Anda di halaman 1dari 12

MATERI CAIRAN DAN ELEKTROLIT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung konsentrasi nutrien, gas
dan elektrolit yang di butuhkan untuk mempertahankan fungsi normal sel. Kelangsungan hidup
memerlukan lingkungan internal yang konstan (homeostatis). Mekanisme regulator penting untuk
mengendalikan keseimbangan volume, komposisi dan keseimbangan asam basa cairan tubuh selama
fluktuasi metabolik normal atau saat terjadi abnormaliasai seperti penyakit atau trauma.

Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisinya tetap setabil adalah penting
untuk homeostatis. Sistem pengaturan mempertahankan konsatnnya cairan tubuh, keseimbangan
cairan dan elektrolit dan asam basa, dan pertukaran kompartemen cairan ekstraseluler dan intraseluler.

Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di sekelilingnya termasuk dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum lebih kurang 60% berat badan orang dewasa
pada umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit). Faktor yang mempengaruhi jumlah cairan tubuh
adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan lemak dalam tubuh.

Secara umum orang yang lebih muda mempunyai persentase cairan tubuh yang lebih tinggi dibanding
dengan orang yang lebih tua, dan pria secara proporsional mempunyai lebih banyak cairan tubuh
dibanding dengan wanita. Orang yang lebih gemuk mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit
dibandingkan dengan orang yang lebih kurus, karena sel lemak mengandung sedikit air.

Cairan tubuh terdiri dari dua kompartemen cairan, yaitu: ruang intra seluler (cairan dalam sel) dan
ruang ekstra seluler (cairan luar sel). Kurang lebih 2/3 cairan tubuh berada dalam kompartemen cairan
intra sel, dan kebanyakan terdapat pada massa otot skeletal. 60 % berat badan tubuh adalah : a.Cairan
intrasel (CIS) 40 % dari berat badan b.Cairan ekstrasel (CES) 20 % dari berat badan yang terdiri dari
cairan intravaskuler (plasma) 5 % dari berat badan, dan cairan interstisil 15 % dari berat badan.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Dengan selelsai makalah ini dapat membuka wawasan begitu pentingnya cairan dan elektrolit bagi
tubuh kita dan sangat berperan daalah proses homeostatis.

1.2.2 Tujuan Khusus


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh .

b. Menegtahui manfaat dan tujuan cairan dalam tubuh .

c. Menegtahui proses keseimabnagan cairan dan elektrolit dalam tubuh.

d. Menegtahui masalah-masalah yang di timbulkan dari ke abnormalan cairan dan elektrolit dalam
tubuh.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh?

2. Proses apa saja yang terjadi dalam cairan dan elektrolit?

3. Bagaiaman mekanisme terjadinya homeostatis dalam cairan dan elekrolit?

4. Kelaianan apa saja yang disebabkan dari cairan dan elektrolit?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi
homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai
cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika
berada dalam larutan.

Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV)
dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi
yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler.

Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan
akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan
intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah
cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan
cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan
sekresi saluran cerna.

2.2 Volume dan distribusi cairan tubuh

2.2.1 Volume cairan tubuh

Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira


60 % dari berat badan pria dan 50 % dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada
kandungan lemak badan dan usia. Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan, dimana lemak
pada wanita lebih banyak dari pria sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria. Usia juga
berpengaruh terhadap TBW dimana makin tua usia makin sedikit kandungan airnya. Sebagai contoh,
bayi baru lahir TBW-nya 70-80 % dari BB, usia 1 tahun 60 % dari BB, usia pubertas sampai dengan
39 tahun untuk pria 60 % dari BB dan untuk wanita 52 % dari BB, usia 40-60 tahun untuk pria 55 %
dari BB dan wanita 47 % dari BB, sedangkan pada usia diatas 60 tahun untuk pria 52 % dari BB dan
wanita 46 % dari BB.

2.2.2 Sumber air tubuh

Sumber Jumlah

Air minum 1.500 – 2.000 ml/hari

Air dalam makana 700 ml/hari

Air dari hasil metabolisme tubuh 200 ml/hari

Jumlah 2.400 – 2.900 ml/hari

Air memiliki molekul yang kecil, sangat mudah berdifusi dan bersifat polar (senyawa elektron)
sehingga berkohesi satu dengan yang lainnya membentuk benda cair. Fungsi vilta air adalah pelarut
yang sangat baik karena molekulnya dapat bergabung dengan protein, hidrat arang, gula, dan zat yang
terlarang lainnya. Dalam homeostatis jumlah air tubuh selalu diupayakan konstan karena air tubuh
yang keluar akan sama dengan jumlah air yang masuk.

2.2.3 Distribusi cairan


Cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen yaitu pada intraseluler dan ekstraseluler.
Cairan intraseluler kira-kira 2/3 atau 40 % dari BB, sedangkan cairan ekstraseluler 20 % dari BB,
cairan ini terdiri atas plasma (cairan intravaskuler) 5 %, cairan interstisial (cairan di sekitar tubuh
seperti limfe) 10-15 % dan transeluler (misalnya, cairan serebrospinalis, sinovia, cairan dalam
peritonium, cairan dalam rongga mata, dll ) 1-3 %.

2.3 Fungsi cairan

1. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperatur tubuh

2. Transport nutrien ke sel

3. Transport hasil sisa metabolisme

4. Transport hormon

5. Pelumas antar organ

6. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem kardiovaskuler

2.4 Keseimbangan cairan

Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake atau masukan cairan dan pengeluaran cairan. Pemasukan
cairan berasal dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800-2.500 ml/hari.
Sekitar 1.200 ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan. Sedangkan pengeluaran cairan
melalui ginjal dalam bentuk urine 1.200 – 1.500 ml/hari, feses 100 ml, paru-paru 300-500 ml dan kulit
600-800 ml.

Prinsip dasar keseimbangan cairan:

1. Air bergerak melintasi membran sel karena osmolaritas cairan interseluler dan ekstraseluler
tetapi hampir sama satu sama lain kecuali beberapa menit setelah perubahan salah satu kompartemen.

2. Membran sel hampir sangat impermeabel terhadap banyak zat terlarut karena jumlah osmol
dalam cairan ekstraseluler atau intraseluler tetapi konstan, kecuali jika zat terlarut ditambahkan atau
dikurangi dari kompartemen ekstraseluler. Dengan kondisi ini kita dapat menganalisis efek berbagai
kondisi cairan abnormal terhadap volume dan osmolaritas cairan ekstraseluler dan osmolaritas cairan
intraseluler.

2.5 Faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit

1. Usia

Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usiaberpengaruh terhadap proporsi
tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa
pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya,
jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang
dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik
yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa.
Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan.
Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah
jantung atau gangguan ginjal

2. Aktivitas

Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas
menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan
haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat.
Selain itu,kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan
laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.

3. Iklim

Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak akan
mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi ini, cairan
yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap
individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang
tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah deangan kelembapan yang rendah akan
lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja
berat di lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehaei
melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan
sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada
di lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.

4. Diet

Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan maknan tidak
seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah simpanan
lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.

5. Stress

Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh mengalami
peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot.
Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan
peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.

6. Penyakit

Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar sel atau jaringan
yang rusak (mis.Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita diare juga dapat mengalami
peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastro intestinal. Gangguan
jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran
darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompajantung menurun, tubuh akanmelakukan
penimbunan cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan
(hipervelomia). Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan edema paru. Normalnya, urine akan
dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar
asam dan basa dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan
lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine akan meningkat. Sebaliknya, dalam
keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkan produksi urine dengan berbagi cara.
Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal
mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan menurun. Karenanya, saat
terjadi gangguan ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi urine kurang
dari 40ml/ 24 jam) sehingga anuria (produksi urine kurang dari 200 ml/ 24 jam).

7. Tindakan Medis

Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit
tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium dan
kalium.

8. Pengobatan

Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat menyebabkan
peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh. Selain itu,
penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat.
Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.

9. Pembedahan

Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan cairan. Beberapa
klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru
mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama
pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat anastesia.

2.6 Pergerakan cairan tubuh

Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui tiga proses, yaitu :

1. Difusi

merupakan proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit
didifusikan sampai menenambus membran sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul,
konsenrasi larutan, dan temperatur.

2. Osmosis

merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran semipermeabel


dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik.

3. Transpor aktif

Proses transpor aktif memerlukan energi metabolisme. Proses tranpor aktif penting untuk
mempertahankan keseimbangan natrium dan kalsium antara cairan intraseluler dan ekstraseluler.
Dalam kondisi normal, konsentrasi natrium lebih tinggi pada cairan intraseluler dan kadar kalium
lebih tinggi pada cairan ekstraseluler.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :

1. Fase I :

Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi

dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.

2. Fase II :

Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel

3. Fase III :

Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam
sel.Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran

semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut
berpindah.

2.7 Pengaturan cairan

Sejumlah mekanisme homeostatis bekerja tidak hanya untuk mempertahankan konsentrasi


elektrolit dan osmotik dari cairan tubuh, tetapi juga untuk volume cairan tubuh total. Keseimbangan
cairan tubuh dan elektrolit normal adalah akibat dari keseimbangan dinamis antara makanan dan
minuman yang masuk dengan keseimbangan yang melibatkan sejumlah besar sistem organ. Sistem
organ yang banyak berperan adalah ginjal, sistem kardiovaskuler, kelenjar hipofisis, kelenjar
paratiroid, kelenjar adrenal, dan paru. Ginjal merupakan pengendali utama terhadap kadar elektrolit
dan cairan. Jumlah cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit sangat ditentukan oleh apa yang di simpan
ginjal. Ginjal sendiri diatur oleh sejumlah hormaon dalam menjalankan fungsinya.

1. Rasa dahaga

Mekanisme rasa dahaga:

Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya


menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat
neural yang bertangguang jawab terhadap sensasi haus.

Osmoreseptor di hipotalamus, mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan


mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensai rasa dahaga.

2. Anti Diuretik Hormon (ADH)

ADH di bentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari hipofisis posterior. Stimuli
utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel. Hormon ini
meningkatkan reabsorpsi air pada duktus koligentes, dengan demikian dapat menghemat air.

3. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal untuk meningkatkan
absopsi natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium serum
dan sistem angiotensin renin serta sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia.

2.8 Cara pengeluaran cairan

Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti :

1. Ginjal

Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah untuk disaring setiap
hari. Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam. Pada orang dewasa produksi urine sekitar 1,5
lt/hari. Jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron.

2. Kulit

Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merangsang aktivitas kelenjar keringat.
Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur lingkungan yang
meningkat, dan demam. Disebut juga Insesible Water Loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24 jam.

3. Paru-paru

Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari. Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respons terhadap
perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam.

4. Gastrointestinal

Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari sekitar 100-200 ml.
Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kgBB/24 jam, dengan kenaikan 10 % dari IWL
pada setiap kenaikan suhu 1 derajat celcius.

2.9 Pengaturan elektrolit

1. Natrium (Na+)

Merupakan kation paling banyak dalam cairan ekstrasel. Na+ mempengaruhi keseimbanagan air,
hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. ion natrium di dapat dari saluran pencernaan, makanan atau
minuman masuk ke dalam cairan ekstrasel melalui proses difusi. Pengeluaran ion natrium melalui
ginjal, pernapasan, saluran pencarnaan, dan kulit. Pengaturan konsentrasi ion di lakukan oleh ginjal.
Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.

2. Kalium (K+)

Merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi
otot. Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturan keseimbanagan asam basa,
karena ion K+ dapat diubah menjadi ion hidrogen (H+). Kalium dapat diperoleh melalui makanan
seperti daging, buah-buahan dan sayur-sayuran. Kalium dapat dikeluarkan melalui ginjal, keringat dan
saluran pencernaan. Pengaturan konsentrasi kalium dipengaruhi oleh perubahan ion kalium dalam
cairan ekstrasel. Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.

3. Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, berguna untuk integritas kulit dan struktur
sel, konduksi jantung, pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi. Kalsium dalam cairan
ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormon paratiroid mengabsorpsi kalisum melalui
gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. Hormon thirocalcitonin menghambat penyerapan Ca+ tulang.
Kalsuim diperoleh dari absorpsi usus dan resorpsi tulang dan di keluaran melalui ginjal, sedikit
melalui keringaserta di simpan dalam tulang. Jumlah normal kalsium 8,5 – 10,5 mg/dl.

4. Magnesium (Mg2+)

Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat penting untuk aktivitas enzim,
neurochemia, dan muscular excibility. Sumber magnesium didapat dari makanan seperti sayuran
hijau, daging dan ikan. Nilai normalnya sekita 1,5-2,5 mEq/lt.

5. Klorida (Cl ˉ )

Terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel, berperan dalam pengaturan osmolaritas serum dan volume
darah, regulasi asam basa, berperan dalam bufer pertukaran oksigen, dan karbon dioksida dalam sel
darah merah. Klorida disekresi dan di absorpsi bersama natrium di ginjal dan pengaturan klorida oleh
hormin aldosteron. Normalnya sekitar 95-105 mEq/lt.

6. Bikarbonat (HCO3ˉ )

HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel dengan
fungsi utama adalah regulasi keseimbangan asam basa. Biknat diatur oleh ginjal.

7 Fosfat

Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan
neuromuskular, metabolisme karbohidrat, pengaturan asam basa. Pengaturan oleh hormon paratiroid.

2.9.1 NILAI-NILAI NORMAL

Jenis cairan dan elektrolit Nilai normal dalam tubuh

- Potasium [K+] 3.5 – 5 mEq/L

- Sodium [Na+] 135 – 145 mEq/L

- Kalsium [Ca2+] 8.5 – 10.5 mg/dl (4.5 – 5.8 mEq/L)

- Magnesium [Mg2+] 1.5 – 2.5 mEq/L

- Fosfat [PO42-] 2.7 – 4.5 mg/dl

- Klorida [Cl-] 98 – 106 mEq/L

- Bikarbonat [HCO3] 24 – 28 mEq/L


2.10 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh

1. Ketidakseimbangan cairan

Ketidakseimbangan cairan meliputi dua kelompok dasar, yaitu gangguan keseimbangan isotonis dan
osmolar.Ketidakseimbangan isotonis terjadi ketika sejumlah cairan dan elektrolit hilang bersamaan
dalam proporsi yang seimbang. Sedangkan ketidakseimbangan osmolar terjadi ketika kehilangan
cairan tidak diimbangi dengan perubahan kadar elektrolit dalam proporsi yang seimbang sehingga
menyebabkan perubahan pada konsentrasi dan osmolalitas serum. Berdasarkan hal tersebut,
terdapat empat kategori ketidak seimbangan cairan, yaitu :

a. Kehilangan cairan dan elektrolit isotonik

b. Kehilangan cairan (hanya air yang berkurang)

c. Penigkatan cairan dan elektrolit isotonis, dan

d. Penigkatan osmolal (hanya air yang meningkat)

2. Defisit Volume Cairan

Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstraseluler dalam
jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia.Umumnya,
gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan
interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler.Untuk untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit
volumecairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit,
penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan
berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan
ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial
seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisitertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.

3. Defisit Cairan

Faktor Resiko

1. kehilangan cairan berlebih (muntah, diare,dan pengisapan lambung)

tanda klinis : kehilangan berat badan

2. ketidakcukupan asupan cairan (anoreksia, mual muntah, tidak ada cairan dan depresi konfusi)

tanda klinis : penurunan tekanan darah

4. Dehidrasi

Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar, terjadi akibat kehilangan cairan yang
tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah proporsional, terutama
natrium.Kehilangan cairan menyebabkan peningkatan kadarnatrium, peningkatan osmolalitas, serta
dehidrasi intraseluler. Air berpindah dari sel dan kompartemen interstitial menuju ruang vascular.
Kondisi ini menybabkan gangguan fungsi sel da kolaps sirkulasi. Orang yang beresiko mengalami
dehidrasi salah satunya adalah individu lansia.Mereka mengalami penurunan respons haus atau
pemekatan urine.Di samping itu lansia memiliki proporsi lemak yang lebih besar sehingga beresiko
tunggi mengalami dehidrasi akibat cadangan air yang sedikit dalam tubuh.Klien dengan diabetes
insipidus akibat penurunan hormon diuretik sering mengalami kehilangan cairan tupe hiperosmolar.
Pemberian cairan hipertonik juga meningkatkan jumlah solute dalam aliran darah.

5. Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)

Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan elektrolit dalam
kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik,
konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan
oleh penungkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload
cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatispada proses regulasi keseimbangan cairan.
Penyebab spesifik kelebihan cairan, antara lain :

a. Asupan natrium yang berlebihan

b. Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama pada klien dengan gangguan
mekanisme regulasi cairan.

c. Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan jantung (gagal ginjal
kongestif), gagal ginjal, sirosis hati, sindrom Cushing

d. Kelebihan steroid.

Kelebihan Volume Cairan

Factor resiko :

1. Kelebihan cairan yang mengandung natrium dari terapi intravena

Tanda klinis : penambahan berat badan

2. Asupan cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat-obatan

Tanda klinis : edema perifer dan nadi kuat

6. Edema

Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan dalam kompartemen
ekstraselulermeningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya, cairan keluar dari sel sehingga menimbulkan
penumpukan cairan dalm ruang interstitial (Edema). Edema yang sering terlihat disekitar mata, kaki
dan tangan. Edema dapat bersifat local atau menyeluruh, tergantung pada kelebihan cairan yang
terjadi. Edema dapat terjadi ketika adapeningkatan produksi cairan interstisial/gangguan
perpindahan cairan interstisial. Hal ini dapat terjadi ketika:

a. Permeabilitas kapiler meningkat (mis.,karena luka bakar, alergi yang menyebabkan perpindahan
cairan dari kapiler menuju ruang interstisial).

b. Peningkatan hidrostatik kapiler meningkat (mis., hipervolemia, obstruksisirkulasi vena) yang


menyebabkan cairann dalam pembuluh darahterdorong ke ruang interstisial.

c. Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat (mis., pada blokade limfatik)

Edema pitting adalah edema yang meninggalkan sedikit depresi atau cekungan setelah dilakukan
penekanan pada area yang bengkak. Cekungan unu terjadiakibat pergerakan cairan dari daerah
yang ditekan menuju jaringan sekitar (menjauhi lokasi tekanan). Umumnya, edema jenis ini adalah
edema yang disebabkan oleh gangguan natrium. Adapun edema yang disebabkan oleh retensi cairan
hanya menimbulkan edema non pitting.

DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC

Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Keseimbangan Cairan & Elektrolit”
. Jakarta: ECG

Syaifudin, Drs. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Edisi 4. Jakarta: EGC

Diposkan oleh nenda purnama di 22.12

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Anda mungkin juga menyukai