Anda di halaman 1dari 8

Laporan Tugas Individu

ANALISA APLIKASI PENDEKATAN PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

Oleh:

MUHAMMAD RIZKI
1712101010075

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2019
ANALISA APLIKASI PENDEKATAN PSIKOLOGI KEPRIBADIAN :
TEORI HUMANISTIK ABRAHAM HAROLD MASLOW

1. Aplikasi Teori Kepribadian Maslow dalam Ruang Lingkup


Keperawatan
Teori Abraham H. Maslow beranggapan bahwa manusia sejatinya
merupakan makhluk baik, sehingga manusia memiliki hak untuk
merealisasikan jati dirinya agar mencapai aktualisasi diri (Hikma, 2015).
Menurut aliran humanistik, manusia sebagai makhluk yang bebas dan
bermartabat, selalu bergerak ke arah pengungkapan potensi yang dimiliki
apabila lingkungan memungkinkan. Humanistik merupakan suatu gerakan
yang berakar pada eksistensialisme (setiap individu memiliki kekuatan
untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib/wujud keberadaan serta
tanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya).
Teori Maslow menekankan pada hierarki kebutuhan dan motivasi.
Maslow meyakini bahwa manusia dimotivasi oleh kecenderungan atau
kebutuhan untuk mengaktualisasikan, memelihara, dan meningkatkan
dirinya. Tingkah laku manusia lebih ditentukan oleh kecenderungan
individu untuk mencapai tujuan agar kehidupan si individu lebih
berbahagia dan lebih memuaskan. Maslow (dalam Minderop, 2011)
menyatakan bahwa setiap manusia adalah satu kepribadian secara
keseluruhan yang integral, khas, dan terorganisasi, menunjukkan eksistensi
manusia memiliki kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri
atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan
keberadaannya itu. Menurut Maslow (dalam Wade & Tavris, 2007),
masalah psikologi merupakan psikologi mengabaikan banyak aspek positif
dari kehidupan, seperti kesenangan, tawa, cinta, kebahagiaan, dan
pengalaman-pengalaman puncak (peak experiences), kejadian-kejadian
langka yang menyenangkan dan diakibatkan oleh pencapaian prestasi atau
pengalaman yang berkaitan dengan keindahan.
Menurut Abraham Maslow dalam teorinya tentang kebutuhan
dasar manusia, bahwa kebutuhan dasar manusia tersusun dalam bentuk
hierarki atau berjenjang. Setiap jenjang kebutuhan dapat dipenuhi hanya
kalau jenjang sebelumnya telah relatif terpuaskan. Kebutuhan dasar
tersebut adalah kebutuhan fisiologis (physiological needs), kebutuhan
keamanan (safety needs), kebutuhan dimiliki dan cinta (belonging and
love/ social needs), kebutuhan harga diri (self-esteem needs), dan
kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs). Kebutuhan-kebutuhan
paling rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih
dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di level tinggi menjadi hal yang
memotivasi (Feist, Feist, & Roberts, 2017).
Dalam dunia keperawatan, teori hierarki Maslow digunakan agar
dapat menjalankan asuhan keperawatan yang berfokus pada lima
kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk menentukan prioritas
kebutuhan pasien. Hierarki Maslow memberikan kerangka dalam
pengkajian keperawatan dan memahami kebutuhan klien/pasien pada
semua tingkat kebutuhan sehingga dalam mengembangkan rencana
keperawatan, perawat harus memasukkan intervensi untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia.
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar manusia
dan menjadi prioritas yang dibutuhkan untuk bisa bertahan hidup. Ada 8
kebutuhan fisiologis manusia meliputi oksigenasi, cairan, nutrisi, suhu,
eliminasi, tempat tinggal/perlindungan, istirahat, dan seksualitas. Saat
