PARTOGRAF
Pembimbing
dr. Sanny Santana, Sp.OG
Disusun oleh
Yogie Hadinata
112018078
Kepaniteraan Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Bagian Ilmu Bedah Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto
Periode 27 Mei 2019 – 11 Agustus 2019
I. Pendahuluan
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan. Tujuan utama
penggunaan partograf adalah untuk (1) mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dan
(2) mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga
dapat dilaksanakan deteksi secara dini, setiap kemungkinan terjadinya partus lama. Jika
digunakan secara tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan untuk
mencatat kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin, asuhan yang diberikan selama
persalinan dan kelahiran, serta menggunakan informasi yang tercatat, sehingga secara dini
mengidentifikasi adanya penyulit persalinan, dan membuat keputusan klinik yang sesuai dan
tepat waktu. Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan ibu dan janin telah
mendapatkan asuhan persalinan secara aman dan tepat waktu. Selain itu, dapat mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
Untuk menurunkan angka kematian ibu dari 450 per 100.000 kelahiran hidup, kita
harus mengembangkan suatu sistem atau metode yang tepat. Sistem tadi diharapkan dapat
memantau keadaan ibu maupun janin selama dalam persalinan. Dengan memantau keadaan
ibu dan janin dari waktu ke waktu, kita dapat dengan cepat dan sederhana mengetahui apakah
ibu tersebut dapat melahirkan secara normal, atau harus segera dirujuk ke tingkat pelayanan
yang lebih lengkap, serta kapan persalinannya harus diakhiri. Jadi, dengan metode yang baik,
dapat diketahui lebih dini adanya persalinan yang abnormal dan dapat dicegah terjadinya
persalinan lama. Pengembangan metode baru tersebut diharapkan dapat menurunkan risiko
perdarahan postpartum dan sepsis, mencegah persalinan macet, rupture rahim, dan infeksi
bayi baru lahir.
Dengan dasar itulah, WHO menciptakan sistem “Partograf” yang telah digunakan
oleh banyak negara karena harganya tidak mahal dan dapat dipakai pada tingkat pelayanan
yang lebih rendah. Partograf dapat dipakai di puskesmas ataupun oleh petugas-petugas
kesehatan, seperti bidan yang bertugas di daerah. Dengan adanya partograf, pasien dapat
dengan tepat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi jika diperlukan.
II. Partograf
Partograf adalah alat pencatatan persalinan, untuk menilai keadaan ibu, janin dan
seluruh proses persalinan. Partograf digunakan untuk mendeteksi jika ada penyimpangan atau
masalah dari persalinan, sehingga menjadi partus abnormal dan memerlukan tindakan
bantuan lain untuk menyelesaikan persalinan.
Partograf merupakan lembaran form dengan berbagai grafik dan kode yang
menggambarkan berbagai parameter untuk menilai kemajuan persalinan. Gambaran partograf
dinyatakan dengan garis tiap parameter (vertikal) terhadap garis perjalanan waktu
(horizontal).
Partograf dirancang untuk dipakai pada berbagai tingkat pelayanan kebidanan dengan
berbagai fungsi yang berbeda. Di Puskesmas fungsi utamanya adalah memberikan peringatan
awal bahwa persalinan akan berlangsung lama, sehingga harus segera dirujuk ke rumah sakit
(fungsi garis waspada). Sedangkan di rumah sakit, bergesernya grafik pembukaan ke sebelah
kanan garis waspada mengingatkan penolong untuk meningkatkan kewaspadaan, dan bila
melewati garis tindakan harus segera melakukan tindakan.
V. Aplikasi Partograf
Hal-hal yang diamati pada catatan kemajuan persalinan atau partograf adalah sebagai berikut :
5.1. Kesehatan dan Kenyamanan Janin
Kolom, lajur, dan skala angka pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin
(DJJ), air ketuban, dan penyusupan tulang kepala janin.
5.1.1. Denyut Jantung Janin
Denyut jantung janin dapat diperiksa setiap ½ jam. Saat yang tepat untuk
menilai denyut jantung adalah segera setelah berlalunya his terkuat selama ± 1
menit, dan ibu dalam posisi miring.
Yang diamati adalah frekuensi dalam 1 menit dan keteraturan denyut
jantung janin. Pada partograf, denyut jantung janin dicatat di bagian atas, terdapat
penebalan garis pada angka 120 dan 160 yang menandakan batas normal denyut
jantung janin.
Jika ditemukan abnormalitas pada denyut jantung janin, dengarkanlah
setiap 15 menit, selama satu menit, segera setelah his hilang. Apabila dalam 3 kali
pengamatan tetap abnormal, harus diambil tindakan, yang dapat berupa rehidrasi,
pemberian oksigen, tidur mengarah ke kiri, pengamatan yang tepat untuk
menyingkirkan tali pusat menumbung / lilitan tali pusat.
5.1.2. Warna dan Adanya Air Ketuban
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam dan nilai warna
air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang
sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambing-lambang berikut :
U : ketuban utuh (belum pecah)
J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur meconium
D : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering)
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan gawat janin.
Jika terdapat meconium, pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda
gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau > 180 kali per menit), ibu segera
dirujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai. Akan tetapi, jika terdapat meconium
kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan
obstetrik dan bayi baru lahir.
Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang
dari 20 detik
Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20 –
40 detik
Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari 40
detik
Dalam waktu 30 menit pertama :
Dua kontraksi dalam 10 menit
Lamanya kurang dari 120 detik
Dalam waktu 30 menit yang kelima :
Tiga kontraksi dalam waktu 10 menit
Lamanya 20 – 40 detik
Dalam waktu 30 menit ketujuh :
Lima kontraksi dalam 10 menit
Lamanya lebih dari 40 detik
INGAT :
Periksa frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap jam selama fase laten dan
setiap 30 menit selama fase aktif
Nilai frekuensi dan lamanya kontraksi selama 10 menit
Catat lamanya kontraksi menggunakan lambing yang sesuai
0 Catat temuan-temuan di kotak yang bersesuaian dengan waktu penelitian
INGAT :
1. Fase laten persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks kurang dari 4 cm.
2. Dokumentasikan asuhan, pengamatan, dan pemeriksaan selama fase laten
persalinan pada catatan kemajuan persalinan yang dibuat secara terpisah atau pada
kartu KMS
3. Fase aktif persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks dari 4- 10 cm
biasanya selama fase aktif, terjadi pembukaan serviks sedikitnya 1 cm/jam
4. Jika ibu datang pada saat fase aktif persalinan, pencatatan kemajuan pembukaan
serviks dilakukan pada garis waspada.
5. Pada persalinan tanpa penyulit, catatan pembukaan serviks umumnya tidak akan
melewati garis bertindak.
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan
untuk :
Mencatat kemajuan persalinan
Mencatat kondisi ibu dan janinnya
Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan
Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai
dan tepat waktu.
Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
Daftar Pustaka