Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kata stres telah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, stress merupakan
salah satu gejala psikologis yang dapat menyerang setiap orang. Stres dapat timbul karena
adanya konflik dan frustrasi. Sebagian besar orang beranggapan bahwa yang dimaksud
stres adalah sesuatu yang tidak menyenangkan dan membuat orang tersebut merasa tidak
nyaman, bingung,mudah marah, tekanan darah meningkat, detak jantung lebih cepat,
gangguan pencernaan, dsb. Sebagian besar stres dapat dipicu karena pengaruh eksternal
dan ada pula yang dipengaruhi oleh faktor internal individu tersebut. Stres sebenarnya
dapat dicegah dan diatasi dengan cara-cara tertentu. Tapi melihat hal-hal
tersebut,tampaknya tidak banyak orang yang mengetahui tentang stres, bagaimana
mencegahnya, mengatasi, ataupun memanfaatkan stres tersebut sebagai salah satu bagian
dari hidup kita. Pemahaman yang baik terhadap stres akan membantu kita dalam
menghadapi stres ketika stres tersebut menyerang kita, melalui penanganan yang tepat
dengan adanya pemahaman yang baik mengenai stres, maka individu tidak akan terkena
dampak negatif dari stres tersebut.
Manusia harus selalu menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia yang selalu
berubah-ubah. Manusia sebagaimana ia ada pada suatu ruang dan waktu, merupakan hasil
interaksi antara jasmani, rohani, dan lingkungan. Ketiga unsure tersebut saling
mempengaruhi satu dengan yang lain. Dalam segala masalah, kita harus
mempertimbangkan ketiganya sebagai suatu keseluruhan (holistic) sehingga manusia
disebut makhluk somato-psiko-sosial. Oleh karena itu, apabila terjadi gangguan pada
jasmani, akan menimbulkan usaha penyesuaian secara fisik atau somatic. Demikian pula
apabila terjadi gangguan pada unsure rohani, akan menimbulkan usaha penyesuaian secara
psikologis. Usaha yang dilakukan organism untuk mengatasi stress agar terjadi
keseimbangan yang terus-menerus dalam batas tertentu dan tetap dapat mempertahankan
hidup dinamakan homeostasis.
Sumber gangguan jasmani (somatic) maupun psikologis adalah stress. Apabila kita
mampu mengatasi keadaan stress, perilaku kita cenderung berorientasi pada tugas (task
oriented), yang intinya untuk menghadapi tuntutan keadaan. Namun, apabila stress
mengancam perasaan, kemampuan, dan harga diri kita, reaksi kita cenderung pada
orientasi pembelaan ego (ego defence-oriented). Penyesuaian yang berorientasi pada tugas

1
disebut adaptasi dan yang berorientasi pada pembelaan ego disebut “mekanisme
pertahanan diri atau MPE = Mekanisme Pertahanan/Pembelaan Ego ( Ego defence
mechanism)”.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu stress?
2. Apa saja sumber stress?
3. Apa saja jenis-jenis stress?
4. Bagaimana model stress?
5. Bagaimana mekanisme stress?
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi strss?
7. Bagaimana adaptasi terhadap stress?
8. Bagaimana penanganan stress?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mampu mengetahui secara menyeluruh bagaimana cara penanganan pada
penanganan stress dan adaptasi dalam konteks psikologi.
2. Tujuan Khusus
Agar Mahasiswa mengetahui:
a. Definisi stress
b. Sumber stress
c. Jenis-jenis stress
d. Model stress
e. Mekanisme stress
f. Faktor yang mempengaruhi respon terhadap stressor dan stress
g. Adaptasi terhadap stress
h. Penanganan stress

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI STRESS
Stress adalah segala situasi dimana tuntutan non specific mengharuskan seorang
individu untuk berespon atau melakukan tindakan (Selye, 1976).
Lazarus dan Folkman (1994) mendefinsikan stress psikologis sebagai hubungan khusus
antara seseorang dengan lingkungannya yang dihargai oleh orang lain tersebut sebagai
pajak terhadap sumber dayanya dan membahayakan kemapanannya.
Stres dianggap sebagai faktor predisposisi atau pencetus yang meningkatkan kepekaaan
individu terhadap penyakit (Rahe, 1975).
Stress adalah ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental , fisik,
emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat memengaruhi kesehatan fisik
manusia tersebut. Dengan mengesampingkan berbagai sudut pandang (mental, emosional ,
fisik , atau spiritual) yang dipakai untuk mengkaji stres , bahwa stress adalah persepsi kita
terhadap situasi atau kondisi di dalam lingkungan kita sendiri .
Stressor adalah stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor
menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa
kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan , perkembangan dan kebutuhan
cultural.

B. SUMBER STRESS
1. Internal
stres bersumber dari diri sendiri
contoh : tuntutan pekerjaan,atau beban terlalu berat,kondisi keuangan,ketidak puasan
dengan fisik tubuh,penyakit yang dialami,masa pubertas,karakteristik atau sifat yang
dimiliki.
2. Eksterna
Stress yang bersumber dari keluarga, masarakat dan lingkungan
a. stres yang bersumber dari keluarga disebab oleh perselisihan dalam keluarga.
Contoh: berpisahan orang tua,adanya anggota keluarga yg mengalami kecanduan
narkoba dll.
b. Stress yang bersumber dari masarakat dan lingkungan:

3
Contoh : pekerjaan,lingkungan sosial,lingkungan fisik,contoh adanya atasan yg tdk
pernah puas di tempat kerja,irih terhadap teman yg status sosialnya lebih
tinggi.polusi udara,dan sampah dilingkungan tempat tinggal

C. JENIS-JENIS STRESS
Ditinjau dari penyebabnya stress dapat dibedakan kedalam beberapa jenis:
1. Stress fisik merupakan stress yang disebabkan oleh keadan fisik,seperti suhu yg terlalu
tinggi,atau terlalu rendah,suara bising,sinar matahari yang terlalu menyengat.
2. Stress kimiawi merupakan stress yang disebabkan oleh pengaruh senyawa kimia yang
terdapat dalam obat,zat beracun asam,basa,faktor hormon atau gas dll.
3. Stres mikrobiologi, merupahkan stress yang disebabkan oleh kuman,seperti
virus,bakteri dan parasit.
4. Stress fisiologi, stress yang disebabkan oleh gangguan fungsi organ tubuh,antara lain
gangguan srtuktur tubuh,fungsi jaringan organ lain.
5. Stress proses tumbuh kembang, stresa yang disebabkan proses tumbuh kembang seperti
masa pubertas,pernikahan,dan pertambahan usia.
6. Stress psikologis atau emosi, stress yang disebabkan gangguan situasi spikologis atau
ketidak mampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri,misalnya dalam
hubungan interpesonal,sosial budaya dan keagamaan.

D. MODEL STRESS
stress dapat di pelajari dari sisi medis,dan dimodel teori dan perilaku,model stres ini
dapat digunakan untuk membantu pasien respon yg tidak sehat dan tidak produktif
terhadap stresor.
1. Model berdasarkan respon
model ini menjelaskan respon atau pola respon tertentu yang dapat
mengidentifikasikan .Model stres dikemukakan oleh Selye,1976, menguraikan stres
sebagai respon yang tidak spesifik dari tubuh terhadap tuntutan yang dihadapinya.Stres
ditunjukan oleh reaksi fisiologis tertentu yang disebut sindrom adaptasi umum(general
adaptation syndrom – GAS).
2. Model berdasarkan adaptasi
Model ini menyebutkan 4 faktor yang menemukan apakah suatu situasi menimbulkan
stres atau tidak(Mechanic,1962) yaitu:
a. Kemampuan untuk menghadapi stres,tergantung pada pengelaman seseorang dalam
menghadapi stres serupa,sistimpendukung,dan presepsi keseluruhan terhadap stres.

4
b. Praktek dan normal dari kelompok atau rekan-rekan pasien yang mengalami
stres.Jika kelompoknya menganggap wajar untuk membicarakan stresor maka
pasien dapat mengeluhkan atau mendiskusiksan hal tersebut,respon ini dapat
membantu proses adaptasi terhadap stres.
c. Pengaruh lingkungan,sosial dalam membantu seseorang menghadapi stres.Seorang
mahasiswa resah menghadapi hasil ujian akirnya yang pertama dapat mencari
pertolongan dosennya,dosen dapat memberi penilaian dan selanjut dapat
memberikan referensiterhadap asisten dosen tertentu yang menurutnya mampu
membantu kegiatan belajar mahasiswa tersebut.dosen dan asisten dosen tersebut
dalam contoh ini merupahkan sumber penurun tingginya stresor yang dialami
mahasiswa tersebut.
d. Sumber daya yang dapat digunakan untuk mengatasi stresor.Misalnya seorang
penderita sakit yang kurangmampu dalam hal Keuangan dapat memperoleh bantuan
tunjangan ASKES.ini contoh untuk membantu stres secara fisiologis.
3. Model berdasarkan stimulus
Model ini berdasarkan kakakteristik yang bersiwat mengganggu atau merusak dalam
lingkungan.Riset klasik yang mengungkapkan stres sebagai stimulus telah
menghasilkans skala penyesuain ulang sosial yang mengukur dampak dari peristiwa-
peristiwa besar dalam kehidupan seseorang terhadap penyakit yang dideritanya(Holmes
dan rahe,1976).
4. Model berdasarkan transaksi
model ini memandang orang dan lingkungannya dalam hubungan yang
dinamis,resiprokal,dan interaktif,Model yang dikembangkan oleh Lazarus dan flokman
ini menganggap stresor sebagai respon perseptual seseorang yang berakar dari proses
psikologis dan kognitif.stres berasal dari hubungan antara orang dan lingkungannya.

E. MEKANISME STRESS
Menurut Rober J,Van Amberg,1979,(dalam Dadang Hawari,2001) stres dapat dibagi
dalam 6 tahap.
1. Tahap pertama
tahap ini merupahkan tahap yang paling ringan,dan biasanya ditandai dengan
munculnya semangat yang berkelebihan,pengelihatan lebih tajam dari biasanya mampu
menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya(namun tanpa disadari cadangan energi
dihabiskan,dan timbulnya rasa gugup yang berkelebihan)

5
2. Tahap dua
tahap ini dampak stres yang semula menyenangkan mulai menghilang dan timbul
keluhan –keluhan karena habisnya cadangan energi,keluhan yang sering timbul;merasa
letih sewaktu bangun pagi dalam kondisi normal,mudah leleh setelah makan
siang,cepat lelah menjelang sore,sering mengeluh lambung atau perut tidak
nyaman,jantung berdebar-debar,otot perut dan tengkuk terasa tegang,dan tidak bisa
santai.
3. Tahap tiga
jika tahap stres sebelumnya tidak ditgananggapi dengan memadai,maka keluhan
akan semakin nyata,seperti gangguan lambung dan usus(gastriti atau
mag,diare)ketegangan otot semakin terasa,peasaan tidak tenang,gangguan pola
tidur(sulit untuk mulai tidur,terbangun tengah malam,dan sukar kembali tidur,atau
bangun terlalu pagi,dan tidak dapat tidur kembali)tubuh terasa lemah seperti tidak
bertenaga.
4. Tahap keempat
setelah memeriksakan diri ke dokter sering kali dinyatakan tidak sakit,karena tidak
ditemukan kelainan-kelainan fisik terhadap organ tubuhnya,namun pada kondisi
berkelanjutan ,akan muncul gejala seperti gejalah ketidak mampuan untuk melakukan
aktifitasrutin karena perasan bosan,kehilangan semangat,terlalu lelah karena gangguan
polah tidur,kemampuan mengingat dan konsentrasi menurunserta muncul rasa takut dan
cemas yang tidak jelas penyebabnya.
5. Tahap kelima
tahap ini ditandai dengan kelelahan fisik yang sangat ,tidak mampu menyelesaikan
pekerjaan ringan dan sederhana,gangguan pada sistim pencernaan semakin
berat,semakin meningkatnya rasa takut dan cemas.
6. Tahap enam
tahap ini merupahkan tahap puncak,biasanya ditandai dengan timbul rasa panik dan
takut mati yang menyebabkan jantung berdetak semakin cepat, kesulitan untuk
bernapas tubuh gemetar dan berkeringat dan adanya kemungkinan terjadi kolaps atau
pingsan.

6
F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON TERHADAP STRESSOR DAN
STRESS
Respon terhadap segala bentuk stresor bergantung pada fungsi fisiologis, sikap, dan
karakteristik perilaku, seperti juga halnya sifat dari stresor stresor tersebut. Sifat stresor
mencakup faktor- faktor berikut ini :
1. sifat stresor: dapat berubah secara tiba-tiba atau berangsur-angsur dan dapat
mempengaruhi terhadap respons seseorang dalam menghadapi stres tergantung
mekanisme yang dimilikinya.
2. Durasi stres ; lamanya stresor yang dialami seseorang dapat mempengaruhi respon
tubuh.apabila stresor yang dialami lebih lama ,maka respons juga akan lebih lama,dan
tentunya akan mempengaruhi fungsi tubuh.
3. Jumlah stresor:semakin banyak stresor yang dialami seseorang semakin besar
dampaknya bagi fungsi tubuh.
4. Pengelaman masa lalu:pengelaman masa lalu seseorang dalam menghadapi stres dapat
menjadi bekal dalam menghadapi stres berikutnya karna individu memiliki kemampuan
beradaptasi/mekanisme koping yang lebih baik.
5. Tipe kepribadian .tipe kepribadian seseorang diyakini juga dapat mempengaruhi respon
terhadap stresor.
Menurut Friedman dan Roseman,1974,terdapat dua tipe kepribadian,yaitu A dan tipe
B.Orang dengan tipe kepribadian A lebih rentan terkenah stres apabila dibandingkan
dengan orang yang memiliki tipe kepribadian B.Tipe A memiliki ciri-ciri
ambisius,agresif,kompetitif,kurang sabar mudah tegang,mudah tersinggung ,mudah
marah memiliki kewaspadan yang berlebihan,berbicara dengan cepat bekerja tidak
kenal waktu,tidak mudah dipengaruhi,pandai berorganisasi,dan memimpin atau
memerintah,lebih suka bekerja sendirianbila ada tantangan,kaku terhadap waktu,dan
sulit untuk santai. Sedangkan tipe B memiliki sifat kebalikan dari tipe antara lain lebih
santai,penyabar, untuk menang,tidak mudah marah/tersinggung,jarang kekurangan
waktu untuk melakukan hal-hal yang disukai ,fleksibel,mudah bergaul dll.
6. Tahap perkembangan:tahap perkembangan individu dapat membentuk kemampuan
adaptasi yang semakin baik terhadap stresor.stresor yang dialami setiap individu
berbeda setiap tahap perkembagam usia

7
G. ADAPTASI TERHADAP STRESS
Ketika mengalami stres,orang menggunakan energi fisiologis,psikologis,sosial budaya dan
spiritual untuk beradaptasi.jumlah energi yang dibutuhkan dan efektifitasnya upaya
adaptasi tersebut bergantung pada intensitas,lingkup,dan jangka waktu stresor,serta jumlah
stresor lainya.
1. Fisiologis
Riset klasik yang dilakukan Selye 1976(dalam potter dan Perry,1997)membagi adaptasi
fisiologi menjadi sindrom adaptasi lokal(lokal adaptasi sindrom,LAS)dan sindrom
adaptasi umum(general adaptation syndrom-GAS)
Adaptasi fisiologis dapat berupa:
a) LAS (local Adaptation Syndroma) merupahkan proses adaptasi yang bersifat lokal
 Misalnya : Manifestasi dari proses infectic
- Merah
- Nyeri
- Bengkak
- Panas
- Fungsiolaesa
 ciri-ciri LAS ada
- bersifat lokal yaitu tidak melibatkan seluruh sistim tubuh
- bersifat adaptif yaitu diperluhkan stresor untuk menstimulasikan
- bersifat jangka pendek yaitu tidak berlangsung selamanya
- bersifat restoratif yaitu membantu memperbaiki homeostatis daerah atau
bagian tubuh
b) GAS (General Adaptation Syndrom) adalah proses adaptasi bersifat umum atau
sistemik.misalnya apabila reaki lokal tidak dapat diatasi,maka timbul gangguan
sistim atau seluruh tubuh lainya berupa panas diseluruh tubuh,berkeringat,dll.
 Gas terdiri 3 tahap
a. tahap reaksi merupakan tahap awal dari proses adaptasi,yaitu tahap dimana
individu siap menghadapi stresor yang akan masuk kedalam tubuh.tahap ini
ditandai dengan kesiagaan yang ditandai dengan perubahan fisiologis
pengeluaran hormon oleh hipotalamus yang menyebabkan kelenjar adrenal
mengeluarkan adrenalin ,yang selanjutnya memacu denyut jantung dan
menyebabkan pernapasan menjadi cepat dan dangkal,kemudian hipotalamus
melepaskan hormon ACTH(hormon adrenokortikotropik)yang dapat
8
merangsang adrenal untuk mengeluarkan kortikoid yang akan mempengaruhi
berbagai fungsi tubuh.aktifitas hormonal yang ekstensif tersebut
mempersiapkan seseorang untuk ‘’fight or flight”
b. tahap resistensi
pada tahap ini tubuh mulai stabil,tingkat hormon tekanan darah dan output
jantung kembali kenormal.individu berupaya beradaptasi dengan stres.jika
stres dapat diselesaikan tubuh akan memperbaiki kerusakan yang mungkin
telah tejadi,namun jika stresor tidak hilang ia akan memasuki tingkat ke 3.
c. tahap kelelahan
tahap ini ditandai dengan terjadinya kelelahan karena tubuh tidak mampu lagi
menanggung stres dan habisnya energi yang diperluhkan untuk
beradaptasi,tubuh tidak mampu melindungi dirinya sendiri menghadap
stresor,regulasi fisiologis menurun,dan jika stres terus berkelanjut dapat
menyebabkan kematian.
2. Psikologis
Adapatasi adalah proses penyesuaian secara psikologis dengan cara melakukan
mekanisme pertahanan diri yang bertujuan untuk melindungi atau bertahan dari
serangan atau hal yang tidak menyenangkan.
adaptasi psikologis bisa bersifat konstruktif dan destruktif. perilaku yang konstruktif
membantu individu menerima tantangan untuk memecahkan konflik.perilaku destruktif
,tidak membantu individu mengatasi stresor. perilaku adaptasi juga mengacu pada
mekanisme koping(coping mechanisme)yang berorientasi pada tugas(task oriented)dan
mekanisme pertahanan diri(ego oriented)
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas .
Reaksi ini melibatkan penggunaan kognitif untuk mengurangi stres dan
memecahkan masalah.terdapat 3 jenis perilaku yang umum:
1) menyerang,yaitu bertindak menghilangkan,mengatasi stresor,atau memenuhi
kebutuhan,misalnya berkonsultasi dengan orang yang ahli.
2) Menarik diri dari strsor secara fisik maupun emosi.
3) Berkomromi, yaitu mengubah metode yang biasa digunakan,mengganti tujuan.
b. Reaksi berorientasi pada ego
reaksi ini dikenal sebagai mekanisme pertahanan diri secara psikologis untuk
mencegah gangguan psikologis yang lebih dalam. Mekanisme pertahanan diri
tersebut adalah:

9
1) Rasionalisasi:berusaha memberikan alasan yang rasional sehingga masalah yang
dihadapinya dapat teratasi.
2) Pengalihan:upaya untuk mengatasi masalah psikologis dengan melakukan
pengalihan tingka laku pada obiek lain,contohnya jika seseorang terganggu akibat
situasi gaduh yang disebabkan oleh temannya ,maka ia berupaya mengalahkan
temannya itu.
3) Kompensasi;mengatasi masalah dengan mencari kepuasan pada keadaan
lain.misalnya seseorang memiliki masalah karena menurunnya daya ingat ,maka
disisi lain ia berusaha menonjolkan bakat melukis yang dimilikinya.
4) Identifikasi:meniru perilaku orang lain dan berusaha mengikuti sifat,karakteristik
dan tindakan orang tersebut.
5) Represi;mencoba menghilangkan pikiran masa lalu yang buruk dengan
melupakan atau menahannya di alam bawah sadar dan sengaja melupakannya.
6) Supresi: berusaha menekan masalah yang secara sadar tidak diterima dan tidak
memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan.
7) Penyangkalan; upay pertahanan diri dengan cara menyangkal masalah yang
dihadapi atau tidak mau menerimah kenyataan yang dihadapinya.misalnya
menolak kenyataan pasangan sudah meninggal dunia dengan cara tetap
melakukan rutinitas seolah-olah pasangan masih ada.
3. Adaptasi sosial budaya
Merupakan cara untuk mengadakan perubahan dengan melakukan proses penyesuaian
perilaku yang sesuai dengan normal yang berlaku dimasanyarakat.misalnya seseorang
yang tinggal dalam lingkungan masnyarakat dengan budaya gotong royong akan
berupaya beradaptasi dengan lingkungannya tersebut
4. Adaptasi spiritual
Proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan perilaku yang didasarkan pada
keyakinan atau kepercayaan yang dimilikisesuai dengan agama yang
dianutnya.misalnya apabila mengalami stres, seseorang akan giat melakukan
ibadah,seperti rjin sumbayang,puasa dan sebagainya.

10
H. PENANGANAN STRESS
Beberapa manajemen stres yang dapat dilakukan adalah:
1. Mengatur diet dan nutrisi;merupahkan cara yang efektif dalam mengurangi atau
mengatasi stres.ini dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi
sesuai porsi dan jadwual yang teratur,menu juga sebaiknya bervariasi agar tidak timbul
kebosanan.
2. Istirahat dan tidur;merupahkan obat yang baik dalam mengatasi stres karena istirahat
dan tidur yang cukup akan memulihkan keletihan fisik dan kebugaran tubuh,tidur yang
cukup juga akan memperbaiki sel-sel yang telah rusak.
3. Olaraga teratur:salah satu cara meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun
mental.olaraga yang dilakukan tidak harus sulit olaraga yang dianjurkan seperti jalan
pagi,lari pagi dilakukan 2 mg sekali,tidak harus sampai berjam-jam,diamkan biarkan
badan berkeringat sejenak lalu mandi untuk memulihkan kesegarannya.
4. Berhenti merokok;bagian dari car menanggulangi stres karena dapat meningkatkan
status kesehatan serta menjaga ketahanan dan kekebalan tubuh.
5. Menghindari minuman keras:merupahkan faktor pencetus terjadinya stres.dengan
menghindari minuman keras,individu dapat terhindari dari berbagai macam penyakit
yang disebabkan oleh pengaruh minuman keras yang mengandung alkohol.
6. Mengatur berat badan:BB yang tidak seimbang(terlalu gemuk atau terlalu
kurus)merupahkan faktor dapat menyebabkan timbulnya stres.keadaan tubuh yang tidak
seimbang akan menurunkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.
7. Mengatur waktu;merupahkan cara yang tepat dalam mengurangi dan menanggulangi
stres.dengan mengatur waktu yang sebaik-baiknya pekerjaan yang ddapat
menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari,hal ini dapat dilakukan dengan cara
menggunakan waktu secara efektif dan efisien,misalnya tidak membiarkan waktu
berlalu tanpa menghasilkan hal yang bermanfaat.
8. Terapi psikofarmaka:terapi menggunakan obat-obatan,dalam mengatasi stres yang
dialami melalui pemutusan jaringan antara psiko,neuro,dan imonologi sehingga stresor
psikososial yang dialami tidak mempengaruhi fungsi koknitif efektif atau psikomotor
yang dapat mengganggu organ tubuh yang lain.obat yang sering digunakan adalah obat
anti cemas dan antidepresi.
9. Terapi somatik;terapi ini hanya dilakukan pada gejalah yang ditimbulkan akibat stres
yang dialami sehingga diharapkan tidak mengganggu sistim tubuh yang lain.contohnya
jika seorang mengalami diare akibat stres ,maka terapinya adalah dengan mengobati
diarenya.

11
10. Psikoterapi:terapi ini mengguakan teknik psiko yang disesuaikan dengan kebutuhan
seseorang.terapi ini meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi reedukatif.psikoterapi
suportif memberikan motifasi dan dukungan agar pasien memiliki rasa percaya
diri,sedangkan psikoterapi reedukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan secara
berulang,selain itu psikoterapi rekonstruksi dengan cara memperbaiki kembali
kepribadian yang mengalami goncangan dan psikoterapi kognitif dengan memulihkan
fungsi koknitif pasien(t berpikir rasional).
11. Terapi psikoreligius:menggunakan pendekatan agamadalam mengatasi permasalahan
psikologis.terapi ini diperlukan karna dalam mengatasi atau mempertahankan
kehidupan seseorang harus sehat secara fisik,psikis,sosial maupun spiritual.

12
BAB III

TINJAUAN KASUS

PENGARUH PENERAPAN TERAPI TAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT


STRES KERJA PADA PEGAWAI KERETA API

Anggun Resdasari Prasetyo, Harlina Nurtjahjanti


Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
Jl. Prof Sudharto. SH, Kampus Tembalang, Semarang, 50275
anggun.resdasari@gmail.com; harlina_nc@yahoo.com

Abstract
Psychological successful such as satisfaction and happiness is needed by every worker,
unfortunately stress can not be denied. One of coping stress is laugh therapy. It uses humor
and laughter to help worker release their problem included physical and mental problems.
Subjects of this research are 36 workers of human resource management division in PT
Kereta Api DAOP IV Semarang that taken by saturation sampling. Mann-Whitney U test is
used to compare posttest score between experiment group and control group. The result is
0,001 (p<0,05), means that hypothesis can accepted.
Keywords: work stress, laugh therapy, employee

Abstrak
Kesuksesan secara psikologis seperti merasakan kepuasan, kenyamanan dan kebahagiaan
dalam bekerja dibutuhkan oleh setiap pekerja, akan tetapi dalam kenyataan banyak pekerja
yang mengalami stres kerja. Salah satunya pegawai PT. Kereta Api bagian SDM DAOP IV
Semarang yang memiliki tuntutan harus menangani masalah-masalah pengembangan sistem
dan tata kelola ketenagakerjaan di perusahaan. Penanganan stres dapat menggunakan terapi
tawa, yaitu metode terapi dengan humor dan tawa untuk membantu individu menyelesaikan
masalah dan gangguan fisik maupun mental. Sampling yang digunakan adalah sampling
jenuh, yang melibatkan 36 orang karyawan. Analisis data penelitian menggunakan statistik
nonparametrik Mann-Whitney U-Test. Terlihat bahwa nilai p hitung berdasarkan statistik z
adalah 0,000 yang lebih kecil dari taraf nyata (p<0,05). Hal ini menunjukkan data posttest
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki perbedaan yang signifikan,
dengan demikian hipotesis penelitian dapat diterima.

Kata Kunci: stress kerja, terapi tawa, karyawan

13
A. PENDAHULUAN
Kesuksesan dalam pekerjaan pasti dibutuhkan oleh setiap pekerja, bukan hanya secara
materi ataupun hasil pekerjaan tetapi juga kesuksesan psikologis. Kesuksesan psikologis
adalah pekerja merasakan kepuasan, kenyamanan, dan kebahagiaan di dalam pekerjaan.
Tetapi kenyataan yang dihadapi adalah banyak pekerja yang berdasarkan berbagai macam
hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja mengalami stres kerja. Stres kerja dapat terjadi
ketika individu-individu tersebut dituntut lebih banyak menciptakan keunggulan kompetitif
melalui peningkatan pengetahuan, peng-alaman, keahlian dan komitmen serta hu-bungan
dengan rekan sekerja maupun pihak lain di luar perusahaan (Stranks, 2005). Namun dalam
kenyataannya, seringkali di-jumpai individu atau kelompok individu menunjukkan ciri-ciri
kepribadian yang tidak sesuai dengan tuntutan tersebut. Hal ini terutama disebabkan oleh
benturan-benturan, ketegangan, tekanan atau penyesuaian dirinya yang kurang harmonis
dengan lingkungan dan pada akhirnya menimbulkan stres serta mem-pengaruhi efektivitas
organisasi (Setiawan, 2009). PT. Kereta Api Indonesia (KAI), menuntut karya-wannya untuk
mengutamakan pelayanan dan keselamatan pada konsumen (Yuhans, 2010. Di sisi lain,
kinerja karyawan PT. KAI sering disorot karena dalam satu dekade terakhir ini sering terjadi
kecelakaan yang merenggut nyawa manusia hingga ratusan jiwa.
Akar persoalan human factor tersebut adalah masalah sistem dan tata kelola ketenaga-
kerjaan di PT KAI yang masih amburadul (Yuhans, 2010). Kondisi ini terlihat dari perhatian
manajemen yang masih kurang terhadap beban kerja dan hak-hak normatif karyawan PT KAI
seperti masalah pembagian shift, tekanan waktu, kesejahteraan pegawai. Selain itu juga ada
masalah terkait peman-faatan teknologi dan informasi yang masih terbatas seperti sistem
informasi dan komunikasi untuk pegawai kereta api front liner (masinis, PPKA, teknisi
lokomotif dan gerbong, serta teknisi persinyalan dan empla-semen stasiun). Masalah-masalah
peng-embangan sistem dan tata kelola ketenaga-kerjaan tersebut merupakan tugas kerja yang
harus diselesaikan oleh pegawai bagian SDM. Beban atau tuntutan pekerjaan yang tinggi
pada pegawai bagian SDM PT. KAI itulah yang dapat menyebabkan stres kerja.
Tingkat stres kerja berlebihan dapat berdampak negatif terhadap prestasi kerja
karyawan PT.KAI yang pada akhirnya dapat merugikan perusahaan. Apalagi jika stres kerja
tersebut berada dalam taraf tinggi tentu akan memberikan dampak negatif. Dampak negatif
dapat berupa rendahnya tingkat produktivitas, minimnya kreativitas, kurangnya motivasi,
pengambilan keputusan yang tidak efektif, kualitas komunikasi antar karyawan yang rendah,
tingkat absensi atau ketidakhadiran pegawai yang tinggi, bahkan munculnya tindakan
kekerasan dalam lingkungan kerja (Stranks, 2005). Untuk itu, agar pekerja bisa menemukan
kebahagiaan dan kesuksesan di dalam pekerjaannya yaitu dapat mengembangkan kondisi

14
psikologisnya se-hingga kinerjanya bisa optimal, maka pekerja perlu dibekali ketrampilan
manajemen stres (Mindtools, 2008).
Secara umum, ada 3 macam manajemen stres (Budiningwati & Meuraksa, 2010), yaitu:
1. Lapis pertama ~ primary prevention, yaitu dengan mengubah atau melakukan perbaikan
manajemen diri dengan memiliki ketrampilan yang relevan. Misal: manaje-men waktu,
ketrampilan mendelegasikan, ketrampilan mengorganisasikan, menata.
2. Lapis kedua ~ Secondary prevention, menyiapkan diri menghadapi stressor, de-ngan cara
exercise, diet, rekreasi, istirahat, meditasi, dan lain-lain.
3. Lapis ketiga ~ Tertiary prevention, menangani dampak stres yang terlanjur ada, kalau
diperlukan meminta bantuan jaringan suportif dan terapis.
Penanganan stres yang dilakukan adalah pada Lapis ketiga ~ Tertiary prevention, yaitu
strategi untuk menurunkan tingkat stress dengan menerapkan terapi tawa. Firmanto (2006)
membuktikan bahwa terapi tawa efektif menurunkan stres kerja pada Pegawai Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Surabaya di Desa Kebon Agung Kecamatan Porong.
Terapi Tawa merupakan metode terapi dengan menggunakan humor dan tawa, yang
dikombinasikan dengan yoga dan meditasi, untuk membantu individu mengurangi gangguan
fisik maupun gangguan mental. Penggunaan tawa dalam terapi akan menghasilkan perasan
lega karena tawa secara alami menghasilkan pereda stres dan rasa sakit (psikologizone,
2010).

Stres Kerja
Maramis (2004) menjelaskan bahwa stres didefinisikan sebagai semua jenis
perubahan yang menyebabkan fisik, emosi atau tekanan psikologis. Riggio (2003)
mengatakan bahwa stres adalah suatu reaksi fisiologis terhadap kejadian-kejadian yang
terjadi di lingkungan yang dirasa mengancam. Reaksi fisiologis seperti meningkatnya kerja
jantung, tekanan darah dan meningkatnya pengeluaran keringat dari tubuh. Reaksi psikologis
meliputi kecemasan, ketakutan, frustrasi.
Aamodt (2004) menyebutkan stres kerja sebagai reaksi psikologis dan fisik terhadap
kejadian-kejadian atau situasi-situasi (stressor) yang berasal dari lingkungan kerja.
Sedangkan Stranks (2005) menjelaskan bahwa stres kerja adalah keadaan psikologis yang
menyebabkan seseorang menjadi disfungsional di dalam pekerjaan, merupakan respon
individu karena ketidakseimbangan antara beban kerja dengan kemampuan menyelesaikan
pekerjaan.
Sekecil apapun gejala stres kerja yang muncul tidak perlu menunggu hingga menjadi
besar dan parah, yang pada akhirnya merugikan tenaga kerja dan perusahaan karena

15
berpengaruh terhadap produktivitas kerja atau performansi pekerja yang dihasilkan (Stranks,
2005).
Budiningwati & Meuraksa (2010) menjelaskan lebih lanjut bahwa bila manusia
mendapatkan stresor, tubuh manusia akan berusaha mengadakan perlawanan dengan mencari
keseimbangan. Stres dapat memicu respon tubuh terhadap ancaman atau bahaya yang
dirasakan, yang fight atau flight respon.
Tubuh manusia merespon stres dengan mengaktifkan sistem saraf dan hormon
tertentu. Hipotalamus memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk memproduksi lebih
banyak hormon adrenalin dan kortisol serta melepaskan ke dalam aliran darah. Pembuluh
darah terbuka lebih lebar untuk membiarkan lebih banyak darah mengalir ke otot besar. Pupil
melebar untuk memperbaiki penglihatan. Kemudian keringat dihasilkan untuk mendinginkan
tubuh. Awalnya kemampuan ini berfungsi normal namun bila individu meng-alami situasi
berbahaya terus menerus maka tubuh akan mengalami banyak perubahan se-perti
meningkatnya tekanan darah dan pening-katan hormon stres, hingga mempengaruhi sistem
kekebalan tubuh dan meningkatkan resiko terjadinya infeksi.
Stres kerja dapat muncul ketika individu mencoba mengatasi atau menyelesaikan
tugas-tugas dan tanggung jawab yang terkait dengan pekerjaan tetapi mengalami kesulitan
dalam penyelesaiannya sehingga mengalami kece-masan, ketakutan dan kekhawatiran.
Penyebab stres secara umum meliputi :
1. Ancaman
Persepsi tentang adanya ancaman seperti fisik, sosial, dan financial membuat
seseorang merasa stres. Keadaan akan men-jadi buruk bila individu yang mem-
persepsikan tentang adanya ancaman ini merasa tidak dapat melakukan tindakan
apapun yang dapat mengurangi ancaman tersebut.
2. Ketakutan
Ancaman bisa menimbulkan ketakutan. Ke-takutan membuat individu
membayangkan akan terjadinya akibat yang tidak me-nyenangkan sehingga
menyebabkan stress.
3. Ketidakpastian
Saat individu merasa tidak yakin tentang sesuatu, maka akan sulit membuat prediksi.
Akibatnya individu merasa tidak dapat mengendalikan situasi. Perasaan tidak mampu
mengendalikan situasi akan me-nimbulkan ketakutan. Rasa takut menye-babkan stres.
4. Disonansi kognitif
Disonansi kognitif terjadi bila ada ke-senjangan antara yang dilakukan dengan yang
dipikirkan. Hal ini akan dirasakan sebagai stres.

