RM
RM
Macam-macam kasus
a. Kasus pemerkosaan
· Penderita dengan kasus pemeriksaan di UGD (diantar dari kepolisian) diperiksa
oleh dokter triase/jaga, kemudian koordinasi dengan obsgyn bila diperlukan.
b. Kasus Kriminal
B.Thiopental/Pentotal/Thiopentone
Diantara beberapa barbiturat dengan masa kerja sangat singkat,
thiopentone merupakan obat yang paling banyak digunakan untuk
induksi anestesi dan banyak digunakan dalam bentuk kombinasi
dengan anestetik inhalasi lainnya . Dengan penggunaan dalam klinis
yang telah lebih dari 50 tahun, dapat dikatakan thiopentone merupakan
obat standar dari golongan barbiturat kerja sangat singkat .
Thiopentone dikemas dalam bentuk tepung warna kuning dan berbau
belerang. Sebelum digunakan dianjurkan dilarutkan dengan akuades
steril dalam larutan 2,5% (1 ml = 25 mg) atau 5% (1 ml = 50 mg) dan
disuntikan perlahan-lahan. Dalam waktu 30 – 40 detik, penderita akan
tertidur setelah disuntik secara intravena dan kesadaran akan pulih
setelah 20 – 30 menit. Larutan ini sangat alkalis dengan pH 10 – 11,
sehingga jika sampai keluar vena akan menimbulkan rasa nyeri yang
hebat. Suntikan intraarterial akan menimbulkan vasokonstriksi dan
nekrosis jaringan.
Bergantung pada besar dosis dan kecepatan suntikan, obat ini
akan menyebabkan sedasi, hipnosis, anestesia dan depresi nafas.
Selain itu, obat ini bersifat antikonvulsan dan diduga dapat melindungi
otak akibat kekurangan oksigen, karena obat ini menurunkan aliran
darah otak, menurunkan tekanan likuour dan tekanan intra kranial.
Dosis rendah bersifat anti-analgesi.
Meskipun dosis thiopentone yang dianjurkan untuk induksi
anestesi adalah antara 3 – 5 mg/kgBB, tapi ini bervariasi antara pasien
yang satu dengan yang lain. Hal ini paling banyak disebabkan oleh
efek tambahan dari obat premedikasi atau obat lain, selain juga
disebabkan oleh penyakit yang ada sebelumnya (seperti hipovolemi
atau penyakit jantung) atau usia tua.
Beberapa ahli anestesi secara rutin memberikan lebih dahulu dosis
kecil thiopentone (25 – 50 mg, disebut sebagai test dose), untuk
meyakinkan bahwa obat tersebut tidak masuk ke dalam jaringan
subkutan dan untuk mengetahui respon dari pasien sebelum
memberikan dosis yang sebenarnya.
Metabolisme thiopentone terutama terjadi di hepar, dan hanya
C. Propofol
Propofol berupa larutan berwarna putih susu yang tidak larut
dalam air, termasuk golongan alkilfenol dengan nama kimia
diisoprofil fenol. Propofol merupakan suatu emulsi lemak yang terdiri
dari 1% air; 10% minyak kedelai; 1,3%fosfatida telur dan 2,5%
gliserol. Formula ini menyebabkan rasa nyeri pada tempat
penyuntikan yang diakibatkan karena iritasi lokal, sehingga untuk
mengurangi rasa nyeri dapat diberikan lidokain sebelumnya. Propofol
bersifat isotonis dengan pH netral, harus disimpan pada suhu kurang
dari 25OC, dan jika tidak diberikan dalam 6 jam setelah dibuka
sebaiknya dibuang untuk menghindari kontaminasi dengan bakteri.
Dosis bolus untuk induksi adalah 1,5 – 3 mg/kgBB dan untuk
rumatan adalah 4 – 12 mg/kgBB/jam. Dosis bolus untuk sedasi adalah
0,2 mg/kgBB dan untuk kontinyu 1 mg/kgBB. Pada usia 55 tahun
lebih dosis diturunkan dan untuk wanita hamil dan anak kurang dari 3
tahun tidak dianjurkan.
Propofol mempunyai sifat lipofilik yang tinggi, sehingga
dengan cepat didistribusikan dari darah ke jaringan. Kadar dalam
plasma akan cepat sekali menurun dengan waktu paruh rata-rata 2,5
menit. Metabolisme propofol yang utama adalah di hati, selain di
paru-paru dan ginjal. Ekskresi melalui urin (88%) dan melalui tinja
(3%). Kurang dari 0,3% diekskresi dalam bentuk asal. Sisanya berupa
metabolit dalam bentuk konjugasi / gabungan yang terdiri dari 1 dan 4
glukoronida propofol.
