Anda di halaman 1dari 11

HIGEIA 2 (2) (2018)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

FAKTOR KEJADIAN OBESITAS SENTRAL PADA USIA DEWASA

Nimas Puspitasari

Epidemiologi dan Biostatistika, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat,


Fakultas Ilmu Keolahragaan, Univeritas Negeri Semarang

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Prevalensi obesitas sentral di Kota Semarang sebesar 36,3% pada tahun 2013. Proporsi kejadian
Diterima Februari 2018 obesitas sentral di Kelurahan Plalangan pada tahun 2013 sebanyak 61,7%. Usia dewasa
Disetujui Maret 2018 merupakan faktor risiko dari obesitas sentral, prevalensi obesitas sentral tahun 2013 pada
Dipublikasikan April kelompok usia 25-34 tahun (22,9%) dan 35-44 tahun (33,5%). Penelitian ini dilakukan pada bulan
2018 September-Oktober tahun 2017. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang
________________ berhubungan dengan kejadian obesitas sentral pada usia dewasa. Jenis penelitian ini adalah
Keywords: analitik observasional dengan desain cross sectional yang melibatkan 102 sampel. Instrument
Risk factors, Central obesity, penelitian yang digunakan adalah lembar kuesioner dan alat ukur. Analisis data mengunakan uji
Adult Chi-square. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai p value jenis kelamin (p=0,001), tingkat
____________________ pengetahuan (p=0,159), tingkat pendidikan (p=0,024), jenis pekerjaan (p=0,658), status kawin
(p=0,144), riwayat keturunan (p=0,003), aktivitas fisik (p=0,000), status merokok (p=0,409), dan
intake kalori (p=0,001). Simpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara jenis kelamin,
tingkat pendidikan, riwayat keturunan, aktivitas fisik, dan intake kalori dengan kejadian obesitas
sentral pada usia dewasa.

Abstract
___________________________________________________________________
The prevalence of central obesity in Semarang City was 36.3% in 2013. The proportion of central obesity in
Kelurahan Plalangan in 2013 was 61.7%. Adult age was a risk factor for central obesity, the prevalence of
central obesity in 2013 in the 25-34 years age group (22.9%) and 35-44 years (33.5%). This research was
conducted in September-October 2017. The purpose of this study to determine the factors associated with the
incidence of central obesity at adult. The type of this study was observational analytic with cross sectional
design involving 102 samples. The research instruments used questionnaire and measuring instrument. Data
analysis used Chi-square test. The results showed that p value of sex (p=0,001), knowledge level (p=0,159),
education level (p=0,024), job type (p=0,658), marital status (p=0,144), physical activity (p=0,003), physical
activity (p=0,000), smoking status (p=0,409), and caloric intake (p=0,001). The conclusions of this study there
were relationship between sex, education level, hereditary history, physical activity, and caloric intake with
central obesity occurrence in adult.

© 2018 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: nimaspuspitasari96@gmail.com

249
Nimas P. / Obesitas Sentral / HIGEIA 2 (2) (2018)

PENDAHULUAN 26,6% pada usia 15 tahun keatas. Prevalensi


obesitas sental pada laki-laki (11,3%) dan pada
Obesitas sentral yaitu obesitas yang perempuan (42,1%). Obesitas sentral pada usia
menyerupai apel, yaitu lemak disimpan pada dewasa di Indonesia tahun 2007 mengalami
bagian pinggang dan ronga perut. Penumpukan peningkatan di tahun 2013 yaitu pada kelompok
lemak ini diakibatkan oleh jumlah lemak usia 25-34 tahun (17,9%) menjadi (26,1%), 35-
berlebih pada jaringan lemak subkutan dan 44 tahun (24,4%) menjadi (35,1%).
lemak viseral perut. penumpukan lemak pada Obesitas sentral di Jawa Tengah pada
jaringan lemak viseral merupakan bentuk dari penduduk usia 15 tahun keatas berdasarkan
tidak berfungsinya jaringan lemak subkutan Riskesdas Jawa Tengah tahun 2007 sebesar
dalam menghadapi kelebihan energi akibat 21,1% dan meningkat pada tahun 2013 yaitu
konsumsi lemak berlebih. sebesar 24,7%. Obesitas sentral pada usia
Obesitas sentral dapat diukur dewasa di Jawa Tengah tahun 2007 mengalami
menggunakan metode rasio lingkar pinggang peningkatan di tahun 2013 yaitu pada kelompok
dan pinggul (RLPP). Batasan untuk usia 25-34 tahun (16,7%) menjadi (22,9%), 35-
menyatakan status obesitas sentral untuk laki- 44 tahun (22,8%) menjadi (33,5%). Kota
laki dengan LP > 90 cm dan perempuan LP > Semarang termasuk dalam 3 (tiga)
80 cm. Obesitas sentral salah satu penyebab kota/kabupaten yang mengalami obesitas
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif, antara sentral tertinggi yaitu sebesar 36,3% (Kemeskes
lain diabetes millitus tipe 2, dislipidemia, RI, 2013).
penyakit jantung koroner, hipertensi, kanker Seiring dengan bertambahnya usia,
dan sindrom metabolik (Tchernof & Despres, prevalensi obesitas sentral mengalami
2013). peningkatan. Peningkatan usia akan
Kematian di dunia akibat obesitas, mengingkatkan kandungan lemak tubuh total,
sebanyak 3,4 juta orang dewasa meninggal terutama distribusi lemak pusat. Prevalensi
setiap tahunnya. Dilaporkan 44% kematian obesitas sentral meningkat sampai dengan usia
terjadi akibat diabetes, 23% dari penyakit 44 tahun dan menurun kembali pada usia 45-54
jantung iskemik dan 7–41 % adalah akibat tahun. Prevalensi obesitas sentral ditemukan
kanker (WHO, 2013). Berdasarkan Sample lebih tinggi pada sampel dengan usia lebih tua.
Registration Survey Kemenkes RI, menunjukkan Pada usia lebih tua terjadi penurunan massa
penyakit jantung koroner merupakan penyebab otot dan perubahan beberapa jenis hormon yang
kematian terbesar kedua di Indonesia dengan memicu penumpukan lemak perut.
presentase sebesar 12,9% setelah stroke (21,1%) Obesitas sentral dapat menyebabkan
dan kemudian diikuti oleh diabetes mellitus gangguan kesehatan, seperti diabetes mellitus
dengan presentase sebesar 6,7%. Berdasarkan tipe II, displidemia, penyakit kardiovaskular,
penelitian Veghari (2012), Prevalensi obesitas hipertensi, kanker, sleep apnea, dan sindrom
sentral sebanyak 35,4% terjadi pada wanita dan metabolik (Tchernof & Despres, 2013). Selain
daerah perkotaan. Sedangkan prevalensi itu obesitas sentral dapat menyebabkan
obesitas sentral di Gorgan (Iran utara) adalah resistensi insulin. Peningkatan resistensi insulin
39,1% dan 21,2% di Ahvas (Iran Selatan), terjadi bersamaan dengan peningkatan kadar
sementara itu dilaporkan menjadi 9,7% di lemak dalam tubuh.
seluruh Iran. Hendrik L. Blum menyatakan faktor-
Prevalensi obesitas sentral di Indonesia, faktor yang mempengaruhi kesehatan individu
menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) berdasarkan besarnya pengaruh secara
tahun 2007 melaporakan 18,8% penduduk usia berurutan. Obesitas sentral disebabkan oleh
15 tahun keatas mengalami obesitas sentral. adanya beberapa faktor seperti faktor
Sedangkan berdasarkan Riskesdas tahun 2013 lingkungaan, faktor perilaku, dan faktor genetik.
prevalensi obesitas sentral meningkat menjadi Faktor lingkungan sebagai komponen yang

250
Nimas P. / Obesitas Sentral / HIGEIA 2 (2) (2018)

mempunyai pengaruh terhadap kesehatan Plalangan, Gunungpati sebesar 61,7% pada


seseorang dimaknai sebagai suatu hal yang wanita dewasa (Listiyana, 2013).
dapat mendorong sikap seseorang dalam Berdasarkan uraian tersebut, penulis
mengonsumi makanan sehari-hari yang tertarik melakukan penelitian mengenai faktor-
kemudian akan berdampak pada terjadinya faktor yang mempengaruhi kejadian obesitas
obesitas sentral pada individu. Faktor sentral pada usia dewasa di Kelurahan
lingkungan tersebut ditinjau dari faktor Plalangan, Kecamatan Gunungpati, Kota
lingkungan sosial dan budaya seseorang. Faktor Semarang. Tujuan penelitian ini adalah untuk
lingkungan pula meliputi penegeluaran mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
perkapita individu, pekerjaan, usia, tingkat kejadian obesitas sentral pada usia dewasa di
pendidikan, tingkat pengetahuan, status kawin, Kelurahan Plalangan, Kecamatan Gunungpati,
dan jenis kelamin. Kota Semarang.
Faktor yang berikutnya yang
mempengaruhi derajat kesehatan seseorang METODE
adalah faktor perilaku. Perilaku yang
meningkatkan kesehatan secara komprehensif Penelitian ini menggunakan metode
mencakup kegiatan seperti olahraga teratur, diet penelitian analitik observasional dengan desain
seimbang, mengambil tindakan pencegahan penelitian cross sectional. Populasi dalam
keselamatan, tidur yang cukup, perilaku tidak penelitian ini adalah masyarakat usia dewasa di
merokok, tidak teradiksi alkohol. Faktor Kelurahan Plalangan, Kecamatan Gunungpati,
selanjutnya adalah faktor keturunan/ genetik. Kota Semarang yang berjumlah 1181 orang.
Keturunan (genetik) merupakan faktor yang Kriteria inklusi dalam sampel penelitian ini
telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak adalah a) bersedia menjadi responden; b)
lahir, misalnya dari golongan penyakit responden berusia 26-45 tahun. Sedangkan
keturunan seperti diabetes mellitus dan asma kriteria eksklusi dalam sampel penelitian ini
bronehial. adalah a) hamil; b) sedang beraktivitas atau
Kelurahan Plalangan adalah salah satu bekerja yang tidak bisa diganggu.
desa yang berada di Kecamatan Gunungpati, Besar sampel minimal dalam penelitian
Kota Semarang. Kelurahan Plalangan ini mengunakan rumus Slovin dan ditambah
mempunyai luas 2,69 km2 yang terdiri dari 19 10% untuk mengantisipasi kemungkinan subjek
RT dan 6 RW. Mata pencarian penduduknya terpilih yang drop out, dari hasil perhitungan
sebagian besar adalah petani dan buruh industri. sampel didapatkan besar sampel sebanyak 104
Menurut penelitian Chaput & Treamblay responden. Teknik pengambilan sampel dengan
(2009), data populasi pekerja dari negara-negara menggunakan Cluster sampling dimana sampel
di dunia yang perekonomiannya ditunjang oleh dipilih secara acak pada kelompok individu
sektor industri yang mayoritas memiliki jam dalam populasi yang terjadi secra alamiah.
kerja yang panjang dan aktivitas pekerja rendah Kelurahan Plalangan terdiri dari 6 RW dengan
secara signifikan dapat mengubah berat badan Jumlah 19 RT. Pemilihan sampel ditentukan
pekerja yang semula normal menjadi overweight secara cluster berdasarkan RW, maka jumlah
dan obesitas. Hasil tersebut sejalan dengan cluster yang diambil 104/6 = 17,3. Setelah di
penelitian Erliyani (2012) yang melaporkan cluster didapatkan setiap RW diambil 17 - 18
bahwa proporsi obesitas pada buruh prabik responden untuk manjadi sampel.
rokok di Kudus (Jawa tengah) dengan usia 30- Instrumen pada penelitian ini adalah
40 tahun sebesar 29,1%. Kejadian obesitas pada kuesioner dan pita ukur. Teknik pengumpulan
buruh yang diteliti tidak pernah berolahraga, data dilakukan dengan pengukuran lingkar
memiliki tingkat aktivitas fisik yang ringan dan perut dengan pita ukur, metode wawancara
memiliki pola konsumsi yang tidak teratur. dengan kuesioner dan dokumentasi. Hasil
Proporsi obesitas sentral di Kelurahan pengukuran lingkar perut yang dilakukan untuk

251
Nimas P. / Obesitas Sentral / HIGEIA 2 (2) (2018)

mengetahui kejadian obesitas sentral. Metode orang (39,2%). Responden yang memiliki
wawancara dengan kuesioner dilakukan untuk tingkat pengetahuan rendah sebanyak 52 orang
mengetahui jenis kelamin, tingkat pengetahuan, (51,0%), sedangkan responden yang memiliki
tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, status tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 50 orang
kawin, riwayat keturunan, aktivitas fisik, status (49,0%). Responden yang memiliki tingkat
merokok, dan intake kalori. Sedangkan metode pendidikan dasar sebanyak 52 orang (51,0%),
dokumentasi dalam penelitian ini bertujuan sedangkan responden yang memiliki tingkat
sebagai dokumen pelengkap berupa foto selama pendidikan lanjut sebanyak 50 orang (49,0%).
kegiatan penelitian berlangsung. Responden yang tidak bekerja sebanyak 26
Sumber data dalam penelitian ini orang (25,5%), sedangkan responden yang
diperoleh dari data primer dan sekunder. Data bekerja sebanyak 76 orang (74,5%). Responden
primer yang diperoleh dari penelitian ini berasal yang sudah kawin sebanyak 93 orang (91,2%),
dari hasil pengukuran dan pengisian kuesioner sedangkan responden yang belum kawin
oleh responden secara langsung untuk sebanyak 9 orang (8,8%). Responden dengan
memperoleh data terkait dengan jenis kelamin, keturunan kegemukan sebanyak 41 orang
tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, jenis (40,2%),sedangkan responden yang tidak memi-
pekerjaan, status kawin, riwayat keturunan,
aktivitas fisik, status merokok, dan intake kalori. Tabel 1. Distribusi Variabel yang Berhubungan
Data sekunder diperoleh dari WHO, Riset dengan Kejadian Obesitas Sentral pada Usia
Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2013, Riset dewasa di Kelurahan Plalangan, Kecamatan
Kesehtan Dasar Jawa Tengah Tahun 2013, dan Gunungpati, Kota Semarang Tahun 2017
Puskesmas Gunungpati. Teknik pengolahan Frekuensi
No Variabel
data dalam penelitian ini terdiri dari a) editing N %
(pemeriksaan data); b) coding (pemeriksaan 1 Obesitas Sentral
Ya 69 67,6
kode); c) entry (memasukan kode jawaban); d)
Tidak 33 32,4
cleaning (pengecekan kembali data). 2 Jenis Kelamin
Analisis data dilakukan dalam penelitian Perempuan 62 60,8
ini menggunakan jenis analisis univariat dan Laki-laki 40 39,2
bivariat. Uji statistik pada penelitian ini 3 Tingkat Pengetahuan
Rendah 52 51,0
menggunakan uji Chi-square dan uji Fisher.
Tinggi 50 49,0
Variabel yang menggunakan uji Chi-squre adalah 4 Tingkat Pendidikan
jenis kelamin, tingkat pengetahuan, tingkat Pendidikan dasar 52 51,0
pekerjaan, riwayat keturunan, aktivitas fisik, Pendidikan lanjut 50 49,0
status merokok, dan intake kalori. Sedangkan 5 Jenis Pekerjaan
Tidak bekerja 26 25,5
variabel yang menggunakan uji Fisher adalah
Bekerja 76 74,5
staus kawin. 6 Status Kawin
Sudah kawin 93 91,2
HASIL DAN PEMBAHASAN Belum kawin 9 8,8
7 Riwayat Keturunan
Ada 41 40,2
Tabel 1. menunjukan distribusi frekuensi
Tidak ada 61 59,8
variabel bebas dan terikat atau analisis 8 Aktivitas Fisik
univariat. Dari 102 responden dapat diketahui Rendah-sedang 66 64,7
bahwa responden yang mengalami obesitas Tinggi 36 35,3
sentral sebanyak 69 orang (67,6%) sedangkan 9 Status Merokok
Merokok 33 32,4
responden yang tidak mengalami obesitas
Tidak merokok 69 67,5
sentral sebanyak 33 orang (32,4%). Responden 10 Intake Kalori
dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 62 Tinggi 51 50,0
orang (60,8%) sedangan laki-laki sebanyak 40 Rendah 51 50,0

252
Nimas P. / Obesitas Sentral / HIGEIA 2 (2) (2018)

liki riwayat keturunan kegemukan sebanyak 61 (19,4%) yang tidak mengalami obesitas sentral.
orang (59,8%). Responden yang sebanyak 93 Sedangkan dari 40 responden laki-laki, ada 19
orang (91,2%), sedangkan responden yang orang (47,5%) yang mengalami obesitas sentral
belum kawin sebanyak 9 orang (8,8%). dan 21 orang (52,5%) yang tidak mengalami
Responden yang memiliki riwayat memiliki obesitas sentral. Hasil dari uji chi-square
aktivitas fisik ringan-sedang sebanyak 66 orang menunjukan bahwa terdapat hubungan antara
(64,7%), sedangkan responden yang memiliki jenis kelamin dengan kejadian obesitas sentral
aktivitas berat sebanyak 36 orang (35,3%). pada usia dewasa (p=0,001) dan responden
Responden yang merokok sebanyak 33 orang perempuan berisiko 1,7 kali lebih besar terkena
(32,4%), sedangkan responden yang tidak obesitas sentral dibandingkan dengan responden
merokok sebanyak 69 orang (69,6%). laki-laki. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Responden dengan intake kalori tinggi sebanyak penelitian Kusteviani (2015) yang mendapatkan
51 orang (50,0%) dan intake kalori rendah hasil bahwa ada hubungan yang signifikan
sebanyak 51 orang (50,0%). antara jenis kelamin dengan kejadian obesitas
Tabel 2 menunjukan analisis bivariat sentral. Hasil tersebut sama dengan hasil
yakni analisis hubungan antara variabel bebas penelitian dilapangan yang menunjukan bahwa
dan variabel terikat. Berdasarkan hasil sebagian besar yang mengalami obesitas sentral
penelitian diketahui bahwa dari 62 responden adalah responden yang berjenis kelamin
perempuan, ada 50 orang (80,6%) yang perempuan. Tingginya prevalensi obesitas pada
mengalami obesitas sentral dan 12 orang perempuan menunjukan bahwa kelebihan

Tabel 2. Hasil Uji Statistik Variabel Bebas dengan Kejadian Obesitas Sentral pada Usia Dewasa di
Kelurahan Plalangan, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang Tahun 2017
Kejadian Obesitas Sentral
Total
No Variabel Bebas Ya Tidak PR 95%CI p value
n % n % n %
1 Jenis Kelamin
Perempuan 50 80,6 12 19,4 62 100,0
1,7 1,19-2,40 0,001
Laki-laki 19 47,5 21 52,5 40 100,0
2 Tingkat Pengetahuan
Rendah 39 75,0 13 25,0 52 100,0
- - 0,159
Tinggi 30 60,0 20 40,0 50 100,0
3 Tingkat Pendidikan
Pendidikan dasar 41 78,8 11 21,2 52 100,0
1,4 1,06-1,86 0,024
Pendidikan lanjut 28 56,0 22 44,0 50 100,0
4 Jenis Pekerjaan
Tidak bekerja 19 73,1 7 26,9 26 100,0
- - 0,658
Bekerja 50 65,8 26 34,2 76 100,0
5 Status Kawin
Sudah kawin 65 69,9 28 31,1 93 100,0
- - 0,144
Belum kawin 4 44,4 5 55,6 9 100,0
6 Riwayat Keturunan
Ada 35 85,4 6 14,6 41 100,0
1,5 1,18-1,98 0,003
Tidak ada 34 55,7 27 44,3 61 100,0
7 Aktivitas Fisik
Rendah-sedang 56 84,8 10 15,2 66 100,0
2,4 1,50-3,67 0,001
Tinggi 13 36,1 23 63,9 36 100,0
8 Status Merokok
Merokok 20 60,6 13 39,4 33 100,0
- - 0,409
Tidak merokok 49 71,0 20 29,0 69 100,0
9 Intake Kalori
Tinggi 43 84,3 8 15,7 51 100,0
1,7 1,23-2,22 0,001
Rendah 26 51,0 25 49,0 51 100,0

253
Nimas P. / Obesitas Sentral / HIGEIA 2 (2) (2018)

lemak pusat lebih banyak terdapat pada dari uji chi-square menunjukan bahwa tidak
perempuan. Menurut penelitian Janghorbani terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan
(2007), menyatakan bahwa tingginya prevalensi dengan kejadian obesitas sentral pada usia
obesitas sentral terdapat pada perempuan dewasa (p=0,159) dan responden dengan tingkat
dibandingkan dengan laki- laki karena adanya pengetahuan rendah berisiko 1,3 kali lebih besar
perbedaan tingkat aktivitas fisik dan asupan terkena obesitas sentral dibandingkan dengan
energi antara laki-laki dan perempuan. Pada responden dengan tingkat pengetahuan tinggi.
penelitian ini, perempuan lebih banyak memiliki Seseorang dengan tingkat pengetahuan
aktivitas fisik ringan-sedang sebanyak 47 orang yang rendah biasanya akan sering memilih
(75,8%), sedangkan laki-laki lebih banyak makanan yang asal kenyang saja tanpa mengerti
memiliki aktifitas fisik berat sebanyak 21 orang asupan gizi seimbang yang diperlukan oleh
(52,5%). Berdasarkan intake kalorinya, tubuh. Sehingga terlalu banyak karbohidrat
perempuan lebih banyak memiliki intake kalori yang dikonsumsi dalam satu porsi makanan.
tinggi yaitu sebanyak 32 orang (51,6%), Seseorang yang memiliki pengetahuan yang
sedangkan laki-laki lebih banyak memiliki intake baik tentang obesitas, masih saja melakukan
kalori rendah yaitu sebanyak 21 orang (52,5%). perilaku yang tidak sehat seperti gaya hidup
Demerath (2007), menyatakan bahwa sedantery dan makann dalam jumlah yang
perempuan secara alami memiliki cadangan berlebih ketika mengalami stress. Pengetahuan
lemak tubuh terutama di daerah perut lebih pada dasarnya merupakan bagian dari perilaku,
banyak dibandingkan dengan laki-laki. tetapi hal tersebut tidak menjamin bahwa orang
Perempuan cenderung lebih berisiko mengalami yang memiliki pengetahuan yang baik juga
obesitas sentral terutama pada saat setelah memiliki perilaku yang baik. Karena perilaku
menopause. . Perempuan postmenopause memiliki seseorang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
persentase lemak perut, kolesterol total, dan lainnya. Pada penelitian ini, responden yang
trigliserida yang tinggi. Seiring dengan memiliki tingkat pengetahuan rendah lebih
bertambahnya usia dan efek menopause, pada banyak memiliki intake kalori yaitu sebanyak 27
perempuan akan terjadi peningkatan kandungan orang (51,9%) dan yang memiliki intake kalori
lemak tubuh, terutama distribusi lemak tubuh tinggi sebanyak 25 orang (48,1%). Sedangkan
pusat. responden yang memiliki tingkat pengetahuan
Hasil penelitian ini sejalan dengan tinggi lebih banyak memiliki intake kalori tinggi
penelitian Veghari dan Howel. Pada penelitian yaitu sebanyak 26 orang (52,0%) dan yang
Veghari (2012) terhadap 2471 penduduk dewasa memiliki intake kalori rendah sebanyak 24 orang
di Iran bagian utara, diketahui bahwa 57,2% (48,0%).
wanita dan 15,8% laki-laki mengalami obesitas Berdasarkan hasil penelitian diketahui
sentral. Hasil penelitian Howel (2012) pada bahwa dari 52 responden dengan pendidikan
penduduk dewasa usia > 18 tahun dalam survey dasar, ada 41 orang (78,8%) yang mengamlami
nasional Inggris tahun 1993-2008 juga obesitas sentral dan 11 orang (21,2%) tidak
menunjukkan bahwa 35,7% laki-laki dan mengalami obesitas sentral. Sedangkan dari 50
perempuan mengalami obesitas sentral. responden dengan pendidikan lanjut, ada 28
Berdasarkan hasil penelitian diketahui orang (56,0%) mengalami obesitas sentral dan
bahwa dari 52 responden dengan tingkat 22 orang (44,0%) tidak mengalami obesitas
pengetahuan rendah, ada 39 orang (75,0%) sentral. Hasil dari uji chi-square menunjukan
mengalami obesitas sentral dan 13 orang bahwa terdapat hubungan antara tingkat
(25,0%) tidak mengalami obesitas sentral. pendidikan dengan kejadian obesitas sentral
Sedangkan dari 50 responden dengan tingkat pada usia dewasa (p=0,024) dan responden
pengetahuan tinggi, ada 30 orang (60,0%) dengan tingkat pendidikan dasar berisiko
mengalami obesitas sentral dan 20 orang 1,4 kali lebih besar terkena obesitas sentral
(40,0%) tidak mengalami obesitas sentral. Hasil dibandingkan dengan responden dengan tingkat

254
Nimas P. / Obesitas Sentral / HIGEIA 2 (2) (2018)

pendidikan lanjut. Hasil penelitian ini sejalan hanya melibatkan sedikit pengeluaran energi.
dengan penelitian Kusteviani (2015) yang Pada orang yang tidak bekerja atau tidak
menyatakan bahwa ada hubungan antara banyak melakukan aktivitas fisik maka energi
tingkat pendidikan dengan kejadian obesitas yang dikeluarkan akan kebih sedikit apalagi
sentral. Hasil tersebut sama dengan hasil dengan adanya kebiasaan mengonsumsi pangan
penelitian dilapangan yang menunjukan bahwa secara berlebihan maka dapat menimbulkan
sebagian besar yang mengalami obesitas sentral penumpukan lemak tubuh. Orang yang sifat
adalah responden yang memiliki tingkat pekerjaannya terlalu lama duduk dapat
pendidikan rendah. meningkatkan kadar kolesterol total dalam
Menurut Sudikno (2015) menemukakan darah sebagai akibat adanya penurunan
bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan sensitivitas insulin dan enzim yang berfungsi
dengan kejadian obesitas sentral dengan p-value memecah lemak.
0,000. Tingkat pendidikan mempengaruhi Berdasarkan hasil penelitian diketahui
konsumsi pangan melalui cara pemilihan bahan bahwa dari 93 responden yang sudah kawin,
makanan. Orang dengan tingkat pendidikan ada 65 orang (69,9%) yang mengalami obesitas
lebih tinggi akan cenderung memilih bahan sentral dan 28 orang (31,1%) tidak mengalami
makanan yang baik untuk tubuhnya obesitas sentral. Sadangkan dari 9 responden
dibandingkan dengan orang yang memiliki yang belum kawin, ada 4 orang (44,4%)
tingkat pendidikan lebih rendah. mengalami obesitas sentral dan 5 orang (55,6%)
Berdasarkan hasil penelitian diketahui tidak mengalami obesitas sentral. Hasil uji Fisher
bahwa dari 26 responden yang tidak bekerja, menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
ada 19 orang (73,1%) mengalami obesitas status kawin dengan kejadian obesitas sentral
sentral dan 7 orang (26,9%) tidak mengalami pada usia dewasa (p=0,144) dan responden yang
obesitas sentral. Sedangkan 76 responden yang sudah kawin berisiko 1,6 kali lebih besar terkena
bekerja, ada 50 orang (65,8%) mengalami obesitas sentral dibandingkan dengan responden
obesitas sentral dan 26 orang (34,2%) tidak yang belum kawin. Tingginya obesitas sentral
mengalami obesitas sentral. Hasil uji chi-square pada responden yang sudah menikah, hal ini
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara dikarenakan setelah menikah akan cenderung
jenis pekerjaan dengan kejadian obesitas sentral menyesuaian diri dengan pasangannya baik
pada usia dewasa (p=0,658) dan responden yang dalam hal gaya hidup maupun pola makanan.
tidak bekerja berisiko 1,1 kali lebih besar terkena Responden yang sudah kawin lebih banyak
obesitas sentral dibandingkan dengan responden memiliki intake kalori tinggi yaitu sebanyak 48
yang bekerja. Berdasarkan data Monografi orang (51,6%). Hasil penelitian ini tidak sejalan
Kelurahan Plalangan tahun 2017, mayoritas dengan penelitian Kusteviani (2015) yang
responden bekerja sebagai buruh industri menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
sebanyak 875 orang (41,7%). Pekerjaan sebagai status menikah dengan kejadian obesitas sentral.
buruh industri memiliki jam kerja yang panjang, pada penelitian ini yang menunjukan bahwa
aktivitas fisik rendah dan memiki pola sebagian besar yang mengalami obesitas sentral
konssumsi yang tidak teratur. Hasil penelitian adalah responden yang sudah menikah.
ini sebagian besar yang mengalami obesitas Sedangkan pada penelitian Kusteviani (2015)
sentral adalah responden yang bekerja, poporsi obesitas sentral tertinggi pada status
sedangkan pada penelitian Kusteviani (2015) cerai dan terrendah pada status belum kawin.
yang mengalami obesitas sentral terbanyak Menurut Janghorbani (2007), tingginya
adalah responden yang tidak bekerja. prevalensi obesitas sentral pada status telah
Hal ini diduga berkaitan dengan aktivitas menikah. Hal ini dikarenakan kurangnya
fisik yang melibatkan pengeluaran energi. aktivitas fisik setelah menikah dan perubahan
Beberapa pekerjaan melibatkan pengeluaran pola makan yang menyesuaikan pasangannya.
energi yang tinggi, sementara pekerjaan lain Penyesuaian ini dapat memengaruhi pola pikir

255
Nimas P. / Obesitas Sentral / HIGEIA 2 (2) (2018)

dan perubahan gaya hidup seseorang seperti terdapat faktor lain yang berpengaruh, yaitu
perubahan perilaku makan. Penyesuaian diri pola asuh anak serta adanya interaksi antara gen
dengan pasangan yang buruk mengakibatkan dengan lingkungan. Selain itu, pada penelitian
tingginya depresi seseorang. Kondisi stres atau yang dilakukan oleh Tchernof dan Despres
depresi ini dapat menjadikan gaya hidup yang (2013) menyatakan bahwa genetik dapat
tidak baik seperti konsumsi minuman mempengaruhi tingkat obesitas seseorang. Jika
beralkohol dan konsumsi makanan tinggi seseorang berasal dari keluarga yang obesitas
lemak. Seseorang yang mengalami depresi sentral, maka orang tersebut memiliki
cenderung mengonsumsi makanan dalam kemungkinan mengalami obesitas sentral 2-8
jumlah yang berlebihan. kali dibandingkan berasal dari keluraga yang
Berdasarkan hasil penelitian diketahui tidak obesitas (WHO, 2013).
bahwa dari 41 responden yang memiliki riwayat Berdasarkan hasil penelitian diketahui
keturunan kegemukan, ada 35 orang (85,4%) bahwa dari 66 responden dengan aktivitas fisik
mengalami obesitas sentral dan 6 orang (14,6%) ringan-sedang, ada 56 orang (84,8%) mengalami
tidak mengalami obesitas sentral. Sedangkan obesitas sentral dan 10 orang (15,2%) tidak
dari 61 responden yang tidak memiliki riwayat mengalami obesitas sentral. Sedangkan dari 36
keturunan kegemukan, ada 34 orang (55,7%) responden dengan aktivitas fisik berat, ada 13
mengalami obesitas sentral dan 27 orang orang (36,1%) yang mengalami obesitas sentral
(44,3%) tidak mengalami obesitas sentral. Hasil dan 23 orang (63,9%) tidak mengalami obesitas
uji chi-square diketahui bahwa ada hubungan sentral. Hasil uji chi-square dapat diketahui
antara riwayat keturunan dengan kejadian bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik
obesitas sentral pada usia dewasa (p=0,003) dan dengan kejadian obesitas sentral pada usia
responden yang memiliki riwayat keturunan dewasa (p=0,000) dan responden dengan
berisiko 1,5 kali lebih besar terkena obesitas aktivitas ringan-sedang berisiko 2,4 kali lebih
sentral dibandingkan dengan responden yang besar terkena obesitas sentral dibandingkan
tidak memiliki riwayat keturunan. dengan responden dengan aktivitas fisik berat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Hasil analisis tersebut sesuai dengan penelitian
penelitian Tchernof dan Despres (2013) yang yang telah dilakukan oleh Mustelin (2009) yang
menyatakan bahwa genetik dapat menemukan bahwa terdapat hubungan yang
mempengaruhi tingkat obesitas seseorang. Pada kuat antara aktivitas fisik dengan lingkar perut.
dasarnya manusia memiliki gen yang Peningkatan aktivitas fisik lebih berhubungan
menentukan peningkatan asam lemak tubuh secara nyata dengan lingkar perut daripada
yang dibutuhkan untuk cadangan, tapi hal ini IMT.
justru menjadi penyebab timbulnya obesitas. Aktivitas fisik ialah setiap pergerakan
Disamping mengendalikan masa lemak tubuh tubuh yang ditimbulkan oleh otot-otot skeletal
dan peran gen dalam pemuculan sifat yang dan mengakibatkan pengeluaran energi.
berkaitan dengan obesitas mencapai 50% Aktivitas fisik/ olehraga yang rutin dapat
bahkan lebih. Mekanisme terjadinya obesitas mendorong penurunan yang cukup besar pada
yang merupakan faktor genetik yaitu dalam hal jaringan lemak, bahkan tanpa adanya
pengendalian adipogenesis. Hal ini juga terbukti penurunan berat badan (Tchernof & Despres,
dari penelitian tentang orang dewasa yang masa 2013). Hal ini dikarenakan olehraga dapat
kecilnya diadopsi menemukan bahwa berat meningkatkan masa jaringan bebas lemak.
badannya mendekati berat badan orang tua Aktivitas fisik merupakan upaya pencegahan
biologisnya. Sehingga terlihat bahwa genetik peningkatan berat badan dan secara signifikan
mempengaruhi tingkat obesitas dibandingkan berkontribusi untuk menurunkan berat badan
dengan lingkungannya. dalam jangka panjang dan mengurangi risiko
Faktor genetik berpengaruh 25%-75% kesehatan yang berhubungan dengan penyakit
terhadap kejadian obesitas sentral. Namun, kronis.

256
Nimas P. / Obesitas Sentral / HIGEIA 2 (2) (2018)

Kurangnya aktivitas fisik dapat Seseorang yang berhenti merokok akan


menyebabkan zat makanan yang masuk membuat sensasi makanan bertambah sehingga
kedalam tubuh tidak dibakar, tetapi hanya menyebabkan berat badan meningkat. Selain
ditimbun didalam tubuh sebagai lemak tubuh. itu, perokok juga diketahui memiliki rangsangan
Hal ini sangat berisiko terjadinya berbagai lapar yang lebih rendah dibandingkan yang
macam penyakit terutama berhubungan dengan tidak merokok. Paparan asap rokok terbukti
kegemukan seperti diabetes mellitus. Aktivitas dapat meningkatkan resisten insulin dan
fisik secara nyata memodifikasi efek dari faktor berhubungan dengan akumulasi lemak pusat.
genetik seseorang. Aktivitas fisik tingkat berat Meskipun perokok memiliki rata-rata IMT yang
dapat menghindarkan dari meningkatnya lebih rendah daripada buka perokok, perokok
penumpukan lemak seiring dengan memiliki profil distribusi lemak yang
bertambahnya usia. Latihan (exercise) dapat mencerminkan konsekuensi metabolik merokok
menurunkan obesitas sentral dengan durani 370 dengan lebih tingginya lemak pusat.
menit/minggu pada laki-laki dan 295 Sejumlah studi menunjukkan bahwa
menit/minggu pada perempuan. Pada aktivitas seseorang yang menghentikan kebiasaan
fisik berat lebih dari 30 menit/hari dapat merokoknya kelihatan meningkat berat
menurunkan 0,91 cm lingkar perut. badannya. Hal ini diduga karena peningkatan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui asupan energi dan penurunan pengeluaran
bahwa dari 33 responden yang merokok, ada 20 energi, penurunan aktivitas fisik, perubahan
orang (60,6%) yang mengalami obesitas sentral oksidasi lemak, dan metabolisme jaringan
dan 13 orang (39,4%) tidak mengalami obesitas adiposa (seperti aktivitas lipoprotein). Lemak
sentral. Sedangkan dari 69 responden yang tidak visceral dipengaruhi oleh konsentrasi kortisol.
merokok, ada 49 orang (71,0%) yang Sedangkan perokok memiliki lebih tinggi
mengalami obesitas sentral dan 20 orang konsentrasi kortisol plasma daripada orang yang
(29,0%) tidak mengalami obesitas sental. Hasil tidak merokok. Tingginya konsentrasi kortisol
uji chi-square menunjukan bahwa tidak ada adalah konsekuensi aktivitas sympathetic nervous
hubungan antara status merokok dengan system yang diinduksi oleh merokok. Massa
kejadian obesitas sentral pada usia dewasa lemak visceral meningkat ketika konsentrasi
(p=0,409) dan responden yang merokok estrogen menurun dan konsentrasi testosterone
memiliki risiko untuk terkena obesitas sentral meningkat. Rendahnya estrogen, kelebihan
0,9 kali dibandingkan dengan responden yang androgen, dan peningkatan testosteron pada
tidak merokok. perempuan berhubungan dengan akumulasi
Menurut Chiolero (2008), nikotin lemak visceral. Pada laki-laki lemak visceral
meningkatan pengeluaran energi dan meningkat dengan penurunan testosteron.
menurunkan napsu makan namun perorok berat Sementara testosteron pada laki-laki menurun
memiliki berat badan lebih tinggi dibandingkan dengan merokok.
perokok ringan atau tidak merokok jika Berdasarkan hasil penelitian diketahui
diimbangi dengan gaya hidup yang tidak baik. bahwa dari 51 responden dengan intake kalori
Lebih besarnya berat badan yang tidak merokok tinggi, ada 43 orang (84,3%) mengalami obesitas
dibandingkan yang merokok mungkin sentral dan 8 orang (15,7%) tidak mengalami
diakibatkan terjadinya peningkatan asupan obesitas sentral. Sedangkan dari 51 responden
energi dan penurunan pengeluaran energi, dengan intake kalori rendah, ada 26 orang
aktivitas fisik, perubahan oksidasi lemak, dan (51,0%) mengalami obesitas sentral dan 25
metabolisme jaringan adiposa seperti aktivitas orang (49,0%) tidak mengalami obesitas sentral.
lipoprotein. Paparan asap rokok terbukti dapat Hasil uji chi-square menunjukan bahwa ada
meningkatkan resisten insulin dan berhubungan hubungan antara intake kalori dengan kejadian
dengan akumulasi obesitas sentral pada usia dewasa (p=0,001) dan
lemak pusat. responden dengan intake kalori tinggi berisiko

257
Nimas P. / Obesitas Sentral / HIGEIA 2 (2) (2018)

1,7 kali lebih besar terkena obesitas sentral Sedangkan tingkat pengetahuan (p=0,159), jenis
dibandingkan dengan responden dengan intake pekerjaan (p=0,658), status merokok (p=0,409),
kalori rendah. dan status kawin (p=0,144) tidak berhubungan
Asupan energi tinggi disebabkan oleh dengan kejadian obesitas sentral pada usia
konsumsi makanan sumber energi dan lemak dewasa.
tinggi, sedangkan pengeluaran energi yang Saran bagi penelitian selanjutnya,
rendah disebabkan karena kurangnya aktivitas diharapkan untuk lebih menggali faktor gaya
fisik dan sedentary life style (Riswanti, 2017). hidup terhadap obesitas sentral yang masih
Kalori/ energi merupakan hasil dari tidak sesuai dengan teori yang ada dan
matabolisme karbohidrat, lemak dan protein. melakukan pengukuran besar porsi serta
Kelebihan energi disimpan untuk cadangan kandungan zat gizi makanan yang
energi dalam bentuk glikogen sebagai cadangan dikonsumsi responden sehingga diperoleh hasil
jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai yang lebih maksimal.
cadangan dalam jangka panjang. Kelebihan
asupan makanan dapat menimbulkan obesitas DAFTAR PUSTAKA
khususnya bahan makanan sumber energi,
dimana jumlah makanan yang dimakan jauh Chaput, J.P. & Treamblay, A. 2009. Obesity and
melebihi kebutuhan tubuh normal. Peningkatan Physical Inactivity: The Relevance of
jumlah asupan energi diatas angka kecukupan Reconsidering the Notion of Sedentariness.
gizi yang dianjurkan mempengaruhi Obes Facts. 2(4): 249-54
perkembangan obesitas. Chiolero, A., Jacot-Sadowski, I., Faeh, D., Paccaud,
Keseimbangan energi dapat dicapai F. & Cornuz, J. 2008. Association of cigarettes
smoked daily with obesity in a general adult
apabila jumlah energi yang masuk ke dalam
population. Obesity. 15:1311-1318
tubuh melalui makanan sama dengan jumlah
Christina, D. & Ratu, A.D.S. 2011. Obesitas pada
energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi yang Pekerja Minyak dan Gas. Jurnal Kesehatan
masuk ke dalam tubuh akan diubah menjadi Masyarakat Nasional. 6(3): 104-110
lemak tubuh, dimana lemak tubuh pada Demerath, E.W., Sun, S.S., Rogers, N., Lee, M.,
umumnya disimpan dengan pembagian 50% di Reed, D., Choh, A.C., Couch, W.,
jaringan bawah kulit (subkutan), 45% di Czerwinski, S.A., Churnlea, W.C., Siervogel,
sekeliling organ dalam rongga perut dan 5% di R.M., & Towne, B. 2007. Anatomical
jaringan intramuskuler. Sehingga orang dengan Patterning of Visceral Adipose Tissue: Race,
Sex, and Age Variation. Obesity. 15: 2984-2993
asupan energi lebih memiliki potensi lebih besar
Erliyani, N. 2012. Kualitas Udara di Lingkungan Kerja,
untuk mengalami obesitas dibandingkan orang Gaya Hidup, Status Gizi, dan Status Kesehatan
dengan asupan energi cukup. Sebuah penelitian Buruh Wanita Pabrik Rokok. Skripsi. Bogor:
membuktikan bahwa orang dengan asupan Institut Pertanian Bogor
energi lebih berisiko mengalami obesitas 1,86 Howel, D. 2012. Trends in The Prevalence of
kali lebih besar dibandingkan dengan mereka Abdominal Obesity and Overweight in
yang mempunyai asupan energi cukup English Adults (1993-2008). Obesity Journal.
(Christina & Ratu, 2011). 20(8): 1750-1752
Janghorbani, M., Amini, M., Willett, W.C., Mehdi
Gouya, M., Delavari, A., Alikhani, S. &
PENUTUP
Mahdavi, A. 2007. First Nationwide Survey of
Prevalence of Overweight, Underweight, and
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Abdominal Obesity in Iranian Adults, Obesity ,
kesimpulan bahwa jenis kelamin (p=0,001), 15(11): 2797-2808
tingkat pendidikan (p=0,024), riwayat Kemenkes RI. 2016. Menkes: Mari Kita Cegah Diabetes
keturunan (p=0,003), aktivitas fisik (p=0,000), dengan Cerdik. Jakarta: Kemenkes RI
dan intake kalori (p=0,001) berhubungan dengan Kusteviani, F. 2015. Faktor yang Berhubungan
kejadian obesitas sentral pada usia dewasa. dengan Obesitas Abdominal pada usia

258
Nimas P. / Obesitas Sentral / HIGEIA 2 (2) (2018)

produktif (15-64 Tahun) di Kota Surabaya. Sudikno, S.H., Dwiriani, C.M. & Riyadi, H. 2015.
Jurnal Berkala Epidemiologi. 3(1): 45-56. Faktor Risiko Obesitas Sentral Pada Orang
Listiyana, A.D., Mardiana. & Prameswari, G.N. Dewasa Usia 25-65 Tahun di Indonesia
2013. Obesitas Sentral dan Kadar Kolesterol (Analisis Data Riset Kesehatan Dasar 2013).
Darah Total. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9(1): Penelitian Gizi dan Makanan, 38(2): 111-120.
37-43. Tchernof, A. & Despres, J.P. 2013. Pathophysiology
Mustelin, L., Silventoinen, K., Pietilainen, K., of Human Visceral Obesity: An Update.
Rissanen, A. & Kaprio, J. 2009. Physical Physiol Rev, 93(1):359-404.
Activity Reduces The Influence of Genetic Veghari, G., Sedaghat, M., Banihashem, S.,
Effects on BMI and Waist Circumference: A Moharloei, P., Angizeh, A., Tazik, E. &
Study in Young Adult Twins. Int J Obes, 33(1): Moghaddami, A. 2012. The Prevalence and
29-36. Associated Factors of Central Obesity in
Riswanti, I. 2017. Media Buletin dan Seni Mural Northem Iran. Iranian Cardiovascular Research
Sebagai Upaya Meningkatkan Pengetahuan Journal. 4(4): 164-168.
tentang Obesitas. HIGEIA. 1(1): 96-103. WHO. 2013. WHO technical report series: Obesity and
overweight. Geneva: WHO.

259

Anda mungkin juga menyukai