seorang perawat merawat pasien dengan sesak napas, perawat memberikan
terapi oksigen untuk memenuhi kebutuhan fisiologinya.
Kebutuhan keselamatan dan rasa aman merupakan kebutuhan
kedua yang harus dipenuhi. Kebutuhan keselamatan terbagi menjadi dua,
yakni keselamatan fisik dan emosi. Keselamatan dan keamanan fisik
berarti melindungi pasien dari bahaya yang aktual maupun potensial.
Misalnya seperti memasang pengaman tempat tidur pasien untuk
meminimalisir risiko pasien terjatuh dari tempat tidur. Sedangkan
keselamatan dan rasa aman emosi ditunjukkan dengan adanya rasa percaya
kepada orang lain, adanya perasaan bebas dari takut dan cemas. Seringkali
pasien yang masuk ke rumah sakit mengalami perasaan takut dan cemas
karena banyak hal asing yang tidak ia ketahui, baik tentang penyakitnya,
prosedur apa yang akan ia jalani, dan sebagainya sehingga akan
membutuhkan keamanan dan keselamatan secara emosi. Perawat yang
selama 24 jam bersama pasien dapat membantu memenuhi kebutuhan
pasien tersebut dengan cara mengajaknya berdoa menurut keyakinannya
sendiri sebagai cara untuk memberikan kekuatan dan support pada pasien.
Kebutuhan mencintai dan memiliki merupakan kebutuhan dasar
yang berada pada level yang lebih tinggi dari yang sebelumnya.
Kebutuhan ini meliputi bagaimana seseorang memahami dan menerima
orang lain, bagaimana seseorang ingin dimengerti dan diterima oleh orang
lain, termasuk juga adanya perasaan memiliki orang yang berarti seperti
teman, keluarga, tetangga, dan lingkungan masyarakat. Orang yang
kebutuhan mencintai dan memilikinya tidak terpenuhi akan merasakan
kesepian dan merasa terisolasi. Sehingga mereka akan menarik diri, baik
secara fisik maupun emosi. Intervensi yang bisa dilakukan dalam
keperawatan adalah dengan membiarkan pasien ditunggu oleh
keluarganya, melibatkan keluarga atau orang terpenting dalam setiap
tindakan keperawatan yang dilakukan, dan membuat pasien merasa
memiliki support system sehingga harus segera sembuh agar bisa bertemu
lagi dengan orang-orang yang berperan penting dalam hidupnya.
Tingkat kebutuhan selanjutnya dari hierarki Maslow adalah
kebutuhan harga diri. Kebutuhan harga diri merupakan keinginan
seseorang untuk dihargai, sehingga seseorang yang kebutuhan harga
dirinya terpenuhi akan merasa percaya diri dan mandiri. Jika kebutuhan ini
tidak terpenuhi, maka seseorang akan merasa helpless (tidak berdaya) dan
rendah diri. Seorang perawat bisa memenuhi kebutuhan harga diri
pasiennya dengan cara melibatkan pasien sepenuhnya dalam treatment
yang dijalaninya dan membiarkan pasien percaya pada kepercayaan/agama
serta nilai-nilainya dalam memenuhi kebutuhan harga diri pasien tersebut.
Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan dasar manusia
yang berada di level tertinggi, yaitu kebutuhan untuk membuktikan dan
menunjukkan dirinya kepada orang lain. Bagaimana ia dapat
mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya. Kebutuhan ini tidak melibatkan keseimbangan, namun
melibatkan keinginan yang terus-menerus untuk memenuhi suatu potensi
dalam diri seorang individu. Perawat bisa membiarkan pasien melakukan
hal yang sudah bisa pasien lakukan secara mandiri seperti pada pasien
imobilisasi misalnya. Proses aktualisasi diri ini berjalan sepanjang
kehidupan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan aktualisasi diri pasien,
perawat harus berfokus pada kemampuan dan kesempatan yang dimiliki
pasien.
Hierarki kebutuhan dasar Maslow dapat diterapkan dalam proses
keperawatan, baik itu dalam pengkajian, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi. Hal ini juga bisa dilakukan pada pasien dengan perbedaan
rentang usia, dilakukan di berbagai tempat pelayanan kesehatan, dan dapat
diterapkan baik dalam kondisi sehat maupun sakit.
2. Kritik Teori Maslow
Setiap teori pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam teori
Maslow, ada beberapa kekurangan yang dapat dijabarkan. Beberapa di
antaranya adalah di dalam teori Maslow tidak terdapat tingkatan
kebutuhan spiritual. Padahal selama ini banyak kasus psikologis yang
melibatkan adanya kebutuhan manusia akan agama, kepercayaan, atau
spiritual tertentu. Hal ini merupakan kekurangan yang sangat vital dalam
teori Maslow tersebut. Tubuh dan jiwa saling berkaitan, keduanya tidak
bisa dipisahkan bila manusia mau disebut utuh. Jika tubuh lemah, maka
akan mempengaruhi jiwa. Jika terjadi kekurangan dalam jiwa juga akan
mempengaruhi tubuh. Namun ini tidak berarti kesehatan tubuh diabaikan.
Baik dalam aspek rohani maupun jasmani harus berada dalam
keseimbangan. Akan tetapi memelihara jiwa harus didahulukan daripada
memelihara tubuh. Dengan kata lain, bila hati dan pikiran sehat maka
kebutuhan level pertama sampai ke selanjutnya tidak perlu dikhawatirkan
lagi. Namun sekarang malah sebaliknya, kebutuhan fisik lebih diutamakan
sedangkan kebutuhan jiwa diabaikan. Tidak heran jika banyak orang yang
kebutuhan dasarnya sudah terpenuhi namun masih memiliki motivasi yang
rendah.
Sebenarnya, kebutuhan manusia tidak perlu dikategorikan ke lima
tingkatan kebutuhan. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, manusia
terdiri dari tubuh dan jiwa. Ada kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Tubuh memerlukan udara, makanan, air, istirahat, dan ini memang
diperlukan oleh tubuh agar bisa berfungsi dengan baik. Apabila tubuh
kekurangan nutrisi, maka tubuh seseorang tersebut menjadi lemah.
Tingkatan hierarki kebutuhan dalam teori Maslow diklaim bersifat relatif,
mungkin benar bagi satu orang namun belum tentu sesuai dengan orang
lainnya. Sebagai contoh, seorang ibu rela mati demi anaknya tanpa ia
memikirkan apakah ia sedang lapar atau ia sedang terancam keamanannya.
Pada contoh ini berarti teori Maslow tidak berlaku.
Walaupun pendapat-pendapat Maslow menarik secara intuitif dan
sudah berhasil diterapkan dalam berbagai situasi, namun ada beberapa
kritik serius yang dialamatkan pada karyanya. Penelitian Maslow tentang
orang-orang yang dapat mengaktualisasikan diri, tidak dilakukan sacara
ilmiah. Berdasarkan catatan sejarah, Maslow menggunakan penelitian
kualitatif terhadap 18 orang terpilih dengan metode biographical analysis.
Metode ini banyak bertentangan dengan beberapa ahli lainnya karena data
yang diolah berdasarkan opini subjektif dari penelitiannya. Oleh karena
itu, hierarki kebutuhan menurut Maslow ini masih diragukan untuk dipakai
untuk mewakili semua kalangan masyarakat. Kesimpulannya hierarki
kebutuhan Maslow ini bukanlah sebuah hierarki namun merupakan sebuah
hipotesa, dimana seseorang dapat memenuhi setiap kategori kebutuhannya
tanpa harus berurutan.
REFERENSI

Feist, J., Feist, G.J., & Roberts, T.A. (2017). Teori Kepribadian Edisi Kedelapan.
Terjemahan oleh R.A. Hadwitia Dewi Pertiwi. Jakarta: Salemba
Humanika.

Hikma, Nur. (2015). Aspek Psikologis Tokoh Utama dalam Novel Sepatu Dahlan
Karya Khrisna Pabichara: Kajian Psikologi Humanistik Abraham
Maslow. Jurnal Humanistik, Nomor (15), Volume (13).

Minderop, Albertine. (2011). Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta:


Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Wade, Carole., & Tavris, Carol. (2007). Psikologi edisi kesembilan jilid 2.
Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai