Anda di halaman 1dari 12

NEGARA INDONESIA NEGARA HUKUM

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Di susun oleh:
SRI HAYATI INDAH : 1611212026
Khoridatul khasindah : 1611212

KELAS :

A2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PADANG

TAHUN PELAJARAN 2016/2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang " Negara Indonesia negara hukum " ini. Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW
yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang
sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah pendidikan
kewarganegaraan dengan judul "Negara Indonesia adalah negara hukum".
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan
jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki
apabila ada kesalahan di dalamnya.

Padang, 21 November 2016

Penyusun

i
Daftar isi

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i
Daftar isi .................................................................................................................................................. ii
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
Pendahuluan ........................................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................................................... 2
BAB II ....................................................................................................................................................... 3
Isi ........................................................................................................................................................ 3
2.1 Definisi Negara Hukum ............................................................................................................ 3
2.2 Tujuan Hukum .......................................................................................................................... 4
2.3 Hubungan Indonesia sebagai Negara Hukum dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia ........................................................................................................................ 5
2.4 Sejarah Perkembangan Hukum Indonesia ................................................................................ 5
2.5 Hubungan Cita-cita Sosial Masyarakat dengan Undang-undang .............................................. 7
BAB III ...................................................................................................................................................... 8
Penutup ............................................................................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................... 8
Daftar Pustaka......................................................................................................................................... 9

ii
BAB I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Mengawali era negara hukum, maka ia tampil sebagai negara secara formal. Di sini ia
mewujudkan sekalian persyaratan formal bagi suatu negara yang harus tunduk pada hukum.
Untuk zamannya, negara hukum ini dapat disebut revolusioner ,karena mengakhiri bentuk
bernegara sebelumnya yang bersifat otoriter. “L’etat c’est moi” (Negara adalah saya), begitulah
karakterisasi negara pada waktu itu.
Negara hukum Indonesia sudah berdiri sejak lebih dari enam puluh tahun
lamanya.Kualifikasinya sebagai Negara hukum pada tahun 1945 terbaca dalam Penjelasan
Undang-Undang Dasar. Dalam penjelasan mengenai “Sistem Pemerintahan Negara” dikatakan
“Indonesia ialah Negara yang Berdasar atas Hukum (Rechtsstaat)” . Selanjutnya di bawahnya
dijelaskan , “Negara Indonesia berdasar atas hukum (Rechtsstaat) ,tidak berdasar kekuasaan
belaka (Machtsstaat)”. Sekian puluh tahun kemudian ia lebih dipertegas melalui amandemen
keempat dan dimasukkan ke dalam batang tubuh konstitusi ,yaitu Bab I tentang “Bentuk dan
Kedaulatan”. Dalam Pasal 1 ayat 3 ditulis “ Negara Indonesia adalah Negara hukum” .

1
Negara hukum sudah merupakan tipe Negara yang umum dimiliki oleh bangsa-bangsa
di dunia dewasa ini.Ia meninggalkan tipe Negara yang memerintah berdasarkan kemauan sang
penguasa. Sejak perubahan tersebut, maka Negara diperintah berdasarkan hukum yang sudah
dibuat dan disediakan sebelumnya dan penguasa pun tunduk kepada hukum tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Negara hukum ?
2. Apa Tujuan Hukum ?
3. Apa hubungan Indonesia sebagai Negara hukum dengan undang-undang dasar
negara
republik Indonesia ?
4. Bagaimana sejarah perkembangan hukum di Indonesia ?
5. Apa hubungan cita-cita sosial masyarakat dengan undang-undang ?
1.3 Tujuan
1. Pembaca mengetahui definisi Negara hukum.
2. Pembaca mengetahui tujuan hukum.
3.Pembaca mengetahui hubungan Indonesia sebagai Negara hukum dengan undang-
undang dasar negara republik Indonesia.
4. Pembaca mengetahui sejarah perkembangan hukum di Indonesia.
5. Pembaca mengetahui hubungan cita-cita sosial masyarakat dengan undang-undang.

2
BAB II

Isi
2.1 Definisi Negara Hukum
“Negara” bisa dimaknai dalam dua arti. Pertama, Negara adalah masyarakat atau
wilayah yang merupakan satu kesatuan politis. Kedua, Negara adalah lembaga pusat yang
menjamin kesatuan politis ,yang menata dan dengan demikian menguasai wilayah itu.
Hukum sebagai sarana untuk melakukan kontrol sosial, yaitu suatu proses
memengaruhi orang-orang untuk untuk bertingkah laku sesuai dengan harapan masyarakat.
Maka pengontrolan oleh hukum itu dijalankan dengan berbagai cara dan melalui penbentukan
badan-badan yang dibutuhkan.Dalam hubungan ini, maka hukum biasa disebut sebagai suatu
sarana untuk melakukan kontrol sosial yang bersifat formal.

Menurut Brian Z.Tamanaha ,Negara hukum itu berkisar pada tiga kelompok pengertian
(cluter of meaning).yaitu:
1. Bahwa pemerintah itu dibatasi oleh hukum. Dalam pemahaman yang pertama ini ,Negara
hukum melindungi masyarakat dari penekanan (oppression) oleh pemerintah, baik yang
bersifat komunitarian maupun individual. Ia juga melindungi masyarakat dalam keadaan
pluralism.Khususnya bagi Negara-negara berkembang,seperti Indonesia ,Negara hukum akan
melindungi masyarakat dari transformasi suatu tipe barat ke dalam masyarakat timur, yang
memiliki kosmologi yang berbeda.

2. Negara hukum dipahami secara legalitas formal.Di sini ia dipahami sebagai sesuatu yang
sangat bernilai (supremely valuable good), tetapi belum tentu memiliki nilai kemanusiaan yang
bersifat universal (universal human good)pula. Di sini orang tidak dapat berpikir bahwa
peraturan sebagai inti dari legalitas formal,berlaku untuk segala keadaan.Legalitas formal
berjalan baik pada ranah kehidupan sosial, dimana dijumpai keadaan yang netral ,seperti
perdagangan,penghukuman terhadap orang yang melakukan kekerasan criminal dan terhadap
orang yang mengganggu kepemilikan orang lain.

3. Pengaturan yang didasarkan pada hukum (rule of law) ,bukan orang (rule of man). Menurut
Tamahana, keadaan tersebut dapat dicapai manakala dapat dicapai keseimbangan antara
keduanya,yang intinya adalah pengendalian diri (self-restraint).

3
2.2 Tujuan Hukum
Di dalam ilmu hukum disebutkan bahwa tujuan hukum adalah menciptakan ketertiban
dan keadilan. Dalam membahas masalah tujuan hukum, banyak pendapat dikemukakan oleh
para sarjana. Namun demikian secara umum dapat dikemukakan bahwa tujuan hukum adalah
sesuatu yang ingin dicapai oleh hukum.

Menurut L.J. Van Apeldoorn, tujuan hukum adalah untuk memepertahankan ketertiban
masyarakat. Dalam mempertahankan ketertiban tersebut hukum harus secara seimbang
melindungi kepentingan-kepentingan yang ada dalam masyarakat. Mengenai kepentingan-
kepentingan yang ada dalam masyarakat ini, Roscoe Pond membedakan antara kepentingan
pribadi, kepentingan publik, dan kepentingan sosial. Apabila pandangan Van Apeldoorn
dikaitkan dengan pandangan Roscoe Pond tersebut, berarti dalam mempertahankan ketertiban
masyarakat, hukum harus mampu menyeimbangkan kepentingan-kepentingan pribadi, publik,
dan sosial. Pengaturan yang didalamnya terdapat keseimbangan antara kepentingan-
kepentingan tersebut oleh Van Apeldoorn dikatakan sebagai pengaturan yang adil.

Keadilan menurut Ulpianus adalah Justitia est perpetua et constans voluntas jus suum
cuique tribuendi yang kalau diterjemahkan secara bebas keadilan adalah suatu keinginan yang
terus menerus dan tetap untuk memberikan kepada orang apa yang menjadi haknya. Ini berarti
4
keadilan bahwa keadilan harus senantiasa mempertimbangkan kepentingan yang terlibat di
dalamnya.
2.3 Hubungan Indonesia sebagai Negara Hukum dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia sebagai jantung dan jiwa Negara.
Undang-undang dasar suatu Negara memberi tahu kepada kita tentang apa maksud membentuk
Negara, bagaimana cita-citanya dengan bernegara itu , apa yang ingin dilakukannya ,serta asas-
asas kehidupan yang terdapat di dalamnya. Dengan undang-undang dasar itu suatu Negara
sebagai komunitas memiliiki tujuan yang jelas dan akan memandu menuju apa yang dicita-
citakan.Undang-undang dasar juga sangat penting bagi penyelenggaraan hukum suatu Negara
,oleh karena pada saat-saat tertentu hukum perlu melihat kepada panduan yang diberikan oleh
undang-undang dasarnya. Hal tersebut terjadi, Misalnya ,pada saat hukum mengalami
kebuntuan dan tidak tahu ke mana harus melangkah.
2.4 Sejarah Perkembangan Hukum Indonesia
Pada waktu pedagang Belanda mulai mengadaakan kontak dengan bangsa Indonesia,
maka mereka berhadapan dengan negara-negara pedalaman .Negara-negara kelautan seperti
Sriwijaya dan Majapahit pada saat pertemuan itu telah menjadi sejarah.Kerajaan-kerajaan
pedalaman ini disebut juga kerajaan darat atau kerajaan agraris.Bagian-bagian yang
membentuk kerajaan tersebut berupa desa-desa yang penduduknya menggantungkan hidupnya
pada usaha persawahan.Keadaan kerajaan darat atau agraris tersebut secara singkat dapat
dilukiskan seebagai berikut .Yang disebut sebagai kerajaan disini adalah pusat-pusat kekuasaan
agraris yang karena kekuatannya kemudian mampu menaklukkan pusat-pusat yang lain
sehingga semakin lama menjadi semakin besar.
Dengan menampilkan struktur kerajaan di jawa ,maka kita akan dapat melihat susunan yang
terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut:
 Raja
 Kepala Kawasan ( Provinsi ,Bupati)
 Kepala Desa
 Rakyat
 Susunan tersebut mencerminkan adanya dua macam ikatan ,yaitu :
 Ikatan Feodal
 Ikatan Desa (rakyat kecil)
Dikotomi seperti sekarang ini kita jumpai juga dalam kehidupan hukum masyarakat
Indonesia masa itu .Sekalipun kedua lingkungan tersebut disebut berdampingan, namun dalam
kenyataannya bisa terdapat jurang pemisah ,misalnya dalam bentuk pembiaran oleh pihak
istana terhadap penyelenggaraan hukum yang dilakukan di lingkungan desa.Uraian ini dimulai
dengan bertitik tolak dari apa yang kemudian oleh zaman kolonial Belanda diperkenalkan
sebagai hukum adat.Dari subtansi yang diatur oleh hukum tersebut dicoba untuk dibuat suatu
ikhtisar yang dikelompokkan dalam masalah mengenai: (1) Subjek yang diatur dan (2) Faktor-
faktor yang diperhatikan dalam pengaturan.
Kontak-kontak antara Indonesia dengan dunia barat merupakan masa perhubungan
yang di belakang hari menimbulkan persoalan sosial dan kebudayaan yang besar yang
mempunyai hubungan yang erat dengan kehidupan hukum di negeri ini.

5
Kontak pertama dilakukan oleh para pedagang Belanda dalam rangka operasi
perdagangan mereka. Dalam keadaan tersebut ,mereka hanya mengikuti pola perbuatan dagang
biasa, yaitu “berusaha untuk membeli secara murah dan menjualnya kembali di tempat lain
denggan harga mahal”(Day,1904:45)
Barat semakin melihat betapa produksi di jawa yang feodal itu dijalankan secara tidak
ekonomis berkat berkat pola feodalisme. Kalau saja pola itu bisa dirombak maka diharapkan,
tanah akan menjadi lebih produktif. Dengan demikian, maka kritik terhadap penyelenggaraan
produksi pada waktu itu dapat diperinci sebagai berikut:
Potensi rakyat untuk menghasilkan bahan-bahan perdaganganyang berupa hasil bumi
bisa lebih diperbesar.Potensi tersebut dihambat oleh cara pengelolaan produksi secara
feodal.Rakyat harus dibebaskan dari tekanan feodalisme tersebut sehingga dapat menikmati
kebebasan dan kesejahteraan yang lebih besar. Keadaan tersebut diharapkan akan
meningkatkan daya produksi rakyat.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka langkah-langkah yang kemudian
diambil adalah :
 Kekuasaan kaum bangsawan harus dibatasi.
 Kesewenang-wenangan dan korupsi diberantas.
 Menciptakan kebebasan dan kepastian hukum yang lebih besar bagi rakyat.
Usaha untuk membebaskan rakyat dari beban dan hambatan tersebut, pada zaman-
antara yaitu zaman kekuasaan inggris, oleh raffles dilakukan dengan mengintrodusir apa yang
disebut sebagai landelijk stelsel. Sistem ini ingin membebaskan rakyat dari kewajiban untuk
melakukan pekerjaan bagi kaum bangsawan dan menggantikannya dengan sistem pajak.
Melalui proses regenerasi tersebut, maka beberapa segi tatanan sosial masyarakat
Indonesia asli dirombak menurut acuan Barat. Usaha perombakan ini dibutuhkan untuk dapat
menjadi penghubung dan pengokoh hubungan-hubungan ekonomi yang baru antara kota-kota
yang bersifat Barat dengan wilayah-wilayah di luarnya. Bentuk-bentuk regenerasi tersebut
adalah sebagai berikut:
Suatu reorganisasi terhadap susunan hierarki masyarakat yang asli, terutama sekali
yang berupa pembinaan kelas-kelas pemuka masyarakat yang kepentingan-kepentingannya
(ekonomi, sosial, politik dan psikologis) langsung dikaitkan pada bekerjanya pusat-pusat
perkotaan kapitalis secara sistematik. Dengan demikian, mereka ini merupakan wakil-wakil
pusat-pusat kapitalis tersebut.
Proses ini juga meliputi suatu difusi nilai-nilai, norma-norma, keyakinan-keyakinandan
pranata-pranata sosial, secara kebudayaan dan structural yang menyebabkan organisasi dari
Negara-negara jajahan itu mirip dengan pengorganisasian dari Negara-negara Barat,yang juga
disebut sebagai susunan yang modern.
Kemerdekaan Indonesia yang di proklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 telah
mengakhiri penjajahan Belanda atas Indonesia.Secara politik,maka bangsa Indonesia kini
memegang kendali di tangannya. Semenjak saat tersebut maka muncullah suatu masyarakat
hukum yang bernama Negara Republik Indonesia, yaitu suatu masyarakat hukum yang
bernama Negara Republik Indonesia, yaitu suatu masyarakat yang menetukan sendiri hukum