Propofol menurunkan aliran darah otak dan tekanan
intrakranial. Pada dosis induksi sering menyebabkan penurunan
volume tidal bahkan apneu, jarang terjadi spasme laring. Laju jantung
sedikit berubah, tekanan darah turun karena penurunan tahanan pada
pembuluh darah sistemik. Pada pemakaian propofol tidak
mempengaruhi fungsi saluran cerna, fungsi hati dan fungsi ginjal.
Jarang menimbulkan reaksi hipersensitivitas karena imunoglobulin
dan histamin dalam plasma tidak dipengaruhi.
D.Keminta
Merupakan derivat dari phenicyclidine, larut dalam air, jernih,
tidak berwarna, pH 3,5 – 5,5. Termasuk dalam golongan non –
barbiturat yang menimbulkan anestesia dengan cepat dan efek
analgesik yang dalam. Selain itu juga menghasilkan keadaan yang
disebut sebagai dissosiative anestesia.
Induksi anestesi diberikan dengan dosis 1 – 2 mg/kgBB
intravena, dengan dosis pemeliharaan adalah 0,5 mg/kgBB. Efek
analgesik dan kehilangan kesadaran setelah 30 detik pemberian intra
vena dan setelah 5 – 8 menit pemberian intramuskuler.
Ketamin hampir seluruhnya dimetabolisme dalam tubuh,
sangat sedikit yang diekskresikan (lewat urin) tanpa mengalami
perubahan. Metabolisme utama terjadi di hepar. Ketamin mempunyai
kelarutan yang tinggi dalam lemak, dan kecepatan metabolisme
tergantung pada aliran darah ginjal. Norketamin merupakan metabolit
dari ketamin yang masih bersifat aktif.
Ketamin menyebabkan peningkatan tekanan darah tergantung
dari dosis yang diberikan. Selain itu juga meningkatkan isi semenit
jantung (cardiac output), laju jantung, curah jantung, tekanan darah
arteri paru, kebutuhan oksigen jantung karena rangsangan langsung
SSP sehingga tonus simpatis meningkat dan menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah tepi. Ketamin tidak menyebabkan
pelepasan histamin. Induksi anestesi dengan ketamin juga dapat
meningkatkan tekanan cairan serebrospinal dan tekanan intraokuler.
Depresi pernafasan minimal, dan akan meningkat bila dosis
yang diberikan cukup besar. Tonus otot akan meningkat selama
induksi anestesi, pada wanita hamil akan meningkatkan tonus uterus.
Refleks laring dan faring biasanya tetap terjaga.
Pemulihan terjadi secara lambat dan bertahap, seringkali
disertai dengan mimpi buruk yang tidak menyenangkan, diikuti
adanya suara dan gerakan yang tak terkoordinir. Penyulit tersebut
dapat dicegah dengan memberikan benzodiazepin sebagai premedikasi
atau saat penderita mulai bangun.
E. Midazolam
Midazolam merupakan benzodiazepin agonis yang mempunyai
diazepam, larut dalam air dan dapat dicampur dengan larutan infus dan
stabil secara fisik maupun kimiawi untuk 24 jam pada suhu kamar.
F.Diazepam
Termasuk golongan benzodiazepin yang berkhasiat sebagai
dosis rendah akan timbul sedasi, sedang dosis besar bersifat hipnotik.
Dosis untuk induksi antara 0,2 – 1 mg/kgBB. Induksi sampai tidur
biasanya perlu dosis yang besar. Diazepam jangan dicampur dengan
obat-obatan lain dan harus disuntikkan dalam vena besar untuk
menghindari tromboflebitis.
G.Fentanil
Merupakan opioid agonis poten, turunan dari fenilpiperidin.
morfin atau 750 sampai 1250 kali lebih kuat dibanding petidin.
Ekskresi melalui empedu dan urin, berada dalam feses dan urin dalam
bentuk metabolit lebih dari 72 jam setelah pemberian dan kurang dari
16. Kewaliban dokter dan perawat mengisi rekam medis secara lengkap
,benar ,jelas ,akurat ,tepat waktu,tanpa coretan
BAB VIII
SISTEM PELAPORAN
table atau grafik yang sesuai dengan kebutuhan. Pelaporannya antara lain :
Laporan harian kegiatan rumah sakit dari setiap ruangan,baik dari ruang
rawat inap yang berupa sensus harian pasien rawat inap, ataupun
formulir lainya yang telah diisi oleh bagian masing-masing. Laporan
tersebut diolah oleh bagian pengolah data sehingga laporan tersebut sesuai
dengan kebutuhan untuk mengisi RL dan rumah sakit, pengolahan ini
dilakukan secara manual.
2. Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Inap Rumah Sakit (RL 2a)
dan Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit (RL
2b). Laporan harian yang berasal dari berkas Rekam Medis yang
dikodifikasi berdasarkan ICD-10, direkapitulasi secara mingguan, yang
kemudian didibuatkan secara bulanan dan dilaporkan secara triwulan. Hal
ini dilakukan baik secara manual maupun komputerisasi melalui proses
indeks untuk masing-masing jenis penyakit yang dikelompokkan menurut
DTD seperti yang terdapat pada formulir RL 2a dan 2b. Dalam membuat
laporan untuk RL 2a dan 2b, harap diperhatikan tentang koding yang
hanya ada di RL 2a saja atau di RL 2b saja. Misalnya di RL 2a, untuk
koding kontrol kehamilan, imunisasi, control setelah melahirkan tentunya
tidak ada di RL 2a tetapi lebih ke RL 2b. Di RL 2b juga tidak ada koding
untuk ibu melahirkan atau bayi baru lahir, tetapi lebih ke RL 2a. Juga
harap diperhatikan tentang jenis kelamin untuk diagnose tertentu,
besar penyakit rawat inap dan rawat jalan. Harap diperhatikan tentang
kode yang berhubungan dengan ibu melahirkan normal, bayi baru lahir
dengan kondisi sehat, ataupun control dan imunisasi serta lainya, tidak
penyakit tersebut, maka dapat dibuatkan table atau grafik dalam bentuk
pie, untuk melihat secara jelas penyakit mana yang banyak diderita
pasien.
penyakit yang diderita pasien, sehingga dari periode tanggal 1-10 tersebut
5. Data Dasar Rumah Sakit (RL 3) yaitu data mengenai jumlah TT yang
tersedia dirumah sakit dan fasilitas yang ada di unit rawat jalan/
poliklinik yang menyediakan pelayanan dokter spesialis/sub spesialis
untuk menangani pasien. Dapat disajikan data tentang perkembangan
tempat tidur dirumah sakit atau bias juga tentang data pelayanan spesialis
atau subspesialis apa yang ada dirumah sakit tersebut.
6. Untuk Data RL 4 (mengenai Data Ketenagaan Rumah Sakit), disajikan tentang
jumlah semua tenaga yang bertugas dirumah sakit, baik tenaga dokter, perawat
maupun petugas lainnya. Dengan data ini bias disajikan tentang berapa tenaga dokter,
perawat atau yang lainnya, misalnya : Penyajian data tentang tenaga kesehatan yang ada
disebuah rumah sakit, bisa diambil data dari RL 4 tentang tenaga kesehatan saja,
kemudian dipilah menjadi beberapa bagian atau diklasifikasikan berdasarkan tanaga
medis, keperawatan, farmasi, dan lain-lain seperti yang ada di RL 4 halaman 1 s/d 4.
Dapat pula dibandingkan dengan RL yang lainnya. Misalnya tenaga perawat
dibandingkan dengan jumlah pasien yang dirawat setiap hari.
8. RL 5 merupakan data tentang data peralatan medic rumah sakit. Laporan ini berisi
jumlah, umur, kapasitas, kondisi dan izin operasional serta kalibrasi peralatan
yang ada dirumah sakit. Dengan format RL 5 ini, rasanya sudah cukup untuk menilai
suatu alat lain atau tidak untuk dipergunakan.
9. Pada Rl 6 (Data Infeksi Nosokomial Rumah Sakit) dapat disajikan tentang infeksi
noaokomial yang ungkin terjadi selama masa perawatan yang berasal dari ruang
perawatan rumah sakit. Dari laporan harian dapat dibuatkan laporan secara bulanan.
Dari data tersebut dapat diolah seberapa tinggi/banyaknya infeksi yang terjadi. Caranya
rumah sakit dan mengurutkan infeksi nosokomial mana yang paling sering terjadi.
Laporan ini dilakukan bila permintaan mendadak dari direktur maupun dinas kesehatan
dengan versi sesuai kebutuhan.