SDG
SDG
Essay Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Tugas Mata Kuliah Ekonomi Moneter II
Dosen Pengampu Siti Aisyah, S.E., M. Si
Disusun Oleh :
NAMA : Satria Eka Saputra
NIM : B300170097
sustainable development goals, yaitu sebuah dokumen yang akan menjadi sebuah acuan dalam
sebagai Sustainabale Development Goals (SDGs) didefinisikan sebagai kerangka kerja untuk 15
tahun ke depan hingga tahun 2030. Berbeda dengan MDGs yang lebih bersifat birokratis dan
teknokratis, penyusunan butir-butir SDGs lebih inklusif melibatkan banyak pihak termasuk
organisasi masyarakat sipil atau Civil Society Organization (CSO). Penyusunan SDGs sendiri
memiliki beberapa tantangan karena masih terdapat beberapa butir-butir target MDGs yang
belum bisa dicapai dan harus diteruskan di dalam SDGs. Seluruh tujuan, target dan indikator
dalam dokumen SDGs juga perlu mempertimbangkan perubahan situasi global saat ini
(Yohanna, 2015).
Development Goals (MDG's) yang selesai pada 2015. Dengan diluncurkannya SDG's,
diharapkan dapat meneruskan keberhasilan 8 program MDG's dalam menangani masalah sosial,
ekonomi, dan lingkungan hidup di dunia. SDG's memiliki 17 tujuan dan 169 capaian yang
diagendakan dalam periode 2015 hingga 2030. Tujuh belas tujuan SDG's tersebut adalah tanpa
kemiskinan; tanpa kelaparan; hidup sehat dan kesejahteraan; kualitas pendidikan; kesetaraan
gender; air bersih dan sanitasi layak; pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi; industri,
inovasi, dan infrastruktur; berkurangnya kesenjangan; kota dan pemukiman yang berkelanjutan;
konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab; penanganan perubahan ikim; ekosistem laut;
ekosistem darat; perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang tangguh; dan, kemitraan untuk
mencapai tujuan.
Salah satu tujuan yang masih menjadi masalah hampir seluruh negara di dunia yaitu
mengentaskan kemiskinan, tujuan SDG's urutan pertama. Kemiskinan masih dan akan selalu
dipandang sebagai masalah yang serius bagi negara-negara di dunia, khususnya negara
berkembang. Kemiskinan tidak hanya merujuk pada dimensi ekonomi saja. Kemiskinan
merupakan masalah multidimensi. Sebagai contoh di negara Ghana, seorang laki-laki dikatakan
miskin apabila ia tidak memiliki aset material. Sedangkan untuk perempuan, kemiskinan yaitu
suatu kondisi jika terjadi kerawanan pangan. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memandang
kemiskinan bukan dari sisi finansial, melainkan suatu kondisi dimana hilangnya pilihan dan
kesempatan, pelanggaran martabat manusia, dan kurangnya kapasitas untuk berpartisipasi secara
Kemiskinan di Indonesia masih menjadi masalah yang serius sejak era pasca-
kemerdekaan hingga saat ini. Pengukuran kemiskinan di Indonesia dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) dengan menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic
needs approach). Menurut BPS kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan dengan pendekatan
pengeluaran. Penduduk dikatakan miskin apabila memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per
Sejalan dengan tujuan SDG's, BPS memiliki peran dalam menyediakan data-data yang
berkelanjutan. Terkait tujuan SDG's yang pertama, BPS telah menyediakan data terkait
kemiskinan. Data tersebut diperoleh dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang
dilaksanakan dua kali dalam satu tahun. Berdasarkan data yang diperoleh, kemiskinan di
Indonesia secara statistik mengalami penurunan. Pada semester pertama 2015 tercatat persentase
kemiskinan di Indonesia yaitu 11,22 persen. Angka tersebut turun 0,09 poin di semester kedua,
semester pertama 2016, persentase kemiskinan di Indonesia sebesar 10,86 persen dan semester
kedua sebesar 10,70 persen. Hingga pada semester pertama 2018 tercatat angka kemiskinan di
Berdasarkan angka yang dirilis BPS, perlu ditekankan bahwa wilayah perdesaan masih
persentase kemiskinan di perdesaan sebesar 13,20 persen, sedangkan di perkotaan sebesar 7,02
persen. Dari data tersebut terlihat masih terdapat ketimpangan dalam segi sosial, ekonomi,
hingga infrastruktur dan teknologi yang berimbas pada tingginya angka kemiskinan di
perdesaan.
Pandangan saya tentang upaya dan tujuan dari SDGs selaras dengan bidang usaha dan
pelayanan kesejahteraan sosial sehingga keselarasan yang ada antara ketiganya dapat membantu
memecahkan persoalan yang ada di masyarakat terutama untuk pada masalah kemiskinan.
makmur.