6
yang berlaku di negeri ini. Adapun yang kemudian berdiri pada tanggal tersebut adalah suatu
badan atau organisasi kekuasaan dan yang wilayahnya meliputi juga seluruh wilayah bekas
jajahan tersebut.Keadaan serta gambaran sebagaimana diuraikan di atas menimbulkan
pertanyaan , “Hukum yang mana serta bagaimanah yang kemudian ada sebagai akibat dari
perubahan ketatanegaraan itu?”
Pada zaman penjajahan, hukum adat ini menempati suatu kedudukan khusus, yaitu
sebagai lambang dan wakil dari sistem hukum Indonesia berhadapan dengan sistem hukum
eropa. Tetapi, semenjak kemerdekaan gambarannya sudah berubah. Perubahan di sini adalah
semenjak hukum adat tidak lagi mempunyai kedudukan yang otonom berhadapan dengan suatu
sistem hukum yang lain dan hukum adat tak dapat pula dilihat sebagai mewakili sistem hukum
Indonesia, semata-mata oleh karena semenjak saat itu di dunia ini sudah lahir suatu Negara ,
masyarakat hukum dan tata hukum yang baru, yaitu : Indonesia. Hukum adat itu sekarang
sudah terlebur ke dalam Hukum Indonesia yang intinya adalah Undang-Undang Dasar 1945.
2.5 Hubungan Cita-cita Sosial Masyarakat dengan Undang-undang
Hukum yang berlaku mengandung seperangkat sistem dan subsistem yang holistik
dalam kehidupan masyarakat .Hukum terkait dengan kebudayaan, politik, ekonomi,
pendidikan, agama, dan ideologi Negara.Melaksanakan hukum berarti meninggalkan semua
yang dilarang oleh pasal-pasal dalam undang-undang.Meninggalkan hukum juga berarti
melaksanakan yang dibenci oleh undang-undang. Untuk semua jenis hukum dan undang-
undang ,subtansi di dalam materi hukum adalah sekumpulan perintah dan larangan. Hukum
yang menjadi panutan masyarakat merupakan cita-cita sosial yang tidak pernah berhenti dikejar
sampai akhir hayat manusia. Cita-cita sosial bersandar pada hukum nasional yang berupa
undang–undang.
Cita-cita sosial tersebut adalah sebagai berikut :

1. Mengharapkan keamanan dan ketentraman hidup tanpa batas waktu.
2. Mengharapkan kemaslahatan hidup bagi diri dan orang lain.
3. Mengharapkan tegaknya keadilan,yang bersalah harus mendapat hukuman yang
setimpal dan yang tidak bersalah mendapat perlindungan hukum yang baik dan benar.
4. Persamaan hak dan kewajiban dalam hukum .Hukum tidak pilih bulu atau memilih
dan memilah dengan alasan berbeda bulu.
5. Saling mengontrol di dalam kehidupan masyarakat sehingga tegaknya hukum dapat
diwujudkan oleh masyarakat sendiri.
6. Kebebasan berekspresi, berpendapat, bertindak dengan tidak melebihi batas-batas
hukum dan norma sosial.
7. Regenerasi sosial yang positif dan bertanggung jawab terhadap masa depan
kehidupan social dan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Cita-cita tertinggi dalam hukum adalah menegakkan keadilan,tetapi yang menerapkan
keadilan bukan teks-teks hukum ,melainkan manusia yang menerima sebutan hakim ,pengacara
,kuasa hukum ,penegak hukum ,penguasa hukum ,polisi dan sebagainya
Keadilan sebagai cita-cita sosial dan tujuan hukum ,tetapi ide tentang keadilan tidak pernah
objektif.Keadilan selalu bersifat subjektif ,tidak terkecuali dalam hukum.

7
BAB III

Penutup
3.1 Kesimpulan
Negara Indonesia adalah Negara hukum, begitu yang dinyatakan dalam UUD Negara
Republik Indonesia 1945 pasal 1 ayat (3) yang dirumuskan dalam amandemennya yang ketiga
,Agustus 2011 yang lalu. Sehingga seharusnya seluruh sendi kehidupan dalam bermasyarakat
dan bernegara harus berdasarkan pada norma-norma hukum. Artinya hukum harus dijadikan
panglima dalam penyelesaian masalah-masalah yang berkenaan dengan individu ,masyarakat
dan Negara.
Norma hukum bukanlah satu-satunya kaidah yang bersifat regulatif (mengatur)
terhadap manusia dalam hubungannya dengan sesama manusia. Disamping norma hukum,ada
norma sosial, kesusilaan dan agama .Ketiga norma (kaedah) terakhir memiliki aturan sanksi
yang lunak jika dibandingkan dengan aturan sanksi pada norma hukum yang keras, sebab
hukum memiliki alat perlengkapan yaitu Negara.
Hukum dipandang sebagai sesuatu yang luas,besar , dan agung. Hukum tidak dibuat
tetapi hidup,tumbuh, dan berkembang bersama masyarakat. Walaupun pada kenyataannya
hukum merupakan produk politik dimana hukum tergantung pada konfigurasi politik yang
sedang berlangsung seperti yang dikatakan oleh Mahfud MD, namun seharusnya hukum harus
tetap memuat nilai-nilai ideal yang harus dijunjung tinggi dan ditegakkan oleh segenap elemen
masyarakat.
Kepongahan hukum semakin nyata di Indonesia. Kasus suap yang melanda mahkamah
agung, Kasus Suyitno Landung dalam pemeriksaan perkara pembobolan bank BNI,menjadi
pertanda jatuhnya wibawa hukum di mata masyarakat Indonesia. Kasus lain yang
menggegerkan adalah tertangkap basahnya Jaksa Urip Tri Gunawan (kasus BLBI) yang
kemudian seperti menghancurkan kewibawaan kejaksaan agung.
Salah satu yang memberikan kontribusi bagi kebobrokan moral penegak hukum
tersebut bisa jadi adalah pendidikan hukum. Pendidikan hukum selama ini hanya menyentuh
pada tataran teoritik belaka, mengabaikan aspek moral. Sehingga dengan demikian Indonesia
hanya mencetak “tukang-tukang hukum” bukan sarjana hukum dalam pengertian yang
sebenarnya. Padahal semestinya pendidikan hukum kita bisa menciptakan seorang ahli hukum
yang berdedikasi dan bukan ahli hukum yang “jualan hukum”.
Adapun yang ingin dimintakan perhatian di sini yaitu, hendaknya kita juga meninjau
perkembangan hukum di Indonesia semenjak penjajahan sebagai pembelajaran untuk masa
sekarang dan yang akan datang. Terutama untuk menghadapi masalah yang sudah pernah
terselesaikan di masa lampau, seperti korupsi. Banyak hal yang harus dilakukan untuk
mencapai Tujuan dan cita-cita Indonesia sebagai Negara hukum agar ‘negara hukum’ tidak
sekedar menjadi slogan kaku yang tidak bisa di realisasikan.

8
Daftar Pustaka

Marzuki ,Peter Mahmud.2008.Pengantar Ilmu Hukum.Jakarta:Kencana Prenada Media


Group.
Moeljatno,dkk.2008.Membangun Hukum Indonesia.Yogyakarta:Kreasi Total Media.
Rahardjo,Satjipto.2008.Negara Hukum yang Membahagiakan Rakyatnya.Yogyakarta:Genta
Press.
Rato,Dominikus.2009.Filsafat Hukum.Surabaya:Laksbang Justitia
Saebani,Beni Ahmad .2009.Sosiologi Hukum.Bandung:CV Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai