Wawasan Rumah Sakit REV

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

Wawasan Rumah Sakit (1*)

Formularium RS

Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis, disusun
oleh Tim Farmasi dan Terapi (TFT) yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit. Panitia IFRS
(Struktur oranisasi)

Tahapan penyusunan :

1. usulan o bat dari masing masing Staf Medik Fungsional (SMF) berdasarkan standar terapi
atau standar pelayanan medik;
2. mengelompokkan usulan Obat berdasarkan kelas terapi;
3. membahas usulan dalam rapat Tim Farmasi dan Terapi (TFT
4. mengembalikan rancangan hasil pembahasan TFT ke masing masing SMF untuk
mendapatkan umpan balik;
5. membahas hasil umpan balik dari masing masing SMF;
6. menetapkan daftar obat yang masuk ke dalam Formularium Rumah Sakit;
7. menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi
8. melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada staf dan melakukan
monitoring.

Kriteria pemilihan FRS :

1. mengutamakan penggunaan Obat generik


2. memiliki rasio manfaat risiko ( benefit risk ratio) yang paling menguntungkan penderita
3. mutu terjamin , termasuk stabilitas dan bioavailabilitas
4. praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan
5. praktis dalam penggunaan dan penyerahan
6. menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien
7. memiliki rasio manfaat biaya ( benefit cost ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya
langsung dan tidak lan g sung
8. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman ( evidence based
medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga yang terjangkau

Panitia IFRS (Struktur oranisasi)

Dasar hukum

a) UU No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit


b) Per Men K es RI Nomor 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit

Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit :


1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
2. Pelayanan Farmasi Klinik

Standart pelayanan RS

tujuan :

1. meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian


2. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian
3. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional dalam
rangka keselamatan pasien ( patient safety).

Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi standar:

1. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; dan
2. pelayanan farmasi klinik.

Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

1. pemilihan;
2. perencanaan kebutuhan;
3. pengadaan;
4. penerimaan;
5. penyimpanan;
6. pendistribusian;
7. pemusnahan dan penarikan;
8. pengendalian; dan
9. administrasi.

Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. pengkajian dan pelayanan Resep;


b. penelusuran riwayat penggunaan Obat;
c. rekonsiliasi Obat;
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
e. konseling;
f. visite;
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
j. dispensing sediaan steril; dan
k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).
MESO (PMK 72 2016 STandar pely…..)

Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan setiap respon
terhadap Obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek Samping Obat adalah reaksi Obat
yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja farmakologi.

Tujuan MESO :

a. menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat, tidak
dikenal, frekuensinya jarang;
b. menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang baru saja
ditemukan;
c. mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi angka
kejadian dan hebatnya ESO;
d. meminimalkan risiko kejadian reaksi Obat yang idak dikehendaki; dan
e. mencegah terulangnya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki.

Kegiatan pemantauan dan pelaporan ESO :

a) mendeteksi adanya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki (ESO);


b) mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai risiko tinggi mengalami ESO;
c) mengevaluasi laporan ESO dengan algoritme Naranjo;
d) mendiskusikan dan mendokumentasikan ESO di Tim/Sub Komite/Tim Farmasi dan
Terapi;
e) melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional. (ke e-meso bpom)

Faktor yang perlu diperhatikan:

a) kerjasama dengan Komite/Tim Farmasi dan Terapi dan ruang rawat; dan
b) ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.

Petunjuk teknis mengenai monitoring efek samping Obat akan diatur lebih lanjut oleh Direktur
Jenderal.

Kontrol kualitas pelayanan farmasi

Prinsip TDM

Prinsip TPN & IV mixture


RAWAT INAP

IRNA

perencanaan (metode konsumsi) > upf mlkukan permintaan

permintaan : permintaan ndividu, stndart,ups lain/cito, permintaan obat sitostatik

a. permintaan individu : seminggu 2x irna ke gundang. senin dan kamis kirim defekta secara
komputerisasi. selasa dan jum’at barang datang daimbil pekarya ke gudang
defecta rangkap 3 : untuk gudang ambil barang, satu arsip upf, untuk ke gudang perbulan

MACAM-MACAM DEFECTA :
1. untuk alkes
2. untuk obat
3. untuk yag cairan Cairan
4. untuk OKT (untuk psiko-narko)
5. high alert
6. untuk resusitasi (untuk IGD)

b. permintaan barag standart : barangt yang masuk dalam paket dan tindakan (betadine,
kasa, heparin)
alur > yang mminta perawat akan mengisi form permintaan. isi ne jenis barrang, jenis,
jumlah  form akan diberikan ke gudang --. gudang menyiapkan, sudah siap diambil
pekarya k gudang, untuk serah terima form permintaan diganti surat distribusi  pekarya
menerima ttd  pekarya antar ke perawat dan mencocokan data kesesuaian. Permintaan
rabu serah terima kamis (seminggu sekali)
c. permintaan ke upf lain dan cito
ketik ada kekosongan, ttk akan pengecekan ketersediaan obat dikomputer ada obatnya di
upf mana  stelah itu konfirmasi ke upf yang punya persediaan  disetuji di ambil
dengan membuat surat permiintaan ke upf yang diminta memakai defekta CITO dari
komputerisasi kemudian dicetak  dibawa pekarya ke uof yang dituju dan mengambil
obatnya  SP di ttd in oleh TTK yang dituju untuk bukti terima.

d. permintaan sitostatika
alur > awal dokter akan menuliskan RPO dan form permintaan  kasihkan ke TTK
ruangan  dikonfimarsi ke apoteker penanggung jawab untuk dikaji (kesesuain dosis) 
kalau tidak sesuai konfirmasi keapada dokter  dari ruangan menulis form permintaan
sitostatika oleh dokter  setuju langsung di bawa ke PPLK (handling sito ).  dihanding
dikerjakan  dikasih etiket di primer e, lalu dibungkus kresek hitam diberi etiket lagi dan
stiker ungu sitostatika di dua”nya  kuat e 24 jam  diberikan kepada pearawat
penannggung jawab ruangan
irna permintaan ke gundang

Penyimpanan di irna

Penyimpanan :

1. stabilitas  bntuk sediaan  kelas terapi  alfabetis  HIGH ALERT  NARKOTIK


PSIKOTROPIK  FEVO
HIGH ALERT : 1. berisoko tinggi 2. elektrolit pekat 3. lasa
2. di kulkas : insulin, suppo,
3. slow moving : 6 bulan keluar dikit. death stock : 3 bulan tidak keluar

Distribusi

sistem distribusinya :

1. UDD : (untuk rawat inap) untuk obat 24 jam, deberikan setiap siang hari. awalnya dokter
nulis resep dan RPO. kalau di IRNA dibuat 7 hari.
TTK mengecek di RM setiap pagi  kemudian menulis di KCO  dientry  keluar
etiket TTK mengirim etiket ke TTK di UPF --_ di tempelkan  TTK mngantarkan ke
upf jam 14.00  serah terima keperawat.

2. WFS :
a. emergensi kits ;
b. trolly emergensi
high care (bedah aster)response time <= 3 jam . low care (merak-bona) RT <= 24 jam
. ROI, ICCU untuk ruang intensif <= 1 jam

3. IP :
a. diluar jam operasional ke upf 24 jam dibedah-medik-anak. kalau obgyn bisa minta ke
anak.  digunakan untuk sehari
b. obat pulang menggunakan IP

obat sisa  dari pasien pulang bisa di kembalikan ke ruangan dan dientry lagi ke upf pusat irna

IGD dan BEDAH CENTRAL


IGD
ada lantai 1 (resusitasi, buffer, gawat darurat)2 (vk obgyn, nicu (bayi bb rendah dan dan sangat
rendah), nuang nifas, ruang bayi) 3 (ROI intensif care dan high care) 4 (kantin mushola ) 5
(lantai operasi).

a. lantai 1> ada upf dan ruang rest. upf minta ke gudang setiap hari rabu dan sabtu. brang
datang senin dan kamis. perencanaan kayak IRNA.
ruang rest meminta ke IGD lantai 1,, tapi alkes khusus (masker anestesi) langsung ke gudang
minta hari rabu dan sabtu. di rest minta obat ke TTK dimintaan dan ditulis dulu, kemudian
setelah di pakai baru di resepkan oleh dokter

ada tempat penyimpanan obat khusus, setiap pergantian shift mengecek obat kalau mau ambil
obat bisa ambil di upf di tempat upf. ADA kotak sndiri berwarna biru khusus res.

Kriteria REST (TRIAGE):

(a) (air way)nafas tersumbat , cek obstruksi jalur nafas


(b) (breath) pernafasan, cek gerakan nafas
(c) circulation = cek gangguan sirkulasi darah. 1. confusion: bingung 2. TD sistol TD<100 3.
N nadi >100 4. keringat dingin
(d) disability, kalau tdk sadar masuk res, kalau sadar bisa masuk pemeriksaan dalam
(e) exposure :mencari cidera yang ada pada pasien\
(f)
b. lantai 2 > minta obat ke IGD lantai 1
ada nicu, picu ambil obat ke lantai satu.
alur > dokter menulis resep untuk satu hari  tttk mngskrining resep.-  ambil obat dan
dispensing di lantai 1. sitem e UDD
c. Lantai 3 > ROI permintaan rabu dan sabtu, barang datang senin dan kamis
d. lantai 5 > perencanaan senin kamis , defecta rabu sabtu. ada troly emergensi. ada 6 rak
OK
ok 1 : THT
ok 2 :digestive (saluran cerna)
ok 3: operasi kotor (penyakit hepatitis, tb, hiv) > stlah operasi lngsung di strerilisasi
ok 4 : obgyn
ok 5 : bedah saraf
ok 6 : ortho pedi

triage :

a. PUTIH : keadaan tdk gawat, tidak darurat. menebus obat poli tapi poli tutup
b. hijau : pasien tidak gawat dan tidak darurat > keluhan ringan-sedang
(kecelakaan,trauma psikis)
c. kuning : darurat tapi tidak mengancam jiwa (dehidrasi ringan-sedang)
d. merah :pasien gawat darurat, berpotensi mengancam jiwa dengan kondisi stabil
(dehidrasi berat, dengue
e. biru :pasien gawat darurat dan mengancam jiwa, dengan kondisi tidak stabil, cidera
ota, bronkospasme parah

GBPT
ada 6 lantai

a. lanta dasar : IDIK (instasli diagnostik dan invasif kardiovaskuler), kasir, ruang distribusi
kamar operasi dan ruang pertemuan
b. lantai 1 : UPF, sanitasi dan binatu,secretariat, ruang pertemuan
c. lantai 2 : icu dan nicu
d. lantai 3 : RR (hbs dr oprasi) dan BU
e. lantai 4 : 8 kamar ok (digestif, anak, onkologi, bedak plastic, urologi)
f. lantai 5 : 8 ok, (mata, kandungan , THT-KL
g. lantai 6 : 6 ok (thorax, saraf, ortopedi)

alur distribusi >> sesuai pengalamnmu gok. sistem defecta pada hari senin dan kamis untuk UPS,
barang selasa jum’at

alur implant (konsiyasi)>> dokter kerjasama dengan vendor  pesen ke vendor yg psen bsa
dokter, perawat, farmasi  vendor antarkan  ditrima perawat  serah terima pakai form
buktinya di simpan oleh farmasi  operasi dilaksanakan  setelah selesai OK dokter baru
menulis resep  sisa implant dikembalikan ke vendor pakai berita acara  dalam 1x24 jam
vendor mengecek setelah operasi. kalau implanya habis/terpakai farmasi buat laporan, laporan ke
gudang, yang bayar gudang.

Pakai UDD,pengendalian dilakukan degan pemantauan ED kurang 6 bulan

pemantauan obat emergensi : habs segera diisi, pemanataun obat biasa pakai komputer, obat
alkes 6 bln menjelang ED

GUDANG
Penyimpanan obat dan perbekalan farmasi

Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang RS .
Rumah Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi, dan Bahan
Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu.
Gudang farmasi berada dibawah IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit). Sumber daya manusia di
Gudang farmasi antara lain adalah apoteker, TTK (Tenaga Teknis Kefarmasian), Pramubakti
kesehatan, dan tenaga administrasi
Berdasarkan Permenkes nomer 72 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di
rumah sakit menjelaskan bahwa dalam penyimpanan persediaan harus dapat menjamin : kuliatas
dan kemanan persediaan.

Ruang penyimpanan persediaan disesuaikan dengan :

1. kondisi dan kebutuhan serta harus memperhatikan


2. kondisi sanitasi,
3. temperatur,
4. cahaya, kelembaban, ventilasi,
5. dan penggolongan jenis persediaan dan keamanan petugas.

Persediaan yang ada di gudang farmasi adalah berupa :

1. sediaan farmasi,
2. alat kesehatan habis pakai,
3. gas medis,
4. reagen,
5. dan bahan kimia.

Metode penyimpanan di gudang farmasi dilakukan berdasarkan :

1. jenis persediaan,
2. stabilitas,
3. bentuk sediaan,
4. kelas terapi,
5. dan pesediaan yang memerlukan tempat penyimpanan khusus seperti sediaan high alert,
narkotika, psikotropik, bahan berbahaya (B2), bahan berbahaya dan beracun (B3), serta
gas medis.
6. Penyimpanan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip FEFO (First Expired
First Out) atau FIFO (First In First Out).Gudang farmasi RSUD Dr.Soetomo lebih
memprioritaskan prinsip FEFO
(A) Pentimpanan sedian farmasi

Penyipanan persediaan  dalam bentuk box diletakan tidak bersentuhan langsung dengan
lantai namun dialasi dengan palet, begitu juga untuk persediaan yang sudah dikeluarkan dari box
diletakan pada rak untuk mencegah kerusakan pada sediaan tersebut. Jarak antara rak persediaan
dengan dinding harus diperhatikan agar sirkulasi udara baik, tidak lembab, mudah untuk
dibersihkan, memudahkan akses pemeriksaan dan pengambilan persediaan

Obat narkotika dan psikotropika disimpan pada lemari khusus dengan kriteria sesuai
permenkes nomer 3 tahun 2015 tentang peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan
narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi yaitu sebagai berikut:

1. Narkotika harus disimpan dalam lemari khusus penyimpanan narkotika


2. Psikotropika harus disimpan dalam lemari khusus penyimpanan psikotropika
3. Masing-masing lemari khusus tersebut harus mempunyai 2 (dua) buah kunci yang
berbeda, satu kunci dipegang apoteker penanggung jawab dan satu kunci lainnya
dipegang oleh pegawai lain yang dikuasakan
4. Lemari terbuat dari bahan yang kuat dan tidak musah dipindahkan
5. Diletakan diruang khusus disudut gudang

(B) Penyimpanan alat kesehatan

Kondisi Penyimpanan untuk alat kesehatan berdasarkan Permenkes RI Nomor 4 Tahun 2014
tentang cara distribusi alat kesehatan yang baik diantaranya

Produk yang berbentuk alkes :

1. tidak boleh ditumpuk langsung di atas lantai, karena dapat menyebabkan produk/kemasan
menjadi lembab dan mengurangi keamanan, mutu dan manfaat.
2. Tumpukan maksimum yang tertera di masing-masing kemasan harus dipatuhi.
3. Palet/rak harus dirawat dengan baik dan tetap dalam kondisi bersih.
4. Ruang penyimpanan harus aman dari kemungkinan terjadinya pencampuran antara
produk layak jual dan tidak layak jual.
5. Didalam ruang penyimpanan tersebut harus ada ruang/area yang dirancang untuk
menyimpan produk yang layak jual, produk karantina (rusak/reject), produk yang
ditarik/recall dan produk kembalian/retur, produk yang kadaluwarsa.

© Penyimpanan Bahan Berbahaya (B2) serta Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI nomor 74 tahun 2001 tentang pengelolaan bahan


berbahaya dan beracun menyatakan jika setiap tempat penyimpanan B3 wajib diberikan simbol
dan label.
Tempat penyimpanan B3 sebagaimana dimaksud wajib memenuhi persyaratan untuk
lokasi dan konstruksi bangunan. Kriteria persyaratan tempat penyimpanan B3 ditetapkan lebih
lanjut dengan Keputusan Kepala instansi yang bertanggung jawab. Untuk pengelolaan tempat
penyimpanan B3 wajib dilengkapi dengan sistem tanggap darurat dan prosedur penanganan B3.
Untuk bahan berbahaya dan beracun yang sudah kadaluarsa dan atau tidak memenuhi spesifikasi
dan atau bekas kemasan, wajib dikelola sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun.

(D) Penyimpanan gas medis

Berdasarkan Permenkes nomer 72 tahun 2016 tentang standart pelayanan kefarmasian di


rumah sakit menyatakan bahwa gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi
penandaan untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas
medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas medis
diruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan.

Analisa pengadaan barang

Perencanaan anggaran dilakukan setahun sekali dan harus dilakukan secara optimal
sehingga anggaran dana dapat digunakan secara efektif dan efisien.

Pengusulan perencanaan anggaran dilakukan pada bulan Februari-Maret dan diputuskan


pada bulan November. Dalam pelaksanaan perencanaan anggaran perlu disiapkan:

1. Rencana Kebutuhan Barang Unit dari permintaan Sediaan Farmasi, Alat


Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai selama satu tahun.
2. Rincian Distribusi Perbekalan Farmasi yang merupakan penjabaran jenis dan
jumlah barang yang disalurkan ke unit-unit.
3. Rencana Biaya Kebutuhan Perbekalan Farmasi yang merupakan penjabaran
secara lengkap permintaan ruangan (kuantitas dan nilai/ harganya), total nilai
harus sama dengan RKBU (Rencana Kebutuhan Barang Unit).
4. Alokasi Distribusi yang merupakan kesimpulan permintaan per ruangan
barang medis tiap tahun.
5. Rencana Kegiatan Anggaran yang merupakan penjabaran tentang anggaran
yang dibutuhkan.
(g) Anggaran di RSUD Dr. Soetomo disusun berdasarkan kebutuhan sediaan tahunan
Instalasi/Unit Kerja yang dikonversi dalam satuan biaya. Anggaran tersebut
dinamakan Rencana Anggaran Belanja (RAB) yang dibuat oleh Gudang farmasi
tentang jumlah kebutuhan dan perkiraan anggaran tahunan. RAB akan diajukan ke
Bagian Perencanaan dan Program Rumah Sakit setelah disetujui Kepala Instalasi
Farmasi RSUD Dr. Soetomo. RAB dikonversi menjadi DPA (Dokumen Pelaksanaan
Anggaran) dan diajukan ke Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD)
untuk dikoreksi. Setelah DPA direvisi, DPA diajukan oleh Sekretaris Daerah Provinsi
Jawa Timur ke pembahasan tingkat DPRD. Persetujuan DPA tersebut kemudian
menjadi DPA-BLUD yang menjadi dasar penentuan anggaran dalam pengadaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit.
(h) Anggaran pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
RSUD Dr. Soetomo berasal dari Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dimana dana
tersebut merupakan pendapatan fungsional Rumah Sakit, kerjasama operasional (KSO),
dan dari pemerintah. Dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai, BLUD menganut sistem fleksibilitas, sehingga jika terdapat
perubahan anggaran atau kekurangan anggaran dapat diajukan kepada BLUD yang
artinya kekosongan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
akibat kekurangan anggaran dapat teratasi.

Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:

a. Anggaran yang tersedia.


b. Penetapan prioritas.
c. Sisa persediaan.
d. Data pemakaian periode yang lalu.
e. Waktu tunggu pemesanan.
f. Rencana pengembangan.

Prinsip perencanaan ada 2 cara yang digunakan dalam menetapkan kebutuhan yaitu
berdasarkan:

 Data statistik kebutuhan dan penggunaan perbekalan farmasi, dari data statistik berbagai
kasus pasien dengan dasar formularium rumah sakit, kebutuhan disusun menurut data
tersebut.
 Data kebutuhan obat disusun berdasarkan data pengelolaan sistem administrasi atau
akuntansi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (Kemenkes RI, 2016).

Setelah dilakukan perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi untuk tahun yang akan datang,
biasanya akan diperoleh jumlah kebutuhan, dan idealnya diikuti dengan evaluasi Cara/teknik
evaluasi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
- Analisa nilai ABC, untuk evaluasi aspek ekonomi
- Pertimbangan/kriteria VEN, untuk evaluasi aspek medik/terapi
- Kombinasi ABC dan VEN
- Revisi daftar perbekalan farmasi (Kemenkes RI, 2010)
tugas gudang
1. penyimpanan
2. perencanaan
3. idealnya ada team perencanaan
menggunakann dana pemerintah dengan sistem :
1. pemilihan barang yang direncanakan berdasarkan berupa obat  fornas-forkit,e-katalog
(dasar perpres no 16 tahun 2018 ttg pegadaan barang dan jasa). kalau non e-katalog
(peratura kepala LKPP ‘lembaga kebijakan pengadaan barang dan jasa pemerintah’ no 3
tahun 2015)
2. obat kebutuhan pengguna
3. untuk alkes  sama ditambahin + katalog alkes produksi indonesia edisi 3 2018
4. bahan lab/reagen  mungkin dari kbutuhan RS
5. X-rya film dan materi diagnostic
6. gas medic  dari e-katalog

Perencanaan kebutuhan :
1. Perencanaan anggaran
 berasal dari BLUD . pengususlan diadakan pada februari –maret dan diputuskan pada
bulan November. anggaran disusun berdasarkan kebutuhan atau konsumsi dari 3 tahun
sebelumnya yang dikonversi menjadi satuan biaya.
 jika harga alkes naik turun  dilihat dari trend item sebelumnya, kalau trenya naik pada
tahun terkahir maka perencanaan pada tahun berikutnya ikut naik
 dari satuan biaya yang sudah ada akan dilebihkan 20% untuk kenaikan inflasi pada tiap
itemnya.
 jika perencanaan anggaran untuk satu tahun kurang, maka akan dilakuakan pergeseran
anggaran yang diusulkan kepada bagian perencanaan program sebanyak jumlah obat
yang kurang pada setiap bulannya.
 alur perencanaan anggaran 
1. ada anggaran belanja RAB yang buat gudang diajukan kebagian perenccanaan dan
program RS setelah disetujui oleh kepala IFRS. RAB dikonversi menjadi DPA/
dokumen Pelaksana Anggaran dan diajukan ke BPKAD ‘badan pengelola keuangan
dan aset daerah’ untuk dikoreksi.  setelah disetuji, lalu DPA diajukan oleh
sekretaris daerh provinsi jawa timur ke pembhasan tingkat DPRD.  ketik sdh
disetuji kemudian prsetujuan DPA kemudian menjadi DPA-BLUD (di bulan
November) yang menjadi dasar penentuan anggaran dalam pengadaan sedian
farmasi alkes bmhp dll.
2. Perencanaan pengadaan
dilakukan setiap tiga bulan sekali melalui usukan kebutuhan ,
(UK) dan pengadaan CITO. dalam perencanaan 3 bulanan terdapat obat atau alkes yang
jarang digunakan / ada stok yang dibutuhkan maka menggunakan CITO. kalauusulan
kebutuhan menggunakan DPA-BLUD, tapai kalau cito pakai uang selain dana itu.
> alur perencanaan pengadaan ;
(1) gudang farmasi membuat perencanaan berupa Usulan Kebutuhan diserahkan kepada
pejabat pelaksana teknis kegaiatan (PPTK: tim pembantu PPK )  turun lagi ke pejabat
pembuat komitmen (PPK; yg menyetujui SP/SPK dari nominal yg disetujui) 
kemudian ke pejabat pengadaan (yg pilih PBF dan kirim ke PBF) lalu ke pejabat atau
panitia penerima hasil pekerjaan (PPHP; yg mengecek barangnya saat penerimaan dari
PBF yg intern asli dari RS)  kepengurus persediaan barang medik
mnurut perpres no 16 tahun 2018 “pengadaan barang dan jasa” yang terlibat dalam
pengadaan ada yg tadi dalam alur
SP  kurang dari 10 juta
SPK  lebih dari 10 jutaan
(2) sistem pengadaan  ada pembelian langsung nominal max 5 juta
(3) pengadaan langsung melalui e-katalog  tidak ada batasan
(4) pengadaan langsung non e-katalog  max 200 juta
(5) lelang : 1. lelang cepat nominal 200jt-5 Milyar  terbatas hanya untuk tender yang
sudah ada kerjasama. 2. lelang umum nominal lebih dari 5 milyar semua PBF atau
tender boleh ikut
(6) ada obat hibah  obat dari program pemerintah : TB HIV HEPATITIS

penerimaan

proses penerimaan :

1. pemeriksaan :
terkait dokumen administrarif pengadaan barang  dilakukan oleh PJ PPHP.
macam dokumen : yg cek PPHP yg acc PPK
(a) faktur : dikeluarkan oleh PBF sesuai jumlah barang dan total harga yang diberikan
kemudian dsreahkan ke gudang
c. SP sama SPK  Surat perintah Kerja
d. MSDS (materil safety data sheet)  untuk semua perbekalan sediaan farmasi alkes
BMHP dan B3. bahan baku juga termasuk
e. sertifikat of origin (keaslian)  khusus untuk alkes
f. sertifikat analisis produk  untuk antiseptik dan desinfektan
2. pembuatan berita acara

3. diserahkan ke gudang

Alur penerimaan  dari supplier atau distributor akan menyerahakan perbekalan farmasi ke
gudang  diperiksa  dicek kesesuaiannya  kemudian di acc oleh PPK  dibuatkan berita
acara pemeriksaan  perbekalan farmasi diberikan kepada pengurus persediaan barang medik
 kemudian pengurus barang medik membuat berita acara penerimaan  diserahkan barang
disimpan kegudang dengan bertemu gudang  petugas PJ gudang memeriksa kesesuaian
dokumen
Handlig sitotatika

1. petugas harus memiliki sertifikat kompetensi/pelatihan penanganan sitostatika (terlatih,


teliti,terampil)
2. harus memiliki surat tuugas dari direktur rumah sakit
3. handling dilakukan di ruangan terpisah dari ruang dispensing lain dalam ruangan steril
standar ISO 5 dalam LAF
4. petugas memakai APD berupa : steril gown (jubbah steril , sarung tangan pertama, topi
sikel masker N95, kacamata, sarung tangan lapis ke 2)
5. sehat
6. tidak boleh hamil
7. tidak sedang menjalani terapi radiasi

PPRAB (panaitia pengendali resistensi antibiotik) ‘pmk 8 tahun 2015’

implementasi :
1. kebijakan RS diputuskan oleh dirut RS membentuk tim/komite PPRA
2. dibuat utuk menyusun perencanaan program, teamnya : dokter klinis perwakilan SMF
(satuan medic fungsional,) farmasis klinis, mikrobiologi klinik, keperawatan, perwakilan
PPI dan KFT.

aktivitas PPRA
1. pertemuan koordinasi
2. forum kajian kasus infeksi terpadu  kasus infeksi sulit atau kompleks dan kasus infeksi
dengan MDRO. kasus infeksi MDRO
3. pelatihan bagi nakes dan PPDS
4. survailance (pengawas)  pengkajian pola penggunaan antibiotic pengkajian pola
mikroba resisten
5. monev  lokakarya dan workshop
TAMBAHAN

GUDANG

Fungsinya dua : :
1. penyimpanan
2. perencanaan
Menyimpan:
A. obat pemilihan berdasarkan :
1. pedoman terapi
2. forkit
3. e-katalog  perpres no 16 tahun 2018 ttg pengadaan dan jasa pemerintahan
4. non e katalog  peraturan kepala LKPP no 3 tahun 2015
5. konsumsi
B. alkes  + pedoman katalog alkes edisi 3 tahun 2016
C. bahan lab/reagen
D. x-ray film dan materi diagnostik
E. gas medil  sesui e-katalog

Perencanaan

perencanaan anggaran  dari APBN > dilakukan pada bulan februari maret, keluar November
 dianikan biaya 20% per item  keluar total smuanya.

memakai metode konsumsi dari 3 tahun kemudian akan di rata”. dilihat dari segi harga  bila
tidak stabil dilohat dari tren pemakaian obat dlu, kalau tren naik naikan anggaran.

alur perencanaan

RAB (Rancangan Anggaran Belanja)  diajukan kebagian perencanaan dan program RS


setelah disetujui kepala IFRS  sdh d stujui dikasihkan di bagaian perencaan  menjadi
dokumen pelaksanaan  ke bapan pengelola keuangan dan asset daerahBPKAD DPA di
bawa ke ke sekda daerah SBY untuk pmbhasan slnjutnya jadi DPA-BLUD

SECARA REAL  perencaan setiap 3 bulan sekali

ALUR PERENCANAAN {ENGADAAN (perpres 16 2018 ) tim pengadaan (PA)penguna


anggaran /gudang  PPTK pejabat pelksana teknis kegiatan  diserhkan ke PPK (pejabat
pembuat Komitmen) meng acc/setujui tadi SPK >10 juta SP <10 jt  kasihkan ke Pejabat
pengadaan  pilihkan PBF  distributor beri fktur lngsug ke gudang bawa spk/sp dan faktur
yg nrima PPHP (Pemeriksa dan Penerima Hasil Pekerjaan)  buat beriata acara pemeriksaan 
sesuai akan langsung d buatkan . kemudian gudag adakan menerima barang  buat berita acara
penerimaan barang PPBM (Pengurus Persediaan Barang Medik)
IGD

alur pasien  pasien datang  triage  dicek ditriage , kluarga mngurusi administrasi untuk
mendapatkan rekam medic  di triage (a,b,c,d,e)  dokter mengkategorikan 
putih/hijau/kuning/merah/biru  dilkukan pmeriksaan lbh lnjut CT-Scan, laboratorium, USG 
dilkukan observasi selama 6 jam (tdk smua tergantung kondisi)  didistribusikan di rwat
inap/jalan/opeasi  yg rawat inap nunggu ruang  nunggu buffer

UPF IGD lantai 1  perencanaan setiap hari Rabu dan sabtu . perencaan dengan defecta , ada tas
ambulan yg akan d ambil ketika akan brngkat.

Tas ambulan  petugaas ambil ada isi absensi siapa yg ambil nomor tas dan tgl brapa tas e d
gembok  kalau pngmblian utuh d kmblikan  ada kartu catatan pemakaian

macam defekta : alkes, obat, cairan, OKT (narkotik-psiko), hight alert, khusus defecta REST
(ruang resusitasi)

alur perencanaan  1. ttk entry defecta secara online yg terintegrasi ke gudang  hari slnjutnya
pekarya bawa defecta yg d print dibawa ke gudang dengan obat yang telh disiapkan 
mengeuarkan surat distribusi barang  dicocokan defecta-surat barang distribusi-bukti fisik
barang  barang dibawa ke IGD dicocokan lagi  ttk entry barang masuk  ditata

defecta CITO  pengadaan bisa ke UPF lain terdekat baru ke gudang, dngan cara  ttk liat stok
di upf lain  kalau sdh acc ada baru d urusi mnggunakan form defecta

REST (Resusitasi)

yg sudah code blue mengancam nyawa gawat darurat

ada trolly emergensi, ada floor stock ada TTK disana, dokter ndak mungkin langsung nulis reser
 dokter minta ke TTK di tulis di buku catatan smentara  stlh dokter nangani baru d buatkan
resep  pngadaan di UPF lantai satu dimana defecta REST ada sndiri

RAWAT INAP

IGD ke rawat inap  ada surat pindah ruangan

defecta : senin dan kamis

ALUR PELAYANAN RESEP BPJS DI IRJ

umum dan bpjs beda

BPJS  rese masuk cek kelengkapan  ndak ada hsl lab di konseling ke dokter dlu, kalau ada
di konsulkan ke paoteker  di entry ke BPJS untuk d klaim  etry cetak etiket  disiapkan 
double cek  loket pnyerhana obat  cek ulang -> kashka ke pasien  kalau kosong dikasih
info menebus obat ke luar tdk d berikan copy resep, cuman di infokan (tdk boleh kluarkan resep,
di tulis di tulis saja di kertas biasa)

pemesanan obat senin kamis datang selasa-jum’at

CSSD

CSSD  Central steril supply departemen 

KMK 130 tahun 2000tentang isntalsi pusat sterilisasi

Pentingnya ada CSSD :


1. meningkatkan pelayanan
2. mengendalikan infeksi nonsokominal
3. perkembangan iptek
4. pendekatan mutu
5. efisiensi & efektif
Kegiatan :
1. recicyle
2. pengemasan
3. sterilisasi
Cara pembuangan sampah :
non medis dan medis
non medis  boto kertas”
medis  tajam (jarum ampul) , lunak (kapas) , b3
Proses:

1. sampah lunak  diruangan  diangkut ke ruangan pngumpul  diincerator dengan


pembakaran RS, tpi tidak hbs smpurna, sisanya di buang melalui pihak ke 3
2. jarum  dihancurkan terlebih dahulu
3. instalasi pembuangan aliran limbah (IPAL)
4. sampah botol  diwadahi  dihancurkan distrilisasi, trus di recycle pihak ke 3

warna kemasan sampah :

1. kuning : infeksius, samah medis padat (masker handskun kapas)


2. merah : radioaktif
3. ungu : sitostatika (spuit, vial, ampul)
4. coklat : limbah farmasi (sampah B3, jurigen” , botol wadah b3)
5. hitam : sampah non medis padat (bungkus makanan, kemasan minuman)

Anda mungkin juga menyukai