Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Moderenisasi dan perkembangan zaman yang disertai dengan

perkembangan teknologi diberbagai bidang baik bidang komunikasi, maupun

transportasi sangat terkait dengan kehidupan manusia. Sejalan dengan itu maka

tingkat kebutuhan manusia semakin meningkat dan manusia akan berusaha

untuk dapat memenuhi segala kebutuhan tersebut. Kebutuhan yang meningkat

mendominasi adanya perubahan kehidupan baik yang positif maupun yang

negatif, akan menuntut individu mampu beradaptasi dengan kemampuan

koping yang dimiliki. Koping pada setiap individu berbeda-beda sehingga dapat

mempengaruhi kesehatan jiwa. Kesehatan jiwa merupakan kondisi yang

memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional indivudu secara

optimal dari seseorang, dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang

lain (UU Kesehatan Jiwa No.3 Tahun 1966 dalam Kusumawati dan Hartono,

2010; hal.2).

Individu yang menderita gangguan jiwa bukan hanya jiwanya saja yang

terganggu karena manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau

dapat dikatakan juga, secara somato-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab

gangguan jiwa, maka ketiga unsur ini harus diperhatikan. Gangguan jiwa

artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala patologi dari unsur psikologis.

Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu. Individu yang sakit
2

dan menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya,

atau lingkungannya ( Direja, 2011, hal.4)

Stressor dalam kehidupan dapat menjadi salah satu faktor yang

menyebabkan seseorang mengalami gangguan jiwa. Skizofrenia sebagai

penyakit neurobiologis yang mempengaruhi persepsi klien, cara berfikir,

bahasa, emosi, dan prilaku sosialnya ( Herman, 2008 dalam Direja, 2011;

hal.95). Salah satu prilaku yang tampak pada penderita skizofrenia ini adalah

Harga Diri Rendah, yang biasanya ditandai dengan mengejek dan mengeritik

diri, merasa bersalah dan khawatir, menunda keputusan, sulit bergaul,

menghindari kesenangan, dan menarik diri. Harga Diri Rendah tersebut dapat

disebabkan oleh beberapa faktor seperti penolakan orang tua, peran yang tidak

sesuai dengan kebudayaan, kultur sosial yang berubah dan lain sebagainya

(Dermawan & Rusdi, 2013; hal. 67).

Gangguan jiwa tersebar hampir merata diseluruh dunia, termasuk di

Indonesia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) menunjukkan bahwa

prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Di Bali

prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk sebesar 2,3 per mil sedangkan

prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk umur ≥ 15 tahun

sebesar 4,4% (Riskesdas, 2013). Jumlah pasien yang mengalami gangguan

jiwa di Bali semakin meningkat, ini menunjukkan gangguan jiwa di masyarakat

Bali mengalami peningkatan. Sekaligus mengindikasikan kesehatan jiwa di

Bali dari tahun ke tahun mengalami penurunan.


3

Survey kesehatan mental rumah tangga (SKMRT) yang dilakukan di

Bali pada tahun 2010 menemukan prevalensi gejala gangguan jiwa sebesar 185

klien dari 1.000 penduduk (18,5%). Di Bali diperkirakan terdapat 15.000 klien

penduduk mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan laporan RSJ Provinsi Bali

tahun 2019 dari tiga bulan terakhir (Agustus, September, Oktober) diperoleh

data bahwa dari 2.604 klien yang masuk dan dirawat inap di RSJ Provinsi Bali

terdapat 2.189 klien (84%) yang menderita diagnosa medis skizofrenia

diantaranya 1.462 klien (66,8%) laki-laki dan 727 klien (33,2%) perempuan

dari data tersebut didapatkan dengan Prilaku Kekerasan terdapat 859 klien

(32,99%), dengan diagnosa keperawatan Halusinasi 645 klien(25,12%), Isolasi

Sosial 411 klien (15,78%), Harga Diri Rendah 266 klien(10,22%), Percobaan

Bunuh Diri klien 26 (1%) dan dengan Defisit Perawatan Diri 282 klien

(10,83%). Sedangkan prevalensi tiga bula terakhir (Februari, Maret, April) di

ruang Drupadi RSJ Provinsi Bali diperoleh 106 klien (4,07%) dari 2.604 total

klien yang dirawat di RSJ Provinsi Bali. Yang mengalami Resiko Prilaku

Kekerasan 21 klien (19,8%), Halusinasi sebanyak 15 klien (14,15%),Waham

sebanyak 13 klien (12,26), Isolasi Sosial sebanyak 15 klien (14,15%), Harga

Diri Rendah sebanyak 20 klien (18,86%), Resiko bunuh diri 6 klien (5,66%),

Defisit Perawatan diri 14 klien (13,20%) dan lain lain sebanyak 3 klien(2,83%).

Dari sekian klien yang dirawat di RSJ Provinsi Bali terutama diruang

Drupadi klien yang paling banyak yaitu klien yang mengalami gangguan jiwa

dengan diagnosa medis Skizofrenia, salah satu prilaku yang tampak pada klien

dengan diagnosa medis Skizofrenia adalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri
4

Rendah. Adapun beberapa alasan yang diajukan penulis ialah karena Harga

Diri Rendah merupakan perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk

hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan

sehingga tidak menutup kemungkinan kasus ini meningkat sehingga para

medis harus lebih sigap dalam penanganan kasus ini, yang kedua ialah jika

harga diri rendah tersebut tidak ditanggulangi akan menyebabkan Menarik

Diri, Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain serta Halusinasi. Dari ketiga

alasan tersebut akhirnya penulis tertarik mengambil kasus yang berjudul

“Asuhan Keperawatan Klien KS dengan Gangguan Konsep Diri : Harga

Diri Rendah di Ruang Drupadi RSJ Provinsi Bali tanggal 13 s/d 16

Oktober 2019”. Penulis mengharapkan semoga studi kasus ini dapat menjadi

panduan untuk penulis dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien

dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah serta dapat dijadikan

sebagai bahan pembanding sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan

dirumah sakit jiwa pada umumnya dan keluarga klien pada khususnya.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu mengelola pelayanan perawatan untuk memberikan asuhan

keperawatan pada klien dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

secara baik dan benar sehingga klien memiliki kemampuan untuk merawat

dirinya sendiri.

2. Tujuan Khusus
5

Penulis dapat melaksanakan tentang : pengkajian keperawatan,

menyusun rencana keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan serta

melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan Gangguan Konsep Diri

: Harga Diri Rendah secara sistematis.


6

BAB II

TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS

A. Tinjauan Teoritis

1. Konsep Dasar Skizofrenia

a. Pengertian

Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan

gangguan utama pada proses fikir serta disharmoni (keretakan,

perpecahan) antara proses pikir, afek/emosi kemauan dan psikomotor

disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi,

asosiasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi (Surya Direja, 2011;

hal. 95). Skizofrenia (schizophrenial) merupakan suatu gangguan yang

terjadi pada fungsi otak (Nancy Andreasen, 2008, dalam Yosep, 2009;

hal. 211). Skizofrenia merupakan sebagai penyakit neurologis yang

mempengaruhi persepsi klien, cara berpikir, bahasa, emosi, dan prilaku

sosialnya (Melinda Herman, 2008, dalam, Yosep, 2009; hal.211).

b. Proses Terjadinya

Skizofrenia terbentuk secara bertahap dimana keluarga maupun

klien tidak menyadari ada sesuatu yang tidak beres dalam otaknya dalam

kurun waktu yang lama. Kerusakan yang perlahan-lahan ini yang

akhirnya menjadi skizofrenia yang tersembunyi dan berbahaya. Gejala

yang timbul secara perlahan-lahan ini bisa saja menjadi skizofrenia akut.

Periode skizofrenia akut adalah gangguan yang singkat dan kuat, yang
7

meliputi halusinasi, penyesatan pikiran (delusi), dan kegagalan berpikir

(Yosep, 2009; hal. 211)

c. Tanda dan Gejala

Secara general gejala serangan skizofrenia dibagi menjadi 2 yaitu

gejala positif dan gejala negatif (Yosep, 2009; hal. 212) yaitu:

1) Gejala Positif

Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak

mampu menginterprestasikan dan merespon pesan atau rangsangan

yang datang.Penderita skizofrenia mungkin mendengar suara-suara

atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada, atau mengalami

suatu sensasi yang tidak biasa pada tubuhnya.Gejala yang biasanya

timbul yaitu klien merasakan ada suara dari dalam dirinya.Kadang

suara itu dirasakan menyejukkan hati, memberi kedamaian, tapi

kadang suara itu menyuruhnya melakukan sesuatu yang sangat

berbahaya seperti bunuh diri.

2) Gejala negatif

Penderita skizofrenia kehilangan motivasi dan apatis berarti

kehilangan energi dan minat dalam hidup yang membuat kalian

menjadi orang yang malas. Karena penderita skizofrenia hanya

memiliki energi yang sedikit, mereka tidak bisa melakukan hal-hal

yang lain selain tidur dan makan. Perasaan yang tumpul membuat

emosi penderita skizofrenia menjadi datar.Penderita skizofrenia tidak

memiliki ekspresi baik dari raut muka maupun gerakan tangannya,


8

seakan-akan dia tidak memiliki emosi apapun.Tapi ini tidak berarti

bahwa penderita skizofrenia tidak bisa merasakan perasaan apapun.

Mereka mungkin bisa menerima pemberian dan perhatian orang lain,

tetapi tidak bisa mengekspresikan perasaan mereka.

d. Jenis-jenis skizofrenia

1) Skizofrenia simplek dengan gejala utama kedangkalan emosi dan

kemunduran kemauan.

2) Skizofrenia hebefrenik gejala utama gangguan proses pikir,

gangguan kemauan, dan depersonalisasi. Banyak terdapat waham

dan halusinasi.

3) Skizofrenia katatonik, dengan gejala utama pada psikomotor

seperti stupor maupun gaduh gelisah katatonik.

4) Skizofrenia paranoid, dengan gejala utama kecurigaan, yang

ekstrim disertai waham kejar atau kebesaran.

5) Episode skizoprenia akut adalah kondisi akut mendadak yang

disertai dengan perubahan kesadaran, kesadaran mungkin

berkabut.

6) Skizofrenia psiko-aktif, yaitu adanya gejala utama skizofrenia

yang menonjol dengan disertai gejala depresi atau maniak.

7) Skizofrenia residual adalah skizoprenia dengan gejala-gejala

primernya dan muncul setelah beberapa kali serangan skizofrenia.


9

2. Konsep Dasar Konsep Diri : Harga Diri Rendah

a. Pengertian

Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang dirinya sendiri,

merupakan gambaran tentang diri dan gabungan kompleks dari perasaan,

sikap, baik persepsi baik yang disadari maupun tidak disadari (Potter dan

Perry, 2005 dalam Dermawan dan Rusdi, 2013; hal 60).

Konsep diri sebagai keseluruhan ide, pikiran, kepercayaan dan

keyakinan yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi

individu tersebut dalam berhubungan dengan orang lain. Termasuk

interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan

dengan pengalaman dan obyek, tujuan serta keinginannya(Stuart dan

Laraia, 2005 dalam Dermawan dan Rusdi, 2013; hal 60).

Konsep diri adalah orang-orang dengan konsep diri yang tidak

sehat menyatakan perasaan tidak berharga, perasaan benci, dan selalu

merasakan kesedihan yang mendalam dan juga mudah putus asa (Keliat,

1999 dalam Dermawan dan Rusdi, 2013; hal 60).

Konsep diri adalah gambaran konsep diri sebagai ide, perasaan

dan kepercayaan untuk mengenal siap berhubungan dan berkomunikasi

dengan orang lain serta berinteraksi dengan lingkungan (Rawlin,1993

dalam Dermawan dan Rusdi, 2013; hal. 60).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep diri

adalah ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu


10

tentang dirinya secara utuh menyangkut fisik, emosi, intelektual, sosial

dan spiritual dalam berhubungan dengan orang lain.

Komponen konsep diri, menurut (Dermawan & Rusdi, 2013; hal.

63) terdiri dari :

1) Citra Tubuh (Body Image) adalah persepsi seseorang tentang tubuhnya

secara internal maupun eksternal. Citra tubuh dipengaruhi oleh

pandangan seseorang tentang sifat-sifat fisik dan kemampuan yang

dimiliki oleh persepsi orang lain terhadap dirinya.

2) Ideal Diri (Self-Ideal) adalah persepsi seseorang tentang bagaimana

dia harus berperilaku sesuai dengan suatu standar tertentu. Standar

dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkannya atau

sejumlah aspirasi, tujuan atau nilai-nilai yang ingin dicapai.

3) Harga Diri (Self-Esteem) adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang

ingin dicapai dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi

ideal diri. Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri

yang rendah atau harga diri yang tinggi.

4) Penampilan Peran (Role Performance) adalah seperangkat prilaku

yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi

individu diberbagai kelompok sosial yang berbeda.


11

5) Identitas Diri (Self-Identity) adalah kesadaran akan dir sendiri yang

bersumber dari observasi dan penialain, yang merupakan sintesa dari

semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai

dengan menganalisis seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri yang

merupakan bagian dari kebutuhan manusia(Maslow,2010 dalam

Kusumawatidan Hartono, 2010; hal. 65).

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti

dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhaap

diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan

diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal

diri ( Yosep, 2009, dalam Damaiyanti dan Iskandar, 2012; hal. 39 ).

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti

dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri

sendiri dan kemampuan diri ( Keliat dan Akemat, 2009; hal. 83 ).

Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang

berharga dan tidak bertanggung jawab pada kehidupannya sendiri (All

Mustofa, 2010; hal 27).


12

Rentang Respon

Respon Respon
Adaptif Maladaptif

Aktualisasi Konsep Harga Keracuan Dipersonalisasi


Diri Diri Diri Identitas
Positif Rendah

Bagan 1 : Rentang Respon Konsep Diri


( Dermawan & Rusdi, 2013, hal 61)

Keterangan :

1) Aktualisasi diri adalah pernyataan tentang konsep diri yang

positif dengan latar belakang pengalaman sukses.

2) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai

pengalaman yang positif dalam perwujudan dirinya.

3) Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri,

termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak

berdaya, pesimis.

4) Kerancuan identitas adalah kegagalan individu untuk

mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak

kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.

5) Dipersonalisasi adalah perasaan tidak realitik dalam kegiatan dari

diri sendiri, kesulitan membedakan diri sendiri, merasa tidak

nyata, dan asing baginya.


13

b. Psikopatologis

Psikopatologi menurut ( Dermawan & Rusdi, 2013; hal. 67)

1) Faktor Predisposisi merupakan faktor pendukung harga diri rendah

yaitu :

a) Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang

tua, harapan orang tua yang tidak realistik.

b) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang

sesuai dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran

yang tidak sesuai dengan kebudayaan

c) Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang

tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur sosial

yang berubah.

2) Faktor Presipitasi

a) Faktor presipitasi merupakan faktor pencetus munculnya harga

diri rendah dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau dari luar

individu ( internal or eksternal sources ), yang dibagi lima

kategori:

(1) Ketegangan peran, adalah stress yang berhubungan dengan

frustasi yang dialami individu dalam peran atau posisi yang

diharapkan.

(2) Konflik peran: ketidaksesuaian peran antara yang dijalankan

dengan yang diinginkan.


14

(3) Peran yang tidak jelas : Kurangnya pengetahuan individu

tentang peran yang dilakukannya.

(4) Peran berlebihan: kurang sumber yang adekuat untuk

menampilkan seperangkat peran yang kompleks.

(5) Perkembangan transis, yaitu perubahan normal yang

berkaitan dengan nilai untuk menyesuaian diri.

b) Situasi transisi peran, adalah bertambah atau berkurangnya orang

penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau

kematian orang yang berarti

c) Transisi peran sehat – sakit, yaitu peran yang diakibatkan oleh

keadaan sehat atau keadaan sakit. Transisi ini dapat disebabkan:

(1) Kehilangan bagian tubuh

(2) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh

(3) Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan

perkembangan

(4) Prosedur pengobatan dan perawatan

d) Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan,

ketidakseimbangan bio – kimia, gangguan penggunaan obat,

alkohol dan zat.

c. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang muncul pada Gangguan Konsep Diri: Harga Diri

Rendah menurut(Yosep, 2009; hal.258 ).

1) Mengejek dan mengkritik diri


15

2) Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri

3) Mengalami gejala fisik, misal: tekanan darah tinggi, gangguan

penggunaan obat

4) Menunda keputusan

5) Sulit bergaul

6) Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas

7) Menarik diri dari realitas, cemas, cemburu, curiga, halusinasi

8) Merusak diri: harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri

hidup

9) Merusak atau melukai orang lain

10) Perasaan tidak mampu

11) Pandangan hidup yang pesimistis

12) Tidak menerima tujuan

13) Penurunan produktivitas

14) Penolakan terhadap kemampuan diri

15) Kurang memerhatikan perawatan diri

16) Berpakaian tidak bersih

17) Berkurang selera makan

18) Tidak berani menatap lawan bicara

19) Lebih banyak menunduk

20) Bicara lambat dengan nada suara lemah

d. Penatalaksanaan Medis
16

Gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan

sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya

lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud

meliputi:

1) Psikofarmaka

Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat

sebagai berikut :

a) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup

singkat

b) Tidak ada efek samping walaupun ada relatif kecil

c) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relatif singkat, baik

untuk gejala positif maupun gejala negatif skizofrenia

d) Lebih cepat memulihkan fungsi kognitif

e) Tidak menyebabkan kantuk

f) Memperbaiki pola tidur

g) Tidak menyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi

h) Tidak menyebabkan lemas otot

i) Dan kalau mungkin pemakaiannya dosis tunggal.


17

Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang

hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu

golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).Obat

yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine

HCl, Thoridazon HCl, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi

kedua misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine,

Zotatine, dan aripiprazole.

2) Psikoterapi

Terapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul

lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter.

Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia

menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.

Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama

(Maramis,2009)

3) Terapi Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)

ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang

granmallsecara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui

elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik

diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi

neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5

joule/detik (Maramis, 2009).

4) Terapy Modalitas
18

Terapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan

untuk skizofrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan

klien. Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial

untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri

sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Terapi

kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan

masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.

Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi

aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas

kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi

realita dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan

Akemat,2005; hal.13). Dari empat jenis terapi aktivitas kelompok

diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan

konsep diri harga diri rendah adalah terapi aktivitas kelompok

stimulasi persepsi. Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi

persepsi adalah terapi yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi

dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan

dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan

persepsi atau alternatif penyelesaian masalah (Keliat dan

Akemat,2005; hal.49).
19

3. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses

keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan

perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Data yang dikumpulkan

meliputi: data biologis, psikologis, dan spiritual. Data pada pengkajian

kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor predisposisi,

faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan

kemampuan koping yang dimiliki klien ( Stuart dan Larai, 2001, dalam

Keliat, Panjaitan, dan Helena, 2005; hal. 3 ).

1) Pengumpulan data

a) Identitas klien dan penganggung jawab

Pada identitas mencakup nama, umur, jenis kelamin,

agama, pendidikan, status perkawinan, suku bangsa, nomor

rekam medik, dan hubungan klien dengan penanggung

b) Alasan Masuk

Alasan masuk meliputi penyebab klien atau keluarga

datang ke rumah sakit, kemudian usaha apa yang dilakukan

keluarga untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh klien

dan bagaimana hasil yang diperoleh

c) Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi mencakup tentang apakah klien

pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu, apakah klien


20

pernah melakukan, mengalami, atau menyaksikan

penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan,

kekerasan dalam keluarga, dan tindakan kriminal. Kemudian

apakah ada anggota keluarga lain yang mengalami gangguan

jiwa, apabila ada anggota keluarga lain yang mengalami

jiwa, tanyakan apa gejala yang dialami serta riwayat

pengobatan dan perawatan yang pernah diberikan kepada

anggota keluarga tersebut. Selanjutnya yang terakhir, apakah

klien pernah mengalami pengalaman yang tidak

menyenangkan (kegagalan, kehilangan/ perpisahan/

kematian/ trauma selama tumbuh kembang) pada masa lalu.

d) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik difokuskan pada sistem dan fungsi

organ: ukur dan observasi tanda – tanda vital: tekanan darah,

nadi, suhu, dan respirasi. Ukur tinggi badan dan berat badan

e) Psikososial

(1) Genogram

(2) Konsep diri (Keliat, Utami, dan Helena, 2005).

(a) Citra tubuh

Persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh

yang disukai dan tidak disukai.

(b) Identitas diri


21

Status dan posisi klien sebelum dirawat, keputusan

klien terhadap status dan posisinya, kepuasan klien

sebagai laki – laki atau perempuan.

(c) Peran

Tugas atau peran yang diemban dalam keluarga/

kelompok/ masyarakat.

(d) Ideal diri

Harapan terhadap tubuh, posisi,status, tugas/peran.

Harapan klien terhadaplingkungan (keluarga,

sekolah, tempat kerja, masyarakat). Harapan klien

terhadap penyakitnya.

(e) Harga diri

Hubungan klien dengan orang lain, penilaian/

penghargaan orang lain terhadap diri dan

kehidupannya.

(3) Hubungan sosial

Orang terdekat dalam kehidupannya, tempat mengadu,

tempat bicara, meminta bantuan atau sokongan.

Kemudian klien pernah mengikuti kelompok apa saja

dalam masyarakat. Sejauh mana klien terlibat dalam

kelompok di masyarakat.

(4) Spiritual
22

Pandangan dan keyakinan klien terhadap gangguan jiwa,

sesuai dengan norma budaya dan agama yang dianut.

Kegiatan ibadah di rumah secara individu dan

kelompok.

f) Status mental

(1) Penampilan

Penampilan dari ujung rambut sampai ujung kaki,

penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak

seperti biasanya, tidak sesuai dengan waktu, tempat,

identitas, dan situasi/ kondisi.

(2) Pembicaraan

Apakah cepat, keras, gagap, membisu, apatis atau

lambat, Apakah pembicaraan berpindah – pindah dari

satu kalimat ke kalimat dan tidak ada kaitannya.

(3) Aktivitas motorik

Di dapatkan dari hasil observasi antara lain: lesu,

tegang, gelisah, agitasi, tik, grimasen, tremor, dan

kompulsif.

(4) Alam perasaan

Di dapatkan dari hasil observasi antara lain: sedih,

putus asa, gembira yang berlebihan yang tampak jelas,

ketakutan, dan khawatir.

(5) Afek
23

Di dapatkan dari hasil observasi anatara lain: Datar

yaitu tidak ada perubahan roman muka pada saat ada

stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan,

tumpul yaitu hanya bereaksi bila ada stimulus emosi

yang kuat, labil yaitu emosi berubah dengan cepat,

tidak sesuai yaitu emosi tidak sesuai atau bertentangan

dengan stimulus yang ada.

(6) Interaksi selama wawancara

Di dapatkan melalui wawancara dan hasil observasi

meliputi: bermusuhan, tidak kooperatif, mudah

tersinggung, kontak mata kurang, defensif, dan curiga.

(7) Persepsi

(a) Jenis – jenis halusinasi

Pendengaran, penciuman, penglihatan,

pengecapan, perabaan, dan kinesthetic.

(b) Jelaskan isi halusinasi, frekuensi, gejala yang

tampak pada saat klien berhalusinasi, dan perasaan

klien terhadap halusinasinya.

(8) Proses pikir

Diperoleh dari observasi ketika wawancara antara lain:

sirkumstansial (pembicaraan yang berbelit- belit, tetapi

sampai pada tujuan pembicaraan), tangensial

(pembicaraan yang berbeli – belit, tetapi tidak sampai


24

pada tujuan pembicaraan), kehilangan asosiasi

(pembicaraan tidak memiliki hubunhan antara satu

kalimat dan kalimat lainnya, serta klien tidak

menyadarinya), flight of ideas (pembicaraan yang

meloncat dari satu topik ke topik yang lainnya, masih

ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada

tujuan), blocking (pembicaraan berhenti tiba – tiba

tanpa gangguan eksternalkemudian dilanjutkan

kembali), perseverasi ( pembicaraan yang diulang

berkali – kali).

(9) Isi pikir

Mengacu pada apa yang dipikirkan klien, seperti

obsesi, fobia, hipokondria, depersonalisasi, ide yang

kait, pikiran magis, waham.

(10) Tingkat kesadaran

Observasi tingkat kesadaran klien seperti: bingung,

sedasi, stupor, orientasi waktu, tempat, dan orang.

(11) Memori

Data yang perlu dikaji antara lain gangguan daya ingat

jangka panjang, gangguan daya ingat jangka pendek,

gangguan daya ingat saat ini,dan konfagulasi.

(12) Tingkat kosentrasi dan berhitung


25

Data yang perlu dikaji perhatian klien mudah berganti

dari satu objek ke objek yang lain, tidak mampu

berkonsentrasi dan tidak mampu berhitung.

(13) Kemampuan penilaian

Data yang perlu dikajimelalui wawancara antara lain

dapat mengambil keputusan yang sederhana dengan

bantuan orang lain, tidak mampu mengambil

keputusan walaupun dibantu orang lain.

(14) Daya tilik diri

Mengingkari penyakit yang diderita: tidak menyadari

gejala penyakit, menyalahkan hal – hal dari luar

dirinya.

g) Kebutuhan persiapan pulang

Kebutuhan persiapan pulang data yang perlu dikaji antara

lain: makan dan minum, defekasi/berkemih, mandi,

berpakaian, istirahat dan tidur, penggunaan obat,

pemeliharaan kesehatan, aktivitas di dalam rumah, aktivitas

di luar rumah

h) Mekanisme koping

i) Masalah psikososial dan lingkungan

j) Pengetahuan

k) Aspek medik
26

Dari data tersebut dapat ditentukan masalah keperawatan

terhadap klien dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

yaitu :

1) Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

2) Isolasi sosial : Menarik Diri

3) Koping individu tidak efektif

Dari masalah-masalah tersebut dapat disusun pohon masalah,

pohon masalah ialah teknik atau diagram untuk mengidentifikasi

masalah dalam situasi tertentu dengan mengedepankan hubungan

sebab – akibat (Damaiyanti dan Iskandar, 2012; hal. 45).

Pohon Masalah

Isolasi Sosial : Menarik Diri


Akibat

Gangguan Konsep Diri :


Harga Diri Rendah Core problem

Koping Individu tidak efektif


Sebab

Bagan 2 : Pohon Masalah


Gangguan Konsep Diri :Harga Diri Rendah
27

Dari pohon masalah diatas didapatkan prioritas diagnosa keperawatan

yaitu :

1) Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

2) Isolasi sosial : Menarik Diri

3) Koping individu tidak efektif

b. Perencanaan

Dalam menyusun rencana keperawatan terlebih dahulu

dirumuskan prioritas diagnosa keperawatan. Prioritas diagnosa

keperawatan mencakup perumusan diagnosis, tujuan serta rencana

tindakan yang telah di standarisasi (Keliat dan Akemat, 2009).

RENCANA KEPERAWATAN TABEL.1

SP1P SP1K
- Bina hubungan saling percaya - Bina hubungan saling percaya
- Identifikasi kemampuan positif - Identifikasi masalah yang
yang dimiliki dirasakan dalam merawat klien
- Nilai kemampuan yang dapat - Jelaskan proses terjadinya HDR
dilakukan saat ini - Jelaskan tentang cara merawat
- Pilih kemampuan yang akan dilatih klien HDR
- Diskusikan dengan pasien - Main peran dalam merawat klien
beberapa aktivitas yang dapat HDR
dilakukan dan dipilih sebagai - Susun rencana keluarga / jadwal
kegiatan yang akan klien lakukan keluarga untuk merawat klien
sehari-hari
- Bantu klien menetapkan aktivitas
mana yang dapat klien lakukan
secara mandiri
- Nilai kemampuan pertama yang
telah dipilih
- Masukan dalam jadwal kegiatan
klien
SP2P SP2K
- Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1P) - Evaluasi kemampuan SP1
28

- Pilih kemampuan kedua yang dapat - Latih keluarga langsung ke pasien


dilakukan - Menyusun rencana keluarga /
- Latih kemampuan yang dipilih jadwal keluarga untuk merawat
- Masukan dalam jadwal kegiatan klien
klien
SP3P SP3K
- Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 - Evaluasi kemampuan keluarga
dan 2) - Evaluasi kemampuan klien
- Memilih kemampuan ketiga yang - Jadwalkan keluarga
dapat dilakukan - Follow Up
- Masukan dalam jadwal kegiatan - Rujukan
klien

c. Pelaksanaan

Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana

tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah

direncanakan, perawat perlu memvalidasi data dengan singkat, apakah

rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh klien saat ini (here

ands now). Perawat juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai

kemampuan interpersonal, intelektual dan teknikal yang diperlukan

untuk melaksanakan tindakan. Perawat juga menilai kembali apakah

tindakan aman bagi klien. Setelah tidak ada hambatan maka tindakan

keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat akan melaksanakan

tindakan keperawatan, perawat membuat kontrak (inform consent)

dengan klien yang isinya menjelaskan apa yang akan dilaksanakan dan

peran serta yang diharapkan dari klien. Dokumentasikan semua

tindakan yang telah dilaksanakan beserta respon klien ( Direja, 2011;

hal.38).

d. Evaluasi
29

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek

dari tindakan keperawatan dari klien. Evaluasi dilakukan secara terus

menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau

formatif dilakukan setiap selesai melakukan tindakan. Evaluasi hasil

atau evaluasi sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien

pada tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek yang telah

ditentukan.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan

S.O.A.P diantaranya sebagai berikut :

S : Respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang

telah dilaksanakan.

O : Respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang

telah dilaksanakan.

A : Analisis ulang atas data subyektif dan obyektif untuk

menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul

masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan

masalah yang ada.

P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis

pada respons klien yang terdiri dari tindak lanjut klien,

dan tindak lanjut klien oleh perawat (Direja, 2011, hal.39).

Hasil yang diharapkan yaitu :

1) Klien tidak menarik diri dan mampu berhubungan dengan


orang lain.
30

2) Klien dapat menunjukan peningkatan rasa harga diri.

B. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 13 Oktober 2019 pada pukul

10.00 wita, di Ruang Drupadi RSJ Provinsi Bali dengan tehnik

wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan catatan keperawatan klien

serta kunjungan rumah kekeluarga tanggal 16 Oktober 2019 dari hasil

pengkajian tersebut didapatkan hasil sebagai berikut :

a. Pengumpulan Data

1) Identitas Klien Penanggung

Nama : NyKS Tn.NS (Suami)

Umur : 34 Tahun 38 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Laki-laki

Suku Bangsa : Bali, Indonesia Bali, Indonesia

Agama : Hindu Hindu

Pendidikan : SMA SMA

Pekerjaan :- Wiraswasta

Status : Kawin Kawin

Alamat : Br. Tampad, Sukawati, Br. Tampad,

Gianyar Sukawati,

Gianyar

No CM : 024991
31

2) Alasan Masuk Rumah Sakit

a) Keluhan utama saat masuk rumah sakit

Klien dikeluhkan oleh keluarga suka bengong, bicara tidak beraturan,

dan tidak mau makan sejak 10 hari yang lalu (20 September 2019) dan

tidak mau mandi sejak 2 hari yang lalu (28 September 2019) tanpa

sebab yang jelas.

b) Keluhan utama saat pengkajian

Klien mengeluh menjadi orang tua yang jelek dan tidak mampu

mengurus anak-anaknya dengan baik.

c) Riwayat penyakit sebelumnya

Menurut keluarga, klien menderita penyakit seperti ini sejak ± 6 tahun

yang lalu dengan keluhan pasien mengamuk sambil ketakutan

mengatakan bahwa ada yang akan membunuhnya, sejak saat itu klien

takut kemana-mana sendirian lalu pasien dirawat pertama kali di RSJ

Provinsi Bali selama ± 2 bulan dan yang kedua sekitar 4 tahun yang

lalu dengan keluhan yang sama dan klien mendapatkan terapi

Trihexypenydil 1x2mg dan Clozapin 1x25mg . Klien dikatakan rajin

minum obat, tetapi sejak tanggal 14 September 2019 klien tidak

minum obat karena obat habis dan belum sempat mencari ke

puskesmas. Keluarga mengatakan sebelumnya saat SMA, klien

sempat dijodohkan tetapi klien tidak mau.


32

3) Faktor Predisposisi

Klien mengatakan pertama kali dirawat sekitar 6 tahun yang lalu dengan

keluhan mengamuk dan merasa ketakutan serta mengatakan ada yang

ingin membunuhnya, saat itu klien pertama kali dirawat sekitar 2 bulan

dan diizikan untuk pulang, pengobatan saat itu berhasil, namun karena

saat dirumah klien tidak teratur minum obat sehingga kambuh sekitar

4 tahun yang lalu klien dirawat lagi di RSJ provinsi Bali dengan keluhan

yang sama, klien mengatakan pernah dijodohkan oleh orang tuanya

namun klien menolak dan saat itu laki-laki yang dijodohkan berkata

“kalau kamu meninggalkan saya kamu akan mengalami kesakitan”.

Klien mengatakan tinggal serumah dengan kedua orang tuanya, kedua

saudaranya dan bibinya. Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan

di masyarakat, Keluarga mengatakan bila punya masalah klien tidak

pernah menceritakan pada keluarga. Klien juga mengatakan kakak

kandungnya juga mengalami sakit yang sama dengan klien.

4) Faktor Presipitasi

Keluarga mengatakan klien mengalami sakit seperti ini karena tidak kuat

untuk melaksanakan tugas keluarga seperti membuat banten, aturan adat

yang mengikat serta kurangnya kemampuan ekonomi dari keluarga

tersebut.

5) Pemeriksaan Fisik

a) Tanda-tanda vital

TD : 110/80 mmHg
33

Nadi : 82 x/menit

Suhu : 36°C

Respirasi : 20 x/menit

b) Ukuran Lain

TB : 154 cm

BB : 50 kg

c) Keluhan Fisik : Tidak Ada

6) Psikososial

a) Genogram

Bagan 3 : Genogran klien KS

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan
34

: Meninggal

: Orang terdekat

: Tinggal serumah

: Pasien

: Gangguan jiwa

Penjelasan : Klien adalah anak ke 2 dari empat bersaudara, klien

sudah menikah dan mempunyai dua orang anak laki-laki dan satu

orang anak perempuan , klien tinggal bersama ibu mertua, suami,

serta ketiga anak-anaknya. Orang terdekat klien adalah suaminya,

kakak kandung kien juga mengalami sakit yang sama dengan klien.

Konsep Diri

(1) Citra Tubuh

Klien mengatakan malu dengan tubuh dan keadaan dirinya karena

dirinya jelek dan klien mengatakan dirinya merupakan orang tua

yang tidak baik karena dirinya jelek sehingga tidak mampu

merawat anak-anaknya.

(2) Identitas Diri

Klien mampu menyebutkan nama, dan umurnya dengan benar

serta mengenali dirinya sebagai anak kedua dari empat

bersaudara, klien mengatakan sudah menikah dan mempunyai

tiga orang anak, dua anak laki-laki dan satu orang anak

perempuan

(3) Peran Diri


35

Klienmengatakan dirinya dalam keluarga adalah anak kedua,

klien mengatakan tidak mampu mengurus anak-anaknya dengan

baik dan saat ini sedang berobat di rumah sakit.

(4) Ideal Diri

Klien ingin cepat sembuh dan ingin melihat anaknya yang kini

diasuh mertuanya.

(5) Harga Diri

Klien mengatakan malu dengan anak-anaknya karena klien tidak

mampu merawat anaknya dengan baik, klien juga mengatakan

malu keluar rumah jika ada kegiatan dibanjar dan klien

mengatakan dirinya jelek.

c) Hubungan sosial

(1) Orang terdekat

Klien mengatakan orang terdekat dengan dirinya adalah

suaminya, namun pasien jarang menceritakan masalahnya.

(2) Peran serta dalam kegiatan masyarakat

Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan di masyarakat, klien

lebih suka diam di rumah bersama dengan anak-anaknya

(3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Klien mau berkenalan dengan orang lain bila orang tersebut

memulai pembicaraan. Klien mengatakan dirinya tidak suka

bergaul. Di ruangan klien mengatakan suka bengong dan

menyendiri serta jarang berbicara dengan orang-orang


36

disekitarnya.Saat kunjungan rumah (tanggal 16 Oktober 2019)

keluarga mengatakan klien jarang bergaul dan lebih sering diam

dirumah bersama keluarganya.

d) Spiritual

(1) Nilai dan Keyakinan

Sebelum dibawa ke RSJ Propinsi Bali keluarga menyakini bahwa

penyakit klien karena magis, setelah dirawat klien dan keluarga

yakin bahwa kliensakit murni karena masalah medis.

(2) Kegiatan Ibadah

Klien beragama Hindu sembahyang setiap hari-hari tertentu saja

misalnya Purnama, Tilem, Kajeng Kliwon.

7) Status mental

a) Penampilan

Klien berpenampilan cukup rapi dengan memakai baju warna oranye

dan celana panjang warna abu, rambut rapi dan pasien menggunakan

alas kaki.

b) Pembicaraan

Saat pengkajian dalam memberikan penjelasan pembicaraan klien

lambat, klien hanya mau bicara bila ditanya dan menjawab petanyaan

dengan singkat, klien memberi jawaban sesuai dengan pertanyaan.

c) Aktivitas motorik

Saat pengkajian klien tampak lesu dan menyilangkan kakinya untuk

posisi dudukyang nyaman.


37

d) Alam perasaan

Klien mengatakan ia merasa sedih dengan raut muka lesu karena ia

merasa dirinya tidak berguna untuk anak-anaknya dan mengatakan

dirinya jelek.

e) Afek

Afek klien tumpul, saatdatanya mengenai keadaan klien menjawab

semua sesuai dengan pertanyaan dan raut muka klien saat ditanya hal

gembira maupun sedih tidak adaperubahan roman muka. Dan klien

mau mengungkapkan perasaannya.

f) Interaksi selama wawancara

Bila diajak berbicara klien mau mengobrol dan jawaban yang

diucapkansangat singkat, kontak mata kurang, klien lebih sering

menundukkan kepalanya sambil memainkan tangannya dan sesekali

melihat pengkaji.

g) Persepsi

Saat wawancara klien mengatakan tidak pernah mendengar suara-

suara yang didengar oleh klien saja dan orang lain tidak mendengar,

serta tidak pernah melihat banyangan-bayangan yang tidak nyata

yang menyuruh dia melakukan sesuatu.

h) Proses Pikir

Saat wawancara klien bisa menjawab sesuai dengan pertanyaan

danjawaban sesuai arah pembicaraan.

i) Isi Pikir
38

Saat wawancara klien mengatakan tidak mempunyai keyakinan yang

berlebihan tentang dirinya. Pertanyaan terhadap dirinya dapat

dijawab sesuai dengan realita.

j) Tingkat kesadaran

Orientasi klien terhadap tempat, orang dan waktu baik, klien

mengatakan. Namanya “KS” biasa dipanggil “KD” sekarang saya

berada di RSJ Bangli, sekarang hari selasa jam 10.00 Wita. Tingkat

kesadaran klien baik.

k) Memori

Klien masih mengingat kejadian yang terjadi lebih dari satu bulan

dan mengingat kejadian yang terjadi di satu minggu

terakhir.”sebelumnya sudah 2x saya diajak kesini untuk mencari

obat” Kini ingat kapan dirinya dibawa kerumah sakit jiwa “saya

diajak kesini pada tanggal 30 September 2019 oleh suami saya”.

l) Tingkat konsentrasi dan berhitung

Klien mampu konsentarasi saat diajak bicara, klien mampu

melakukan penjumlahan dan pengurangan pada bilangan sederhana.

Pertanyaan perawat 10-8 jawabannya. “2” pertanyaan perawat

“2+2+1 jawabannya “5”.

m) Kemampuan penilaian

Klien mampu mengambil keputusan sederhana saat ditanya “Mana

lebih baik makan apa mandi dulu”? klien mengatakan “lebih baik

mandi dulu” agar tubuh lebih segar saat makan.


39

n) Daya tilik diri

Klien menyadari dirinya sakit dan sekarang sedang berobat di RSJ

Bangli dan klien berharap ingin cepat sembuh dari sakitnya agar bisa

cepat pulang dan bertemu dengan keluarganya.

8) Kebutuhan Persiapan Pulang

a) Makan

Klien mengatakan makan tiga kali sehari, satu porsi dengan menu

nasi, laku pauk, sayur, minum 3-4 gelas/hari (± 600-800cc/hari).

Klien mengatakan mencuci piring dan tangan sehabis makan. Saat

kunjungan rumah keluarga mengatakan, bahwa klien dirumah biasa

makan tiga kali sehari dia minumnya hanya air putih sehabis makan

dan saat harus, keluarga mengatakan tidak tahu jumlahnya, saat sakit,

klien sama sekali tidak mau makan, kadang-kadang hanya ±1 kali

dalam sehari. Keluarga juga mengatakan saat sakit tidak mau mencari

piringnya sehabis makan.

b) Defekasi/Berkemih

Klien mengatakan biasa BAB 1 kali sehari, BAK 3-5 kali sehari

dilakukan di WC dan selalu disiram, klien dapat melakukannya

secara mandiri.

c) Mandi

Klien mengatakan biasa mandi 2 kali sehari pada pagi dan sore hari

dengan menggunakan sabun, dan biasa keramas 1 kali seminggu


40

dengan menggunakan shampo. Klien dapat melakukannya secara

mandiri.

d) Berpakaian/Berhias

Klien mengatakan biasa mengganti pakaian tiap dua hari sekali.

Klien bisa mengambil, memilih dan menggunakan pakaian sendiri

serta mencuci sendiri pakaian yang sudah kotor. Penampilan klien

cukup rapi, saat kunjungan rumah keluarga mengatakan pasien bisa

memilih dan mengenakan pakaian sendiri tanpa dibantu oleh

keluarga.

e) Istirahat dan tidur

Klien bisa istirahat malam pukul 21.00 dan bangun pagi pukul 05.00

Wita. Klienkadang-kadang tidur siang ± 1 jam. Selama dirumah sakit

klienmengatakan tidurnya cukup dan tidak pernah mengalami

kesulitan untuk istirahat tidur. Saat kunjungan rumah keluarga

mengatakan saat sakit tidur klienterganggu, kadang sering bangun

tengah malam.

f) Penggunaan obat

Klien di ruangan rajin minum obatpasien mengatakan mendapat 2

jenisobat, saat kunjungan rumah ( tanggal 16 Oktober 2019)keluarga

klien mengatakan pasien rutin minum obat di rumah danjika obat

habis rajin mencari ke puskesmas Sukawati.

g) Pemeliharaan kesehatan
41

Klien mengatakan akan meneruskan pengobaannya sampai sembuh

dan mencari obat ke puskesmas sukawati kalau obatnya habis. Saat

kunjungan rumah( 16 Oktober 2019) keluarga mengatakan

mendukung pengobatan yang dijalani oleh klien.

h) Aktivitas di dalam rumah

Klien mengatakan pekerjaannya saat dirumah nyapu, mencuci baju,

dan mengurus anak-anaknya saja.

i) Aktivitas di luar rumah

Saat kunjungan rumah ( tanggal 16 Oktober 2019)keluarga

mengatakan semenjak sakit klien jarang untuk keluar rumah dan

mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di banjar klien jarang

bersosialisasi.

9) Mekanisme Koping

Klien mengatakan setiap ada masalah jarang menceritakannya kepada

suami maupun orang lain, klien hanya memendam masalahnya

sendiri. Saat kunjungan rumah (tanggal 16 Oktober 2019) suami klien

mengatakan hubungan klien dengan ibu mertuanya tidak harmois.

10) Masalah psikososial dan lingkungan

Klien mengatakan jarang bergaul dengan teman-temannya,bahkan

saat dirawat di rumah sakit jiwa klien lebih sering sendiri

11) Pengetahuan

Klien mengatakan mengetahui bahwa dirinya sedang sakit jiwa dan

akan sembuh bila rajin minum obat dan kontrol setelah pulang. Saat
42

kunjungan rumah ( 16 Oktober 2019) keluarga mengatakan kurang

tahu cara perawatan klien di rumah, cara pengobatan dan lamanya

pengobatan.

12) Aspek Medik

a) Diagnosa medis : Skizofrenia Hebefrenik

b) Therapi tanggal 30 September 2019 (saat MRS)

- Stelosi 2 x 2,5 mg

- Trihexyphinedyl 1 x 2 mg

c) Therapi tanggal 13 September 2019 (saat pengkajian)

- Haloperidol 2 x 5 mg

- Trihexypenydil 1x2mg

b. Analisa Data

TABEL 2
ANALISA DATA KEPERAWATAN PADA KLIEN KS DENGAN
GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRIRENDAH
DI RUANG DRUPADI RSJ PROVINSI BALI
TANGGAL 13 OKTOBER 2019

No Data Subyektif Data Obyektif Masalah

1. 1. Klien mengatakan 1. Saat wawancara Gangguan konsep


bahwa dirinya jelek klien lebih banyak diri : Harga diri
2. Klien mengatakan menunduk sambil rendah
tidak mampu memainkan
mengurus anak- tangannya
anaknya dengan 2. Saat wawancara
baik klienmau berbicara
apabila ditanya dan
43

3. Klien mengatakan menjawab dengan


malu keluar rumah singkat.
jika ada kegiatan 3. Saat wawancara
dibanjar karena bicara klien lambat
dirinya jelek dengan nada yang
4. Klien mengatakan pelan
jarang mengikuti 4. Raut muka klien
kegiatan di luar tampak lesu saat
rumah karena malu ditanya
dengan keadaanya tentangmasalahnya
5. Diruangan klien
mengatakan suka
menyendiri dan
jarang mau bergaul
dengan temanya
jika tidak temannya
yang memulai.

2. Saat kunjungan rumah 1. Klien hanya bicara Isolasi sosial :


suami klien mengatakan jika ditanya Menarik diri
klien jarang keluar 2. Klien lebih sering
rumah dan lebih banyak menunduk
diam di rumah bersama 3. Kontak mata kurang
anak-anaknya 4. Klien lebih banyak
bengong dan
menyendiri
5. Afek pasien tumpul
6. Klien jarang bergaul
dengan temannya
44

3. 1. Klien mengatakan 1. Klien tampak takut Koping individu


tidak pernah menceritakan tidak efektif
menceritakan masalahnya kepada
masalahnya dengan orang lain
orang lain 2. Klien lebih suka
2. Klien mengatakan menyendiri dari pada
lebih senang berinteraksi dengan
memendam orang lain
masalahnya sendiri

c. Rumusan masalah

1) Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

2) Isolasi sosial : Menarik Diri

3) Koping individu tidak efektif

Pohon masalah

Isolasi Sosial : Menarik Diri


Akibat

Gangguan Konsep Diri :


Core Problem
Harga Diri Rendah

Koping Individu tidak efektif


Sebab

Bagan 4. Pohon Masalah Klien KS


45

d. Diagnosa keperawatan

1) Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

2) Isolasi Sosial : Menarik Diri

3) Koping Individu tidak efektif

e. Prioritas diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan diprioritaskan berdasarkan masalah utama

yang ditentukan saat pengkajian, yaitu sebagai berikut :

1) Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah


f. Rencana Keperawatan

TABEL 3
RENCANA KEPERAWATAN PADA KLIEN KS DENGAN
GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH
DI RUANG DRUPADI RSJ PROVINSI BALI
TANGGAL 13 OKTOBER 2019

Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan SP. Pasien SP. Keluarga


Selasa, Gangguan Konsep Diri : SP1P SP1K
13 Oktober 2019 Harga Diri Rendah 1. Bina hubungan saling percaya 1. Bina hubungan saling percaya
11.00 wita 2. Identifikasi kemampuan positif yang 2. Identifikasi masalah yang
dimiliki dirasakan dalam merawat
3. Nilai kemampuan yang dapat klien
dilakukan saat ini 3. Jelaskan proses terjadinya
4. Pilih kemampuan yang akan dilatih HDR
5. Diskusikan dengan pasien beberapa 4. Jelaskan tentang cara merawat
aktivitas yang dapat dilakukan dan klien HDR
dipilih sebagai kegiatan yang akan 5. Main peran dalam merawat
klien lakukan sehari-hari klien HDR
6. Bantu klien menetapkan aktivitas 6. Susun rencana keluarga /
mana yang dapat klien lakukan jadwal keluarga untuk
secara mandiri merawat klien
7. Nilai kemampuan pertama yang telah
dipilih
8. Masukan dalam jadwal kegiatan
klien
47

g. Pelaksanaan

TABEL 4
PELAKSANAAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KS DENGAN
GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH
DI RUANG DRUPADI RSJ PROVINSI BALI
TANGGAL 13 S/D 16 OKTOBER 2019

Diagnosa Rencana
Hari/Tgl/Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
Keperawatan Keperawatan
Selasa, Gangguan Strategi 1) Melakukan SP1P pada klien S :“Selamat siang bu” Nama saya
13 Oktober Konsep Diri : Pelaksanaaan dengan Gangguan konsep diri : KS senang dipanggil KD,
2019 Harga Diri 1 Pasien Harga Diri Rendah perasaan saya saat ini biasa
11.00 wita Rendah (SP1P) 2) Membina hubungan saling saja, saya tidak bisa melakukan
Gangguan percaya dengan klien apa-apa dirumah dan dirumah
Konsep Diri : Mengucapkan salam sakit ini, saya hanya diam dan
Harga Diri “Selamat siang, Bu” menonton tv.
Rendah Perkenalkan diri dengan klien O : Klien mau membalas salam,
“Perkenalkan nama saya mau berjabat tangan, kontak
Buda” mata kurang, klien sesekali
Memanggil nama klien dengan melihat kearah lain dan diam,
sebutan yang disukainya kemudian melanjutkan
“Nama Ibu siapa? Senang pembicaraan, klien tampak
dipanggil siapa?” sedih, klien belum mau
48

3) Menjelaskan tujuan dengan mengungkapkan aspek positif


jelas dan membuat kontrak yang dimilikinya.
waktu dengan klien A : SP1P belum tercapai
“Bagaimana kalau sekarang P : Lanjutkan SP1P pada hari rabu,
ibu bercerita kepada saya 14 Oktober 2019 pukul 09.00
tentang perasaan ibu saat ini?” wita
4) Mengidentifikasi kemampuan
positif yang dimiliki klien
Menanyakan apa yang biasa
klien lakukan dirumah
“Apa yang biasa ibu KD
lakukan dirumah?”
Menanyakan yang biasa
dilakukan saat ini dirumah sakit
“Disini apa yang biasa ibu KD
lakukan?”
5) Menilai kemampuan yang bisa
dilakukan saat ini
6) Memilih kemampuan yang
akan dilatih
7) Menilai kemampuan pertama
yang telah dipilih
8) Memasukan dalam jadwal
kegiatan klien
49

Selasa, Gangguan SP1K 1) Membina hubungan saling S : “Om swastyastu, silakan duduk,
13 Oktober Konsep Diri : Gangguan percaya dengan keluarga ya, saya belum banyak tau
2019 Harga Diri Konsep Diri : Mengucapkan salam tentang penyakit yang dialami
13.00 wita Rendah Harga Diri “Om Swastyastu, selamat sore istri saya, setelah ibu
Rendah pak” menjelaskan sekarang saya
Perkenalkan diri dengan mengetahui cara merawat serta
keluarga menangani jika istri mengalami
“Perkenalkan saya Buda seperti itu lagi” saya akan
mahasiswa Sarjana melatih kegiatan setiap hari jika
Keperawatan STIKES Bali istri saya udah pulang”
yang mendapatkan tugas O : Keluarga klien kooperatif dan
diruang Drupadi RSJ mau membalas salam perawat,
Provinsi Bali tujuan saya keluarga juga mampu
menemui bapak untuk mengulang penjelasan yang
memvalidasi dan diberikan petugas, mengetahui
mendiskusikan dengan cara merawat jika klien pulang,
keluarga tentang prilaku serta mendemostrasikannya dan
klien KS dan rencana meenyusun jadwal untuk
keperawatan yang berkaitan merawat klien.
dengan klien dirumah demi A : SP1K tercapai
kesembuhan klien KS ” P : Lanjutkan SP2K
2) Menjelaskan prosedur
terjadinya HDR
Menanyakan kepada keluarga
sejauh mana pengetahuan
keluarga tentang sakit yang
dialami klien
50

“Sebelumnya bapak tahu apa


yang dialami bu KS sekarang,
ibu KS mengalami gangguan
konsep diri : Harga Diri
Rendah, Harga Diri Rendah
ini merupakan perasaan tidak
berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang
berkepanjangan akibat
evaluasi negatif terhadap diri,
harga diri rendah ini
dipengaruhi oleh beberapa
faktor salah satunya adalah
harapan orang tua yang tidak
realistis, stres, kultur sosial
yang berubah, yang biasanya
ditandai dengan sulit bergaul,
penurunan produktivitas,
nafsu makan berkurang, tidak
berani menatap lawan bicara,
bicara lambat dan nada pelan
dan lain sebagainya”
3) Mengevaluasi pengetahuan
keluarga tentang HDR
“Sekarang coba bapak ulangi
penjelasan yang saya berikan
tadi!” Ya, bagus sekali”
51

4) Menjelaskan tentang cara


merawat klien dengan HDR
Memberikan HE pada keluarga
tentang cara merawat klien
dengan HDR
“Baik bapak, untuk cara
merawat klien dengan sakit
yang dialami ibu KS (HDR)
sebaiknya bapak
menanyakan hal bisa ibu KS
lakukan berikan pujian,
usahakan tidak memberikan
penilaian yang negatif
terhadap ibu KS hal ini
berguna untuk meningkatkan
harga diri ibu KS
5) Memainkan peran dalam
merawat klien HDR
Menyusun jadwal keluarga untuk
merawat klien
52

h. Evaluasi

TABEL 5
EVALUASI KEPERAWATAN “KS” DENGAN
GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH
DI RUANG DRUPADI RSJ PROVINSI BALI
TANGGAL 13 S/D 16 OKTOBER 2019

Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan SP Evaluasi


Selasa, Gangguan Konsep Diri : SP1P S :“Selamat siang bu” Nama saya KS senang
13 Oktober Harga Diri Rendah dipanggil KD, perasaan saya saat ini biasa saja,
2019 saya tidak bisa melakukan apa-apa dirumah dan
12.30 wita dirumah sakit ini, saya hanya diam dan menonton
tv.
O : Klien mau membalas salam, mau berjabat tangan,
kontak mata kurang, klien sesekali melihat kearah
lain dan diam, kemudian melanjutkan
pembicaraan, klien tampak sedih, klien belum
mau mengungkapkan aspek positif yang
dimilikinya.
A : SP1P belum tercapai
P : Lanjukan SP1P
53

Selasa, Gangguan Konsep Diri : SP1K


13 Oktober Harga Diri Rendah S : “Om swastyastu, silakan duduk, ya, saya belum
2019 banyak tau tentang penyakit yang dialami istri
13.30 wita saya, setelah ibu menjelaskan sekarang saya
mengetahui apa masalah istri saya dan cara
merawat serta menangani jika istri mengalami
seperti itu lagi, saya akan melatih kegiatan setiap
hari jika istri saya udah pulang”
O : Keluarga klien kooperatif dan mau membalas
salam perawat, keluarga juga mampu mengulang
penjelasan yang diberikan petugas mengetahui
cara merawat jika klien pulang serta
mendemostrasikannya dan meenyusun jadwal
untuk merawat klien
A : SP1K tercapai
P : Pertahankan kondisi klien, lanjutkan SP2K

Anda mungkin juga menyukai