KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada ALLAH SWT, yang telah memberikan
berkat dan hidayahnya sehingga kami dapat melakukan kegiatan ilmu ukur tanah
dan mengobservasi di lapangan dalam keadaan sehat walafiat serta dapat
menyusun panduan ilmu ukur tanah sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
Mudah- mudahan buku panduan ilmu ukur tanah ini bermanfaat bagi
yang membutuhkannya ,semua pihak dan bagi sipenulis.
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
BAB I
WATER PASS
Water pass adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan untuk
mengukur beda tinggi antara titik saling berdekatan beda tinggi tersebut
ditentukan dengan garis garis visir ( sumbu teropong ) horizontal yang
ditunjukkan ke rambu rambu ukur yang vertical.
Sistem referensi atau acuan yang digunakan adalah beda tinggi air laut
rata rata atau mean sea level ( MSL ) atau system referensi lain yang dipilih
system referensi ini mempunyai arti sangat penting terutama dalam bidang
keairan misalnya : irigasi, hidrologi, dan sebagainya namun demikian masih
banyak pekerjaan pekerjaan lain yang memerlikan system referensi.
1. Waterpass 5. tripod
a) Garis vertikal adalah garis yang menuju ke pusat bumi, yang umum
dianggap sama dengan garis unting-unting.
b) Bidang mendatar adalah bidang yang tegak lurus garis vertikal pada
setiap titik. Bidang horisontal berbentuk melengkung mengikuti
permukaan laut.
c) Datum adalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk
ketinggian, misalnya permukaan laut rata-rata.
d) Elevasi adalah jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap
bidang datum.
e) Banch Mark (BM) adalah titik yang tetap yang telah diketahui
elevasinya terhadap datum yang dipakai, untuk pedoman pengukuran
elevasi daerah sekelilingnya.
Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis
sumbu teropong horisontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi
horisontal adalah nivo, yang berbentuk tabung berisi cairan dengan
gelembung di dalamnya.
Dalam menggunakan alat ukur waterpass harus dipenuhi syarat-syarat sbb
:
a) Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.
b) Garis arah nivo harus tegak lurus sumbu I.
c) Benang silang horisontal harus tegak lurus sumbu I.
Pada penggunaan alat ukur waterpass selalu harus disertai dengan
rambu ukur (baak). Yang terpenting dari rambu ukur ini adalah pembagian
skalanya harus betul-betul teliti untuk dapat menghasilkan pengukuran
yang baik. Di samping itu cara memegangnya pun harus betul-betul tegak
(vertikal). Agar letak rambu ukur berdiri dengan tegak, maka dapat
digunakan nivo rambu . Jika nivo rambu ini tidak tersedia, dapat pula
dengan cara menggoyangkan rambu ukur secara perlahan-lahan ke depan,
9
2BT = BA + BB
PEMBACAAN BU (BAAK UKUR) PERGI ( KANAN) PEMBACAAN BU PULANG ( KANAN ) BEDA TINGGI
TITIK / BELAKANG DEPAN KONTROL : B+A JARAK DARI BAAK BELAKANG MUKA
ELEVASI
NOMOR ATAS ATAS KONTROL : 2t UKUR KE ALAT TENGAH TENGAH PERGI PULANG RATA2 KOREKSI
TENGAH TENGAH
PATOK BAWAH BAWAH BELAKANG MUKA BELAKANG MUKA ( BT ) ( BT )
1,655
BM 1 KE 1 1,648 0.0 0.0 1.4 0 1,649 0290
1,641
0,0012 2.9
1,372
BM 1 KE 2 1,358 0.0 0.5 0 2.7 1,360 0289
1,345
1,649
BM 2 KE 2 1,636 0.5 0.0 2.5 0 1,635 0306
1,624
-0,0012 3.1
1,343
BM 2 KE 4 1,330 0.0 0.0 0 2.6 1,328 0307
1,317
1,634
BM 3 KE 4 1,621 0.0 0.0 2.6 0 1,622 0294
1608
0,0002 2.9
1,340
BM 3 KE 6 1,327 0.0 0.0 0 2.6 1,328 0294
1,314
1,662
BM 4 KE 6 1,649 0.0 0.0 2.6 0 1,650 0313
1,636
0,0012 3.1
1,348
BM 4 KE 7 1,336 0.0 -0.5 0 2.5 1,338 0312
1,323
1665
BM 5 KE 7 1652 0.5 0.0 2.5 0 1652 0327
1640
0,0002 3.3
1,338
BM 5 KE 9 1,325 0.0 0.5 0 2.5 1,325 0327
1,313
1,693
BM 6 KE 9 1,680 0.5 0.0 2.5 0 1,678 0325
1,668
0,0012 3.3
1,368
BM 6 KE 11 1,355 0.0 0.0 0 2.6 1,354 0324
1,342
1,650
BM 7 KE 11 1,637 0.5 0.0 2.5 0 1,636 0372
1,625
-0,0012 3.7
1,277
BM 7 KE 13 1,265 0.0 0.0 0 2.4 1,263 0373
1,253
1,760
BM 8 KE 13 1,748 -0.5 0.0 2.5 0 1,748 0602
1,735
0,0002 6.0
1,171
BM 8 KE 15 1,146 0.0 0.5 0 4.9 1,146 0602
1,122
12
Keterangan :
- Koreksi bacaan = (BA + BB)/2 =BT
Contoh = Belakang (1,655+1,641)/2 = 1,648
Depan (1,372+1345)/2 = 1,358
- Jarak = (BA - BB)*100/1000
Contoh = (1,655-1,641)*100/1000 = 1,4 m
- Elevasi = (BT Belakang – BT Depan)/100
= (1,648 – 1,358)/100
= 2,9 m
13
BAB II
THEODOLIT MANUAL
7)Payung 8) Meteran
a) Theodolit Manual : alat yang dipakai untuk mengukur luasan, jarak serta
perbedaan tinggi
b) Tripod : Tempat meletakan alat waterpass
c) Rambu ukur : alat bantu waterpass untuk menentukan beda tinggi dengan
membaca benang atas, tengah dan bawah
d) Jalom : untuk membantu theodolite dalam memperjelas sasaran yang
akan dibidik
e) Patok kayu : untuk menentukan letak titik yang akan diukur dan tempat
berdirinya alat
f) Unting-unting : untuk menyetel dasar sumbu pertama terhadap titik
tempat berdirinya alat
g) Payung : untuk melindungi alat dari pengaruh cuaca
h) Meteran : Untuk mengukur tinggi alat dan jarak
16
a) Teropong / Teleskope
b) Nivo tabung
c) Sekrup Okuler dan Objektif
d) Sekrup Gerak Vertikal
e) Sekrup gerak horizontal
f) Teropong bacaan sudut vertical dan horizontal
g) Nivo kotak
h) Sekrup pengunci teropong
i) Sekrup pengunci sudut vertical
j) Sekrup pengatur menit dan detik
k) Sekrup pengatur sudut horizontal dan vertical
1) Statif / Trifoot
2) Tiga sekrup penyetel nivo kotak
3) Unting – unting
4) Sekrup repetisi
5) Sekrup pengunci pesawat dengan statif
17
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda
dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam
theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik).
Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang
digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang
ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat
18
A. Pengukuran Poligon
Poligon adalah serangkaian titik-titik yang dihubungkan dengan garis
lurus sehingga titik-titik tersebut membentuk sebuah rangkaian (jaringan) titik
atau poligon. Pada pekerjaan pembuatan peta, rangkaian titik poligon
digunakan sebagai kerangka peta, yaitu merupakan jaringan titik-titik yang
telah tertentu letaknya di tanah yang sudah ditandai dengan patok, dimana
semua benda buatan manusia seperti jembatan, jalan raya, gedung maupun
benda-benda alam seperti danau, bukit, dan sungai akan diorientasikan.
Kedudukan benda pada pekerjaan pemetaan biasanya dinyatakan dengan
sistem koodinat kartesius tegak lurus (X,Y) di bidang datar (peta), dengan
sumbu X menyatakan arah timur – barat dan sumbu Y menyatakan arah utara
– selatan. Koordinat titik-titik poligon harus cukup teliti mengingat ketelitian
letak dan ukuran benda-benda yang akan dipetakan sangat tergantung pada
ketelitian dari kerangka peta.
Menurut bentuknya, poligon dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Poligon Terbuka
Poligon terbuka adalah suatu poligon dimana titik awal dan titik
akhirnya berbeda. Jenis-jenis poligon terbuka adalah :
a) Poligon terbuka terikat sempurna
b) Poligon terbuka terikat sepihak
c) Poligon terbuka tidak terikat
2. Poligon Tertutup
19
Poligon tertutup adalah suatu poligon dimana titik awal dan titik
akhirnya mempunyai posisi yang sama atau berhimpit, sehingga poligon
ini adalah suatu rangkaian tertutup. Berdasarkan fungsinya, poligon
dibedakan menjadi ;
a) Poligon untuk keperluan kerangka peta, syaratnya harus memiliki
titik–titik yang cukup baik, dalam arti menjangkau semua wilayah.
b) Poligon yang berfungsi sebagai titik-titik pertolongan untuk
mengambil detail lapangan.
Untuk memudahkan dalam memahami sudut-sudut yang ada
dalam pengukuran poligon, maka perlu dijelaskan hal-hal sebagai berikut :
a) Sudut dalam adalah selisih antara dua arah (jurusan) yang berlainan.
b) Azimuth (sudut arah) adalah sudut yang dihitung terhadap arah utara
magnetis, dan arah ini berhimpit dengan sumbu Y pada peta.
Unsur-unsur yang dicari dalam pengukuran poligon adalah semua
jarak dan sudut (Di, βi). Kedua unsur ini telah cukup untuk melukis poligon di
atas peta, jika kita tidak terikat pada sistem koodinat yang ada dan tidak
menghiraukan orientasi pada poligon tersebut.Agar poligon tersebut terarah
(tertentu orientasinya), maka perlu salah satu sisi diketahui sudut arahnya
(azimuth).
Untuk memperoleh azimuth tiap sisi poligon, syaratnya harus
diketahui azimuth awalnya (α1). Penentuan azimuth awal dapat dicari dengan
langjah-langkah sebagai berikut :
1) Sumbu I theodolit diatur dalam keadaan vertikal (gelembung nivo
seimbang), dan bacaan sudut horisontal menunjukkan angka
00˚00’00” pada arah magnetis bumi.
2) Putar theodolit dan arahkan ke titik P2 pada bacaan biasa, kemudian
balikkan teropong pada keadaan luar biasa (LB) dan bacalah sudut
yang dibentuk dengan arah titik.
Penentuan azimuth awal (α1) dihitung dengan rumus :
20
X2 = X1 + D sin α1 ± ∆fx
Y2 = Y1 + D cos α1 ± ∆fy
Keterangan :
α = azimuth
D = jarak
β = sudut dalam
∆fx = koreksi sumbu x
∆fy = korekai sunbu y
21
Kemudian untuk titik-titik berikutnya (titik P3) dihitung dari titik P2,
titik P4 dihitung dari titik P3, dan seterusnya.
Keterangan :
- Koreksi bacaan = (BA + BB)/2 =BT
= (1,820+1,580)/2 = 1,700
- Jarak Miring = (BA - BB)/10
= (1,820 - 1,580)/10 = 24 m
- Jarak Datar = (Cos*Jarak Miring)
= (0,9998*24) = 23,996 m
- Koreksi Tinggi = (Sin*Jarak Datar)
= (-0,0175 – 23,996)
= -0.418794 m
- Beda Tinggi = ((Koreksi Tinggi-(Benang Tengah / 1000)) + (Tinggi
Alat/1000))
= ((-0.418794 -(1700 / 1000)) + (1395/1000))
= -0.724 m
24
BAB III
THEODOLIT DIGITAL
a) Teropong / Teleskope
b) Nivo tabung
c) Sekrup Okuler dan Objektif
d) Sekrup Gerak Vertikal
e) Sekrup gerak horizontal
f) Teropong bacaan sudut vertical dan horizontal
g) Nivo kotak
h) Sekrup pengunci teropong
i) Sekrup pengunci sudut vertical
j) Sekrup pengatur menit dan detik
k) Sekrup pengatur sudut horizontal dan vertical
a) Statif / Trifoot
b) Tiga sekrup penyetel nivo kotak
c) Unting – unting
d) Sekrup repetisi
e) Sekrup pengunci pesawat dengan statif
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda
dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam
theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik).
Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang
digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang
ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat
diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan
sudut horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan
kedua dan dapat diputarputar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga
memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat
dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi (Farrington 1997).
30
B. Pengukuran Poligon
Poligon adalah serangkaian titik-titik yang dihubungkan dengan garis
lurus sehingga titik-titik tersebut membentuk sebuah rangkaian (jaringan) titik
atau poligon. Pada pekerjaan pembuatan peta, rangkaian titik poligon
digunakan sebagai kerangka peta, yaitu merupakan jaringan titik-titik yang
telah tertentu letaknya di tanah yang sudah ditandai dengan patok, dimana
semua benda buatan manusia seperti jembatan, jalan raya, gedung maupun
benda-benda alam seperti danau, bukit, dan sungai akan diorientasikan.
Kedudukan benda pada pekerjaan pemetaan biasanya dinyatakan dengan
sistem koodinat kartesius tegak lurus (X,Y) di bidang datar (peta), dengan
sumbu X menyatakan arah timur – barat dan sumbu Y menyatakan arah utara
– selatan. Koordinat titik-titik poligon harus cukup teliti mengingat ketelitian
letak dan ukuran benda-benda yang akan dipetakan sangat tergantung pada
ketelitian dari kerangka peta.
Menurut bentuknya, poligon dibedakan menjadi dua yaitu :
1 Poligon Terbuka
Poligon terbuka adalah suatu poligon dimana titik awal dan titik
akhirnya berbeda. Jenis-jenis poligon terbuka adalah :
a) Poligon terbuka terikat sempurna
b) Poligon terbuka terikat sepihak
c) Poligon terbuka tidak terikat
2 Poligon Tertutup
Poligon tertutup adalah suatu poligon dimana titik awal dan titik
akhirnya mempunyai posisi yang sama atau berhimpit, sehingga poligon
ini adalah suatu rangkaian tertutup. Berdasarkan fungsinya, poligon
dibedakan menjadi ;
a) Poligon untuk keperluan kerangka peta, syaratnya harus memiliki
titik–titik yang cukup baik, dalam arti menjangkau semua wilayah.
31
α2 = α1 + 180º – ( β2 ± ∆fβ)
α3 = α2 + 180º – ( β3 ± ∆fβ)
b. Untuk pengukuran berlawanan jarum jam :
α2 = α1 – 180º + ( β2 ± ∆fβ)
α3 = α2 – 180º + ( β3 ± ∆fβ)
Agar titik koodinat dapat diketahui dalam sistem koodinat yang
ada, maka poligon perlu diikat (dihubungkan) dengan titik yang
diketahui koodinatnya atau titik tetap (X1, Y1). Koodinat di sini
dihitung dari unsur-unsur jarak dan sudut arah sebagai berikut :
X2 = X1 + D sin α1 ± ∆fx
Y2 = Y1 + D cos α1 ± ∆fy
Keterangan :
α = azimuth
D = jarak
β = sudut dalam
∆fx = koreksi sumbu x
∆fy = korekai sunbu y
Kemudian untuk titik-titik berikutnya (titik P3) dihitung dari titik P2,
titik P4 dihitung dari titik P3, dan seterusnya.
selisih
0.29
1692
1633 0 11.8 11.800 0.20594 0.0449384 10.54
1574
1214
942 0 54.4 54.382 0.94877 1.47877475 11.97
670
1430
1161 0 53.8 53.782 0.93831 1.24931032 11.74
892
1400
1140 0 52 51.983 0.90692 1.23891704 11.73
880
1428
1169 0 51.8 51.783 0.90344 1.20643794 11.70
910
1525
1277 -0.5 49.5 49.484 0.86332 1.0583239 11.55
1030
1580
1415 0 33 32.989 0.57555 0.63254926 11.12
1250
1475
1407 -0.5 13.5 13.496 0.23545 0.30045197 10.79
1340
1325
1270 0 11 10.996 0.19185 0.39384952 10.88
1215
1625
1487 -0.5 27.5 27.491 0.47962 0.46462379 10.95
1350
1595
1520 0 15 14.995 0.26161 0.21361298 10.70
1445
35
Keterangan :
- Koreksi bacaan = (BA + BB)/2 =BT
= (1,692+1,574)/2 = 1,633
- Jarak Miring = (BA - BB)/10
= (1,692-1,574)/10 = 11,8 m
- Jarak Datar = (Cos*Jarak Miring)
= (1,00*11,8) = 11,800 m
- Koreksi Tinggi = (Sin*Jarak Datar)
= (0.0174524 – 11,800)
= 0.20594 m
- Beda Tinggi = ((Koreksi Tinggi-(Benang Tengah / 1000)) + (Tinggi
Alat/1000))
= ((0.20594 -(1,633 / 1000)) + (1472/1000))
= 0.0449 m
- Elevasi = (Beda Tinggi + Tinggi Datum)
= (0.0449 + 10.49)
= 10.54 m
36
BAB IV
TOTAL STATION ( TS )
2) Prisma 8) Tripod
3) Meterran 9) Kompas
38
a) Lensa Objektif : Untuk melihat atau mengamati benda yang akan diukurol
eh totatl station posisi bayangannya dapat di sesuaikan
b) Visir : Garis tetap sebagai garis penghubung antara titik tengahlensa okuler
dengan lensa objektif dan titik silang yang di tempatkan padadiafragma
c) Sumbu Datar : Untuk patokan sumbu Horizontal atau mendatar
d) Nivo skala tegak:Untuk mengatur kedudukan total station menjadi
rataatau centering
e) Pengatur bayangan Lensa : Sebagai pengatu fokus lensa agar tidakberbayang
f) Alat Pembaca : Sistem pembacaan alat pembaca pada keadaan garisteropong pada
alat ukut
g) Pengatur lensa okuler: Pengatur khusus pada lensa okuler
h) Nivo Tabung : Nivo yang berguna pengatur centering melihat darigelembung.
40
peta navigasi udara, darat dan laut menetapkan batas-batas pemilikan tanah
pribadi dan tanah Negara mengembangkan informasi tata guna tanah dan
sumber daya alam yang digunakan untuk pengelolaan lingkungan;
menentukan ukuran, bentuk, gaya berat dan medan magnet bumi. Selainitu
pemetaan juga mempunyai peranan penting dalam bidang rekayasa untuk
desain perencanaan dan pembangunan jalan raya, jalan baja, pembangunan
gedung, saluranirigrasi, jalur pipa gas dll.
A. Pengukuran Sudut
a) Mengukur sudut horizontal
B. Pengukuran Jarak
f) Ketika terdengar suara beep maka data pengukuran jarak (S), sudut
vertical (ZA) dan sudut horizontal (HAR) akan ditampilkan
43
D. Prosedur