Anda di halaman 1dari 6

3.

1 Alternatif Penyelesaian
Kita sebagai manusia memiliki peran dan tanggung jawab yang penting sebagai manajer
alam. Kerusakan alam demi kepentingan umat semata akan memberikan efek berkepanjangan
bagi kehidupan manusia. Dalam hal ini, kondisi Puncak yang merupakan daerah resapan air bagi
DKI Jakarta sangat diperlukan adanya upaya yang dilakukan untuk menjadikan Puncak, Bogor
daerah yang layak untuk dijadikan daerah resapan air. Berikut adalah beberapa alternatif
penyelesaian yang dapat dilakukan.

3.1.1 Normalisasi Sungai


Normalisai sungai merupakan proses menciptakan kondisi sungai dengan lebar
dan kedalaman tertentu agar air dapat mengalir dan tidak terjadi luapan dari sungai
tersebut. Normalisasi ini dapat dilakukan dengan membersikan lumpur pada sungai dan
juga melakukan pengerukan untuk meningkatkan kapasitas sungai dalam menampung
dan mengalirkan air ke laut. Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang di
normalisasi namun, terhentikan karena berbagai kondisi dan kendala.

3.1.2 Revisi Peraturan


Perda Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat Nomor 22 tahun 2010 tentang Hutan
Produksi. Forest Watch Indonesia mengklaim bahwa Puncak harus ditetapkan statusnya
sebagai kawasan hutan lindung. Sebab, jika fungsi hutan lindung dihilangkan atau
diubah menjadi hutan produksi maka ini akan berdampak kepada fungsi tangkapan air di
daerah aliran Sungai Ciliwung. Sehingga perlu adanya revisi agar tidak ada lagi
penggunaan kawasan hutan lindung yang area nya beralih fungsi menjadi perkebunan,
pemukiman, dan vila.

3.1.3 Sistem Biopori


Lubang biopori ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan daya serap air
hujan kedalam tanah. Lubang ini dibuat secara vertikal ke dalam tanah lalu kemudian
diberi sampah organik untuk membuat rongga dalam tanah yang disebut biopori. Biopori
yang terbentuk ini akan terisi udara dan menjadi tempat berlalunya air dalam tanah.
Sistem biopori ini memiliki banyak manfaat seperti meningkatkan daya resap air unruk
mencegah terjadinya banjir dan tanah longsor; mengelola sampah organik menjadi pupuk
kompos; sitem biopori ini juga dapat menyuburkan tanah serta menjadi tampungan air
tanah.

Selain ketiga penyelesaian diatas, dapat juga dilakukan penanaman kembali vegetasi pada
laha yang tidak terpakai sehingga dapat menyerap air hujan lebih. Dan juga perlu adanya
sosialisai kepada masyarakat akan pentingnya Kawasan Hutan Lindung agar menjadi Kawasarn
Resap air.
3.2 Penyelasaian di Luar Negeri
Terjadinya bencana seperti banjr ataupun longsor tidak hanya di Indonesia saja.
Melainkan negara-negara maju juga dapat terjadi hal tersebut. Sehingga mereka juga memiliki
sistem penyelesaian sendiri yang mungkin saja lebih efisien, berteknologi, ataupun
membutuhkan biaya yang besar. Seperti di negara Belanda dan juga Jepang

3.2.1 Sistem Polder - Belanda


Sistem polder merupakan sebuah sistem tata kelola air yang bersifat tertutup,
terdiri atas unit-unit pembentuk tanggul, pompa, saluran air, kolam retensi, pengaturan
lansekap lahan, dan instalasi air kotor terpisah. Dengan sistem ini, maka lokasi rawan
banjir akan dibatasi dengan jelas, sehingga air yang harus dikeluaarkan dari sistem dapat
dikendalikan. Fungsi utama dari sistem polder adalah pengendali muka air agar tidak
berlebihan shingga menyebabkan banjir.

3.2.2 Tokyo Flood Tunnel – Jepang


Tokyo, Jepang memiliki infrastruktur yang sangat maju dan penduduk yang padat
sehingga sangat rentan terhadap bencana, salah satunya banjir. Sehingga Tokyo membuat
sebuah sistem dengan nama Tokyo Flood Tunnel, yaitu merupakan satu sistem yang
berfungsi untuk mengambil air hujan yang berlebihan dan disalurkan dalam saluran ini
untuk mengelakkan berlakunya banjir. Sistem ini berupa beberapa terowongan bawah
tanah yang dapat meyimpan air yang dapat disalurkan kembali ke laut apabil terjadi
banjir. Hanya saja sistem ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit, jadi kurang cocok
jika diaterapkan di Indonesia.

3.3 Alternatif Penyelasaian yang Dipilih


Berdasarkan beberapa alternatif yang ada tidak semuanya dapat diterapkan di Indonesia
ini, mengingat kita membutuhkan sistem yang efisien dan juga murah. Sehingga kelompok kami
memilih 2 penyelesaian yang ada yaitu, Sistem Polder untuk di Jakarta dan Sistem Biopori di
Kawasan Puncak.

Sistem Polder dioptimalkan dengan memasang tanggul pengaman untuk kawasan rendah
dan mengembangkan drainase di perkotaan yang masih memiliki gravitasi, guna mengurangi
kawasan banjir akibat genangan. Di Semarang sudah mulai dikembangkan dan membutuhkan
sekitar 1,5 miliar/tahun untuk perawatannya. Sistem Polder ini cocok karena Jakarta yang
merupakan wilayah dataran rendah, dekat dengan laut, memiliki sungai-sungai, cost-efficiency
dibanding dengan metode Tokyo Flood Tunnel.

Sistem Biopori di Kawasan Puncak merupakan cara yang efisien dan juga murah. Selain
itu sistem ini juga ramah lingkungan. Dan juga daya serap air sistem ini mencapai 10,82% dari
100 m2. Sehingga sistem ini sangat cocok untuk diterapkan di Indonesia khususnya Kawasan
Puncak.
https://news.detik.com/berita/3857667/bnpb-naturalisasi-sungai-cocoknya-di-wilayah-
bogor-atau-depok

https://id.scribd.com/document/350025652/Apa-Itu-Normalisasi-Ataukah-Restorasi-Sungai

https://www.msn.com/id-id/news/nasional/normalisasi-kali-ciliwung-terkendala/ar-BBPKXyQ

https://akuindonesiana.wordpress.com/2012/08/13/hutan-lindung-dikawasan-puncak-hilang-jakarta-
semakin-rawan-banjir-besar/

https://alamendah.org/2009/10/14/lubang-resapan-biopori-sederhana-tepat-guna/

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00388-SP%20BAB%20II.pdf
3.1 Alternatif Solusi yang Diajukan
Kita sebagai manusia memiliki peran dan tanggung jawab yang penting
sebagai manajer alam. Kerusakan alam demi kepentingan umat semata akan
memberikan efek berkepanjangan bagi kehidupan manusia. Dalam hal ini,
kondisi Puncak yang merupakan daerah resapan air bagi DKI Jakarta sangat
diperlukan adanya upaya yang dilakukan untuk menjadikan Puncak, Bogor
daerah yang layak untuk dijadikan daerah resapan air. Berikut adalah
beberapa alternatif penyelesaian yang dapat dilakukan.

3.1.1 Normalisasi Sungai


Normalisai sungai merupakan proses menciptakan kondisi sungai dengan
lebar dan kedalaman tertentu agar air dapat mengalir dan tidak terjadi
luapan dari sungai tersebut. Normalisasi ini dapat dilakukan dengan
membersihkan lumpur pada sungai dan juga melakukan pengerukan untuk
meningkatkan kapasitas sungai dalam menampung dan mengalirkan air ke
laut. Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang dinormalisasi
namun, terhentikan karena berbagai kondisi dan kendala.

3.1.2 Revisi Peraturan


Perda Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat Nomor 22 tahun 2010 tentang
Hutan Produksi. Forest Watch Indonesia mengklaim bahwa Puncak harus
ditetapkan statusnya sebagai kawasan hutan lindung. Sebab, jika fungsi
hutan lindung dihilangkan atau diubah menjadi hutan produksi maka ini
akan berdampak kepada fungsi tangkapan air di daerah aliran Sungai
Ciliwung. Sehingga perlu adanya revisi agar tidak ada lagi penggunaan
kawasan hutan lindung yang area nya beralih fungsi menjadi perkebunan,
pemukiman, dan villa.

3.1.3 Sistem Biopori


Lubang biopori ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan daya
serap air hujan kedalam tanah. Lubang ini dibuat secara vertikal ke dalam
tanah lalu kemudian diberi sampah organik untuk membuat rongga dalam
tanah yang disebut biopori. Biopori yang terbentuk ini akan terisi udara dan
menjadi tempat berlalunya air dalam tanah. Sistem biopori ini memiliki
banyak manfaat seperti meningkatkan daya resap air untuk mencegah
terjadinya banjir dan tanah longsor; mengelola sampah organik menjadi
pupuk kompos; sistem biopori ini juga dapat menyuburkan tanah serta
menjadi tampungan air tanah.
Selain ketiga penyelesaian diatas, dapat juga dilakukan penanaman kembali
vegetasi pada lahan yang tidak terpakai sehingga dapat menyerap air hujan
lebih. Dan juga perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya
Kawasan Hutan Lindung agar menjadi Kawasan Resap Air.

3.2 Alternatif di Luar Negeri


Terjadinya bencana seperti banjir ataupun longsor tidak hanya di Indonesia
saja. Melainkan negara-negara maju juga dapat terjadi hal tersebut.
Sehingga mereka juga memiliki sistem penyelesaian sendiri yang mungkin
saja lebih efisien, berteknologi, ataupun membutuhkan biaya yang besar.
Seperti di negara Belanda dan juga Jepang

3.2.1 Sistem Polder - Belanda


Sistem polder merupakan sebuah sistem tata kelola air yang bersifat
tertutup, terdiri atas unit-unit pembentuk tanggul, pompa, saluran air, kolam
retensi, pengaturan lansekap lahan, dan instalasi air kotor terpisah. Dengan
sistem ini, maka lokasi rawan banjir akan dibatasi dengan jelas, sehingga air
yang harus dikeluarkan dari sistem dapat dikendalikan. Fungsi utama dari
sistem polder adalah pengendali muka air agar tidak berlebihan sehingga
menyebabkan banjir.

3.2.2 Tokyo Flood Tunnel - Jepang


Tokyo, Jepang memiliki infrastruktur yang sangat maju dan penduduk yang
padat sehingga sangat rentan terhadap bencana, salah satunya banjir.
Sehingga Tokyo membuat sebuah sistem dengan nama Tokyo Flood Tunnel,
yaitu merupakan satu sistem yang berfungsi untuk mengambil air hujan
yang berlebihan dan disalurkan dalam saluran ini untuk mengelakkan
berlakunya banjir. Sistem ini berupa beberapa terowongan bawah tanah
yang dapat menyimpan air yang dapat disalurkan kembali ke laut apabila
terjadi banjir. Hanya saja sistem ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit,
jadi kurang cocok jika diterapkan di Indonesia.

3.3 Alternatif Penyelesaian yang Dipilih

Berdasarkan beberapa alternatif yang ada tidak semuanya dapat


diterapkan di Indonesia ini, mengingat kita membutuhkan sistem yang
efisien dan juga murah. Sehingga kelompok kami memilih 2 penyelesaian
yang ada yaitu, Sistem Polder untuk di Jakarta dan Sistem Biopori di Kawasan
Puncak.
Sistem Polder dioptimalkan dengan memasang tanggul pengaman
untuk kawasan rendah dan mengembangkan drainase di perkotaan yang
masih memiliki gravitasi, guna mengurangi kawasan banjir akibat genangan.
Di Semarang sudah mulai dikembangkan dan membutuhkan sekitar 1,5
miliar/tahun untuk perawatannya. Sistem Polder ini cocok karena Jakarta
yang merupakan wilayah dataran rendah, dekat dengan laut, memiliki
sungai-sungai, cost-efficiency dibanding dengan metode Tokyo Flood Tunnel.
Sistem Biopori di Kawasan Puncak merupakan cara yang efisien dan juga murah.
Selain itu sistem ini juga ramah lingkungan. Dan juga daya serap air sistem ini
mencapai 10,82% dari 100 m . Sehingga sistem ini sangat cocok untuk diterapkan
2

di Indonesia khususnya Kawasan Puncak.

Anda mungkin juga menyukai