Anda di halaman 1dari 14

“PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA”

Disusun Oleh :

1. Supriyani (B2C017003)
2. Bunga Agneshinta (B2C017015)
3. Destyana Larasati (B2C017031)

Dosen Pengampu :

Yuni Nurkuntari, S. Sos, MA

PRODI S1 PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2018
BAB I
PENDAHULUAN
 Latar Belakang

Pancasila dapat diperuntukkan kepada negara, masyarakat dan pribadi bangsa


Indonesia. Dengan perkataan lain pancasila itu sebagai norma hukum dasar negara
Republik Indonesia, sebagai social ethics bangsa Indonesia dan sebagai pegangan
moral rakyat atau negara Republik Indonesia.Lahirnya pancasila itu dalam penamaan
pidato Ir. Soekarno selaku anggota “Dokuritzu zunbi Tyoosakai” atau badan
penyelidik usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yang di tetapkan oleh sidangnya
yang pertama pada tanggal 28 s/d 1 juni 1945 di Jakarta. Yang di ucapkannya dalam
Sidang,dipimpin oleh ketuanya Dr. K. R. T Radjiman Wedyodiningrat.
Dikenal didalam pidato Ir. Soekarno pada tanggal 1 juni 1945 di Jakarta. Pancasila
sebagai dasar negara asal mulanya itu dari pengambilan pancasila, panca=lima
dansila=asas atau dasar, dan didirikannya negara Indonesia.
Presiden Soekarno menganggap bahwa pancasila sebagai dasar negara dari Negara
Republik Indonesia, ditegaskan oleh pembukaan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia 1945, dan kemudian disusun oleh kemerdekaan Bangsa Indonesia itu dalam
Undang-Undang Republik Indonesia untuk mengatur pemerintahan negara dengan
yang lain.
 Bersumbernya dari segala hukum dan sumber tertib hukum yang secara konstitusional
mengatur negara publik Indonesia, asas kerohanian, kebatinan, dan cita-cita hukum.
 Dari pemaparan diatasdapat di ketahui bagaimana arti pancasila itu secara umum, dan
anggapan pancasila sebagai dasar negara Indonesia dalam pembukaan Undang-
Undang Dasar Republic Indonesia 1945 menurut Presiden Soekarno. Sehingga untuk
lebih jelasnya tentang pancasila sebagai dasar negara akan dibahas dalam bab
selanjutnya.

 Rumusan Masalah
 Apa yang di maksud dengan Pancasila?
 Apa yang dimaksud dengan Dasar Negara?
 Bagaimana Pancasila Sebagai Dasar Negara ?

 Tujuan
 Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila
 Mengetahui hakikat Pancasila sebagai dasar negara
 Mengetahui bagaimana
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Istilah Pancasila


Istilah pancasila pertama kali dikenal di dalam pidato Ir. Soekarno sebagai
anggotaDoktrit zu Tyunbi Tjosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) 1 juni 1945 di Jakarta, badan ini kemudian setelah mengalami penambahan
anggota menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dari uraian
tersebut dinyatakan: Pancaadalah Lima, Sila adalah Asas atau Dasar. Untuk Lebih
jelas dikutip bagian pidato beliau tersebut :
“ . . . . namanya bukan panca Dharma, tetapi nama ini dengan petunjuk seorang
teman kita ahli bahasa namanya adalah Pantja Sila, Sila artinya asas atau dasar, dan
diatas kelima dasar itu mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi.

B. Pengertian Dasar Negara

Sesuai dengan pengertian paham organisme tentang negara, yakni negara adalah
sesuatu yang hidup, tumbuh,mekar dan dapat mati atau lenyap, maka pengertian dasar
negara meliputi arti sebagai berikut :
a. Basis atau fundament negara
b. Tujuan yang menentukan arah negara
c. Pedoman yang menentukan cara bagaimana negara itu menjalankan fungsi-
fungsinya dalam mencapai tujuan itu.

Istilah presiden soekarno ialah” dasar statis“ dan “ Leitsatar dinamis “ di kutip
sebagai berikut :
“ . . . bahwa bagi Republik Indonesia, kita memerlukan satu dasar yang bisa menjadi
dalam statis dan yang bisa menjadi Leitstar dinamis. Leitstar, bintang pimpinan”

C. Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia

Sebagaimana di tegaskan oleh “ Pembukaan Undang-undang Dasar Republik


Indonesia 1945 :
“ . . . . . maka di susunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
undang-undang dasar Negara Republik Indonesia yang berkadaulatan rakyat dengan
berdasarkan kepada (garis dari penulis) : Ketuhanan Yang Maha Esa . . . . . . . dan
seterus nya”
Presiden soekarno dalam uraian “Pancasila Sebagai Dasar Negara” mengartikan dasar
Negara itu sebagai Weltanshauung, demikian beliau berkata :
“ saudara mengerti dan mengetahui, bahwa pancasila adalah saya
anggap sebagai dasar dari pada Negara Republik Indonesia, atau dengan bahasa
jerman : satu Weltanscahauung di atas mana kita meletakkan Negara Republik
Indonesia”
Weltanschauung suatu abstraksi, konsepsi atau susunan pengertian-pengertian yang
melukiskan asal mula kekuasaan Negara, tujuan Negara dan cara penyelenggaraan
kekuasaan Negara itu, di samping itu Weltanschauung berarti pandangan(filsafat)
hidup dari suatu bangsa atau masyarakat tertentu.
Pancasila dalam kedudukannya ini sering di sebut sebagai Dasar Filsafat atau
Dasar Falsafah Negara (Philosofische Gronslag) dari negara,ideology negara atau
(staatsidee).
Dalam pengertian ini pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk
mengatur pemerintahan negara atau dengan lain perkataan pancasila merupakan suatu
dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara. Konsekuensinya seluruh pelaksanaan
dan penyelenggaraan negara terutama segala peraturan perundang-undangan termasuk
proses reformasi dalam segala bidang ini, dijabarkan dan diderivasikan dari nilai-nilai
pancasila. Maka pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum, pancasila
merupakan sumber kaidah hukum negara yang secara konstitusional mengatur negara
Republik Indonesia beserta seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat,wilayah,serta
pemerintahan negara.
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerokhanian yang meliputi
suasana kebatinan atau cita-cita hukum. Sehingga merupakan suatu sumber
nilai,norma serta kaidah, baik moral maupun hukum negara, dan menguasai hukum
dasar baik yang tertulis atau Undang-Undang Dasar maupun yang tidak tertulis atau
convensi.Dalam kedudukannya sebagai dasar negara, pancasila mempunyai kekuatan
mengikat secara hukum, Sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sebagai
sumber tertib hukum Indonesia maka Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi
yaitu pembukaan UUD 1945, kemudian dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut dalam
pokok-pokok pikiran. Yang meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945, yang pada
akhirnya dikongkritisasikan dalam pasal-pasal UUD 1945, serta hukum positif
lainnya.
Kedudukan pancasila sebagai dasar negara tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
- Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala sumber
hukum (sumber tertib hukum) Indonesia. Dengan demikian Pancasila merupakan
asas kerokhanian tertib hukum Indonesia yang dalam Pembukaan UUD 1945
dijelma lebih lanjut ke dalam empat pokok pikiran.
- Meliputi suasana kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari Undang-Undang Dasar
1945.
- Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara (baik hukum dasar tertulis
maupun tidak tertulis). Mengandung norma yang mengharuskan Undang-Undang
Dasar mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara
negara (termasuk para penyelenggara partai dan golongan fungsional memegang
teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Hal ini sebagaimana tercantum dalam
pokok pikiran ketempat yang bunyinya sebagai berikut :
“ . . . . . Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”.
- Merupakan sumber semangat bagi Undang-Undang Dasar 1945, bagi
penyelenggara negara, para pelaksana pemerintahan (juga para penyelenggara
partai dan golongan fungsional). Hal ini dapat dipahami karena semangat adalah
penting bagi pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, karena masyarakat dan
negara Indonesia senantiasa tumbuh dan berkembang seiring dengan
perkembangan zaman dan dinamika masyarakat. Dengan semangat yang bersumber
pada asas kerokhanian negara sebagai pandangan hidup bangsa, maka dinamika
masyarakat dan negara akan tetap diliputi dan diarahkan asas kerokhanian negara.

Dasar formal kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia


tersimpul dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang bunyinya sebagai berikut :
“ . . . . . . maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
negara Republik Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pengertian kata” . . . Dengan berdasar kepada . . . “ hal ini secara yuridis memiliki
makna sebagai dasar negara. Walaupun dalam kalimat terakhir Pembukaan UUD
1945 tidak tercantum kata ’Pancasila’ secara eksplisit namun anak kalimat “ . . .
dengan berdasar kepada . . . . “ ini memiliki makna dasar negara adalah Pancasila.
Hal ini didasarkan atas interpretasi historis sebagaimana ditentukan oleh BPUPKI
bahwa dasar negara Indonesia itu disebut dengan istilah Pancasila.

Sebagaimana telah ditentukan oleh pembentukan negara bahwa tujuan utama


dirumuskannya Pancasila adalah sebagai dasar negara Republik Indonesia.Oleh
karena itu fungsi pokok pancasila adalah sebagai dasar negara Republik Indonesia.Hal
ini sesuai dengan dasar yuridis sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945,
ketetapan No XX/MPRS/1966.( Jo Ketetapan MPR No.V/MPR/1973 dan Ketetapan
No. IX/MPR/1978). Di jelaskan bahwa pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum atau sumber tertib hukum Indonesia yang pada hakikatnya adalah merupakan
suatu pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum serta cita-cita moral yang
meliputi suasana kebatinan serta watak dari bangsa Indonesia. Selanjutnya
dikatakannya bahwa cita-cita tersebut adalah meliputi cita-cita mengenai
kemerdekaan individu.Kemerdekaan bangsa, perikemanusiaan, keadilan social,
perdamaian nasional dan mondial, cita-cita politik mengenai sifat, bentuk dan tujuan
negara.Cita-cita moral mengenai kehidupan ke masyarakatan dan keagamaan sebagai
pengejawantahan dari budi nurani manusia.

Dalam proses reformasi dewasa ini MPR melalui Sidang Istimewa tahun 1998,
mengembalikan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia yang
tertuang dalam tap. No. XVIII/MPR/1998. Oleh karena itu segala agenda dalam
proses reformasi, yang meliputi berbagai bidang selain mendasarkan pada kenyataan
aspirasi rakyat (sila IV) juga harus mendasarkan pada nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila. Reformasi tidak mungkin menyimpang dari nilai
Ketuhanan.Kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan, bahkan harus
bersumber kepadanya
 Kasus
1. Latar Belakang
Di setiap Negara tidak dapat lepas dari tindakan-tindakan melanggar hukum baik
secara pidana maupun perdata. Namun yang menjadi keresahan masyarakat adalah
maraknya tindakan pidana. Tindakan yang dapat mengganggu kepentingan orang lain
ini dapat terjadi kapan saja dan dimana saja.Bahkan tindakan ini dapat menghilangkan
nyawa orang lain dan mengancamstabilitas Negara.
Beberapa tahun terakhir, Indonesia dikejutkan dengan maraknya kasus bom yang
terjadi di restoran, hotel, bahkan kedutaan besar pun tak luput dari serangan bom. Hal
ini dikategorikan sebagai kasus pidana terorisme dan mulai menjadi trademark bagi
Indonesia dengan sebutan sebagai Negara teroris.
Dengan berkedok untuk menegakan agama terror demi terror terjadi dan
menimbulkan keresahan, salah satunya Tragedi Bom di Sarinah dan penembakan oleh
teroris yang baru-baru saja terjadi pada 14 Januari 2016 di Jakarta. Peristiwa tersebut
terjadi di sekitaran tempat parkir Menara Cakrawala gedung sebelah utara Sarinah dan
sebuah pos polisi. Setidaknya terdapat 25 korban luka dan 8 orang yang tewas.