16
Budiningwati dan Meuraksa (2010).
Stranks (2005) menjelaskan bahwa stres kerja dapat mempengaruhi setiap aspek
kehidupan pegawai. salah satu penyebab stres adalah masalah pekerjaan seperti. Penyebab
stres kerja secara spesifik dapat disebabkan karena faktor lingkungan fisik, organisasi atau
perusahaan dan masalah personal serta sosial. (Stranks, 2005):
1. Lingkungan fisik, seperti kurangnya ruang untuk mengoperasikan peralatan secara
aman dan nyaman, ruangan yang terlalu bising, peralatan yang masih harus dikerjakan
secara manual, sirkulasi udara yang kurang, kurangnya ruang privasi, dan kurangnya
pencahayaan.
2. Organisasi, seperti kebijakan, budaya organisasi, dan manajemen organisasi. Secara
lebih spesifik penyebab stres kerja dari organisasi, adalah sebagai berikut:
a. Ketidakseimbangan jumlah pegawai dengan jumlah pekerjaan yang harus
diselesaikan.
b. Adanya beberapa unit kerja yang tidak terisi oleh pegawai sehingga pegawai harus
menjalankan beberapa tugas sekaligus.
c. Kurangnya koordinasi antar departemen.
d. Kurangnya pelatihan yang tepat bagi pegawai.
e. Kurangnya informasi pada pegawai tentang apa yang harus mereka lakukan.
f. Prosedur kerja yang sangat ketat.
g. Tidak ada waktu bagi pegawai untuk rekreasi atau melakukan perubahan.
h. Inkonsistensi antar manajer.
i. Kompetisi kerja yang sangat ketat.
j. Prosedur kerja yang tidak jelas dan sering berubah.
3. Peran pegawai di dalam organisasi, seperti ambiguitas peran, konflik peran, tanggung
jawab yang terlalu sedikit, kurangnya dukungan dari manajer senior.
4. Hubungan di dalam organisasi: kurangnya hubungan yang baik dengan atasan yang
menyebabkan pegawai kurang mengerti tanggung jawab dan tugas-tugas yang harus
dikerjakan, konflik pribadi dengan rekan kerja, perbedaan bahasa, kepribadian, jenis
kelamin, pengetahuan, tingkat pendidikan, serta ras, dan tidak adanya umpan balik
dari manajer senior atau atasan sehingga menyebabkan perasaan isolasi dan putus asa.
5. Pengembangan karir, promosi yang terlalu berlebihan sehingga pegawai tidak bisa
berfungsi secara efektif atau promosi yang kurang.
6. Masalah personal dan sosial, seperti pelecehan seksual, rasisme, konflik ke-luarga,
dan masalah keuangan.

17
Manuaba (2005) menyebutkan bahwa stres yang berkaitan dengan pekerjaan, dapat
disebabkan oleh:
1. Tuntutan pekerjaan terlalu berat atau terlalu rendah.
2. Pekerja tidak punya hak atau tidak diikutkan dalam mengorganisir kerja mereka.
3. Dukungan rendah dari manajemen dan teman sekerja.
4. Konflik karena tuntutan yang tinggi seperti tercapainya kualitas dan produktivitas.
Tanda-tanda Stres Kerja
Aamodt (2004) melihat tanda-tanda stres kerja sebagai respon individu terhadap
adanya stres kerja yang meliputi respon psikologis, fisiologis dan perilaku. Respon psikologis
meliputi adanya perasaan tertekan, kecemasan, kemarahan dan gangguan tidur. Respon
fisiologis terlihat dari tanda-tanda kesehatan yang menurun, masalah jantung, sakit kepala
dan tulang sendi nyeri. Respon perilaku dapat terlihat dari perilaku merokok, perilaku
meminum minuman keras, penyalahgunaan obat, meningkatnya absen, turnover,
produktivitas rendah dan kekerasan di tempat kerja.
Dampak Stres Kerja
Menurut Jacinta (2002), stres kerja dapat juga mengakibatkan hal-hal atau memiliki dampak
sebagai berikut:
1. Dampak terhadap perusahaan
a. Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja
b. Mengganggu kenormalan aktivitas kerja
c. Menurunnya tingkat produktivitas
d. Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan.
2. Dampak terhadap individu
a. Kesehatan
Seperti penyakit jantung, gangguan pen-cernaan, darah tinggi, maag, alergi, dan
beberapa penyakit lainnya.
b. Psikologis
Stres berkepanjangan akan menyebabkan ketegangan dan kekuatiran yang terus
menerus yang disebut stres kronis. Stres kronis bersifat menggerogoti dan meng-
hancurkan tubuh, pikiran dan seluruh hancurkan tubuh, pikiran dan seluruh kehidupan
penderita secara perlahan-lahan.
c. Interaksi interpersonal
Individu yang sedang stres akan lebih sensitif dibandingkan dengan yang tidak, seperti
menyalahartikan suatu keadaan, pendapat dan penilaian, kritik, nasehat, bahkan perilaku
orang lain sehingga
18
Penanganan Stres Kerja
Stranks (2005) menjelaskan ada beberapa strategi manajemen stres kerja. Strategi
pertama, mengidentifikasi faktor-faktor pe-nyebab stres seperti budaya kerja, jadwal kerja,
proses komunikasi, inkompetensi manajer, dan lain-lain. Kemudian, dilakukan pengukuran
dan evaluasi tingkat stres yag dialami. Hasil pengukuran dan evaluasi kemudian digunakan
untuk menentukan penanganan stres yang tepat bagi pekerja.

Terapi Tawa
Tertawa adalah ekspresi jiwa atau emosional yang diperlihatkan melalui raut wajah
dan bunyi-bunyian tertentu. Tertawa secara fisio-logis dapat diibagi menjadi dua, yaitu satu
set gerakan dan produk suara (Muhammad, 2011). Tertawa merupakan tindakan yang sehat
dan memberi tambahan oksigen bagi sel dan jaringan. Sebaliknya, merasa dan berperilaku
murung mengakibatkan pengurangan oksigen dalam darah. Sel-sel darah menjadi lapar dan
kosong, menghasilkan depresi, kecemasan, dan kemarahan (Plutchik, 2002). Otak yang dialiri
darah beroksigen tinggi akan bekerja lebih baik daripada saat kekurangan oksigen.
Otak mengingat sesuatu untuk kurun waktu yang sangat lama, sehingga seseorang
lupa sepenuhnya terhadap kejadian yang pernah dialami merupakan kondisi yang agak
mustahil. Jika individu tersenyum atau merasa senang, otak akan mengingat bahwa di masa
lalu ekspresi ini berkaitan dengan keba-hagiaan, dan akan segera menanggapinya de-ngan
cara melepaskan neurotransmiter-neurotransmiter yang tepat. Hasilnya individu akan menjadi
lebih berbahagia dan merasa lebih positif (Plutchik, 2002).
Aspek-aspek emosi, termasuk tertawa, “diatur” oleh pusat emosi di dalam struktur
otak yang dinamakan sistem limbik (limbic system). Sistem limbik berasal dari kata “limbus”
yang berarti “batas”. Limbik dibentuk oleh beberapa komponen otak, antara lain
hippocampus, gyrus limbic, dan amiygdale. Sistem limbik ini memainkan peranan dalam
mengatur emosi manusia baik itu emosi positif ataupun negatif (Aswin, 2005; & Pasiak,
2004).

B. METODE PENELITIAN
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan terapi tawa. Sedangkan variabel
tergantung adalah stres kerja.
Penelitian ini menggunakan 36 orang yang terbagi atas kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol yang berjumlah sama. Penentuan subjek penelitian menggunakan
sampling jenuh. Untuk menyamakan karakteristik kelompok eksperimen dan kontrol
menggunakan dasar bahwa subjek berasal dari divisi yang memiliki beban kerja sama.

19
Alat ukur yang digunakan adalah skala stress kerja berdasarkan indikator atau gejala
stress sebagai berikut:
1. Gejala fisik: yaitu gejala stres yang dialami oleh pekerja yang berdampak pada fisik
berupa otot tegang, nafas menjadi lebih cepat, merasa panas, nafsu makan dan
pencernaan terganggu, letih yang tak beralasan, sakit kepala, gelisah.
2. Gejala perilaku: yaitu gejala stres dalam wujud perilaku yang mencakup: perasaan
negatif, kesulitan dalam berkonsentrasi, sulit berpikir jernih, sukar membuat keputusan,
ber-kurangnya kreatifitas, berkurangnya gairah dalam penampilan, kepuasan kerja
minat terhadap orang lain., kepuasan kerja rendah, kinerja yang menurun, semangat dan
energi hilang, dan komunikasi tidak lancar.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

20
D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data peneliti dan evaluasi pelaksanaan terapi tawa, dapat
disimpulkan bahwa terapi tawa dapat diberikan untuk menurunkan stres kerja
pegawai PT. KAI. Penurunan stres kerja tersebut dipengaruhi oleh komitmen dan
kesediaan subjek menerapkan terapi tawa. Terapi tawa juga akan lebih efektif
memberikan manfaat jika diterapkan sebagai program yang kontinu.

21
BAB IV

PENUTUP

A. RESUME JURNAL
Kesuksesan secara psikologis seperti merasakan kepuasan, kenyamanan
dan kebahagiaan dalam bekerja dibutuhkan oleh setiap pekerja, akan tetapi dalam
kenyataan banyak pekerja yang mengalami stres kerja. Salah satunya pegawai PT.
Kereta Api bagian SDM DAOP IV Semarang yang memiliki tuntutan harus
menangani masalah-masalah pengembangan sistem dan tata kelola ketenagakerjaan
di perusahaan. Penanganan stres dapat menggunakan terapi tawa, yaitu metode
terapi dengan humor dan tawa untuk membantu individu menyelesaikan masalah
dan gangguan fisik maupun mental. Sampling yang digunakan adalah sampling
jenuh, yang melibatkan 36 orang karyawan.
Analisis data penelitian menggunakan statistik nonparametrik Mann-
Whitney U-Test. Terlihat bahwa nilai p hitung berdasarkan statistik z adalah 0,000
yang lebih kecil dari taraf nyata (p<0,05). Hal ini menunjukkan data posttest antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki perbedaan yang signifikan,
dengan demikian hipotesis penelitian dapat diterima.
Berdasarkan hasil analisis data peneliti dan evaluasi pelaksanaan terapi
tawa, dapat disimpulkan bahwa terapi tawa dapat diberikan untuk menurunkan stres
kerja pegawai PT. KAI. Penurunan stres kerja tersebut dipengaruhi oleh komitmen
dan kesediaan subjek menerapkan terapi tawa. Terapi tawa juga akan lebih efektif
memberikan manfaat jika diterapkan sebagai program yang kontinu.

B. KESIMPULAN
Stress merupakan bagian dari kehidupan yang dialami setiap orang setiap
hari. Stress tidak dapat dihilangkan tetapi perlu dipelajari cara-cara penanganannya.
Keberhasilan menyelesaikan berbagai stress merupakan modal kemampuan untuk
menghadapi stress yang akan datang. Klien yang dirawat di Rumah sakit tentu
mengalami berbagai stress yang mungkin sudah tidak mampu mengatasinya.
Perawat perlu berupaya membantu klien menyelesaikan masalah, melatih klien

22
menghadapi dan menyelesaikannya dan menggerakan sumber yang dimiliki klien.
Dengan membantu klien menghadapi dan menyelesaikan stress berarti perawat
telah meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, menghemat hari rawat,
menghemat biaya perawatan dan meningkatkan produktivitas manusia.
Stress yang dialami seseorang tidak mungkin secara langsung, beberapa
tahap akan muncul dalam diri seesorang tersebut, apabila stress tidak dapat
ditanggulangi maka akan berdampak lebih lanjut. Oleh sebab itu, terapkanlah
sebuah manajemen agar keadaan seesorang tersebut masih bisa terkontrol.

C. SARAN
Bagi mahasiswa keperawatan dan umumnya bagi ahli medis diharapakan
mampu memahami dan menerapkan keilmuan mengenai stres dan adaptasi ini
dalam asuhan keperawatan kepada klien dan diri sendiri.

23

Anda mungkin juga menyukai