Anda di halaman 1dari 4

SDG’s DAN UPAYA PENURUNAN KEMISKINAN DI INDONESIA

Essay Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Tugas Mata Kuliah Ekonomi Moneter II
Dosen Pengampu Siti Aisyah, S.E., M. Si

Disusun Oleh :
NAMA : Satria Eka Saputra
NIM : B300170097

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
SDG’s DAN UPAYA PENURUNAN KEMISKINAN DI INDONESIA
Oleh : Satria Eka Saputra, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Suistainable Development Goals (SDG’S) adalah singkatan atau kepanjangan dari

sustainable development goals, yaitu sebuah dokumen yang akan menjadi sebuah acuan dalam

kerangka pembangunan dan perundingan negara-negara di dunia. Post-2015, juga dikenal

sebagai Sustainabale Development Goals (SDGs) didefinisikan sebagai kerangka kerja untuk 15

tahun ke depan hingga tahun 2030. Berbeda dengan MDGs yang lebih bersifat birokratis dan

teknokratis, penyusunan butir-butir SDGs lebih inklusif melibatkan banyak pihak termasuk

organisasi masyarakat sipil atau Civil Society Organization (CSO). Penyusunan SDGs sendiri

memiliki beberapa tantangan karena masih terdapat beberapa butir-butir target MDGs yang

belum bisa dicapai dan harus diteruskan di dalam SDGs. Seluruh tujuan, target dan indikator

dalam dokumen SDGs juga perlu mempertimbangkan perubahan situasi global saat ini

(Yohanna, 2015).

Sustainable Development Goals (SDG's) merupakan lanjutan dari program Milennium

Development Goals (MDG's) yang selesai pada 2015. Dengan diluncurkannya SDG's,

diharapkan dapat meneruskan keberhasilan 8 program MDG's dalam menangani masalah sosial,

ekonomi, dan lingkungan hidup di dunia. SDG's memiliki 17 tujuan dan 169 capaian yang

diagendakan dalam periode 2015 hingga 2030. Tujuh belas tujuan SDG's tersebut adalah tanpa

kemiskinan; tanpa kelaparan; hidup sehat dan kesejahteraan; kualitas pendidikan; kesetaraan

gender; air bersih dan sanitasi layak; pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi; industri,

inovasi, dan infrastruktur; berkurangnya kesenjangan; kota dan pemukiman yang berkelanjutan;

konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab; penanganan perubahan ikim; ekosistem laut;
ekosistem darat; perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang tangguh; dan, kemitraan untuk

mencapai tujuan.

Salah satu tujuan yang masih menjadi masalah hampir seluruh negara di dunia yaitu

mengentaskan kemiskinan, tujuan SDG's urutan pertama. Kemiskinan masih dan akan selalu

dipandang sebagai masalah yang serius bagi negara-negara di dunia, khususnya negara

berkembang. Kemiskinan tidak hanya merujuk pada dimensi ekonomi saja. Kemiskinan

merupakan masalah multidimensi. Sebagai contoh di negara Ghana, seorang laki-laki dikatakan

miskin apabila ia tidak memiliki aset material. Sedangkan untuk perempuan, kemiskinan yaitu

suatu kondisi jika terjadi kerawanan pangan. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memandang

kemiskinan bukan dari sisi finansial, melainkan suatu kondisi dimana hilangnya pilihan dan

kesempatan, pelanggaran martabat manusia, dan kurangnya kapasitas untuk berpartisipasi secara

efektif di lingkungan sosial.

Kemiskinan di Indonesia masih menjadi masalah yang serius sejak era pasca-

kemerdekaan hingga saat ini. Pengukuran kemiskinan di Indonesia dilakukan oleh Badan Pusat

Statistik (BPS) dengan menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic

needs approach). Menurut BPS kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi

ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan dengan pendekatan

pengeluaran. Penduduk dikatakan miskin apabila memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per

bulan di bawah garis kemiskinan.

Sejalan dengan tujuan SDG's, BPS memiliki peran dalam menyediakan data-data yang

selanjutnya digunakan oleh pemerintah dalam menjalankan program pembangunan

berkelanjutan. Terkait tujuan SDG's yang pertama, BPS telah menyediakan data terkait
kemiskinan. Data tersebut diperoleh dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang

dilaksanakan dua kali dalam satu tahun. Berdasarkan data yang diperoleh, kemiskinan di

Indonesia secara statistik mengalami penurunan. Pada semester pertama 2015 tercatat persentase

kemiskinan di Indonesia yaitu 11,22 persen. Angka tersebut turun 0,09 poin di semester kedua,

dengan persentase kemiskinan 11,13 persen.

Pada 2016 persentase kemiskinan di Indonesia kembali mengalami penurunan. Pada

semester pertama 2016, persentase kemiskinan di Indonesia sebesar 10,86 persen dan semester

kedua sebesar 10,70 persen. Hingga pada semester pertama 2018 tercatat angka kemiskinan di

Indonesia sebesar 9,82 persen.

Berdasarkan angka yang dirilis BPS, perlu ditekankan bahwa wilayah perdesaan masih

mendominasi tingginya persentase kemiskinan. Pada periode terakhir (semester 1-2018),

persentase kemiskinan di perdesaan sebesar 13,20 persen, sedangkan di perkotaan sebesar 7,02

persen. Dari data tersebut terlihat masih terdapat ketimpangan dalam segi sosial, ekonomi,

hingga infrastruktur dan teknologi yang berimbas pada tingginya angka kemiskinan di

perdesaan.

Pandangan saya tentang upaya dan tujuan dari SDGs selaras dengan bidang usaha dan

pelayanan kesejahteraan sosial sehingga keselarasan yang ada antara ketiganya dapat membantu

memecahkan persoalan yang ada di masyarakat terutama untuk pada masalah kemiskinan.

Sehingga keberlangsungan kehidupan manusia mampu berkehidupan dengan damai dan

makmur.

Anda mungkin juga menyukai