizinan 3,75% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
6.3 Ketentuan pemberian insentif dan 3,75% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
disinsentif Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
6.4 Arahan sanksi 3,75% 0 0 Sudah terpenuhi sesuai
Permen PU Nomor 17
Tahun 2009
TOTAL KESELURUHAN 34,56%
RATA-RATA PERUBAHAN MATERI PERDA 19,65%
IV- 86
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

Dari tabel perhitungan di atas dapat diketahui bahwa rata-rata perubahan materi
Perda No. 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang Tahun
2011-2031 adalah sebesar 19,65%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Perda
tersebut perlu dilakukan Perubahan Materi Perda.

IV- 87
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis terkait dengan peninjauan kembali rencana tata ruang
Kota Magelang Tahun 2011-2031, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Kualitas RTRW Kota Magelang mempunyai nilai sebesar 2,29. Permasalahan kualitas
RTRW Kota Magelang yaitu:
 Kelengkapan muatan RTRW
 perwujudan pola ruang untuk kawasan lindung masih kurang lengkap
 Kedalaman muatan RTRW
 perlu ditambahkan luasan untuk masing-masing zona rencana pola ruang,
seperti kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya,
kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, kawasan perumahan,
kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perkantoran, kawasan industri,
kawasan pendidikan, kawasan kesehatan, kawasan peribadatan, kawasan
pertahanan dan keamanan, kawasan pergudangan, dan kawasan olahraga
 perlu penggambaran peta rencana pola ruang sesuai perda yang disepakati
 perlu pendalaman mengenai ketentuan umum peraturan zonasi
 Kesesuaian dengan karakteristik daerah
 rencana pengembangan jalur kereta api tidak sesuai dengan karakteristik daerah
karena kondisi eksisting rel saat ini sudah berdiri banyak bangunan
 pengelolaan air limbah kota dan persampahan masih belum optimal
penerapannya di Kota Magelang
 luas RTH publik sampai saat ini belum mencapai 362 Ha
 Kota Magelang tidak memungkinkan untuk pengembangan kawasan industri,
terutama industri besar
 Masih belum terpetakan lokasi sawah yang akan ditetapkan sebagai LP2B
 Kesesuaian dengan dinamika pembangunan, yaitu bahwa materi RTRW masih
kurang sesuai dengan dinamika yang berkembang atau prediktif terhadap arah
perkembangan dan pengembangan wilayah
2. Tingkat kesahihan mempunyai nilai sebesar 1,06. Hal ini karena beberapa peraturan
perundangan terbaru belum terakomodasi/teracu oleh dokumen RTRW
3. Tingkat pelaksanaan pemanfaatan ruang mempunyai nilai 2,50.
4. Rata-rata nilai akhir peninjauan kembali RTRW Kota Magelang adalah sebesar 66,83
sehingga perlu dilakukan revisi.

V- 1
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031
LAPORAN AKHIR

5. Perubahan materi perda RTRW Kota Magelang adalah sebesar 19,65% sehingga hanya
perlu dilakukan perubahan materi perda.

5.2. Rekomendasi
1. Berdasarkan hasil kesimpulan tersebut, maka diperlukan perbaikan terhadap RTRW
Kota Magelang tahun 2011-2031, terutama kedalaman muatan, dasar hukum yang
digunakan dalam penyusunan materi RTRW serta perbaikan terhadap rencana pola
ruang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Magelang Tahun 2011 – 2031.
2. Perbaikan terhadap RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031 perlu menekankan
pada pencermatan peta, baik peta data, analisis kecenderungan perkembangan dan
limitasi pengembangan.
3. Diperlukan peta yang aktual guna mendukung pelaksanaan serta perbaikan terhadap
rencana pola ruang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Magelang Tahun
2011 – 2031.

V- 2
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kota Magelang tahun 2011-2031

Anda mungkin juga menyukai