Anda di halaman 1dari 19

epiDIARE BESERTA EPIDEMIOLOGI

Topik : 1. Menjelaskan riwayat alamiah penyakit


2. Menjelaskan faktor host, agen, dan lingkungan dalam timbulnya suatu penyakit

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kulyah Keperawatan Komunitas I

Dosen Pengampuh : Rasdianah, S. Kep., M. Kep., Ns. Sp. Kep. Kom

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK III

FAUZIAH AYU PRATIWI (70300117067)

NUR HIDAYANTI (70300117067)

HARMAWATI. H (70300117067))

AINUN AMALIYAH ZUHRI (70300117067)

AYU SATRIANA (70300117067)

KHAERUL AKRAM (70300117067)

AINUN RAFIQAH (70300117067)

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2019/2020
Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. TUJUAN

BAB II KONSEP

A. Pemaparan Terkait Topik Berdasarkan Teori Dari Hasil Riset

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Penyakit diare masih menjadi salah-satu masalah keselahan kesahatan masyarakat yang penting
karena merupakan penyumbang utama ketika angka kesakitan dan kematian anak diberbagai Negara
termasuk Indonesia yang diperkirakan lebih dari 1,3 milliar serangan dan 3,2 juta kematian pertahun pada
balita yang disebabkan oleh diare.
Diare adalag perubahan frekuensi dan konsitensi tainja, menurt WHO,1984 mendefenisikan diare
sebagai berak air 3 kali atau lebih dalam sehari semalam ( 24 jam ) para ibu mungkin mempunyai istilah
tersendiri seperti lembek,cair,berdarah,berlendir, atau dengan muntah (muntaber). Penting untuk
menanyakan kepada orang tua mengenai frekuensi dan konsitensi tinja anak yang anggap sudah tidak normal
lagi.

TUJUAN

1. Mampu memahami epidemiologi penyakit diare terkait riwayat alamiah penyakit


2. Mampu mengetahui faktor host, agen, dan lingkungan dari suatu penyakit
BAB II
KONSEP

A. Proses dan riwayat alamiah penyakit Diare

1. Pengertian
Istilah lain yang sering dipakai antara lain: Natural History of Disease, Natural Course of Disease,
atau Natural History of Illness. Istilah natural history of disease adalah yang paling banyak digunakan.
Menurut Rothmann (2008) studi riwayat alamiah penyakit bertujuan mengukur kondisi kesehatan
(health outcome) yang akan diperoleh pada orang sakit jika tidak mendapatkan pengobatan yang
signifikan bagi kesehatannya. Sedangkan Van de Broeck (2013) menyatakan studi pemaparan riwayat
alamiah penyakit merupakan salah satu tujuan dari studi epidemiologi deskriptif, Istilah lain yang
sering dipakai dalam istilah riwayat alamiah penyakit adalah antara lain: Natural History of Disease,
Natural Course of Disease, atau Natural History of Illness.
Manfaat riwayat alamiah penyakit yaitu untuk kepentingan diagnostik yang merupakan masa
inkubasi penyakit dan masa penentuan jenis penyakit, untuk Pencegahan, mengetahui perjalanan
penyakit mulai dari awal hingga terjangkitnya sehingga bisa mendapatkan solusi yang tepat untuk
menghentikan penyebarannya dan untuk ekpentingan terapi, dengan mengetahui setiap fase dengan
baik maka terapi yang diberikan akan berjalan dengan baik pula.
Riwayat alamiah penyakit merupakan proses perkembangan suatu penyakit tanpa adanya
intervensi yang dilakukan oleh manusia dengan sengaja dan terencana. (Hikmawati, 2011) Riwayat
alamiah penyakit ini dibagi atas beberapa tahap yang dijelaskan pada gambar berikt ini :

Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal ( lebih dari 3) serta perubahan dalam
isi. Dan konsistensi. Hal ini biasanya dihubungkan dengan dorongan ketidaknyamanan perineal, inkontinensia,
atau kombinasi dari factor – factor ini. Adanya kondisi yang meyebabkan perubahan pada sekresi usus,
absorbsimukosal, atau motilitas dapat menimbulkan diare.

Hal ini biasanya dihubungkan dengan dorongan ketidak nyamanan perianal, inkontinensia, atau kombinasi
dari kedua faktor ini. Adanya kondisi yang menyebabkan perubahan pada sekresi usus, absorpsi mukosa atau
motilitas dapat menimbulkan diare. Diare dapat bersifat akut atau kronis. Ini dapat diklasifikasikan sebagai
volume tinggi, volume darah, sekresi, osmotik, atau campuran. Diare dengan volume banyak terjadi bila terdapat
lebih dari 1 liter feces cair/hari. Diare dengan volume sedikit terjadi bila terdapat kurang dari 1 liter feces cair
yang dihasilkan perhari. Diare dapat disebabkan oleh obat-obatan tertentu (penggantian hormon thyroid, pelunak
feces dan laksatif, antibiotik dan kemoterapi, dan antasida), pemberian makanan per selang, gangguan metabolik,
dan endokrin (diabetes, adisson, thyrotoksikosis), serta proses infeksi oleh virus atau bakteri (disentri, shigellosis,
keracunan makanan). Proses penyakit lain yang dihubungkan dengan diare adalah gangguan nutrisi dan
malabsorpsi (sindrom usus pekak, kolitis ulseratif, enteritis regional, dan penyakit siliaka), defisit springter anal,
sindrom Zollinger – Ellison, paralitik ileus dan obstruksi usus.

B. Epidemiologi

Sekitar lima juta anak di seluruh dunia meninggal karena diare akut. Di Indonesia pada tahun 70-80 an,
prevalensi penyakit diare sekitar 200-400/1000 penduduk pertahun. Dari angka prevalensi tersebut 70-80%
menyerang anak di bawah usia lima tahun (balita) golongan umur ini mengalami 2-3 episode diare per
tahun.diperkirakan kematian anak akibat diare sekitar 200-250 ribu setiap tahunnya.
C. Etiologi

Strain Escherichia coli penyebab diare terdiri dari enam kategori utama:

1. Entero -hemorrhagic;
2. Entero –toxigenic;
3. Entero –invasive;
4. Entero-pathogenic;
5. Entero-anggregative;dan
6. Diffuse adherent.

D. Bakteri Penyebab Diare


1. Escherichia coli
pada tahun 1970 dari strain-strain yang berhubungan dengan diare, strain-strain enterotoksigenik dari E.coli
sebagai suatu hal yang bersifat patogen pada penyakit diare manusia. Dua tipe toksin E.coli disebut sebagai
toksin labil ( labile toxin,LT ) dan toksin stabil ( stable toksin, ST ).
Akhir-akhir kelompok E. Coli dari serotipe yang berbeda memproduksi enterotoksin yang telah ditemukan
sebagai etiologi penting diare akut, termasuk diare epidemik pada neonatus, menurut( sack, 1977 ). Pada manusia
E.Coli Ptogen mempunyai plasmid Ent+ yang membentuk toksin tahan panas ( stable toksin, ST) dan toksin
tidak tahan panas ( labile toxin,LT ) yang seperti toksin kolera,toksin LTETEC yang dapat merangsang
adenilsiklase dalam sel mukosa usus halus ( evans, 1972: sujudi, 1983).
2. E. Coli enteropatogenik
Pada tahun 1945 bray berhasil menemukan tipe antigen yang spesifik pada bayi yang menderita kolera, selain
itu dikemukakan terdapat bau yang khas pada penderita kolera itu dimana baunya seperti semen cairan yang
dihasilkan oleh oragnisme.

Di indonesia, sejak tahun 1968 E.Coli lebih banyak ditemukan sebagai penyebab diare bayi.

3. E.coli enteroinvasif (EIEC)


E.Coli diketahui dapat menyebabkan diare berdarah dan berinvasi keusus besar yang terdiri dari sejumlah
kecil serogrup yang berbeda dari E.Coli enterotoksigenik dan E.coli enteropatogenik yang disebut E. Coli
enteroinvasif. Strain ini seperti organisme yang bersifat invasif dan sering juga terdapat dalam tinja yang penuh
dengan leukosit dan eritrosit (evans, 1979 )
4. Salmonella
Dari beberapa spesies adalah spesies yang ganas pada manusia diantaranya: S.typhi, S.paratyphi,
S.Hirshfeldi, S.Oranienburg, S.weltevreden, S.Havan, S. Javania, dari spesies ini bakteri masuk kedalam tubuh
manusia melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh tangan, tinja penderita atau pembawa kuman.
Untuk penyebab diare pada orang sehat diperlukan inokulum yang besar sebanya 10 atau lebih ( lavine 1979 ).
5. Shigella
Terdapat 4 kelompok spesies yang terdiri dari 39 tipe dan subtipe,empat kelompok spesies tersebut adalah:
S.DYSENTERIARE, S.flexneri, S.Boydii dan S.sonnei. shigella adalah spesies yang sangat ganas bagi manusia
dan terkenal dap[at menyebabkan diare atau disenteri basil yang sifatnya akut.
Manusia dan kera merupakan sumber infeksi dari I shigella, jumlah inokulum sigella jauh lebih kecil
dibandingkan kuman-kuman penyebab diare lain. Sebagai konsekuensi kecil ini penyebaran basil disentrinya
disebabkan oleh transmisi dengan tangan yang terinfeksi sedangkan melalui makanan atau minuman jarang
terjadi (laveni,1979 )
Shigella adalah penyebab gastroeenteritis pada anak dimana tidak terlalu mendesak ddibandingkan bakteri
enteropatogenik, shigella dianggap suatu bakteri yang patogen sebagi penyebab gastreoenteritis sehingga
diagnosis dengan pemeriksaan tinja menunjukkan adanya sel-sel polimorfinukleus.
6. Jenis vibrio cholerae
Vibrio cholerae dibagi atas beberapa jenis antara lain : tipe inaba, ogawa, dan hikojima. Kuman ini masuk
kedalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh tinja penderita gastroenteritis.
Thiosulfate cilrate bile salts merupakan bakteri yang tumbuh sebagai koloni yang bundar, kuning.

E. Parasit Penyebab Diare


Dinegara indonesia parasit masih dianggap sebagai penyebab diare kronik karena diare kronik pada anak
sering terjadi karena disebabkan oleh parasit yang sering memberatkan keadaan malnutrisi. Ada beberapa parasit
yang menyebabkan diare antara lain :
1. Candida
Hubungan anatara candida dengan gastroenteritis telah dikemukanan oleh ( walfish,1953: amstrong,1958:
moffet,1968) ‘prevalensi candida adalah peran sebagai penyebab gastroenteritis yang dinilai atas dasar isolasi
karena organisme ini jarang terdapat dalam tinja anak. Selain isolasi parasit ada juga patologi mukosa usus dan
respons imunologis yang seharusnya diperiksa untuk menilai patogenitasnya menjadi lebih baik. Pemberian
antibiotik yang lama dapat menyuburkan pertumbuhan candida dalam usus karena kuman autokhton telah
terbunuh.
2. Parasit lain
Peran parasit usus telah banyak diketahui sejak dahulu (bintari rukmono dkk,1963) parasit usus kelihatanya
tidak seperti kuman maupun bakteri atau virus yang menyebabkan diare.
Giardia lamblia, entamoeba, trichiurius, trichomonas, hymenolepis nana adalah parasit yang tidak
terkontrol terjadinya diare.
Penyebab penting yang penting terjadinya diare adalah infestasi cacing atau ascaris lumbricoibes.

F. Patogenesis diare karena virus


Patogenesis diare karena virus dikemukakan oleh ( hamilton,dkk 1975 ) bahwa invasi pada mukosa usus
menyebabkan kerusakan sel vili dimana terdapat villous blunting dan usus kurang mampu mengabsorpsi garam,
air dan juga kekurangan enzim terutama disakaridase. Patomekanisme pada kolera atas penetrasi vibrio cholerae
melalui lapisan mukus dan adhesi pada epitel usus tengah, salidase vibro ( neuraminidase ) berperan menciptakan
reseptor ( GMI).Stimulus hiperskresi usus oleh enterotoksin ( sub unit H ).
1. Kerusakan mukosa dan usus halus
Akibat kerusakan mukosa dan usus halus akan terjadi defisiensi enzim di sakaridase, intoleransi gula dan
juga malabsorpsi lemak, protein, vitamin, asam empedu dan mineral. Jika usus halus mengalami perubahan-
perubahan yang disebabkan oleh PEM tersebut dengan menuju ke defisiensi enzim dan menyebabkan absorpsi
yang tidak adekuat maka terjadilah diare (watanabe, 1976 ).
2. Gangguan imunologi
Dinding usus mempunyai poertahan yang baik . bila terjadi defesiensi ‘S.IgA’ dapat terjadi pertumbuhan
bakteri , sedangkan defesiensi CMI’Cell mediated immunity dapat menyebabkan tubuh tidak mampu mengatasi
infeksi dan infestasi parasit dalam usus. Hal ini mengakibatkan bakteri, virus, parasit dan jamur yang masuk
dalam usus tersebut akan berkembang biak dengan leluas sehingga terjadilah pertumbuhan bakteri dan berakibat
gejala diare dan malabsorpsi makanan.

G. Aspek nutrisi

1. Malnutrisi
Serangan diare sering terjadi pada anak dengan malnutrisi dan ini berkibat lebih lama ( sabii,gordok
dkk.,1964). Diare merupakan salah-satu gambaran klinis yang sangat penting, “semakin buruk keadaan gizi anak
maka semakin sering dan semakin berat diare yang akan dideritanya”.
Mukosa yang akan kurang gizi sangat peka terhadap infeksi. Menurut rabinson,, 1951) bayi dengan ASI lebih
jarang menderita diare karena infeksi usus dan infeksi parenteral. Hal ini desebabkan karena didalam ASI
terdapat zat-zat anti infeksi.
2. Reaksi kekebalan pada malnutrisi
Pada anak dengan PEM terdapat perubahan yang bermakna sebagi sistem imun , terdapat reaksi
hipersensivitas kulit terlambat, dan berkurangnya jumlah limfosit dan jumlah sel T yang beredar ( chandra,1979
.
Perubahan imunologis dapat menyebabkan bertambahnya frekuensi dan berat infeksi usus pada anak dengan
malnutrisi, apabila malnutrisi mengecil dan kekebalan sel-sel menjadi terbatas maka mampu menurunkan sistem
kekebalan non-spesifik terhadap orgsnisme( morley 1979 )
3. Interaksi diare malnutrisi
Interaksi anatara diare dan malnutrisi penting untuk diperhatikan dan bukan hanya dalam hal
pengobatan,pengobatan dan pengobatan, tetapi juga melakukan usaha preventiv pada skala besar terhadap diare
dengan malnutrisi ( rajagopal,1987).
Dengan diare adalah penderita PEM, dalam golongan PEM lebih sering terdapat gangguan cairan dan
elektrolit serta sering terjadi tromboflebitis pasca infus , mortalitas,hipokalemia, hiponatremia, dan asidosis. Pada
tinja anak dengan PEM terdapat lebih banyak bakteri patogen dibandingkan dengan bergizi dengan baik.
4. Malnutrisi dan masalah sosial ekonomi
Terdapat interaksi antara diare, malnutrisi terdapat pula hal yang tidak boleh dilupakan yaitu masalah sosial
ekonomi.

H. Penularan

Penularan terjadi terutama karena mengkomsumsi makanan yang terkontaminasi seperti: tercemar dengan
salmonella, hal ini paling sering terjadi karena daging sapi yang tidak di masak dengan baik (terutama daging
sapi giling) dan juga susu mentah dan buah atau sayuran yang terkontaminasi dengan kotoran binatang pemamah
biak. Seperti halnya Shigella penularan juga terjadi secara langsung dari orang ke orang, dalam keluarga, pusat
penitipan anak dan asrama yatim piatu. Penularan juga dapat melalui air, misalnya pernah dilaporkan adanya
KLB sehabis berenang disebuah danau yang ramai dikunjungi orang dan KLB lainannya disebabkan oleh karena
minum air PAM yang terkontaminasi dan tidak dilakukan klonirasi dengan semestinya.

I. Gambaran Klinis
Diare akut sering disertai dengan tanda dan gejala klinik lainnya seperti muntah, demam, dehidrasi dan
gangguan elektrolit. Keadaan ini merupakan gejala infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasite perut.
Diare juga dapat terjadi bersamaan dengan penyakit infeksi lainnya seperti malaria dan campak, begitu juga dengan
keracunan kimia. Perubahan flora usus yang dipicu antibiotik dapat menyebabkan diare akut karena pertumbuhan
berlebihan dan toksin dari Clostridium difficile.
Dari sudut pandang klinis praktis, penyakit diare dapat dibagi menjadi 6 gejala klinik :
1. Diare ringan, di atasi dengan pemberian larutan rehidrasi oral yang terdiri dari, glukosa dan
elektrolit,sedangkan etiologi spesifik tidaklah penting dalam penatalaksanaan;
2. Diare berdarah (disenteri) disebabkan oleh organisme seperti shigella, E.coli dan beberapa organisme
tertentu ;
3. Diare persisten yang berlangsung paling sedikit selama 14 hari;
4. Diare berat seperti pada Cholera;
5. Diare ringan tanpa dehidrasi karena muntah, disebabkan oleh virus gastroenterides;diare karena toksin,seperti
yang disebabkan oleh staphylococcus aureus,bacillus creus, atau CI.per-fringens;dan
6. Colitis hemoragika, dengan diare cair mengandung darah banyak tetapi tanpa demam atau fekal lekositosis.

J. Pengobatan
Pengobatan spesifik :penggantian cairan dan elektrolit penting jika diare cair atau adanya tanpa dehidrasi.
Peranan pengobatan antibiotika terhadap infeksi E.coli lainnya tidak jelas.bahkan beberapa kejadian
menunjukkan bahwa pengobatan dengan TMP-SMX fluorquinolones dan antimicrobial tertentu lainnya dapat
sebagai pencetus komplikasi seperti HUS.

K. Program Pencegahan dan Penanggulangan

1. Cara pencegahan
Mengingat bahwa penyakit ini sangat potensial menimbulkan KLB dengan kasus-kasus berat maka
kewaspadaan ini dari petugas kesehatan setempat untuk mengenai sumber penularan dan melakukan pencegahan
spesifik yang memadai sangat diperlukan. Begitu ada penderita yang di curigai segera lakukan tindakan untuk
pencegah penularan dari orang ke orang dengan cara meminta semua anggota keluarga dari penderita untuk sering
mencuci tangan dengan sabun dan air terutama buang air besar, sehabis menangani popok kotor dan sampah, dan
melakukan pencegahan kontaminasi makanan dan minuman. langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk
mengurangi distribusi penyakit sebagai berikut:
a. Mengelola kegiatan rumah pemotongan hewan dengan benar untuk mengurangi kontaminasi daging oleh
kotoran binatang.
b. Pasteurisasi susu dan produk susu.
c. Radiasi daging sapi terutama daging sapi giling.
d. Masaklah daging sapi sampai matang dengan suhu yang cukup terutama daging sapi giling. The USA Food
Safety inspection service dan the 1997 FDA Food Code merekomendasikan memasak daging sapi giling pada
suhu internal 155℉ (68℃) paling sedikit selama 15-16 detik. Hanya dengan melihat warna merah muda
daging yang menghilang, tidak dapat dibandingkan dengan kecepatan pengukuran suhu menggunakan
termometer daging.
e. Lindungi dan lakukan pemurnian dan klorinasi air PAM; lakukan klorinasi kolam renang,
f. Pastikan bahwa kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan pada pusat penampungan anak, terutama
sering mencuci tangan dengan sabun dan air sudah menjadi budaya sehari-hari.

2. Penanganan penderita,kontak dan lingkungan sekitar.


a. Mengenal KLB secara dini dan segera melaporkan kepada dinas kesehatan setempat sangatlah penting.
b. Isolasi: selama penyakit dalam keadaan akut,tindakan pencegahan dengan kewaspadaan enteric.
c. Desinfeksi serentak dilakukan terhadap tinja dan barang-barang yang terkontaminasi.masyarakat yang
mempunyai system pembuangan kotoran moderen dan memadai,tinja dapat di buang langsung kedalam
saluran pembuangan tanpa dilakukan desinfeksi.pembersihan terminal.
d. Penatalaksanaan kontak: jika memungkinkan mereka yang kontak dengan diare dilarang menjamah
makanan dan merawat anak atau pasien sampai diare berhenti dan hasil kuitur tinja dua kali berturut-turut
negative.mereka di beritahu agar mencuci tangan dengan sabun dan air sahabis buan air besar dan sebelum
menjamah makanan atau memegang anak dan merawat pasien.
e. Menyelidikan kontak dan sumber infeksi: kultur kontak hanya terbatas di lakukan pada pejamah
makanan,pengunjung dan anak-anak pada pusat perawatan anak dan situasi lain di mana penyebaran infeksi
mungkin terjadi .pada kasus sporadic,melakukan kultur makanan yang dicurigai tidak di anjurkan karena
kurang bermanfaat.

3. Penanggulangan wabah
a. Laporkan segera kepada pejabat kesehatan setempat jika ditemukan adanya kolompok kasus diare berdarah
akut, walaupun agen penyebab belum di ketahui.
b. Cari segera intensif media (makanan atau air) yang menjadi sumber infeksi, selidiki kemungkinan terjadinya
penyebaran dari orang ke orang dan gunakan hasil penyelidikan epidemiologis ini sebagai pedoman
melakukan penanggulangan yang tepat.
c. Singkirkan makanan yang di curigai dan telesuri dari mana asal makanan tersebut; pada KLB keracunan
makanan yang common-cource; ingatan terhadap makanan yang di komsumsi dapat mencegah banyak
kasus.
d. Jika di curigai telah terjadi KLB dengan penelusuran melalui air (waterborne), keluarkan perintah untuk
memasak air dan melakukan klorinasi sumber air yang di curigai di bawah pengawasan yang berwenang
dan jika ini tidak dilakukan maka sebaiknya air jangan di gunakan.
e. Jika kolam renang di curigai sebagai sumber KLB, tutuplah kolam renang tersebut dan pantai sampai
kolam renang di beri klorinasi atau sampai terbukti bebas kontaminasi tinja. Sediakan fasilitas toilet yang
memadai untuk mencegah kontaminasi air lebih lanjut oleh orang-orang yang mandi.
f. Jika suatu KLB di curigai berhubungan dengan susu,pasteurisasi dan masak dahulu susu tersebut sebelum
di minum.
g. Pemberian anti biotik untuk pencegahan tidak di anjurkan.

L. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Berat-berat dengan frekuensi lebih dari 3 kali konsistensi lunak sampai cair, mual dan muntah.
b. Terjadi peningkatan suhu tubuh, dan di sertai ada atau tidak peningkatan nadi, pernapasan.
c. Bila terjadi kekurangan cairan ditandai dengan haus, lidah kering tulang pipi menonjol, turgor kulit
menurun.
d. Bila terjadi gangguan biokimia: asidosis metabolik napas cepat / dalam (kusmaul) bila banyak
kekurangan kalium aritmia jantung.
f. Bila syok hipovolumik berat;nadi cepat lebih 120×/ menit tekanan darah menurun sampai dari tak
terukur.
g. Pasien gelisah,muka pucat, ujung-ujung eksremitas dingin sianosis.
2. Diagnosa dan intervensi keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder
terhadap muntah dan diare.
Intervensi:
a. Rencanakan tujuan masukan cairan untuk seiap pergantian.
b. Jelaskan tentang alasan-alasan untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat untuk metode-metode
untuk mencapai tujuan masukan cairan.
c. Pantau masukan, pastikan sedikitnya 1500 ml cairan per oral setiap 24 jam.
d. Pantau haluaran,pastikan sedikitnya 1000-1500 ml/24 jam. Pantau terhadap penurunan berat jenis urin.
e. Timbang BB setiap haro dengan jenis baju yang sama, pada waktu yang sama.
f. Pertimbangkan kehilangan cairan tambahan yang berhubungan dengan muntah,diare,demam dan drain.
h. Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan kadar elektrolik darah, nitrogen ure darah,urine dan
serum ,osmolalitas kreatinin,hematokrit dan hemoglobin.
i. Kolaborasi dengan pemberian cairan secara intravena.

Perubahan kenyamanan berhubungan dengan kram abdomen, diare dan muntah sekunder akibat dilatasi vaskuler
dan hiperperistaltik.

Intervensi :

a. Dorong klien untuk berbaring dalam posisi terlentang dengan bantalan penghangat di atas abdomen.
b. Singkirkan pemandangan yang tidak menyenangkan dan bau yang tidak sedap dari lingkungan klien.
c. Dorong masukan jumlah kecil dan sering dari cairan jernih.
d. Instruksikan klien menghindari hal ini:
 Cairan yang panas dan dingin.
 Makanan yang mengandung lemak dan serat (missal;susu dan buah).
 Kefein. R/cairan yang dingin merangsang kram; cairan panas merangsang peristaltik
;lemak juga meningkatkan peristaltik dan kafein meningkatkan mobilitas usus.

Risiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanakan program terapeutik yang berhubungan dengan kurang
pengetahuan serta kondisi, pembatasan diet, dan tanda-tanda serta gejala komplikasi.

Intervensi:

a. Jelaskan pembatasan diet:


 Makanan tinggi serat (sekam dan buah segar )
 Makanan tinggi lemak (susu,makanan goreng)
 Air yang sangat panas atau dingin.
b. Jelaskan pentingnya mempertahankan kesimbangan antara masukan cairan oral dan saluran cairan .
c. Jelaskan manfaat istirahat dan dorong untuk istirahat adekuat.
d. Instruksikan untuk mencuci tangan dan:
 Desinfeksi area permukaan dengan desinfektan yang mengandung tinggi alkohol.
 Rendam peralatan makan dan thermometer dalam larutan alkohol atau gunakan alat pencuci
piring untuk peralatan makan.
 Tidak mengijinkan menggunakan bersama alat-alat dan orang sakit.
a. Ajarkan klien dan keluarga untuk melaporkan gejala ini: urine coklat gelap menetap selama lebih dari 24
jam dan feses berdarah.

M. Penentuan Faktor agen, Host/Pejamu, Lingkungan terhadap penjelasan epideniologi diare diatas
1. Agen hidup : Terdapat beberapa sejenis patogen yang menyerang diare diantaranya; Bakteri, virus, dan
parasit
a. Pembagian penyebab bakteri terhadap diare ; Escherichia coli, E. Coli enteropatogenik, E.coli
enteroinvasif (EIEC), Salmonella, Shigella, Jenis vibrio cholerae
b. Parasit Penyebab Diare; Candida, Giardia lamblia, entamoeba, trichiurius, trichomonas, hymenolepis
nana, infestasi cacing atau ascaris lumbricoibes.
c. Pembagian penyebab pathogenesis karena virus terhadap diare; Patogenesis diare karena virus
Patogenesis diare karena virus dikemukakan oleh ( hamilton,dkk 1975 ) bahwa invasi pada mukosa usus
menyebabkan kerusakan sel vili dimana terdapat villous blunting dan usus kurang mampu mengabsorpsi
garam, air dan juga kekurangan enzim terutama disakaridase. Patomekanisme pada kolera atas penetrasi
vibrio cholerae melalui lapisan mukus dan adhesi pada epitel usus tengah, salidase vibro ( neuraminidase )
berperan menciptakan reseptor ( GMI).Stimulus hiperskresi usus oleh enterotoksin ( sub unit H ).
 Kerusakan mukosa dan usus halus
Akibat kerusakan mukosa dan usus halus akan terjadi defisiensi enzim di sakaridase, intoleransi gula dan
juga malabsorpsi lemak, protein, vitamin, asam empedu dan mineral. Jika usus halus mengalami perubahan-
perubahan yang disebabkan oleh PEM tersebut dengan menuju ke defisiensi enzim dan menyebabkan
absorpsi yang tidak adekuat maka terjadilah diare (watanabe, 1976 ).
 Gangguan imunologi
Dinding usus mempunyai poertahan yang baik . bila terjadi defesiensi ‘S.IgA’ dapat terjadi pertumbuhan
bakteri , sedangkan defesiensi CMI’Cell mediated immunity dapat menyebabkan tubuh tidak mampu
mengatasi infeksi dan infestasi parasit dalam usus. Hal ini mengakibatkan bakteri, virus, parasit dan jamur
yang masuk dalam usus tersebut akan berkembang biak dengan leluas sehingga terjadilah pertumbuhan
bakteri dan berakibat gejala diare dan malabsorpsi makanan.

2. Agen tak hidup mencakup faktor nutrtisi (dalam bentuk gizi), Penyebab Kimiawi (zat-zat beracun/obat-
obatan), Penyebab Fisik (radiasi dan trauma mekanik seperti pukulan, tabrakan)
a. Faktor nutrisi;
 Malnutrisi
Serangan diare sering terjadi pada anak dengan malnutrisi dan ini berkibat lebih lama ( sabii,gordok
dkk.,1964). Diare merupakan salah-satu gambaran klinis yang sangat penting, “semakin buruk keadaan gizi
anak maka semakin sering dan semakin berat diare yang akan dideritanya”.
Mukosa yang akan kurang gizi sangat peka terhadap infeksi. Menurut rabinson,, 1951) bayi dengan ASI
lebih jarang menderita diare karena infeksi usus dan infeksi parenteral. Hal ini desebabkan karena didalam
ASI terdapat zat-zat anti infeksi.
 Reaksi kekebalan pada malnutrisi
Pada anak dengan PEM terdapat perubahan yang bermakna sebagi sistem imun , terdapat reaksi
hipersensivitas kulit terlambat, dan berkurangnya jumlah limfosit dan jumlah sel T yang beredar (
chandra,1979 .
Perubahan imunologis dapat menyebabkan bertambahnya frekuensi dan berat infeksi usus pada anak
dengan malnutrisi, apabila malnutrisi mengecil dan kekebalan sel-sel menjadi terbatas maka mampu
menurunkan sistem kekebalan non-spesifik terhadap orgsnisme( morley 1979 )
 Interaksi diare malnutrisi
Interaksi anatara diare dan malnutrisi penting untuk diperhatikan dan bukan hanya dalam hal
pengobatan,pengobatan dan pengobatan, tetapi juga melakukan usaha preventiv pada skala besar terhadap
diare dengan malnutrisi ( rajagopal,1987).
Dengan diare adalah penderita PEM, dalam golongan PEM lebih sering terdapat gangguan cairan dan
elektrolit serta sering terjadi tromboflebitis pasca infus , mortalitas,hipokalemia, hiponatremia, dan asidosis.
Pada tinja anak dengan PEM terdapat lebih banyak bakteri patogen dibandingkan dengan bergizi dengan
baik.
 Malnutrisi dan masalah sosial ekonomi
Terdapat interaksi antara diare, malnutrisi terdapat pula hal yang tidak boleh dilupakan yaitu masalah
sosial ekonomi.

3. faktor host/pejamu ; Umur, jenis kelamin, ras, genetik, pekerjaan, status nutrisi, status kekebalan, adat
istiadat , gaya hidup, psikis
a. Umur; paling banyak yang diderita oleh anak
b. Gizi yang buruk; menyebabkan malnutrisi
c. Pekerjaan; mencakup pembuangan sampah berupa popok disembarang tempat
d. Status kekebalan; menurun
e. Gaya hidup; perilaku dari cara makan, makanan yang dikonsumsi

4. Faktor Lingkungan ;
a. Lingkungan fisik; seperti kekurangan persediaan air bersih terutama pada musim kemarau dapat
menimbulkan penyakit diare.
b. Lingkungan biologis; akibat diare yang disebabkan oleh agen hidup (bakteri, virus, dan parasite) maka
akan terkontaminasi/menular dengan orang lain dengan melalui batuk, bersin, dan lain sebagainya
c. Lingkungan sosial; Mengurangi kontaminasi akibat pemotongan daging sapi, pembuangan sampah berupa
popok, mencuci tangan dengan sabun setelah BAB, BAB pada tempatnya, pembuangan sampah berupa
makanan dan minuman.
BAB III
PENUTUP

Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal ( lebih dari 3) serta perubahan dalam
isi. Dan konsistensi. Hal ini biasanya dihubungkan dengan dorongan ketidaknyamanan perineal, inkontinensia,
atau kombinasi dari factor – factor ini. Adanya kondisi yang meyebabkan perubahan pada sekresi usus,
absorbsimukosal, atau motilitas dapat menimbulkan diare.
Sekitar lima juta anak di seluruh dunia meninggal karena diare akut. Di Indonesia pada tahun 70-80 an,
prevalensi penyakit diare sekitar 200-400/1000 penduduk pertahun. Dari angka prevalensi tersebut 70-80%
menyerang anak di bawah usia lima tahun (balita) golongan umur ini mengalami 2-3 episode diare per
tahun.diperkirakan kematian anak akibat diare sekitar 200-250 ribu setiap tahunnya.
Terdapat beberapa faktor penyebab diare, mulai dari faktor agen hidup maupun tak hidup, faktor
Ost/pejamu, faktor lingkungan. Salah satu penyebab utama terhadap gejala penyakit diare ialah mikroorganisme
berupa bakteri, virus dan parasit yang menyerang tubuh manusia yang mengalami sistem imum yang menurun
dan sangat rentang terjadi pada usia anak.

Kontaminasi terhadap penggunaan air bersih, pembuangan sampah disembarang tempat, pemotongan daging
sapi, gizi buruk, batuk, bersin, perilau hidup atau gaya hidup, kesemuanya ini menjadi pemicu terjadinya diare
akibat patogen yang telah mengindikasikan yang akan berinkubasi terhadap tubuh manusia yang mengalami
kelemahan pada sistem imum.
DAFTAR PUSTAKA

Firdaus, . (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta : Trans Info Media
Suharyono, .(2009) Diare Akut. Jakarta : PT RINEKA CIPTA
3. Form Penilaian Makalah

Topik

No Aspek penilaian Bobot Nilai Nilai

1 Isi dari Makalah


a. Judul dan pengantar makalah jelas dan tepat
b. Menjawab pertanyaan/masalah
c. Masalah dibahas dengan dalam
50
d. Penggunaan teori yang tepat dan jelas
e. Terkait antar topik dan pembahasan
f. Tidak plagiarisme
2 Alur Penulisan
a. Mudah dipahami
b. Saling terkait antara paragraph 20
c. saling terkait antar tema

3 Format Penulisan
a. Memperhatikan kaidah penulisan dan EYD
b. Penulisan menggunakan format APA 10
c. Kerapihan penulisan
4 Penggunaan Referensi
a. Referensi jelas (teksbook/buku wajib
maksimal 10 tahun terakhir dan jurnal maksimal
5 tahun terakhir)
b. Jumlah referensi yang digunakan 10
c. Penggunaan referensi lain seperti berita online,
data statistic, sumber harus tepat dan jelas
5 Waktu Pengumpulan
Sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan 10

Total Nilai 100

Catatan :
………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………

Tanggal Dikumpulkan :

NAMA ANGGOTA KELOMPOK

1. FAUZIAH AYU PRATIWI


2. NURHIDAYANTI
Dosen Pengampu :

Tanda Tangan : ………………………….


4. Form Penilaian Presentasi

Topik

No Aspek penilaian Bobot Nilai Nilai

1 Kualitas tampilan dari PPT 10

2 Penyaji memperkenalkan diri dan 10


mengemukakan tujuan presentasi dengan jelas

U3 Penyaji menjelaskan isi atau konsep dari 15


masalah dengan jelas dan tepat
4 Penyaji menyimpulkan isi atau konsep setalah 15
presentasi
5 Penyaji mampu mengelola waktu presentasi 10
dan diskusi dengan tepat
6 Penyaji menggunakan media dan metode 10
presentasi dan diskusi dengan tepat
7 Penyaji mampu memaparkan masalah dengan 15
tepat
8 Penyaji mampu menghidupkan suasana diskusi 15
yang kondusif dan aktif

Total Nilai 100

Catatan :
………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………

Tanggal Dikumpulkan :

Dosen Pengampu :
NAMA ANGGOTA KELOMPOK
1. FAUZIAH AYU PRATIWI
2. NURHIDAYANTI
3. HARMAWATI
4. AINUN AMALIAH ZUHRI
5. AYU SATRIANA
: …………………………. Tanda Tangan

Anda mungkin juga menyukai