PRAKTIKUM IV
HUBUNGAN RUTE PEMBERIAN OBAT DENGAN BIOAVAILABILITAS
OBAT
B. Dasar Teori
Biofarmasetika merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara
sifat fisikokimia obat, bentuk sediaan yang mana obat diberikan dan rute pemakaian
terhadap laju dan jumlah absorpsi obat sistemik. Biofarmasetika juga mencakup
faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas obat dalam produk obat, pelepasan obat
dari produk obat, laju disolusi/pelepasan obat pada site absorpsi dan absorpsi sistemik
obat (Shargel et al, 2012). Rute pemberian obat dibagi menjadi 2, yaitu rute IV dan
rute oral.
a. Pemberian obat rute IV
1. Model Kompartemen Satu Pemberian Intravena
Pemberian oral melalui intravena juga dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu melalui injeksi dan infuse. Jika obat diberikan secara
intravena (IV) secara injeksi, seluruh dosis obat diasumsikan akan langsung naik
ke sisem peredaran darah dan laju absorpsi obat dapat diabaikan didalam
perhitungan. Setelah itu, obat akan mengalami proses eliminasi. Eliminasi yang
terjadi diasumsikan berlangsung menurut proses orde satu, yaitu banyaknya obat
yang tereliminasi sebanding dengan banyaknya obat yang ada di dalam tubuh.
Gambaran mengenai model kompartemen satu pemberian intravena dapat dilihat
pada gambar berikut.
Kompartemen (Ruang)
Jika suatu obat sibrikan secara intravena bolus dosis tunggal dan obat
tersebut terdistribusi sangat cepat dalam tubuh menurut model kompatemen satu
(gambar 1), serta dieliminasi dengan proses orde pertama, hilangnya obat didalam
tubuh per satuan waktu diterangkan sabagai berikut:
dDb/dt = -k. Db
Db merupakan jumlah obat yang berada didalam tubuh pada waktu (t) setelah
pemberian intravena, k adalah tetapan kecepatan eliminasi orde pertama obat
melalui metabolisme urine, empedu, dan proses lainnya.
Selanjutnya untuk menerangkan perubahan jumlah obat dalam tubuh
pada setiap waktu, persamaan dapat diintegralkan menjadi:
Dbt = Div. e-k.t
Dimana Dbt adalah perubahan jumlah obat dalam tubuh pada tiap waktu, Div
(dosis intravena) adalah jumlah obat yang masuk kedalam tubuh pada tiap waktu t
= 0, dan e adalah dasar logaritma natural. Berdasarkan persamaan dapat dirubah
menjadi persamaan yang kemudian akan dapat menerangkan kadar obat dalam
darah terhadap waktu dalam persamaan berikut:
Ct = Co.e-k.t
Dimana Ct adalah perubahan konsentrasi obat dalam tubuh tiap waktu, Co adalah
konsentrasi obat yang ada didalam tubuh saat t = 0, k adalah konstanta laju
eliminasi dan e adalah dasar logaritma natural.
c. Bioavailabilitas
Bioavailabilitas menunjukkan suatu pengukuran laju dan jumlah bahan
aktif atau bagian aktif dari suatu obat yang diabsorpsi dari suatu produk obat dan
tersedia pada site aksi. Untuk produk obat yang tidak ditujukan kedalam aliran
darah, bioavailabilitas dapat ditetapkan dengan menggunakan pengukuran untuk
menunjukkan laju dan jumlah bahan aktif yang tersedia pada bagian site aksi
(Shargel et al, 2012).
Bioavailabilitas bertujuan untuk menetapkan pengaruh perubahan sifat
fisikokimia bahan obat dan pengaruh produk obat (bentuk sediaan) pada
farmakokinetik obat (Shargel et al, 2012).
1. Bioavailabilitas Relatif
Bioavailabilitas relative merupakan ketersediaan didalam sistemik dari suatu
produk obat yang akan dibandingkan dengan suatu standar yang sudah diketahui.
Fraksi dosis yang tersedia secara sistemik dari suatu produk obat akan sukar
untuk dipastikan. Persamaan untuk mencari nilai dari bioavailabilitas relative
adalah:
2. Bioavailabilitas Absolut
Bioavailabilitas absolut merupakan bioavailabilitas sistemik dari suatu obat
setelah pemakaian ekstravaskuler, seperti oral, rektal, transderma, subkutan dan
dibandingkn terhadap dosis intravena. Bioavailabilitas suatu obat biasanya diukur
dengan membandingkan AUC produk yang bersangkutan setelah pemberian
ekstravakuler dan intravena. Bioavailabilitas absolut dapat dicari dengan
menggunakan persamaan:
d. Parameter Farmakokinetik
Beberapa parameter farmakokinetik yang sering digunakan antara lain:
1. Tetapan laju eliminasi
Merupakan tetapan laju eliminasi orde kesatu dengan satuan waktu-1
(misalnya jam-1 atau menit-1) (Shargel et al, 2012).
2. Volume Distribusi
Volume distribusi merupakan salah satu dari parameter farmakokinetika yang
berfungsi untuk menentukan jumlah atau kadar obat didalam tubuh (Shargel
et al, 2012).
3. Klirens
Klirens merupakan parameter farmakokinetika yang digunakan untuk
mengukur eliminasi obat dari dalam tubuh atau penghapusan konsentrasi
obat dari dalam tubuh (Shargel et al, 2012).
4. Area Under Curve (AUC)
Merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mencerminkan tubuh
terhadap obat setelah pemberian dosis obat atau jumlah atau kadar obat yang
aktif didalam tubuh (Shargel et al, 2012).
D. Kasus
Sulfametoksasol diberikan dalam rute yang berbeda kepada hewan uji, yaitu
melalui rute intravena, intramuscular, dan peroral. Profil konsenttrasi obat yang
dihasilkan adalah sebagai berikut:
Konsentrasi
Waktu Konsentrasi Konsentrasi
Pkasma
Pengambilan Plasma (mcg/ml) Plasma(mcg/ml)
(mcg/ml)
Darah (Menit) Intravena Peroral
Intramuskular
0 56.12 0 0
5 53.73 0.16 11.26
10 50.51 3.36 21.56
20 45.81 5.71 37.29
30 37.86 7.42 20.41
60 35.71 8.96 25.39
120 31.35 14.02 17.05
180 29.61 10.17 13.67
210 28.18 8.42 5.78
240 15.32 6.12 4.49
Studi Farmasi Klinis Institut Ilmu Kesehatan Medika Persada Bali. Denpasar:
Shargel, L., Wu-Pong, S., Yu, A.B.C. 2012. Biofarmasetika & Farmakokinetika