2. Pembahasan
Terorisme secara kasar merupakan suatu istilah yang digunakan untuk penggunaan
kekerasan terhadap penduduk sipil/non kombatan untuk mencapai tujuan politik,
dalam skala lebih kecil daripada perang. Dari segi bahasa, istilah teroris berasal dari
Perancis pada abad 18. Kata Terorisme yang artinya dalam keadaan teror ( under the
terror ), berasal dari bahasa latin ”terrere”yang berarti gemetaran dan ”detererre”
yang berarti takut.
Istilah terorisme pada awalnya digunakan untuk menunjuk suatu musuh dari sengketa
teritorial atau kultural melawan ideologi atau agama yang melakukan aksi kekerasan
terhadap publik. Istilah terorisme dan teroris sekarang ini memiliki arti politis dan
sering digunakan untuk mempolarisasi efek yang mana terorisme tadinya hanya untuk
istilah kekerasan yang dilakukan oleh pihak musuh, dari sudut pandang yang
diserang. Polarisasi tersebut terbentuk dikarenakan ada relativitas makna terorisme
yang mana menurut Wiliam D Purdue ( 1989 ), “The use word terorism is one method
of delegitimation often use by side that has the military advantage”.
Sedangkan teroris merupakan individu yang secara personal terlibat dalam aksi
terorisme. Penggunaan istilah teroris meluas dari warga yang tidak puas sampai pada
non komformis politik.
Aksi terorisme dapat dilakukan oleh individu, sekelompok orang atau negara sebagai
alternatif dari pernyataan perang secara terbuka. Negara yang mendukung kekerasan
terhadap penduduk sipil menggunakn istilah positif untuk kombatan mereka, misalnya
antara lain paramiliter, pejuang kebebasan atau patriot. Kekerasan yang dilakukan
oleh kombatan negara, bagaimanapun lebih diterima daripada yang dilakukan oleh ”
teroris ” yang mana tidak mematuhi hukum perang dan karenanya tidak dapat
dibenarkan melakukan kekerasan. Negara yang terlibat dalam peperangan juga sering
melakukan kekerasan terhadap penduduk sipil dan tidak diberi label sebagai teroris.
Meski kemudian muncul istilah State Terorism, namun mayoritas membedakan antara
kekerasan yang dilakukan oleh negara dengan terorisme, hanyalah sebatas bahwa aksi
terorisme dilakukan secara acak, tidak mengenal kompromi , korban bisa saja militer
atau sipil , pria, wanita, tua, muda bahkan anak-anak, kaya miskin, siapapun dapat
diserang.
Kebanyakan dari definisi terorisme yang ada menjelaskan empat macam kriteria,
antara lain target, tujuan, motivasi dan legitmasi dari aksi terorisme tersebut. Pada
Bulan November 2004 , Panel PBB mendifinisikan terorisme sebagai :
“Segala aksi yang dilakukan untuk menyebabkan kematian atau kerusakan tubuh yag
serius bagi para penduduk sipil, non kombatan dimana tujuan dari aksi tersebut
berdasarkan konteksnya adalah untuk mengintimidasi suatu populasi atau memaksa
pemerintah atau organisasi internasional untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu.”
Dapat dikatakan secara sederhana bahwa aksi-aksi terorisme dilatarbelakangi oleh
motif – motif tertentu seperti motif perang suci, motif ekonomi, motif balas dendam
dan motif-motif berdasarkan aliaran kepercayaan tertentu. Namun patut disadari
bahwa terorisme bukan suatu ideologi atau nilai-nilai tertentu dalam ajaran agama. Ia
sekedar strategi , instrumen atau alat untuk mencapai tujuan . Dengan kata lain tidak
ada terorisme untuk terorisme, kecuali mungkin karena motif-motif
kegilaan (madness).
A. Tragedi Bom Sarinah

Tragedi Bom Sarinah merupakan serentetan peristiwa berupa sedikitnya enam


ledakan, dan juga penembakan di daerah sekitarPlaza Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta
Pusat, DKI Jakarta, Indonesia pada tanggal 14 Januari 2016. Ledakan terjadi di dua
tempat, yakni daerah tempat parkir Menara Cakrawala, gedung sebelah utara Sarinah, dan
sebuah pos polisi di depan gedung tersebut. Sedikitnya delapan orang (empat pelaku
penyerangan dan empat warga sipil) dilaporkan tewas dan 24 lainnya luka-luka akibat
serangan ini. Tujuh orang terlibat sebagai pelaku penyerangan, dan organisasi Negara Islam
Irak dan Syam mengklaim bertanggung jawab sebagai pelaku penyerangan.

1. Kronologi Terjadinya “Tragedi Bom Sarinah”


Kronologi menurut saksi mata
Yunus, 43 tahun, seorang sopir Gojek sedang mangkal di perempatan Sarinah,
kawasan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Mendadak, suara ledakan dan asap muncul dari kedai
kopi Starbucks, di seberangnya mangkal.
Tak berselang lama, terlihat dua orang mendekati pos polisi yang terletak di jalan itu.
Ledakan lalu terdengar dari pos polisi. Asap mengepul. Satu polisi terluka. Dua penyeberang,
ikut terluka. "Saya coba menolong mereka. Saya bawa mereka ke gedung Jaya," ujar Yunus.
Sepengamatan Yunus, satu terduga pelaku langsung lari ke arah Starbucks begitu ledakan
kedua terjadi di pos polisi.
Ali Imron, 35 tahun pegawai Bawaslu, menyatakan setelah ledakan kedua, muncul
tembakan terdengar dari dalam Starbucks dan diarahkan ke sekitar pos polisi. "Seorang
penyeberang jalan, ikut tertembak," ujarnya.
Menurut keterangan Rahmad, salah satu saksi, saudaranya bernama Raiskana
tertembak setelah ledakan kedua di pos polisi Sarinah. Saat ledakan pertama, Rahmad dan
Raiskana berlari mendatangi sumber ledakan.
Namun di antara kerumunan, justru ada seseorang yang menembak dengan membabi-
buta. Pelaku itu juga menembak Raiskana yang saat itu melihat kejadian teror. "Pelaku
membawa tas ransel dan masuk ke dalam Starbucks Sarinah," kata dia,
Pasukan polisi tiba mengepung lokasi dan membatasi dengan garis polisi. Daerah
yang dikepung di antaranya meliputi Gedung Jaya, Starbucks, Djakarta Theater, Menara
Cakrawala. Lalu, suara ledakan beberapa kali terdengar dari arah Starbucks, Djakarta Theater
dan Menara Cakrawala hingga enam kali.Polisi lalu mengepung dan memburu pelaku.
Dari pantauan di lokasi, sekitar pukul 12.00 ledakan ketujuh terdengar. Setengah jam
kemudian ledakan kedelapan terdengar dari seputar Starbucks dan Menara Cakrawala. Polisi
menggunakan drone untuk memantau Menara Cakrawala yang diduga digunakan pelaku
untuk mengintai.
Sekitar pukul 13.00, polisi membersihkan lokasi dari massa yang menonton
pengepungan. Di belakang Gedung Jaya, sebuah mobil dengan nomor polisi B 2173 PZ
terparkir mencurigkan.
Polisi menjauhkan massa penonton dari mobil warna perak itu. Tim penjinak bom
memeriksa mobil dan ternyata tak ada hal yang membahayakan. Polisi segera membawa
pergi mobil warna perak itu.
Sekitar pukul 13.40, pengepungan selesai. Tapi polisi masih mengamankan seputar
lokasi kejadian. Menurut Divisi Humas Polri, lewat akun Facebook-nya menyebut, pelaku
total ada 7 orang, 3 tertembak mati dan 4 dilumpuhkan dan ditangkap. Korban tewas,
sementara ini mencapai enam orang. Jasad korban tewas dibawa ke RS Polri Kramat Jati,
Jakarta Timur.
2. Pelaku dan Korban

Daftar Tersangka :
1. Ahmad Muhazan – Meninggal, kelahiran 5 Juli 1990, alamat di Krangkeng,
Indramayu, Jawa Barat
2. Muhamad Ali – Meninggal, kelahiran 17 Maret 1976, alamat di Kampung
Sanggrahan, Kembangan, Jakarta Barat
3. Dian Juni Kurnadi – Meninggal, kelahiran tahun 1990, alamat di Jalan Jenderal
Sudirman Kav 18, Jakarta dan Kotawaringin, Kalimantan Tengah.
4. Afif alias Sunakin – Meninggal, tanggal lahir belum diketahu

Daftar Korban :
1. Sugito – Meninggal, Warga sipil, kelahiran 23 Februari 1973, alamat di
Purwasari, Karawang, Jawa Barat
2. Rico Hermawan – Meninggal, Warga sipil, kelahiran tahun 1995
3. Amir Quali Tamer – Meninggal, WNA Kanada, kelahiran 23 Juni 1990
4. Rais – Meninggal, Warga sipil sekuriti Bangkok Bank, luka tembak di kepala dan
dalam kondisi mati batang otak (MBO). Ia sebelumnya menjalani perawatan di RS
Abdi Waluyo sebelum meninggal pada Sabtu malam, 16 Januari.
5. Aiptu Deni - Anggota Polri, luka di kaki, masih dirawat di ruang ICU
6. Indah Pustpita Sari - Warga sipil, luka di kening sebelah kiri dan perut memar,
sudah diijinkan pulang
7. Mira Puspita - Warga sipil, luka kaki kanan dan jilbab terbakar, sudah diijinkan
pulang
8. Venosia Dyah Mavianti - Warga sipil, luka robek di kepala belakang, sudah
diijinkan pulang
9. Aiptu Dodi Maryadi - Anggota Polri, luka tembak di perut
10. Aiptu Budiyono - Anggota Polri Jakarta Pusat, luka tembak di perut dan dada,
masih dirawat di ruang ICU
11. Budi Rachmat - Warga sipil, luka tembak di dada kiri, sudah membaik dan
diijinkan pulang
12. Anggun Antiasari - Warga sipil, luka kaki kanan
13. Chairul - Warga Sipil, luka punggung kanan dan tangan kanan
14. Yohanen Antonius Maria alias Johan Kieft - WNA Belanda, luka tangan kiri patah
dan tempurung kaki pecah, akan dirujuk keluarga ke Singapura
15. Mr. Marek - WNA Aljazair, luka di dada kiri dan kaki kiri patah
16. Agus Kurnia - Warga sipil, luka di kepala
17. Permana - Warga sipil, luka punggung kiri.
18. Aiptu Suhadi - Anggota Polri, luka tembak di punggung dua kali
19. Aldi Tardiansyah - Warga sipil, luka serpihan di telinga
20. Afrizal - Warga sipil, luka serpihan di dahi dan siku kiri
21. Manfred Stoif - WNA Austria, luka robek pergelangan tangan kanan dan kiri,
akan dirujuk oleh keluarga ke Singapura
22. Frank Feunen - WNA Jerman, luka robek di dahi dan leher
23. Riter Willy Putra - Warga sipil, luka punggung kiri belakang, sudah diijinkan
pulang
24. Brigadir Suminto - Anggota Polri, luka tembak di tangan sebelah kiri tembus ke
ketiak
25. Dwi Siti Ramdani - Warga sipil, luka berat, patah tulang leher bagian belakang
3. Dampak Tragedi Sarinah

Akibat terjadinya serangan di persimpangan Sarinah, Starbucks menutup seluruh gerainya


yang berada di Jakarta tidak hanya Starbucks yang menutup gerainya namun sejumlah pusat
perbelanjaan juga pun harus ditutup bahkan pusat perbelanjaan di Tanggerang pun harus di
jaga ketat . Selain itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika sempat anjlok akibat
peristiwa ini. Pengamanan kawasan vital di seluruh Jakarta ditingkatkan setelah peristiwa ini,
seperti Gedung DPR/MPR dan gedung Balai Kota Provinsi DKI Jakarta. Pengamanan di
provinsi lain di Indonesia seperti Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali, turut ditingkatkan

A. Hubungan Pancasila dengan Tragedi Bom Sarinah

Keberadaan Pancasila sebagai dasar negara yang dapat menjadi filter bagi masuknya
berbagai ancaman dari luar dirasa kurang berhasil, apa sebabnya?
Keberhasilan membuat perangkat hukum yang baik belum tentu memberikan dampak
positif dalam mewujudkan maksud dan tujuan hukum. Sebagus apapun produk hukum formal
yang ada tidak akan ada artinya tanpa disertai penerapan yang
baik. Ironisnya, Indonesia dipandang sebagai negara yang pandai membuat perangkat hukum
namun masih lemah penerapannya. Hal ini jika dibiarkan akan mempengaruhi tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap hukum itu sendiri.
Terorisme di Indonesia tumbuh subur karena didukung oleh perilaku sebagian masyarakat
yang bertentangan dengan filosofi Pancasila. Setiap sila telah diselewengkan: Ketuhanan
Yang Maha Esa yang memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk memeluk agama
menurut keyakinan dan kepercayaannya, telah diracuni oleh pemikiran-pemikiran salah yang
hanya mengistimewakan agama tertentu saja. Salah satunya adalah Tragedi Bom Sarinah,
peristiwa teroris ini terjadi karena adanya penyimpangan dasar negara karena kurang
pemahaman akan dasar negara yaitu pancasila itu sendiri sehinnga membuat para teroris
melakukan penyimpangan ini.
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, berupa penghargaan akan harkat dan martabat
kemanusiaan, yang diwujudkan dengan penghargaan terhadap hak azasi manusia diabaikan.
Dasar negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan untuk memberi
kekuatan berdirinya sebuah negara, jika seseorang melanggar aturan yang dibuat oleh negara
indonesia maka otomatis orang tersebut wajib di hukum atau diadili.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, kini tercabik-cabik ditarik ke sana kemari demi kepentingan politik praktis.
Dan terakhir, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tinggal slogan kosong
karena adanya jurang pemisah yang amat dalam antara si-kaya dan si-miskin, yang
menimbulkan kecemburuan sosial.
Lantas mengapa terorisme masih tetap berlanjut di Indonesia seperti Tragedi Bom
Sarinah, padahal Indonesia memiliki Pancasila sebagai ideologi? kehadiran terorisme seakan
menggerus ideologi Pancasila yang selama ini dijadikan landasan hidup bagi
masyarakat Indonesia dalam berbangsa dan bernegara.
Sumber pokok kesalahan tidak terletak pada Pancasila. Tak ada yang salah dengan
Pancasila karena isi Pancasila tidak melenceng dari nilai-nilai yang ada. Kesalahan yang
sesungguhnya terletak pada penerapan Pancasila sebagai dasar negara yaitu pancasila pada
sila pertama bertujuan
Supaya setiap individu masyarakat Indonesia bisa bebas memeluk agama sesuai dengan
kepercayaan mereka masing-masing dan juga beribadah sesuai agama dan bisa saling
menumbuhkan rasa toleransi kepada agama lain.
Tetapi pada tujuan pancasila ini membuat para kelompok radikal yang mengatas namakan
agama mempunyai pikiran yang salah, mereka tidak mampu menangkap pesan-pesan luhur
yang baik. Ayat-ayat perang tidak di tela’ah secara seksama, tidak dilihat tujuan dan maksud-
maksudnya, namun hanya dijadikan bahan bakar untuk mengobarkan api kebencian,
permusuhan, dan peperangan.
Hal itu terjadi karena banyaknya orang Indonesia tidak dapat menerapkan nilai-nilai
Pancasila dengan benar. Terlebih para teroris, mereka adalah orang-orang yang tidak
konsisten dalam melaksanakan isi Pancasila. Mereka mengerti dan memahami Pancasila
namun tidak menerapkannya dalam kehidupan mereka.
BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan
1. Pancasila Sebagai Dasar negara

Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala sumber hukum
Indonesia.Pancasila merupakan asas kerokhanian dalam pembukaan UUD 1945
dijelma dalam 4 pokok pikiran meliputi :
- Suasana kebatinan dari UUD 1945
- Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara (baik hukum dasar tertulis
maupun tidak tertulis).
- Mengandung norma yang mengharuskan UUD yang mewajibkan pemerintah dll,
penyelenggara negara memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur,
bunyinya sebagai berikut :
“ Negara berdasarkan atas ketuhanan yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
- Merupakan sumber semangat dengan perkembangan zaman dan dinamika
masyarakat dengan semangat yang bersumber pada asas kerokhanian negara,
sebagai pandangan hidup bangsa, maka dinamika masyarakat dan negara akan
tetap diliputi dan di arahkan atas kerohanian negara.

2. Kasus Bom Sarinah

- Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan


perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat.
- Tragedi Sarinah terjadi pada tanggal 11 Januari 2016, menimbulkan banyak
korban jiwa dan dampak akan keadaan Negara.
- Pancasila sebagai ideologi bangsa yang dapat menjadi filter bagi masuknya
berbagai ancaman dari luar dirasa kurang berhasil. Hal itu dikarenakan
kurangnya penerapan nilai-nilai dalam Pancasila.

 Saran

Upaya untuk memahami masalah terorisme adalah dengan belajar Pendidikan


Pancasila sehingga dengan belajar Pendidikan Pancasila ini kita dapat memahami
dasar negara yaitu pancasila agar kita idak terjerumus pada tindak kejahatan
terorisme.
DAFTAR PUSTAKA

http://novinitaa.blogspot.co.id/2015/06/pancasila-sebagai-ideologi-negara.htm

https://guruppkn.com/makna-pancasila-sebagai-ideologi-negara

http://gegecar.blogspot.co.id/2013/06/perlunya-pancasila-sebagai-dasar.html

http://www.tribunnews.com/regional/2017/09/26/pelajar-smp-dijual-temannya-sendiri-via-
medsos-ke-pria-hidung-belang

http://eprints.umpo.ac.id/1852/2/BAB%20I.pdf

https://www.academia.edu/35366700/IDEOLOGI_PANCASILA_TERHADAP_TRAGEDI_
BOM_SARINAH

Anda mungkin juga menyukai