Anda di halaman 1dari 14

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi
tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,
sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu
atau lebih.
Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya muncul
selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu.
Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yaitu hipertensi, edema dan
proteinuria yang timbul pada wanita hamil dengan usia kehamilan lebih dari
20 minggu, pada ibu bersalin dan nifas (Prawirohardjo, 2015).

B. ETIOLOGI
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab dari kelainan ini,
namun penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang
terjadinya preeklampsia dan eklampsia. Faktor - faktor tersebut antara lain,
gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim.
Sedikit teori yang menerangkan mengenai hal itu adalah sebagai berikut :
1. Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda,
hidramnion, dan mola hidatidosa.
2. Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
3. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin
dalam uterus.
4. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan
tersebut, sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory.
Adapun teori-teori tersebut antara lain :
1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan.
2. Peran faktor imunologis.
3. Adanya aktivasi system komplemen pada pre-eklampsi/eklampsia.

1
4. Peran faktor genetik/familial
5. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi
preeklampsi/eklampsi pada anak-anak dari ibu yang menderita
preeklampsi/eklampsi.
6. Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsi/eklampspia dan
anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan
bukan pada ipar mereka.
7. Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS).
(Prawirohardjo, 2015).

C. KLASIFIKASI
Preeklamsi di bagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Preeklamsi Ringan :
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi
berbaring terlentang, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih,
kenaikan sistolik 30 mmHg/lebih. Cara pengukuran sekurang-
kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, dan
sebaiknya 6 jam.
b. Edema umum (kaki, jari tangan dan muka atau BB meningkat)
c. Proteinuri kuwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, sedangkan kuwalitatif
1+ & 2+ pada urine kateter atau midstream.
2. Preeklamsi Berat
a. TD 160/110 mmHg atau lebih
b. Proteinuria 5gr atau lebih perliter
c. Oliguria (jumlah urine <500cc/24 jam)
d. Adanya gangguan serebri, gangguan visus, dan rasa nyeri pada
efigastrium (Prawirohardjo, 2015).
Diagnosis Tekanan Darah Tanda Lain
Pre-Eklamsi Kenaikan TD diastolic 15 Protein Urin +1
Ringan mmHg/79 mmHg dengan
2x pengamatan berjarak 1
jam/tekanan diastolic

2
mencapai 110 mmHg.
Pre-Eklamsi Kenaikan TD systolic 30 Protein urin positif 2 oedem
Sedang mmHg/lebih atau umum, kaki, jari tangan dan
mencapai 140 mmHg. muka, kenaikan BB 1 kg tiap
minggu.
Pre-Eklamsi Tekanan diastolic >110 Protein urine positif ¾ oliguria
Berat mmHg (urine 5 gr/L) hiperefleksia,
gangguan penglihatan, nyeri
epigastrik, terdapat oedem paru
dan sinosis.
(Prawirohardjo, 2017)

D. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinik preeklampsi bervariasi luas dan sangat individual.
Kadang –kadang sukar untuk menentukan gejala preeklampsia mana yang
timbul lebih dahulu. Secara teoritik urutan-urutan gejala yang timbul pada
preeclampsia ialah edema, hipertensi dan terakhir proteinuria. Sehingga bila
gejala-gejala ini timbul tidak dalam urutan diatas dapat dianggap bukan
preeklampsia. Dari semua gejala tersebut, timbulnya hipertensi dan proteinuria
merupakan gejala yang paling penting, namun penderita seringkali tidak
merasakan perubahan ini. Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan
nyeri kepala, gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium, maka penyakit ini
sudah cukup lanjut.
Sedangkan eklampsia kasus akut pada penderita preeclampsia yang
disertai kejang dan koma, sama halnya dengan preeclampsia, eklampsia dapat
timbul pada ante, intra, dan postpartum. Eklampsia postpartum umumnya
hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.
Dua gejala yang sangat penting diatas pada preklampsia yaitu hipertensi
dan proteinuria yang biasanya tidak di sadari oleh wanita hamil, penyebab dari
kedua masalah diatas adalah sebagai berikut :
1. Tekanan darah

3
Peningkatan tekanan darah merupakan tanda peningkatan awal
yang penting pada preeklampsia. Tekanan diastolik merupakan tanda
prognostik yang lebih andal dibandingkan dengan tekanan sistolik.
Tekanan sistolik sebesar 90 mmHg atau lebih yang terjadi terus-menerus
menunjukkan kedaan abnormal.
2. Kenaikan berat badan
Peningkatan berat badan yang tiba-tiba mendahului serangan
preklampsia dan bahkan kenaikan berat badan (BB) yang berlebihan
merupakan tanda pertama preklampsia pada sebagian wanita.
Peningkatan BB normal adalah 0,5 Kg perminggu. Bila 1 Kg dalam
seminggu, maka kemungkinan terjadinya preklampsia harus dicurigai.
Peningkatan berat badan terutama di sebabkan kerena retensi cairan dan
selalu dapat ditemukan sebelum timbul gejala edema yang terlihat jelas
seperti kelopak mata yang bengkak atau jaringan tangan yang membesar.
3. Proteinuria
Pada preklampsia ringan, proteinuria hanya minimal positif satu,
positif dua, atau tidak sama sekali. Pada kasus berat proteinuria dapat di
temukan dan dapat di capai 10 g/dL. Proteinuria hampir selalu timbul
kemudian dibandingkan hipertensi dan kenaikan BB yang berlebihan.

Gejala-gejala subjektif yang dirasakan pada preklampsia adalah sebagai


berikut:

1. Nyeri kepala
Jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan sering terjadi pada
kasus-kasus yang berat. Nyeri kepala sering terjadi pada daerah
frontal dan oksipital, serta tidak sembuh dengan pemberian analgetik
biasa.
2. Nyeri epigastrium
Merupakan keluhan yang sering ditemukan pada preklampsia
berat. Keluhan ini disebabkan karena tekanan pada kapsula hepar
akibat edama atau pendarahan.
3. Gangguan penglihatan

4
Keluhan penglihatan yang tertentu dapat disebabkan oleh spasies
arterial, iskemia, dan edema rutina dan pada kasus-kasus yang langka
disebabkan oleh ablasio retina, pada preklampsia ringan tidak
ditemukan tanda-tanda subjektif (Prawirohardjo, 2017).

E. PATOFISIOLOGI
Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitifitas vaskuler
terhadap angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan
kerusakan vaskuler, akibatnya akan terjadi vasospasme. Vasospasme
menurunkan diameter pembuluh darah ke semua organ, fungsi fungsi organ
seperti plasenta, ginjal, hati dan otak menurun sampai 40-60 %. Gangguan
plasenta menimbulkan degenerasi pada plasenta dan kemungkinan terjadi
IUGR dan IUFD pada fetus. Aktivitas uterus dan sensitivitas terhadap
oksitosin meningkat.
Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan perubahan
glomerolus, protein keluar melalui urin, asam urat menurun, garam dan air di
tahan, tekanan osmotik plasma menurun, cairan keluar dari intravaskuler,
menyebabkan hemokonsentrasi. Peningkatan viskositas darah dan edema
jaringan berat dan peningkatan hematokrit. Pada preeklamsia berat terjadi
penurunan volume darah, edema berat dan berat badan naik dengan cepat.
Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati, edema hepar
dan hemoragik sub-kapsular menyebabkan ibu hamil mengalami nyeri
epigastrium atau nyeri pada kuadran atas. Ruptur hepar jarang terjadi tetapi
merupakan komplikasi yang hebat dari PIH, enzim enzim hati seperti SGOT
dan SGPT meningkat. Vasospasme arteriola dan penurunan aliran darah ke
retina menimbulkan symptom visual seperti skotoma (blind spot) dan
pandangan kabur.
Patologi yang sama menimbulkan edema cerebral dan hemoragik serta
peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat (sakit kepala, hiperfleksia, klonus
pergelangan kaki dan kejang serta perubahan efek). Pulmonari edema
dihubungkan dengan edema umum yang berat, komplikasi ini biasanya
disebabkan oleh dekompensasi kordis kiri (Prawirohardjo, 2017).

5
F. PATHWAY/WOC

6
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Uji diagnostik dasar.
a. Pengukuran tekanan darah.
b. Analisi protein dalam urine.
c. Pemeriksaan edema.
d. Pengukuran tinggi fundus uteri.
e. Pemeriksaan funduskopik (Sumapraja, 2018).
2. Uji laboratorium.
a. Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi
eritrosit pada sediaan darah tepi).
b. Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat
aminotranferase).
c. Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).
d. Uji untuk meramalkan hipertensi.
e. Roll-over test.
f. Pemberian infus angiotensin II (Sumapraja, 2018).

H. KOMPLIKASI
Tergantung derajat pre-eklampsianya, yang termasuk komplikasi antara
lain atonia uteri (uterus couvelaire), sindrom HELLP (Haemolysis Elevated
Liver Enzymes, Low Platelet Cown), ablasi retina, KID (Koagulasi Intra
Vaskular Diseminata), gagal ginjal, perdarahan otal, oedem paru, gagal
jantung, syok dan kematian.
Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut kronisnya insufisiensi
uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas
(Sumapraja, 2018).
I. PENATALAKSANAAN
1. Prinsip Penatalaksanaan Pre-Eklampsia
a. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
b. Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
c. Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta,
pertumbuhan janin terhambat, hipoksia sampai kematian janin)

7
d. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera
mungkin setelah matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin
atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.
2. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat
Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti :
kehamilan diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal.
Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan
medisinal. Prinsip : Tetap pemantauan janin dengan klinis, USG,
kardiotokografi (Sumapraja, 2018).
J. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Suatu proses
kolaborasi melibatkan perawat, ibu dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian
dilakukan melaui wawancara dan pemeriksaan fisik. Dalam pengkajian
dibutuhkan kecermatan dan ketelitian agar data yang terkumpul lebih
akurat, sehingga dapat dikelompokkan dan dianalisis untuk mengetahui
masalah dan kebutuhan ibu terhadap perawatan.
Pengkajian yang dilakukan pada ibu dengan preeklamsia/eklamsia antara
lain sebagai berikut :
1. Identitas umum ibu.
2. Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
 Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum
hamil.
 Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklamsia pada
kehamilan terdahulu.
 Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas.
 Ibu mungkin pernah menderita penyakit gagal kronis.
b. Riwayat kesehatan sekarang
 Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal.
 Terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrum.
 Gangguan virus : penlihatan kabur, skotoma, dan diplopia.

8
 Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan.
 Gangguan serebral lainnya : terhuyung-huyung, refleks
tinggi, dan tidak tenang.
 Edema pada ekstremitas.
 Tengkuk terasa berat.
 Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu.
c. Riwayat kesehatan keluarga : Kemungkinan mempunyai riwayat
preeklamsia dan eklamsia dalam keluarga.
d. Riwayat perkawinan : Biasanya terjadi pada wanita yang menikah
dibawah usia 20 tahun atau diatas 35 tahun.
3. Pemeriksaan fisik biologis
a. Keadaan umum : lemah.
b. Kepala : sakit kepala, wajah edema.
c. Mata : konjungtifa sedikit anemis, edema pada
retina.
d. Abdomen : nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual
dan muntah
e. Ektremitas : oedema pada kaki juga pada tangan dan
jari-jari
f. Sistem persyarafan : hiperrefleksia, klonus pada kaki.
g. Genituorinaria : oligura, proteinuria.
h. Pemeriksaan janin : bunyi detak janin tidak teratur, gerakan janin
melemah.
4. Pemeriksaan penunjang :
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah :
 Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% ).
 Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% ).
 Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 ).
2) Urinalisis : Ditemukan protein dalam urine.
3) Pemeriksaan Fungsi hati :

9
 Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl ).
 LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat.
 Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
 Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat
(N= 15-45 u/ml).
 Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT)
meningkat (N= <31 u/l).
 Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl ).
 Tes kimia darah : Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl
).
b. Radiologi
1) Ultrasonografi : Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra
uterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat,
dan volume cairan ketuban sedikit.
2) Kardiofotografi : Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.
3) USG : untuk mengetahui keadaan janin
c. Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
d. Tingkat kesadaran : penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan
pada otak
e. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin (Sumapraja, 2018).

2. Diagnosa
a. Gangguan Perfusi Jaringan b/d Penurunan Kardiak output Sekunder
terhadap Vasospasme Pembuluh Darah.
b. Kelebihan volume cairan b/d peningkatan retensi urine dan edema
berkaitan dengan hipertensi dalam kehamilan.
c. Nyeri akut b/d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi

3. Intervensi
Setelah data terkumpul kemudian dianalisis, langkah selanjutnya adalah
menentukan diagnose dan intervensi keperawatan. Diagnose yang

10
mungkin ditemukan pada ibu hamil dengan pre eklamsia/ eklamsia adalah
sebagai berikut :
1. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan kardiak out put
sekunder terhadap vasospasme pembuluh darah.
Tujuan : Perfusi jaringan otak adekuat dan tercapai secara optimal.
Kriteria Hasil :
a. Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
b. Menunjukan fungsi sensori motori kranial yang utuh : tingkat
kesadarn membaik, tidak ada gerakan involunter.
Intervensi :
a. Monitor poerubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinyu
(cemas, bingung, letargi, pingsan).
b. Observasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab,
cacat kekuatan nadi perifer.
c. Kaji tanda Homan (nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi),
eritema, dan oedema.
d. Dorong latihan kaki aktif/ pasif.
e. Pantau pernafasan
f. Kaji fungsi Gastro Intestinal, catat anoreksia, penurunan bising
usus, muntah/mual, distensi abdomen, konstipasi.
2. Kelebihan volume cairan b/d peningkatan retensi urine dan edema
berkaitan dengan hipertensi dalam kehamilan.
Tujuan : kelebihan volume cairan teratasi.
Kriteria hasil :
a. Bebas dari oedema dan effuse
b. Bunyi nafas bersih tidak ada dispneu/ ortopneu
c. Terbebas dari distensi vena jugularis
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas akan adanya krekels.
b. Catat adanya DJV, adanya oedema dependen
c. Ukur masukan atau keluaran, catat penurunan pengeluaran, sifat
konsentrasi, hitung keseimbangan cairan.

11
d. Pertahankan pemasukan total cairan 2000 cc/24 jam dalam toleransi
kardiovaskuler.
e. Berikan diet rendah garam atau natrium.
3. Nyeri akut b/d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat
hipertensi.
Tujuan :
a. Nyeri mendekati normal.
b. Nyeri terkontrol.
c. Pasien merasa nyaman
Kriteria hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri).
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri.
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekwensi dan tanda)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi :
a. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
b. Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri.
c. Kaji penyebab nyeri.
d. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
e. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidak
efektifan control nyeri masa lamapau
f. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menentukan dukungan.
g. Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
h. Kurangi factor presipitasi.
i. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi,
dan interpersonal).
j. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
k. Ajarkan tehnik relaksasi.

12
l. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
m. Evaluasi keefektifan control nyeri.
n. Tingkatkan istirahat tidur.
o. Kolaborasi dengan tim medis lain jika ada keluhan dan tindakan yang
tidak berhasil.
p. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri.

4. Implementasi
Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Banyak faktor yang mendukung
terlaksananya implementasi keperawatan diantaranya peran keluarga yang
mendukung, tersedianya alat – alatserta adanya bimbingan dari perawat
ruangan, pembimbing akademik, serta adanya peran dokter yang menentukan
diagnosa medis.

5. Evaluasi
Penulis dapat mengevaluasi keadaan pasien dan tindakan keperawatan
selanjutnya setelah dilakukan implementasi. Evaluasi terdiri dari subjektif,
berdasarkan apa yang dikatakan oleh pasien, objektif, berdasarkan
pengamatan terhadap keadaan pasien.

13
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono.2015.Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, Sarwono.2017.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Sumapraja, Sudraji.2018.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal.Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai