Anda di halaman 1dari 2

Sejarah Ojek Online (Gojek)

Gojek didirikan oleh Nadiem Makarim, warga negara Indonesia lulusan Master of Business
Administration dari Harvard Business School. Ide mendirikan Gojek muncul dari
pengalaman pribadi Nadiem Makarim menggunakan transportasi ojek hampir setiap hari ke
tempat kerjanya untuk menembus kemacetan di Jakarta.[5] Saat itu, Nadiem masih bekerja
sebagai Co-Founder dan Managing Editor Zalora Indonesia dan Chief Innovation Officer
Kartuku.[6]

Sebagai seorang yang sering menggunakan transportasi ojek, Nadiem melihat ternyata
sebagian besar waktu yang dihabiskan oleh pengemudi ojek hanyalah sekadar mangkal
menunggu penumpang. Padahal, pengemudi ojek akan mendapatkan penghasilan yang
lumayan bila banyak penumpang. Selain itu, ia melihat ketersediaan jenis transportasi ini
tidak sebanyak transportasi lainnya sehingga seringkali cukup sulit untuk dicari. Ia
menginginkan ojek yang bisa ada setiap saat dibutuhkan. Dari pengalamannya tersebut,
Nadiem Makarim melihat adanya peluang untuk membuat sebuah layanan yang dapat
menghubungkan penumpang dengan pengemudi ojek.[7]

Pada tanggal 13 Oktober 2010, Gojek resmi berdiri dengan 20 orang pengemudi. Pada saat
itu, Gojek masih mengandalkan call center untuk menghubungkan penumpang dengan
pengemudi ojek. Pada pertengahan 2014, berkat popularitas Uber kala itu, Nadiem Makarim
mulai mendapatkan tawaran investasi. Pada tanggal 7 Januari 2015, Gojek akhirnya
meluncurkan aplikasi berbasis Android dan iOS untuk menggantikan sistem pemesanan
menggunakan call center.[8]

Isu Gojek Fiktif


Sekitar akhir tahun 2015, perusahaan bidang transportasi berbasis online PT Gojek Indonesia
mengalami permasalahan yang melibatkan ribuan mitranya.Hal ini terkait dengan isu order
fiktif yang dilakukan oleh beberapa driver Gojek di wilayah operasi Gojek.Salah satu driver
Gojek mengungkapkan bahwa order fiktif tersebut dilakukan karena adanya persaingan antar
sesama (driver Gojek) dan untuk memaksimalkan pendapatannya.Tak dapat dipungkiri lagi
hal ini karena merambahnya bisnis ojek online, seperti Gojek yang sangat menjanjinkan
untuk para mitranya. Oleh karena itu, tak sedikit dari para driver saling bersaing untuk
mendapatkan orderan dan bahkan melakukan kecurangan dengan membuat orderan palsu
atau melakukan order fiktif. Akibat dari adanya isu order fiktif tersebut, perusahaan ojek
online ini melakukan penangguhan atau suspend sementara kepada beberapa driver Gojek
yang telah terbukti melakukan order fiktif. Selain itu, hal ini juga mengakibatkan ribuan
driver Gojek melakukan aksi demo yang terjadi di Bandung dan Bali karena akun mereka
yang dibekukan sementara oleh pihak Gojek. Pada aksi demo ini telah melibatkan sekitar 17
ribu akun yang dibekukan dari sekitar 35 ribu mitra driver Gojek di Bandung dan 1.400 akun
mitra Gojek di Bali yang diduga telah melakukan order fiktif. Namun, para driver yang
mengikuti aksi demo tersebut pun bersikukuh bahwa mereka tidak melakukan kecurangan
dengan membuat order fiktif dan mereka juga mengatakan bahwa mereka tidak diberi
peringatan sebelumnya ketika akun mereka dibekukan. Di akun resmi Facebook PT Gojek
Indonesia, akhirnya salah satu pendiri dan CEO PT Gojek Indonesia, Nadiem Makarim
membenarkan dengan persoalan aksi demo yang terjadi di Bandung dan Bali tersebut. Di
akun tersebut Nadiem mengatakan bahwa selama dua bulan ke belakang, hampir setiap hari
dirinya menerima puluhan komplain dari para driver jujur mengenai rekan-rekan Gojek yang
menyalahgunakan subsidi perusahaan dengan membuat order fiktif dengan akun palsu.
Tanggapan Nadiem Mengenai Order Fiktif Sumber : google.co.id Menanggapi hal
tersebut, Nadiem dan perusahaan melakukan olah data selama satu bulan dan ternyata
terdapat lebih dari 7.000 driver se-Nusantara terlibat dalam kasus order fiktif. Gojek pun
telah mengamati hal ini cukup lama dan memiliki bukti kuat terhadap driver yang terkait
dengan order fiktif.Nadiem, juga dalam keterangannya menambahkan bahwa perusahaan
telah memberi peringatan pada driver tersebut beberapa kali. Walaupun, adanya
permasalahan dengan beberapa mitranya tersebut, perusahaan Gojek pun masih memberi
kesempatan bagi para mitranya tersebut yang ingin kembali menjadi driver Gojek, namun
tentu saja hal itu disertai dengan syarat. Hal itu pun ditegaskan dari keterangan Nadiem yang
menyebutkan, “Walaupun kami kecewa dengan situasi ini, namun kami masih memberikan
kesempatan terakhir bagi para driver tersebut untuk mengembalikan uang penipuan sebagai
tanda komitmen mereka masih ingin menjadi bagian keluarga besar Gojek.
Tetapi dengan adanya pemberlakuan penangguhan terhadap 7.000 akun driver Gojek
adalah angka yang tak seberapa.Terlebih jika dibandingkan dengan 200.000 driver yang
mana Gojek mengklaim telah menjadi mitra mereka.Hal itu selaras dengan prinsip Gojek
yang memegang teguh bahwa menjadi driver Gojek adalah suatu hak dan kewajiban yang
mulia.Hanya driver terbaik dan jujur yang dapt menjadi bagian keluarga besar Gojek
Indonesia.Serta, prioritas utama kami pertama dan selalu adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan para driver seluruh Indonesia. Berdasarkan penjelasan di atas, prinsip kejujuran
di PT Gojek Indonesia terjadi permasalahan yang disebabkan oleh orang-orang yang tidak
bertanggungjawab dan menyalahgunakan sistem dan subsidi dari perusahaan.Namun, PT
Gojek Indonesia telah memiliki etika bisnis yang baik dengan para mitranya, yaitu dengan
memberi konsekuensi tetapi tetap memberikan kesempatan pada pihak yang terlibat dalam
permasalah order fiktif tersebut.Sehingga, prinsip kejujuran dan keadilan dalam beretika
bisnis PT Gojek Indonesia ditegaskan untuk kesuksesan dan keberlangsungan perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai