Anda di halaman 1dari 7

PERAN INDONESIA DALAM DALAM BIDANG EKONOMI

INTERNASIONAL

Essay Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Tugas Mata Kuliah Ekonomi
Moneter II
Dosen Pengampu Siti Aisyah, S.E., M. Si

Disusun Oleh :
NAMA : Satria Eka Saputra
NIM : B300170097

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
Peran Indonesia Dalam Bidang Internasional

Oleh : Satria Eka Saputra, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Dinamika perekonomian yang sangat berwarna divergenasi arah

pertumbuhan ekonomi, dan disertai beberapa resiko yang membayangi prospek

pertumbuhan menjadi suatu topik pembahasan dalam berbagai for a kerja sama

internasional. Dalam kerja sama regional forum ASEAN menlanjutkan proses

integrasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). IMF memproyeksikan

pertumbuhan ekonomi global 2018 sebesar 3,7% di 2018 dan 2019, angka ini

lebih rendah dari perkiraan yang telah dibuat pada Juli 2018 sebesar 3,9%.

Pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2018 melambat dengan pertumbuhan

antarnegara yang tidak merata.Pertumbuhan ekonomi yang melambat salah

satunya akan berdampak pada penurunan pertumbuhan volume perdagangan

dunia dan harga komuditas global. Hal tersebut sangat berpengaruh baik negara

maju dan berkembang khususnya Indonesia (Bank Indonesia, 2019).

Peran Indonesia dalam bidang Internasional salah satunya yaitu

perdagangan internasional. Perdagangan internasional merupakan kegiatan

perdagangan yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara lain yang dilakukan

melalui kegiatan ekspor impor. Dibanyak negara, perdagangan internasional

menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan GDP (Gross Domestic Product).

Perdagangan internasional pun turut mendorong industrial, kemajuan transportasi,

globalisasi dan kehadiran perusahaan multinasional.


Perdagangan internasional di Indonesia memiliki peranan yang sangat

penting bagi perkembangan negara. Di Indonesia perdangangan internasional

berpusat pada sektor ekspor dan impor. Sistem perdagangan di Indonesia terdiri

dari statistik ekspor berdasarkan pada Sistem Perdagangan Umum yang meliputi

seluruh area geografi Indonesia dan statistik impor berdasarkan pada Sistem

Perdagangan Umum sejak tahun 2008. Sebelum tahun 2008 menggunakan Sistem

Perdagangan Khusus yang meliputi seluruh area geografi Indonesia kecuali

Kawasan Berikat yang dianggap sebagai Luar Negeri (Badan Pusat Statistik,

2019).

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018 ekspor dan impor

Indonesia menunjukkan adanya penurunan. Diperkirakan di Indonesia ekspor

akan tumbuh 1,81% secara (year-on-year/YoY) pada Desember 2018. Kemudian

impor akan diperkiran tumbuh lebih cepat yaitu 6,345% YoY. Neraca

perdagangan Indonesia sementara memiliki defisit 968 juta dolar AS. Data BPS

2018 menunjukkan nilai ekspor pada Desember 2018 mencapai 14,18 miliar dolar

AS atau turun sebesar 4,62% (year on year) dibandingkan Desember 2017.

Sementara untuk nilai impor Indonesia tercatat 15,28 miliar dolar AS (year on

year)atau dikatakan tumbuh 1,16%.

Data BPS 2018 menunjukkan total ekspor mengalami penurunan

Desember 2018 secara year on year dan juga mengalami penurunan secara

bulanan. Ekspor pertambangan turun 20,77% secara year on year, sedangkan

ekspor pengolahan turun 3,88% secara year on year. Data BPS 2018 mencatat
sepanjang tahun 2018, ekspor masih tumbuh 6,65% sebesar 180,06 miliar dolar

AS, sementara pada tahun 2017 ekspor hanya tercatat 168,83 miliar dolar AS.

Nilai ekspor dari data BPS 2018 Indonesia pada Desember 2018 mencapai

14,18 miliar dolar AS atau menurun 4,89% dibanding ekspor November 2018

demikian juga Desember 2017 menurun 4,62%. Ekspor nonmigas Desember 2018

mencapai 12,43 miliar dolar AS turun 8,15% dibanding November 2018 demikian

juga dibandingkan ekspor nonmigas Desember 2017 menurun 7,01%. Secara

kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-Desember 2018 mencapai 180,06 miliar

dolar AS atau meningkat 6,65% dibanding periode yang sama tahun 2017. Nilai

impor Indonesia Desember 2018 mencapai 15,28 miliar dolar AS atau turun

9,60% dibanding November 2018, namun naik 1,16% jika dibandingkan pada

Desember 2017.

Data BPS 2018 nilai impor Indonesia Desember 2018 mencapai 15,28

miliar dolar AS atau turun 9,60 % dibanding November 2018, namun naik 1,16

persen jika dibandingkan Desember 2017. Impor nonmigas Desember 2018

mencapai 13,31 miliar dolar AS atau turun 5,14% dibanding November 2018,

sebaliknya meningkat 6,16% jika dibanding Desember 2017. Impor migas

Desember 2018 mencapai 1,97 miliar dolar AS atau turun 31,45% dibanding

November 2018, demikian juga apabila dibandingkan Desember 2017 turun

23,33%.

Penurunan impor nonmigas terbesar Desember 2018 dibanding November

2018 adalah golongan bahan kimia organik sebesar 174,4 juta dolar AS (27,07%),
sedangkan peningkatan terbesar adalah golongan buah-buahan sebesar 69,8 juta

dolar AS (68,90%). Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama

Januari-Desember 2018 ditempat oleh Tiongkok dengan nilai 45,24 miliar dolar

AS (28,49%), Jepang 17,94 miliar dolar AS (11,30%), dan Thailand 10,85 miliar

dolar AS (6,83%). Impor nonmigas dari ASEAN 19,85 persen, sementara dari Uni

Eropa 8,86%. Nilai impor semua golongan penggunaan barang baik barang

konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal selama Januari-Desember

2018 mengalami peningkatan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya

masing-masing 22,03%, 20,06%, dan 19,54%.

Data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2019 menunjukkan bahwa

nilai ekspor Februari 2019 mencapai US$12,53 miliar atau menurun 10,03%

dibanding ekspor Januari 2019 dan dibanding juga pada Februari 2018 menurun

11,33%. Ekspor nonmigas Februari 2019 mencapai US$11,44 miliar, turun 9,85%

dibanding Januari 2019. Demikian juga dibanding ekspor nonmigas Februari

2018, turun 10,19%. Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Februari

2019 mencapai US$26,46 miliar atau menurun 7,76 % dibanding periode yang

sama tahun 2018, demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$24,14 miliar atau

menurun 7,07%.

Nilai impor Indonesia Januari 2019 mencapai US$15,03 miliar atau turun

2,19% dibanding Desember 2018. Demikian pula jika dibanding Januari 2018

turun 1,83%. Impor nonmigas Januari 2019 mencapai US$13,34 miliar atau turun

0,004% dibanding Desember 2018. Sebaliknya meningkat 2,21% jika dibanding

Januari 2018. Impor migas Januari 2019 mencapai US$1,69 miliar atau turun
16,58% dibanding Desember 2018. Demikian juga jika dibanding Januari 2018

turun 25,22%.

Perekonomian Indonesia tahun 2018 yang diukur berdasarkan Produk

Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp14 837,4 triliun dan

PDB Perkapita mencapai Rp56,0 Juta atau US$3 927,0.

Ekonomi Indonesia tahun 2018 tumbuh 5,17% lebih tinggi dibanding

capaian tahun 2017 sebesar 5,07%. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi

dicapai Lapangan Usaha Jasa Lainnya sebesar 8,99%. Dari sisi pengeluaran,

pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga

Nonprofit yang melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) sebesar 9,08% (BPN,

2019).

Data dari Kementrian Keuangan Republik Indonesia (2019) APBN tahun

2019 mengalami defisit sebesar Rp 296,0 triliun atau sebesar 1,84% terhadap

PDB dan hal tersebut sama dengan defisit RAPBN 2019.Upaya menjaga

keberlanjutan fiscal juga terlihat dari defisit keseimbangan primer yang mendekati

nol sebesar minus Rp 20,1 triliun. Tren penurunan tahun 2019 menuju positif hal

ini memberikan bukti yang kuat, bahwa pengelolaan APBN selama ini telah

berada pada jalur positif. Rasio defisit APBN dan defisit keseimbangan prime ini

merupakan yang terendah sejak tahun 2013.

Pandangan saya mengenai perdagangan internasional dalam sektor ekspor

impor dapat terjadi fluktuasi dari tahun ketahun. Melemahnya perekonomian

global sangat berdampak pada perdagangan internasional. Seharusnya


perdagangan internasional semakin ditingkatkan karena sangat bermanfaat untuk

pemenuhan kebutuhan negara dan sekaligus mencari keuntungan guna

meningkatkan pendapatan negara. Sebaiknya semakin meningkatkan pemanfaatan

pengetahuan dan teknologi, menyediakan SDA yang berbeda, menggunakan

keuangan sesuai trend an gaya hidup, meningkatkan ekspansi pasar untuk

perbesaran keuntungan, dan membuat plus minus produk yang dibuat suatu

negara.

Anda mungkin juga menyukai