Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru memiliki banyak tugas, baik yang teikat oleh dinas maupun di luar

dinas, apabila dikelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas guru

dalam bidang profesi tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang

kemasyarakatan.

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.

Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar

berarti meneruskan dan mengembangkan Ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada

peserta didik.

Tugas guru dalam bidang kamanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan

dirinya sebagai orang tua ke dua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia

menjadi idola peserta didiknya. Pelajaran apapun yang diajarkan hendaknya dapat

menjadi motivasi bagi peserta didik dalam belajar. Bila seorang guru dalam

penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak

akan dapat menanamkan benis pengajaran itu kepada para siswanya. Para siswa

akan enggan menghadapi guru yang tidak menarik.

Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di

lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat

1
memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti guru berkewajiban mencerdaskan

bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan

Pancasila.

Sejak dulu dan mudah-mudahan sampai sekarang, guru menjadi anutan

masyarakat. Guru tidak hanya diperlukan oleh para siswanya di ruang kelas, tetapi

juga diperlukan oleh masyarakat lingkungannya dalam menyelesaikan aneka

ragam permasalahan yang dihadapi masyarakat. Tampaknya masyarakat

mendudukkan guru pada tempat yang terhormat dalam kehidupan masyarakat,

yakni di depan member suri teladan, di tengah-tengah membangun, dan di

belakang memberikan dorongan dan motivasi. (Ing ngarso sungtulada, ing

madya mangun karsa, tut wuri handayani ).

Sebenarnya dari apa yang dipaparkan di atas tentang tugas guru, bahwa

guru pendidikan agama Islampun (PAI) sama, tetapi yang membedakannya adalah

dalam lingkup materi atau pengetahuan yang harus dimiliki para siswanya. Karena

guru PAI merupakan guru mata pelajaran, sehingga lingkup materi yang diberikan

yaitu mengenai Pendidikan Agama Islam, meliputi pengetahuan, sikap, dan

peribadahan.

Dalam pelaksanaan kegiatan guru PAI di kelas sebenarnya merupakan

muara dari semua mata pelajaran yang diberikan di sekolah, karena dalam PAI

diajarkan akhlaq mulia, kataqwaan terhadap Tuhannya, serta tatacara peribadahan

yang menambah keyakinan para siswa terhapat ALLAH SWT. Dengan demikian

PAI seyogianya dapat menyatukan mata pelajaran lainnya dalam bentuk perilaku

para siswa yang sesuai dengan tuntutan masyarakat Negara dan agamanya.

2
Dalam kenyataannya, sering terjadi pemisahan antara guru PAI dengan

guru mata pelajaran lainnya, sehingga apa yang diajarkan dari pelajaran lainnya,

misalnya IPA, kadang-kadang guru tersebut tidak menghubungkan pelajaran

tersebut dengan PAI. Sebenarnya dengan PAI semua mata pelajaran yang

diberikan di sekolah dapat dipadukan, hanya yang menjadi permasalahan tidak

semua guru PAI atau guru mata pelajaran lainnya dapat memahaminya,

berdasarkan hasil observasi, maka dapat dikemukakan beberapa hal yang menjadi

kendala dalam pelaksanaan pembelajaran PAI terpadu di Sekolah dasar

Diantaranya adalah :

1. Kurangnya pemahaman guru mata pelajaran lain terhadap PAI Terpadu.

2. Masih terlihat secara nyata pemisahan tiap-tiap mata pelajaran, sehingga guru

mata pelajaran lain terpaku pada mata pelajaran yang diajarkannya saja.

3. Kurangnya terjalin kerjasama yang baik antara guru mata pelajaran PAI

dengan guru mata pelajaran lainnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti

tentang Peranan Guru PAI dalam membimbing Akhlaq Siswa di SDN Mulyasari

Kecamatan Campaka Cianjur.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan dia atas. Maka dalam

penelitian ini rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peranan guru PAI dalam membimbing Akhlaq siswa di SDN

Mulyasari Kecamatan Campaka Cianjur.

3
2. Upaya Apa yang dilakukan guru PAI untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi

dalam membimbing Akhlaq siswa di SDN Mulyasari Kecamatan Campaka

Kabupaten Cianjur.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui peranan guru PAI dalam membimbing akhlaq siswa SDN

Mulyasari Kecamatan Campaka.

2. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan guru PAI untuk mengatasi

kesulitan yang dihadapi dalam membimbing akhlaq siswa di SDN Mulyasari

Kecamatan Campaka Cianjur.

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan gambaran secara faktual mengenai peranan guru PAI dalam

membimbing akhlaq siswa di SDN Mulyasari kecamatan Campaka.

2. Memberikan sumbangsih kepada pihak sekolah dalam upaya peningkatan

akhlaq para siswanya.

3. Memberikan masukan yang berarti dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang

dihadapi dalam membimbing akhlaq siswa.

4. Memberikan pemikiran bagi kemuajuan pendidikan khususnya peningkatan

akhlaq siswa di SDN Mulyasari Kecamatan Campaka.

4
E. Kerangka Berpikir

1. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh guru dalam membina

dan membimbing peserta didik (siswa) menuju kedewasaan yang mandiri.

2. Dalam pendidikan akan terjadi komunikasi antara guru dan siswa dalam rangka

menyampaikan berbagai macam ilmu pengetahuan dan budi pekerti dan

pemahaman ketagwaan terhadap Tuhan Yang maha Esa, serta nilai-nilai

kebudayaan dan karakter bangsa.

3. Pendidikan akan berhasil jika dilaksanakan dengan perencanaan, metode, dan

proses pembelajaran yang ditetapkan terlebih dahulu dengan memperhatikan

tingkat kebutuhan peserta didik atau proses pembelajarannya berpusat pada

siswa.

4. Pembinaan akhlak bagi siswa merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan

dengan mata pelajaran lainnya, sehingga pembinaan akhlak bagi peserta didik

diharapkan dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran lainnya.

F. Langkah-Langkah Penelitian

1. Menentukan jenis Data Penelitian

Jenis Data, deskriptif berupa kata-kata atau gambaran tentang masalah yang

sedang diteliti

2. Menentukan Sumber Data Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di SDN Ciherang Kecamatan Campaka

Kabupaten Cianjur.

5
b. Sumber Data

1) Guru Pendidikan Agama Islam di SDN Ciherang Kecamatan

Campaka

2) Para Siswa SDN Ciherang Kecamatan Campaka.

3. Menentukan Metode dan Teknik Pengumpulan Data

a. Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

Deskriptif dengan pendekatan kualitatif naturalistik, karena penelitian ini

bermaksud untuk mendapatkan gambaran yang sebenarnya mengenai

Peranan Guru PAI dalam Membimbing siswa di SDN Ciherang

Kecamatan Campaka, serta melakukan kajian kepustakaan atau Book

Survey dalam rangka mencari dan meneliti referensi yang berhubungan

dengan permasalahan yang sedang diteliti.

b. Teknik Pengumpulan Data

1) Wawancara

Wawancara adalah kegiatan tanya jawab dalam rangka memperoleh

data mengenai permasalahan yang sedang diteliti.

Adapun wawancara ini ditujukan pada :

a) Guru PAI di SDN Ciherang dalam upaya membimbing akhlak

siswa di SDN Ciherang Kecamatan Campaka.

b) Para Siswa dalam kegiatan sehari-hari di kelas yang berhubungan

dengan sikap/akhlak mereka, ketika berkomunikasi dengan

teman, guru, atau tenaga lainnya.

6
2) Observasi

Observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek

dengan menggunakan alat indra, serta dalam kegiatan yang sedang

berlangsung di tempat penelitian. Observasi ini dilakukan sebagai

pengumpul data penunjang dalam kegiatan wawancara. Dalam

penelitian ini yang akan di observasi adalah parasiswa SDN

Ciherang.

3) Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam peneliian ini dimaksudkan untuk

mendukung dan mempertegas data hasil wawancara dan observasi,

terutama data mengenai Menejemen Pondok Pesantren serta data-

data lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

4. Analisis Data

Yaitu pencatatan yang dilakukan pada saat berlangsungnya pengumpulan data

baik setelah kegiatan wawancara, observasi maupun studi dokumentasi

dengan jalan mencatat kata-kata kunci yang dimengerti oleh peneliti.

7
BAB II

TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERANAN GURU PAI DALAM


MEMBIMBING AKHLAK SISWA

A. Guru PAI

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur

sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam

definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru

dapat juga dianggap seorang guru.

Sedangkan Pendidikan Agama Islam Menurut Burlian Shomad (2001:95)

adalah, Pendidikan yang bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang

bercorak diri berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikannya

untuk mewujudkan tujuan itu adalah ajaran Allah.

Secara rinci Beliau mengemukakan pendidikan itu baru dapat disebut

Pendidikan Agama Islam apabila memiliki dua ciri khas yaitu :

1). Tujuannya untuk membentuk individu menjadi bercocok diri tertinggi menurut

ukuran Al-Qur`an.

2). Isi pendidikannya ajaran Allah yang tercantum dengan lengkap dalam Al-

Qur`an dan pelaksanaannya di dalam praktek kehidupan sehari-hari

sebagaimana di contohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Jadi Pengertian guru Pendidikan Agama Islam adalah, seseorang yang mempunyai

kemampuan profesional dalam rangka memberikan layanan pendidikan baik

8
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berhubungan dengan ajaran dari Allah

SWT, dalam bentuk pemahaman dan pengamalan al-qur’an dan al-hadist.

Sehingga peranan Guru Pendidikan Agama sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Wrightman yang dikutip oleh Usman (1990: 1) bahwa, peranan

guru adalah serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam

suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku

dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya. Sedangkan Pendidikan agama

Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran ajaran agama Islam, yaitu berupa

bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari

pendidikan ini dapat memahami, menghayati, mengamalkan ajaran agama Islam

sebagai suatu pandangan hidup demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di

dunia maupun di akherat (Zakiah Daradjat, dkk, 1992: 86).

2. Fungsi Dan Tugas Guru Pendidikan Agama Islam

Di sekolah sebenarnya tugas guru bukan sebagai pemegang kekuasaan,

tukang perintah, melarang dan menghukum anak-anak. Guru adalah pembimbing

dan pengabdi anak-anak, artinya guru harus siap mengarahkan anak didik dalam

belajar. Seorang guru harus mengetahi apa, mengapa dan bagaimana

perkembangan jiwa anak. Guru harus mampu membina mental murid,

memperbaiki moral dan tugasnya membentuk kepribadian anak didik. Guru dalam

tugasnya mendidik dan mengajar anak adalah berupa membimbing, memberikan

petunjuk, teladan, bantuan, latihan penerangan, pengertian….dan sifat-sifat

terpuji. Dapat dilihat bahwa tugas guru merupakan tugas sangat berat di banding

9
dengan tugas seorang pekerja lainnya. Dalam hal ini tugas guru tidak hanya dalam

ilmu pengetahuan, tetapi menyangkut akhlak atau kepribadian anak didik yang

harus dibentuk dengan sebaik mungkin. Secara global tugas guru disebutkan di

dalam pernyataan berikut:

“Mengingat lingkup pekerjaan guru seperti di atas maka fungsi dan tugas guru

yang pertama adalah pengajaran, kedua tugas bimbingan dan penyuluhan, ketiga

tugas administrasi atau guru sebagai pimpinan (manager kelas),”

 Dikatakan oleh Abu Ahmadi bahwa guru dalam Islam adalah sebagai berikut:

a. Guru Pendidikan agama Islam sebagai pengajar

b. Guru Pendidikan agama Islam sebagai pendidik

c. Guru Pendidikan agama Islam sebagai seorang da’i

d. Guru Pendidikan agama Islam sebagai konsultan

e. Guru Pendidikan agama Islam sebagai  pemimpin pramuka

f. Guru agama sebagai seorang pemimpin informal

  Dari beberapa tugas yang telah disebutkan, guru sebagai pendidik dan

pengajar harus memiliki kestabilan emosi, berkeinginan memajukan siswa,

bersikap realistis, jujur dan terbuka, peka terhadap poerkembangan, terutama

terhadap renovasi pendidikan. Sebagai anggota masyarakat, sebagai pemimpin,

guru itu harus perlu memiliki kepribadian, menguasai ilmu kepemimpinan dan

berbagai aspek kegiatan disekolah.

10
Guru sebagai pelaksana administrasi akan diharapkan kepada administrasi

yang harus dilaksanakan di sekolah. Guru sebagai pengelola proses belajar

mengajar harus menguasai berbagai metode mengajar yang baik, di dalam

maupun di luar kelas. Sesuai dengan firman Allah dalam surat At-Taubah

ayat123:

     


       
      

 Artinya: “Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka


beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah: 123)

Di samping memertintahkan umatnya untuk belajar juga memerintahkan

umatnya untuk mengajarkan ilmunya kepada orang lain, dan mempergunakan

metode pendidikan yang tepat guna  sehingga berhasil guna.

3. Misi PAI pada sekolah umum:

1) Penyelengaraan PAI sebagai bagian integral dari keseluruhan proses

pendidikan

2) Menyelenggarakan PAI dengan mengintegrasikan aspek pembelajaran

(kognitif, afektif, dan psikomotor), kunjungan dan memperhatiakan lingkungn

sekitar serta penerapan nilai- nilai dan norma- norma akhlak dalam perilaku

sehari- hari

3) Melakukan upaya bersama antara guru agama dan kepala sekoalh serta seluruh

komponen pendidikan untuk mewujudkan School Culture yang dijiwai oleh

11
suasana dan disiplin keagamaan dalam keseluruhan interaksi antar unsure

pendidikan di sekolah dan luar sekolah.

4) Melakukan penguatan posisi peran GPAI secara berkelanjutan, baik sebgai

pendidik, pembimbing, penasehat, komunikator daN penggerak bagi

terciptanya suasana keagamaan yang kondusif disekolah.

4. Strategi dan Upaya pembelajaran PAI

1) Mampu mengajarkan akidah kepada peserta didik sebagai landasa

keberagamaanya.

2) Mampu mengajarkan pengetahuan kepada peserta didik tentang ajaran

agama islam.

3) Mampu mengajarkan pengetahuan agama sebagai landasan bagi semua mata

pelajaran yang diajarkan disekolah 4) Menjadi landasan moral dan etika

social dalam kehidupan sehari- hari.

5. Materi PAI

Dikembangkan dari ketiga kerangka dasar ajaran agama islam

1) Akidah penjabaran konsep iman

2) Syariah (ibadah) penjabaran konsep islam

3) Akhlak penjabaran konsep ihsan

6. Tujuan PAI di sekolah

Meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa

terhadap ajaran agama islam sehinggamenjadi manusia muslim yang bertaqwa

kepada Allah SWT serta berakhak mulia dalam kehidupan pribadi

bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

12
7. Fungsi PAI di sekolah

1) Pengembangan, menumbuhkembangkan dan peningkatan keimanan dan

ketaqwaan peserta didik yang telah ditanamkan di linkungan keluarga.

2) Penyaluran bakat yang dilandasi dengan agama agar berkembang secara

optimal dan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.

3) Perbaikan, untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan dan kelemahan peserta

didik dalam hal keyakinan pemahaman dan pengalaman ajaran agama islam

dalam kehidupan sehari- hari

4) Pecegahan, menangkal hal- hal negative dari lingkungannya tau budaya luar

yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangan menuju

manusia seutuhnya

5) Penyesuaian agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan dapat

merubah lingkungannya sesuai dengan ajaran islam.

6) Sumber nilai, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan

dunia dan akhirat.

8. Pengertian Bimbingan

Bimbingan dapat diartikan secara umum sebagai suatu bantuan. Namun

untuk sampai kepada pengertian yang sebenarnya kita harus ingat bahwa tidak

setiap bantuan dapat diartikan bimbingan. Bimbingan adalah terjemahan dari

istilah bahasa Inggris yaitu guidance, kata guidance berasal dari kata kerja to

guidance artinya menunjukkan, membimbing, menuntun orang ke jalan yang

benar. Jadi kata guidance berarti pemberian petunjuk, pemberian bimbingan

13
pada orang lain yang membutuhkan. Untuk memperoleh pengertian yang lebih

jelas di bawah ini penulis akan pendapat dari para pakar, diantaranya:

a. Jear Book of education (I. Djumhur, 1975:25) mengemukakan bahwa

bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri

untuk dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan

pribadi dan kemanfaatan sosial.

b. Stoops (I. Djumhur, 1975:25), mengemukakan bahwa bimbingan adalah suatu

proses membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya

secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebenar-benarnya, baik

bagi dirinya maupun bagi masyarakat.

c. Miller (I, Djumhur, 1975:25) mengemukakan bimbingan adalah proses terhadap

individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan

untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga,

serta masyarakat.

9. Jenis-jenis Bimbingan di Sekolah

a. Bimbingan Akademik

Bimbingan akademik, yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu

individu dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah

akademik, yaitu pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar,

penyelesaian tugas-tugas, dan lain-lain.

Bimbingan akademik dilakukan dengan cara mengembangkan suasana

belajar mengajar yang kondusip agar terhindar dari kesulitan belajar. Para

pembimbing membantu individu mengatasi kesulitan belajar,

14
mengembangkan cara belajar yang efektip, membantu individu agar sukses

dalam belajar dan mampu menyelesaikan diri terhadap semua tuntutan

program pendidikan.

b. Bimbingan Sosial Pribadi

Bimbingan sosial pribadi merupakan bimbingan untuk membantu para

individu dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial pribadi. Adapun

tergolong dalam masalah-masalah sosial pribadi adalah masalah hubungan

dengan sesama teman, guru, serta staf karyawan.

Bimbingan sosial pribadi diarahkan untuk mamantapkan kepribadian dan

mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah

dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada

pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan

karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh individu.

c. Bimbingan Karier

Bimbingan krier adalah bimbingan untuk membantu individu dalam

perencanaan, pengembangan, dan penyelesaian masalah-masalah karier,

seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman

kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan,

perencanaan dan pengembangan karier, penyesuaian pekerjaan, dan

penyelesaian masalah-masalah karier yang dihadapi.

d. Bimbingan Keluarga

Bimbingan keluarga merupakan upaya pemberian bantuan kepada para

individu sebagai pemimpin/anggota keluarga agar mereka mampu

15
menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis, memberdayakan mandiri

secara produktif, dapat menciptakan dan menyesuaikan diri dengan norma

keluarga, serta berperan/berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan

keluarga yang bahagia.

Bimbingan keluarga juga membantu individu yang akan berkeluarga

memahami tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga

sehingga individu siap menghadapi kehidupan berkeluarga. Bimbingan

keluarga juga membantu anggota kleluarga dengan berbagai strategi dan

teknik keluarga yang sukses, harminis, dan bahagia.

10. Layanan Bimbingan Belajar PAI

Sedangkan pengertian layanan bimbingan belajar PAI adalah proses

bantuan yang diberikan kepada individu (siswa) agar dapat mengatasi masalah

masalah yang dihadapinya dalam belajar PAI sehingga setelah melalui proses

perubahan belajar mereka dapat mencapai hasil belajar yang optimal sesuai

dengan kemampuan, bakat, dan minat yang dimilikinya (Sunarya Kartadinata,

1998:35). Moh. Surya (1975:5) berpendapat bahwa layanan bimbingan belajar

PAI merupakan proses bantuan kepada individu dalam memecahkan kesulitan

yang behubungan dengan masalah belajar PAI baik disekolah maupun di luar

sekolah.

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh (Erman Amti dan Marjohan,

(1991:66) yang menyebutkan bimbingan belajar ialah suatu proses bantuan yang

diberikan kepada individu (siswa) untuk dapat mengatasi masalah- masalah yang

dihadapinya dalam belajar agar setelah melaksanakan kegiatan belajar mengajar

16
PAI mereka dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik sesuai dengan

kemampuan, bakat, dan minat yang dimiliki masing masing.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa layanan

bimbingan belajar PAI merupakan suatu proses bantuan yang diberikan kepada

siswa dalam mengatasi masalah-masalah PAI yang mereka hadapi sehingga

mereka dapat berkembang sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki secara

optimal.

11. Tujuan layanan bimbingan belajar PAI

Karena belajar itu merupakan inti kegiatan pengajaran disekolah maka

wajiblah Menurut Abu Ahmadi (1991:105) tujuan bimbingan belajar secara

umum adalah membantu murid-murid agar dapat penyesuaian yang baik didalam

situasi belajar, sehingga setiap murid dapat belajar dengan efisien sesuai dengan

kemampuan yang dimilikinya dan mencapai perkembangan yang optimal untuk

lebih jelasnya tujuan pelayanan belajar dirinci sebagai berikut :

a) Mencarikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi seorang anak atau

kelompok anak.

b) Menunjukan cara-cara mempelajari sesuatu dan menggunakan buku pelajaran.

c) Memberikan informasi (saran dan petunjuk bagi yang memanfaatkan

perpustakaan).

d) Membuat tugas sekolah dan mempersiapakan diri dalam ulangan dan ujian.

e) Memilih satu bidang studi (mayor atau minor) sesuai dengan bakat, minat,

kecerdasan, cita-cita, dan kondisi fisik dan kesehatanya.

f) Menunjukan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang study tertentu.

17
g) Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal belajarnya.

h) Memilih pelajaran tambahan baik yang berhubungan dengan pelajaran

disekolah maupun untuk pengembangan bakat dan kariernya dimasa depan.

Berdasarkan atas tujuan pelajaran bimbingan belajar seperti itu yang telah

dirinci diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan bimbingan belajar PAI

adalah untuk membantu murid-murid yang mengalami masalah di dalam

memasuki proses belajar PAI dan situasi belajar yang dihadapinya, sehingga

B. Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Perkataan akhlaq dari bahasa arab, jamak dari khuluq, secara lugowi diartikan

tingkah laku untuk kepribadian. Akhlak diartikan budi pekerti, perangi, tingkah

laku, atau tabiat. Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai di

dalam al-Qur'an, sebagai berikut:

    


Artinya :
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.( Q.S. Al-
Qalam:4)

Untuk mendapatkan definisi yang jelas di bawah ini penulis akan

kemukakan beberapa pendapat diantaranya:

a. Al-Ghozali (Moh. Rifai, 1987: 40) mengemukakan bahwa “akhlak ialah yang

tertanam dalam jiwa dan dari padanya timbul perbuatan yang mudah tanpa

memerlukan pertimbangan.”

18
b. Ahmad Amin (Moh. Rifai, 1987: 41) mengemukakan bahwa “akhlak yang

dibiasakan, artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka

kebiasaan itu dinamakan akhlak.

Dari definisi-definisi di atas memberikan suatu gambaran, bahwa tingkah

laku merupakan bentuk kepribadian dari seseorang tanpa dibuat-buat tanpa ada

dorongan dari luar. Kalau pun adanya dorongan dari luar sehingga seseorang

menampakan pribadinya dengan bentuk tingkah laku yang baik, namun suatu

waktu tanpa di pasti akan terlihat tingkah laku yang sebenarnya.

Sifat-sifat yang tertanam pada manusia sejak lahir berupa perbuatan baik

disebut akhlak yang mulia atau perbuatan buruk disebut akhlak tercela. Awal

seseorang mempunyai tingkah laku karena adanya pengaruh, baik secara

langsung maupun tidak langsung sesuai dengan pembinaannya, karena didikan

dan bimbingan dalam keluarga secara langsung maupun tidak langsung banyak

memberikan bekas bagi penghuni rumah itu sendiri dalam tindak-tanduknya,

maka ilmu akhlak menjelaskan tentang arti baik dan buruk, menerangkan apa

yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyarankan tujuan yang harus dituju

oleh manusia dalam perbuatan yang harus menunjukan jalan apa yang harus di

perbuat.

Dari definisi-definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perbuatan

yang merupakan akhlak adalah apabila memenuhi dua macam syarat :

1. Perbuatan dilakukan berulang kali sehingga menjadi adat kebiasaan.

2. Perbuatan dilakukan dengan kesadaran jiwa, bukan dengan paksaan atau

tanpa sengaja.

19
Jadi kesimpulan akhir adalah, yang dimaksud dengan akhlak ialah

“kesadaran melakukan yang baik yang kemudian dibuktikan dalam kehidupan

sehari-hari”.

2. Sumber dan Tujuan Pembinaan  Akhlak

a.  Sumber-sumber Ajaran Akhlak

Sumber ajaran akhlak iala Al-Qur’an dan Hadits. Tingkah laku Nabi

Muhammad, SAW merupakan contoh suri tauladan bagi umat manusia semua.

Ini ditergaskan ole Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-Ahzab ayat 21:

          
      

Artinya:“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan


yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah”

Tentang akhlak pribadi Rasulullah dijelaskan dalam hadits yang

berbunyi “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”.

Kemudian dalam hadits lain dijelaskan bahwa “Sesungguhnya akhlak

Rasulullah itu adalah Al-Qur’an”.

Hadits Rasulullah meliputi perkataan dan tingkah laku beliau,

merupakan sumber akhlak  yang kedua setelah Al-Qur’an. Segala ucapan dan

perilaku beliau senantiasa mendapat bimbingan dari Allah. Allah berfirman

dalam Al-Qur’an An-Najm ayat 3-4:

          

20
Artinya: “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan
hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah
wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”.

Dari uraian di atas jelas bahwa Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah adalah

pedoman hidup yang menjadi azas bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya

merupakan sumber akhlak kulkarimah dalam ajaran Islam.

b. TujuanPembinaan Akhlak

Dari pengertian akhlak yang dikemukakan di tas dapat diketahui bahwa

pokok pembahasannya adala tingkah laku manusia untuk menetapkan nilainya,

baik atau buruk Al-Ghazali mengatakan bahwa daerah pembahasa ilmu akhlak

meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (perseorangan)

ataupun kelompok (masyarakat) Dengan melihat lahirnya perbuatan manusia

dapat diketaui bahwa perbuatan manusia itu bisa dikategorikan menjadi dua:

1) Perbuatan yang lahir dengan kehendak dan disengaja

2) Perbuatan yang lahir tanpa kehendak dan tak disengaja.

Dalam menetapkan suatu perbuatan bahwa ia lahir dengan kehendak dan

disengaja hingga dapat dinilai baik atau buruk ada beberapa syarat yang perlu

diperhatikan:

a.Situasi memungkinkan adanya pilihan (bukan karena paksaan), adanya

kemauan bebas, sehingga tindakan dilakukan dengan sengaja.

b.Tahu apa yang dilakukan, yakni mengenai nilai baik-buruknya.

Melihat dari segi tujuan akhir ibadah adalah pembinaan takwa. Bertakwa

mengandung segala larangan agama. Ini berarti menjauhi perbuatan-perbuatan

jahat dan melakukan perbuatan-perbuatan baik (Akhlakul Karimah). Perintah

21
Allah ditunjukkan kepada pebuatan baik dan larangan perbuatan jahat. Orang

bertakwa berarti orang yang berakhlak mulia berbuat baik dan berbudi luhur.

Di dalam pendekatan diri kepada Allah, manusia selalu diingatkan kepada

hal-hal yang bersih dan suci. Ibadah yang dilakukan semata-mata ikhlas dan

mengantar kesucian seseorang menjadi tajam dan kuat. Sedangkan jiwa yang suci

membawa budi pekerti yang baik dan luhur. Oleh karena itu, ibadah di samping

latihan spiritual juga merupakan latihan sikap dan meluruskan akhlak.

Shalat erat kaitannya dengan latian akhlakul karimah, seperti difirmankan

Allah dalam Surah al-Ankabut ayat 45:

         


       
      
Artinya :”Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al
Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat
Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang
lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Di dalam melaksanakan ibadah pada permulaannya didorong oleh rasa

takut kepada siksaan Allah yang akan diterima di akhirat atas dosa-dosa yang

dilakukan. Tetapi di dalam ibadah itu lambat laun rasa takut hilang dan rasa cinta

kepada Allah timbul dalam hatinya. Makin banyak ia beribada makin suci hatinya,

makin mulia akhlaknya dan makin dekat ia dengan Allah, makin besar pula rasa

cintanya kepada Allah.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, tujuan pembinaan

akhlak adalah untuk menjadikan manusia itu bertakwa pada akhirnya. Perbuatan

manusia cenderung kepada dua arah yakni baik dan buruk. Perlu adanya

pembinaan untuk menjadikan seseorang ke arah yang baik. Maka ajaran-ajaran

22
agama sebagai alat untuk mengerahkan itu semua, seperti shalat yang dapat

mencegah manusia itu dari perbuatan keji dan mungkar sehingga ia dapat

mengendalikan dirinya dan bertakwa kepada Allah, inilah dinamakan orang yang

berakhlakul karimah.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akhlak

Sebagaimana kita ketahui, bahwa masalah akhlak dan pembinaannya pada

abad kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern  ini, semakin penting dan

mendesak untuk dikaji dan dipikirkan, karena fakta menunjukkan bahwa

kemajuan tersebut membawa pula dampak negatif terhadap akhlak manusia, di

samping dampak positif yang menguntungkan.

Pembinaan akhlak anak harus terlaksana dalam seluruh lingkungan

kehidupannya, baik dalam keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat.

sesungguhnya sumber akhlak yang paling utama adalah agama, karena akhlak

merupakan cerminan dari keadaan keimanan yang terpantul dalam kehidupan

sehari-hari. Agama dalam membina akhlak manusia dikaitkan dengan ketentuan

hukum agama yang sifatnya pasti dan jelas, misalnya wajib, mubah, makruh dan

haram. Ketentuan tersebut dijelaskan secara rinci di dalam agama. Oleh karena itu

pembinaan akhlak tidak dapat dipisahkan dari agama.

Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi akhlak antara lain:


1. Tingkah Laku Manusia

Tingka laku manusia ialah sikap seseorang yang dimanifestasikan dalam

perbuatan. Sikap seseorang boleh jadi tidak digambarkan dalam perbuatan atau

tidak tercermin dalam perilaku sehari-hari tetapi adanya kontradiktif antara sikap

dan tingkah laku. Oleh karena itu, meskipun secara teoritis hal itu terjadi tetapi

23
dipandang dari sudut ajaran Islam termasuk iman yang tipis. Untuk melatih

akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari, ada contoh-contoh yang dapat

diterapkan sebagai berikut:

a. Akhlak yang berhubungan dengan Allah

b. Akhlak terhadap diri sendiri

c. Akhlak terhadap keluarga

d. Akhlak terhadap masyarakat

e. Akhlak terhadap alam sekitar

2.  Insting dan Naluri

Dalam insting terdapat tiga unsur kekuatan yang bersifat

psikis, yaitu mengenal, kehendak, dan perasaan. Unsur-unsur ini juga terdapat

pada binatang. Insting yang berarti juga naluri, merupakan dorongan nafsu yang

timbul dalam batin untuk melakukan suatu kecenderungan khusu dari jiwa yang

dibawa sejak ia dilahirkan. Insting merupakan sejumlah gerak energi dari semua

insting-insting, merupakan keseluruhan dari energi psikis yang dipergunakan

oleh kepribadian. Insting terdiri dari empat pola khusus, yaitu sebagai

berikut: Sumber insting, tujuan insting, objek insting, gerak insting.

Keadaan manusia bergantung pada jawaban asalnya terhadap

naluri. Akal dapat menerima naluiri tertentu, sehingga terbentuk kemauan yang

melahirkan tindakan. Akal dapat mendesak naluri, sehingga keinginan anya

merupakan riak saja. Akal dapat mengendalikan naluri sehingga terwujudnya

perbuatan yang diputuskan oleh akal. Hubungan naluri dan akal memberikan

kemauan. Kemauan melahirkan tingkah laku perbuatan. Nilai tingkah laku

24
perbuatan menentukan nasib seseorang. Naluri yang ada pada diri seseorang

adalah takdir tuhan.

3.  Nafsu

Nafsu dapat menyingkirkan semua pertimbangan akal,

memengaruhi peringatan hati nurani dan menyingkirkan hasrat baik yang lainnya.

Conto nafsu bermain judi, minuman keras, nafsu membunuh, ingin memiliki dan

nafsu yang lainnya, mengarah kepada keburukan, sehingga nafsu dapat berkuasa

dan bergerak bebas ke mana ia mau.

Menurut ilmu akhlak , nafsu terbagi dua macam yaitu:

a.  Nafsu individual (perseorangan) misalnya nafus makan, minum,

kebutuhan jasmani dam kesehatan.

b.  Nafsu sosial (kemasyarakatan) misalnya nafsu meniru, nafus berkumpul

dengan orang lain, mengeluarkan aspirasi, bermasyarakat, dan

memberikan bantuan kepada orang lain.

4.  Adat Kebiasaan

Kebiasaan terjadi sejak lahir. Lingkungan yang baik mendukung kebiasaan

yang baik pula. Lingkungan dapat menguba kepribadian seseorang. Lingkungan

yang tidak baik dapat menolak adanya sikap disiplin dan pendidikan. Kebiasaan

buruk mendorong kepada hal-hal yang lebih rendah, yaitu kembali kepada adat

kebiasaan primitif. Seseorang yang hidupnya dikatakan modern, tetapi lingkungan

yang bersifat primitf bisa berupah kepada al yang primitif. Kebiasaan yang sudah

melekat pada diri seseorang sukar untuk dihilangkan, tetapi jika ada dorongan

yang kuat dalam dirinya untuk menghilangkan, ia dapat mengubahnya.

25
5. Lingkungan

Lingkungan dapat memainkan peran dan pendorong terhadap

perkembangan kecerdasan, sehingga manusia dapat mencapai taraf setinggi-

tingginya dan sebaliknya juga dapat merupakan penghambat yang menyekat

perkembangan, sehingga seorang tidak dapat mengambil manfaat dari kecerdasan

yang diwarisi. Lingkungan ada dua jenis yaitu:

a. Lingkungan alam. Adalah ialah seluruh ciptaan Allah baik di langit dan di

bumi selain Allah. Lingkungan alam telah lama menjadi perhatian ali sejarah

sejak zaman Plato hingga sekarang. Alam dapat menjadi aspek yang

mempengaruhi dan menentukan tingkah laku manusia. Lingkungan alam

dapat bakat seseorang, namun alam juga dapat mendukung untuk merai

segudang prestasi.

b. Lingkungan pergaulan. Lingkungan pergaulan yang banyak membentuk

kemajuan pikiran dan kemajuan teknologi, namun juga dapat menjadikan

perilaku baik dan buruk. Lingkungan terbagi menjadi tujuh kelompok.

1.     Lingkungan dalam rumah tangga

2.     Lingkungan sekolah

3.     Lingkungan pekerjaan

4.     Lingkungan organisasi

5.     Lingkungan jamaah

6.     Lingkungan ekonomi/perdagangan

7.     Lingkungan pergaulan bebas/umum.

26
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hal-hal yang

mempengaruhi akhlak adalah agama, tingkah laku, insting dan naluri, nafsu, adat

dan kebiasaan, dan lingkungan.

4. Ruang Lingkup Akhlak

Akhlak adalah suatu daya yang telah bersemi dalam jiwa orang hingga

dapat menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa berfikir dan

direnungkan lagi. Bila timbul dari padanya itu perbuatan-perbuatan mulia dan

baik dalam pandangan akal syara’ dinamakan akhlakul mahmudah (baik) terpuji,

sebaliknya hal yang timbul itu perbuatan-perbuatan buruk menurut pandangan

akal dan syara’ maka perbuatan itu dinamakan akhlakul madzmumah (buruk)

tercela.

Pentingnya pembinaan akhlak atau budi pekerti dan penanamannya dalam

jiwa anak akan semakin tampak jelas, bila kita telaah Hadits-Hadits Rasulullah

SAW yang menunjukan perhatian beliau yang amat besar terhadap penanaman

budi pekerti dalam rangka pembinaan akhlak seorang anak. Tarmidzi

meriwayatkan dari Jabir, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda; “Seorang bapak

yang mendidik anaknya, adalah lebih baik daripada bersedekah sebanyak satu

shada.”

Tarmidzi meriwayatkan dari Sa’id bin Ash, Rasulullah SAW bersabda;

“tidak ada pemberian seorang bapak kepada anaknya, adalah lebih baik dari pada

budi pekerti yang luhur.” Oleh karena itu Ali-Madani berkata; “Mewariskan budi

pekerti yang luhur kepada anak, adalah lebih baik dari pada mewariskan harta

kepadanya, karena budi pekerti yang luhur dapat memberikan harta dan

27
kemuliaan, dan rasa cinta terhadap para saudara. Pendeknya akhlak yang mulia

atau budi pekerti yang luhur dapat memberikan kenikmatan dunia dan akhirat.

Namun sebagian orang tua melalaikan kepentingan pembinaan budi

pekerti dan sopan santun anak, bahkan mereka menganggap hal tersebut sebagai

hal yang sepele yang dapat diabaikan begitu saja, maka para orang tua yang

malang itu tidak menyadari bahwa ia sebenarnya telah menjerumuskan anaknya

sendiri ke jurang kedurhakaan. Sesungguhnya pembinaan akhlak budi pekerti

adalah hak anak atas orang tuanya, seperti hak makan dan minum serta nafkah

dari mereka. Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Abas r.a. Bahwa Nabi SAW

bersabda; “Muliakanlah anak-anakmu dan ajarkanlah mereka budi pekerti yang

luhur.” Anak harus memiliki akhlak yang baik sejak usia kecilnya, agar ia hidup

dicintai pada waktu besarnya, diridhoi Tuhan-Nya, dicintai keluarganya dan

semua orang, ia harus pula menjauhi akhlak yang buruk. Agar tidak menjadi

orang yang dibenci, tidak dimurkai Tuhan-Nya, tidak dibenci keluarganya dan

tidak dibenci siapapun.

Adapun cara mengerjakan akhlak pada anak yang diajarkan oleh

Rasulullah SAW adalah:

1) Sopan santun pada orang tua Firman Allah SWT :

        


      
     
           
 
Artinya :“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh *), dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu.

28
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri” (Q.S. An-Nisa’ ayat 36).

Diriwayatkan oleh Ibnu Sunni dari Abu Hurairah r.a. Ia berkata;

Rasulullah SAW melihat seseorang berjalan bersama anaknya, kemudian Nabi

SAW bertanya kepada anak kecil itu “Siapakah orang yang berada di

sampingmu itu?” anak itu menjawab, “ia adalah bapakku” kemudian

Rasulullah bersabda; “Ingatlah, kamu jangan berjalan di depannya dan kamu

jangan melakukan perbuatan yang dapat membuatnya mengumpatmu karena

marah dan kamu jangan duduk sebelum ia duduk, dan jangan kamu panggil ia

dengan namanya”.

- Adab berbicara dengan orang tua

- Adab memandang orang tua

2) Sopan santun terhadap ulama

Thabrani meriwayatkan dari Abi Umamah r.a ia berkata; “Rasulullah

SAW bersabda; “Sesungguhnya Luqman berkata kepada anaknya, “Wahai

anakku engkau harus banyak bergaul dan dekat dengan para ulama, dengarkan

juga perkataan para ahli Hikmah, sesungguhnya Allah menghidupkan hati yang

mati dengan cahaya Hikmah, sebagian ia menghidupkan hati yang mati dengan

cahaya Hikmah, sebagaimana ia menghidupkan tanah yang tandus dengan air

hujan.

3) Etika menghormati orang yang lebih tua

Rasulullah SAW bersabda; “Bukan dari golongan kita, orang yang tidak

sayang kepada yang lebih muda dan tidak menghormati orang yang lebih tua”

4) Etika bersaudara Firman Allah:

29
       
   
Artinya : ”Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” (Q.S. Al-Hujurat
ayat 10).

Orang tua harus mengajarkan kepada anak-anaknya untuk saling mengetahui

tugas masing-masing, yang besar menyayangi yang kecil dan yang kecil

menghormati yang besar, karena apabila masing-masing melaksanakan hak dan

kewajibannya secara baik maka akan tumbuh harmonis dan damai.

5) Etika bertetangga

Tetangga mempunyai hak-hak dalam syariat Islam. Hal itu tidak lain adalah

untuk memperkuat ikatan komunitas masyarakat muslim, orang tua harus

mendidik anaknya untuk tidak melakukan perbuatan yang dapat menyakiti

tetangga, sebagaimana Firfman Allah SWT :

          
        
          
   
Artinya : “ Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad,
Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertawakkal kepada-Nya.(QS.Al-Imraan: 159).

6) Etika meminta izin

Etika meminta izin adalah kewajiban seluruh orang besar maupun kecil dan hal

ini mempunyai tempat tersendiri dalam syariat Islam. Sesungguhnya Al-Qur’an

telah mendidik anak tentang etika meminta izin sebelum masuk kamar orang

30
tuanya, Allah memerintahkan orang tua untuk mengajarkan etika meminta izin

secara bertahap

7) Etika makan

Imam Al-Ghozali Merangkum etika makan sebagai berikut:

• Tidak mengambil makanan kecuali dengan tangan kanan dan mengucapkan

Basmalah.

• Memakan makanan yang terdekat

• Jangan mendahului orang lain makan

• Jangan memandang makanan terus menerus atau melihat orang yang sedang

makan.

• Tidak tergesa – gesa ketika makan, dan tidak berlebihan

• Kunyahlah makananmu dengan baik

• Tidak boleh terus menerus memasukan makanan ke dalam mulut tanpa henti

• Tidak mengotori pakaian atau kedua tangan

• Tidak boleh terlalu tergiur oleh makanan

• Qona’ah (rasa puas) atas makanan yang kasar (tidak membangkitkan selera).

5. Pengertian Akhlak Muslim

Akhlak sesuai yang telah diuraikan di atas yaitu, akhlak adalah yang

tertanam dalam jiwa dan dari padanya timbul perbuatan yang mudah tanpa

memerlukan pertimbangan (Moh Rifai, 1987:40), sedangkan akhlak muslim

adalah cerminan tengkah laku yang diperlihatkan oleh seseorang yang

berdasarkan Al-Qur’an dan al-Hadist. Sebagaimana yang tercantum dalam al-

Qur’an surat Ali Imran ayat 103 dan ayat 104 :

31
       
        
       
        
       
      
   
Artinya : “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu
ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-
orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar.

Dua ayat diatas berurutan terdapat tuntutan-tuntutan yang harus

dilaksanakan oleh orang-orang Muslim yang menjalin hubungan silaturahmi

dengan ummat lainnya, sehingga upaya untuk melaksanakan tuntutan tersebut,

yaitu :

a. Berpegang teguh kepada tali Allah, yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang juga

berpegang teguh kepada manhajnya

b. Menjauhkan diri dari perpecahan dan permusuhan dengan cara meninggalkan

faktor-faktor pemicunya.

c. Hendaklah hati kalian disatukan dengan mahabbah (cinta) karena Allah,

sehingga dengan nikmat ini kalian menjadi orang-orang yang bersaudara.

d. Mendakwahkan kebaikan, memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah

kemungkaran.

6. Ciri-ciri Akhlak Muslim

32
a. Bashirah. Orang Islam yang berpedoman kepada petunjuk Allah adalah orang

Islam yang memperoleh cahaya. Ia diberikan bashirah dan furqon. Islam yang

dianut oleh orang muslim itu menghidupkan hati dan menyembuhkan

bermacam-macam penyakit. Islam itu adalah cahaya yang mengoyak-ngoyak

selubung kegelapan yang menyelubungi jiwa, sebagaimana ia menyingkap

kegelapan pikiran yang terhembus dalam kehidupannya.

b. Kekuatan Hidayah Tuhan yang benar-bena dirasakan oleh orang Islam,

kebenaran murni yang dipikulnya, terang jalan yang ditempuh dan

pengetahuannya mengenai kesesatan yang menimpa manusia, semua itu

membuat ia mempunyai kekuatan yaitu kekuatan hakiki lagi benar yang tegak

diatas dasar-dasar yang benar lagi kuat, kekuatan menisbahkan diri kepada

Allah dan kepada agama-Nya yang hak.

c. Berpegang teguh kepada kebenaran. Orang Islam merasa yakin akan

kebenarannya yang ada pada dirinya, sedikitpun ia tidak meragukannya. Ia

merasa sangat kuat dengan kebenarannya itu dia berpendapat, bahwa hilangnya

kebenaran ini dan berpendapat, bahwa hilangnya kebenaran ini dan terlepasnya

tangannya merupakan siksa yang tiada siksa yang lebih berat dari padanya.

d. Tetap tabah atas kebenaran. Sementara tetap berpegang teguh kepada

kebenaran, berjihad untuk mewujudkan serta menegakkan dan menghancurkan

kebatilan, seorang muslim memerlukan ketabahan.

7. Peranan Akhlak

33
Peranan dari pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk

manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan

perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangai, bersifat bijaksana, sempurna,

sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci.

Dengan kata lain akhlak berperan dalam melahirkan manusia yang

memiliki keutamaan (al-fadhilah). Berdasarkan peranan ini, maka setiap saat,

keadaan, pelajaran, aktifitas, merupakan sarana pendidikan akhlak. Dan setiap

pendidik harus memelihara akhlak dan memperhatikan akhlak di atas

segalagalanya. Barmawie Umary (2000: 96) menyebutkan bahwa berakhlak

adalah hubungan umat Islam dengan Allah SWT dan sesama makhluk selalu

terpelihara dengan baik dan harmonis.

Sehingga dengan akhlak akan menciptakan kebahagian dunia dan akhirat,

kesempurnaan bagi individu dan menciptakan kebahagian, kemajuan,

kekuataan dan keteguhan bagi masyarakat, sebagaimana yang dikemukakan

oleh Nabi Muhammad SAW, sebagai berikut :

)‫انما بعثت التمم مكا رمالحالق (رواهالبخارى‬

Artinya : .Sesunguhnya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan akhlak


(budipekerti).. (HR. Bukhori)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa peranan akhlak pada

prisnsipnya adalah untuk mencapai kebahagian dan keharmonisan dalam

berhubungan dengan Allah SWT, di samping berhubungan dengan sesama

makhluk dan juga alam sekitar, hendak menciptakan manusia sebagai makhluk

34
yang tinggi dan sempurna serta lebih dari makhluk lainnya. Pendidikan agama

berkaitan erat dengan pendidikan akhlak, tidak berlebihan apabila dikatakan

bahwa pendidikan akhlak dalam pengertian Islam adalah bagian yang tidak

dapat dipisahkan dari pendidikan agama. Sebab yang baik adalah yang

dianggap baik oleh agama dan yang buruk adalah apa yang dianggap buruk

oleh agama. Sehingga nilai-nilai akhlak, keutamaan akhlak dalam masyarakat

Islam adalah akhlak dan keutamaan yang diajarkan oleh agama.

35
BAB III

PROBLEMATIKA GURU PAI DALAM MEMBIMBING AKHLAK

SISWA DI SDN CIHERANG

A. Kondisi Obyektif SDN Ciherang

1 Kondisi Lingkungan Fisik

a. Gedung sekolah dan kelas

Gedung SDN Ciherang Kecamatan Campaka di bangun di atas tanah kas

desa seluas 1800 m2 dengan status tanah desa. Bangunan terletak Kampung

Ciherang Desa Susukan Kecamatan Campaka. Gedung terdiri dari: 12 ruangan

kelas, 1 ruang kepala sekolah dan guru.

Adapun ruangan di SDN Ciherang memiliki Ruangan kelas 12 lokal

dengan ukuran 7 X 8 m² masing-masing kelas. Ruangan kelas ini masing-masing

mempunyai luas 56 m² dan memiliki fasilitas yang cukup baik. Didalam kelas

sudah dilengkapi dengan administrasi kelas yang dibutuhkan.

b. Kamar Kecil (kamar mandi dan WC)

Kamar kecil di Sekolah Dasar ini belummemadai. Tersedia 1 kamar kecil

dengan ukuran 5 x 6 m². Satu kamar kecil khusus untuk guru. Namun kondisi

kamar kecil di SDN Ciherang masih tergolong memprihatinkan karena masih

36
dalam bentuk yang sangat jelek karena sejak sekolah di bangun tahun 1982

sampai sekarang belum direnovasi sehingga banyak siswa yang memilih pulang

dari pada memakai kamar mandi yang jelek.

c. Halaman Sekolah

Halaman sekolah seluas 200 m² di sekolah digunakan sebagai sarana

sekolah antara lain: lapangan olahraga dan tempat bermain siswa. Lingkungan

fisik di sekolah telah digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan

pengetahuan, keterampilan dan pengembangan pribadi siswa yang semua itu

sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.

d. Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar di SDN Ciherang dimulai pukul 07.30 WIB dan

diakhiri 12.50 WIB. Pada saat masuk kelas anak-anak itu wajib belajar dan

keberhasilan dapat diraih dengan tekun belajar dan berdoa memohon kepada

Tuhan Yang Maha Esa agar usahanya dikabulkan sehingga dalam kegiatan belajar

mengajar siswa mempunyai semangat yang tinggi namun juga selalu berdoa.

Sebelum pelajaran dimulai selalu diawali dengan doa menurut ajaran

agama dari masing-masing anak. Kemudian dilanjutkan dengan pelajaran pertama

oleh guru kelas. Sholat dhuhur bagi yang beragama islam dilaksanakan sepulang

sekolah yaitu pukul 12.50 WIB sampai selesai.

b. Keadaan Guru dan Siswa

37
Berdasarkan data yang ada di SDN Ciherang, pada saat ini Kepala Sekolah

dijabat oleh Bapak M. Sopyan, dengan memiliki jumlah guru sebanyak 8 orang; 1

orang guru Olahraga, 1 orang guru PAI, dan 6 orang Guru Kelas, dan 1 orang

penjaga sekolah, dengan demikian dilihat dari jumlah guru dan rombongan belajar

yang ada, maka SDN Ciherang memiliki tenaga guru yang memadai.

Sedangkan jumlah murid SDN Ciherang pada Tahun Pelajaran 2010/2011

berjumlah 203 siswa, adapun perinciannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel Data Siswa SDN Ciherang Tahun Pelajaran 2010/2011

KELAS JUMLAH SISWA


Laki-laki Perempuan
Kelas 1 19 10
Kelas 2 11 24
Kelas 3 21 20
Kelas 4 20 13
Kelas 5 15 16
Kelas 6 20 14
JUMLAH 106 97

B. Peranan Guru PAI dalam membimbing Akhlaq siswa di SDN Mulyasari

Kecamatan Campaka Cianjur.

Dunia pendidikan tidak bisa terlepas dari keberadaan dan keterlibatan

seorang guru. Guru pendidikan agama Islam merupakan komponen yang paling

penting dalam proses belajar mengajar di sekolah, maka dari itu guru mempunyai

peran besar dalam mendidik dan membimbing anak-anak yang dipesiapkan pada

masa yang akan datang. Guru pendidikan agama Islam memang menempati

kedudukan yang terhormat di masyarakat. Kewibawaannyalah yang menyebabkan

guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru.

38
Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik mereka agar

menjadi orang yang berkepribadian mulia. Guru pendidikan agama Islam adalah

mitra anak didik dalam kebaikan. Guru pendidikan agama Islam yang baik, anak

didik pun menjadi baik. Tidak ada seorang guru yang bermaksud menjerumuskan

anak didiknya ke lembah kenistaan. Karena kemuliaan guru, berbagai gelarpun

disandangnya. Guru adalah pahlawan tanpa pamri, pahlawan tanpa tanda asa,

pahlawan ilmu, pahlawan kebaikan, pahlawan pendidikan, makluk serba bisa, atau

dengan julukan yang lain seperti interpreter, artis, kawan, warga negara yang

baik, pembangunan manusia, pembawa kultur, pioner reformer dan terpercaya,

soko guru, bhatara guru, ki ajar, sang guru, sang ajar, ki guru dan sebagainya.

Dalam  kaitannya dengan tugas guru, hendaknya memberikan contoh peranan

yang terlah dilakukan para nabi dan pengikutnya. Tugas mereka, pertama-tama

ialah mengkaji dan mengajarkan ilmu nilai, sesuai dengan firman Allah dalam

surah Ali-Imran ayat 79 bahwa:

       


         
       
  
Artinya: “Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya
Al kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia Berkata kepada manusia: "Hendaklah
kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi
(Dia berkata): "Hendaklah kam menjadi orang-orang rabbani, Karena kamu
selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”.

Mendidik, mengajar dan melatih anak didik adalah tugas guru pendidikan

agama Islam sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik berarti

meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru

sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan

39
teknologi kepada anak didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan

keterampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik.

Selain itu peran dari seorang guru paling tidak ada dua macam yakni:

1.  Peran guru agama Islam adalah pensucian. Guru hendaknya mengembangkan

dan membersihkan jiwa peserta didik agar dapat mendekatkan diri kepada

Allah, menjauhkan diri dari keburukan, dan menjaganya agar tetap berada pada

fitrahnya.

2.  Sebagai penyampai berbagai pengetahuan dan pengalaman kepada peserta

didik untuk diterjemahkan dalam tingkah laku dan kehidupannya. Dalam

proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas yang berpusat pada:

3. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan

baik jangka panjang maupun jangka panjang, terutama dalam pembentukan

akhlak mulia bagi semua peserta didiknya.

4. Memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalaui pengalaman belajar yang

memadai.

5. Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai dan

penyesuaian diri.

Demikianlah dalam proses belajar mengajar guru pendidikan agama Islam

tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan, akan tetapi lebih dari itu, ia

bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa.

Guru pendidikan agama Islam adalah orang yang bertanggung jawab

mencerdaskan kehidupan anak didik. Pribadi susila yang cakap adalah yang

diharapkan ada pada diri setiap anak didik. Tidak ada seorang guru pun yang

40
mengharapkan anak didiknya menjadi sampah masyarakat. untuk itulah guru

dengan penuh dedikasi dan loyalitas berusaha membimbing dan membina anak

didik agar menjadi manusia yeng berkakhlak karimah, serta di masa mendatang

menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Karena besarnya tanggung

jawab guru terhadap anak didiknya.

C. Upaya Guru PAI untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam

membimbing Akhlaq siswa di SDN Mulyasari Kecamatan Campaka

Kabupaten Cianjur.

Dalam membimbing akhlak siswa, ada beberapa upaya yang dapat

dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan yang

dihadapi diantaranya adalah :

1.     Penegakan Disiplin Sekolah

Penegakan disiplin di sekolah merupakan hal yang paling ditakuti di

sekolah bagi anak-anak yang kurang disiplin. Sebab dengan adanya disiplin

membuat siswa merasa dikontrol, diatur dan lain sebagainya. Sehingga akibat dari

ketidak disiplinan itu siswa akan mendapatkan hukuman sesuaidengan apa yang ia

langgar dari disiplin itu. Misalnya datang terlambat, tidak masuk sekolah dan lain

sebagainya.

Pelanggaran disiplin merupakan perbuatan buruk yang

mengarah kepada hal-hal yang tidak diinginkan baik di dalam lingkungan sekolah

ataupun di luar lingkungan sekolah. Maka dari itu disiplin ada upaya untuk

mengendalikan dan membina akhlak siswa, sehingga anak tersebut dapat

diarahkan sesuai dengan tuntunan agama dan norma-norma kemasyarakatn.

41
2.     Ritual Keagamaan

Ritual atau sering disebut dengan kegiatan keagamaan yang diadakan

dalam lingkungan sekolah, banyak mendatang nilai-nilai positif bagi siswa

itusendiri dan bagi seluruh keluarga besar sekolah tersebut. Kegiatan keagamaan

memancarkan sinar-sinar keagamaan dan menghidupkan sendi-sendi kehidupan,

sebab dengan adanya kegiatan keagamaan, lingkungan akan menjadi

damai, tentram dan teratur.

Banyak hal yang dapat dilakukan oleh guru khususnya guru agama dalam

membina akhlak siswa dalam ritual keagamaan seperti, mengadakan shalat

berjemaa bagi yang siswa yang sudah dinggap mampu, membaca Al-Qur’an dan

ceramah-ceraman umum, sehingga dari sini guru dapat menyelipkan pesan-pesan

moral kepada siswa, supaya akhlak benar-benar terjaga baik di lingkungan

sekolah, keluarga lebih-lebih dalam lingkungan bermasyarakat.

3.     Penugasan/pengarahan

Guru yang berada di lingkungan sekolah tentu mempunyai batas waktu

dan tempat. Sebab tugas dan tanggung jawab seorang guru secara teorits adalah

seluruh kehidupannya untuk siswanya, akan tetapi dalam kenyataan sehari-hari

keberadaan guru berada di lingkungan sekolah saja. Selebihnya ada tanggung

jawab keluarga dan masyarakat.

Untuk membina siswa secara terus menerus dan membiasakan siswa ke

arah perbuatan baik, maka perlu adanya penugasan kepada siswa berupa

lembaran-lembaran yang menjadi kontrol, misalnya kartu shalat, menasehati anak

42
agar setiap masuk dan keluar rumah mengucapkan salam, membantu orang tua di

rumah dan lain sebagainya.

Sehingga dengan demikian siswa yang berada di rumah akan dapat kita

ketahui dengan bekerja sama dengan orang tua yang berada di lingkungan

keluarga. Kemudian dalam kegiatan sehari-hari dengan mewajibkan siswa untuk

ikut kegiatan-kegiatan pengajian Al-Qur’an yang berada di dekat rumah mereka

masing-masing. Sehingga tanpa didasadari anak tersebut sudah diarahkan kepada

perbuatan yang baik atau disebut dengan berakhlakul karimah. 

Inilah beberapa upaya yang dapat dilakukan guru dalam membimbing

akhlak siswa, dengan berbagai macam kegiatan anak akan disibukkan dengan hal-

hal yang positif, dapat menekan dari hal-hal yang buruk. Jika terbina sejak dari

usia sekolah mudah-mudahan akan terbiasa pada masa yang akan datang.

43
BAB IV

KESIMPULAN

a. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan tentang peranan

Guru PAI dalam membimbing akhlak siswa di SDN Mulyasari Kecamatan

Campaka Kabupaten Cianjur, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Peranan Guru PAI dalam Membimbing aklhak siswa adalah : sebagai

pengembang dan membersihkan jiwa peserta didik, sebagai penyampai

berbagai pengetahuan dan pengalaman kepada peserta didik, Mendidik dengan

titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan pendidikan,

memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalaui pengalaman belajar, serta

membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai dan

penyesuaian diri dengan lingkungan dalam uapaya peningkatan akhlak mulia..

2. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam

membimbing aklhak siswa adalah : penegakan Disiplin Sekolah merupakan hal

yang paling ditakuti di sekolah bagi anak-anak yang kurang disiplin,

Pelanggaran disiplin merupakan perbuatan buruk yang

mengarah kepada hal-hal yang tidak diinginkan baik di dalam lingkungan

sekolah, dan Ritual Keagamaan yang diadakan dalam lingkungan sekolah,

banyak mendatang nilai-nilai positif bagi siswa itusendiri dan bagi seluruh

keluarga besar sekolah tersebut. Kegiatan keagamaan memancarkan sinar-sinar

44
keagamaan dan menghidupkan sendi-sendi kehidupan, Penugasan/pengarahan

untuk membina siswa secara terus menerus dan membiasakan siswa ke arah

perbuatan baik, maka perlu adanya penugasan kepada siswa berupa lembaran-

lembaran yang menjadi kontrol, misalnya kartu shalat, menasehati anak agar

setiap masuk dan keluar rumah mengucapkan salam, membantu orang tua di

rumah dan lain sebagainya.

b. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka ada beberapa hal yang perlu

disampaikan kepada :

1. Guru PAI

Agar dalam rangka memberikan bimbingan akhlak terhadap siswa dapat

berjalan dengan optimal, maka perlu kiranya guru PAI menjalin kerjasama

dengan guru-guru Mata pelajaran lainnya di Sekolah tersebut, sehingga apa

yang diharapkan yaitu siswa yang memiliki akhlak mulia dapat tercapai

dengan baik.

Selain itu pula guru PAI diharapkan juga dapat bekerjasama dengan orang

tua siswa atau dengan masyarakat dimana siswa tinggal, sehingga dalam

pelaksanaan bimbingan akhlak siswa dapat memperoleh informasi-informasi

yang lengkap tentang siswa. Yang dapat dimanfaatkan dalam rangka

pembinaan akhlak siswa.

2. Sekolah

Agar upaya pelaksanaan bimbingan akhlak siswa yang dilaksanakan oleh

guru Pai dapat berjalan dengan optimal, maka sekolah perlu memberikan

45
kebijakan dan peraturan yang mendukung terhadap terciptanya kondisi yang

kondusif dalam rangka memberikan bimbingan akhlak, diantaranya adalah :

 Menekankan semua personil di sekolah memberikan contoh yang baik

dalam pembentukan akhlak mulia/baik.

 Mencantumkan peraturan sekolah di papan pengumuman, tentang aturan

yang harus dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah dalam upaya

pembentukan akhlak mulia.

 Memberikan hukuman kepada siswa yang telah melanggar aturan, dalam

bentuk tugas dsb.

 Memberikan penghargaan bagi para siswa yang telah memperlihatkan

akhlak mulia, dengan harapan dapat diikuti oleh siswa lainnya.

46
DAFTAR PUSTAKA

Ali Ashraf, Horison Baru Pendidikan Islam, Jakarta, Pustaka Firdaus,


1993),

Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:


Rineka Cipta, 1998), cet. XI

Abdurraman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan


Masyarakat, (Jakarta:

Ahmadi, Abu, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka cipta, 1991), cet I

Abu Ahmadi, Metode Khusus Mengajar Agama, (Semarang: Toha Putra, 1987),

Arifin, M., H., Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),
cet.Ke-3.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Asy-Syifa,


1999), hlm. 89

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,


(Jakarta: Pustaka, 1999), cet. Ke-10.

Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1994), cet. Ke-4, jilid 3

Hary Hoer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Lobos Wacana Ilmu,
1999), hlm. 2

Hadi, Aminul dan Haryono, Metodologi Penelitian pendidikan, (Bandung CV.


Pustaka Setia, 1998)

Huda, Nurul, H., (e.d.), Pedoman Majelis Ta.lim, (Jakarta: Koordinasi Dakwah
Islam (KODI), 1986/1987).

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja


Rosda Karya, 1988), h. 170

Purwanto, Ngalim, M., Psikologi Pendidikan, (Bandung; Remaja Rosdakarya


1995),cet. Ke-10.

47
Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia), (Surabaya: Pustaka Islam,
1985),

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2000),

Usman, Husaini.Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 2000

Uzer Usman, Moch. Menjadi Guru Profesional.Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.2005

Witherington, H.C W.H. Bruto,dkk, Tehnik-Tehnik Belajar dan Mengajar,


Bandung: Jemmars, 1986

Zuhairi, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997)

48

Anda mungkin juga menyukai