Disusun Oleh :
1. Supriyani (B2C017003)
2. Bunga Agneshinta (B2C017015)
3. Destyana Larasati (B2C017031)
Dosen Pengampu :
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Apa yang di maksud dengan Pancasila?
Apa yang dimaksud dengan Dasar Negara?
Bagaimana Pancasila Sebagai Dasar Negara ?
Tujuan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila
Mengetahui hakikat Pancasila sebagai dasar negara
Mengetahui bagaimana
BAB II
PEMBAHASAN
Sesuai dengan pengertian paham organisme tentang negara, yakni negara adalah
sesuatu yang hidup, tumbuh,mekar dan dapat mati atau lenyap, maka pengertian dasar
negara meliputi arti sebagai berikut :
a. Basis atau fundament negara
b. Tujuan yang menentukan arah negara
c. Pedoman yang menentukan cara bagaimana negara itu menjalankan fungsi-
fungsinya dalam mencapai tujuan itu.
Istilah presiden soekarno ialah” dasar statis“ dan “ Leitsatar dinamis “ di kutip
sebagai berikut :
“ . . . bahwa bagi Republik Indonesia, kita memerlukan satu dasar yang bisa menjadi
dalam statis dan yang bisa menjadi Leitstar dinamis. Leitstar, bintang pimpinan”
Pengertian kata” . . . Dengan berdasar kepada . . . “ hal ini secara yuridis memiliki
makna sebagai dasar negara. Walaupun dalam kalimat terakhir Pembukaan UUD
1945 tidak tercantum kata ’Pancasila’ secara eksplisit namun anak kalimat “ . . .
dengan berdasar kepada . . . . “ ini memiliki makna dasar negara adalah Pancasila.
Hal ini didasarkan atas interpretasi historis sebagaimana ditentukan oleh BPUPKI
bahwa dasar negara Indonesia itu disebut dengan istilah Pancasila.
Dalam proses reformasi dewasa ini MPR melalui Sidang Istimewa tahun 1998,
mengembalikan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia yang
tertuang dalam tap. No. XVIII/MPR/1998. Oleh karena itu segala agenda dalam
proses reformasi, yang meliputi berbagai bidang selain mendasarkan pada kenyataan
aspirasi rakyat (sila IV) juga harus mendasarkan pada nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila. Reformasi tidak mungkin menyimpang dari nilai
Ketuhanan.Kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan, bahkan harus
bersumber kepadanya
Kasus
1. Latar Belakang
Di setiap Negara tidak dapat lepas dari tindakan-tindakan melanggar hukum baik
secara pidana maupun perdata. Namun yang menjadi keresahan masyarakat adalah
maraknya tindakan pidana. Tindakan yang dapat mengganggu kepentingan orang lain
ini dapat terjadi kapan saja dan dimana saja.Bahkan tindakan ini dapat menghilangkan
nyawa orang lain dan mengancamstabilitas Negara.
Beberapa tahun terakhir, Indonesia dikejutkan dengan maraknya kasus bom yang
terjadi di restoran, hotel, bahkan kedutaan besar pun tak luput dari serangan bom. Hal
ini dikategorikan sebagai kasus pidana terorisme dan mulai menjadi trademark bagi
Indonesia dengan sebutan sebagai Negara teroris.
Dengan berkedok untuk menegakan agama terror demi terror terjadi dan
menimbulkan keresahan, salah satunya Tragedi Bom di Sarinah dan penembakan oleh
teroris yang baru-baru saja terjadi pada 14 Januari 2016 di Jakarta. Peristiwa tersebut
terjadi di sekitaran tempat parkir Menara Cakrawala gedung sebelah utara Sarinah dan
sebuah pos polisi. Setidaknya terdapat 25 korban luka dan 8 orang yang tewas.
2. Pembahasan
Terorisme secara kasar merupakan suatu istilah yang digunakan untuk penggunaan
kekerasan terhadap penduduk sipil/non kombatan untuk mencapai tujuan politik,
dalam skala lebih kecil daripada perang. Dari segi bahasa, istilah teroris berasal dari
Perancis pada abad 18. Kata Terorisme yang artinya dalam keadaan teror ( under the
terror ), berasal dari bahasa latin ”terrere”yang berarti gemetaran dan ”detererre”
yang berarti takut.
Istilah terorisme pada awalnya digunakan untuk menunjuk suatu musuh dari sengketa
teritorial atau kultural melawan ideologi atau agama yang melakukan aksi kekerasan
terhadap publik. Istilah terorisme dan teroris sekarang ini memiliki arti politis dan
sering digunakan untuk mempolarisasi efek yang mana terorisme tadinya hanya untuk
istilah kekerasan yang dilakukan oleh pihak musuh, dari sudut pandang yang
diserang. Polarisasi tersebut terbentuk dikarenakan ada relativitas makna terorisme
yang mana menurut Wiliam D Purdue ( 1989 ), “The use word terorism is one method
of delegitimation often use by side that has the military advantage”.
Sedangkan teroris merupakan individu yang secara personal terlibat dalam aksi
terorisme. Penggunaan istilah teroris meluas dari warga yang tidak puas sampai pada
non komformis politik.
Aksi terorisme dapat dilakukan oleh individu, sekelompok orang atau negara sebagai
alternatif dari pernyataan perang secara terbuka. Negara yang mendukung kekerasan
terhadap penduduk sipil menggunakn istilah positif untuk kombatan mereka, misalnya
antara lain paramiliter, pejuang kebebasan atau patriot. Kekerasan yang dilakukan
oleh kombatan negara, bagaimanapun lebih diterima daripada yang dilakukan oleh ”
teroris ” yang mana tidak mematuhi hukum perang dan karenanya tidak dapat
dibenarkan melakukan kekerasan. Negara yang terlibat dalam peperangan juga sering
melakukan kekerasan terhadap penduduk sipil dan tidak diberi label sebagai teroris.
Meski kemudian muncul istilah State Terorism, namun mayoritas membedakan antara
kekerasan yang dilakukan oleh negara dengan terorisme, hanyalah sebatas bahwa aksi
terorisme dilakukan secara acak, tidak mengenal kompromi , korban bisa saja militer
atau sipil , pria, wanita, tua, muda bahkan anak-anak, kaya miskin, siapapun dapat
diserang.
Kebanyakan dari definisi terorisme yang ada menjelaskan empat macam kriteria,
antara lain target, tujuan, motivasi dan legitmasi dari aksi terorisme tersebut. Pada
Bulan November 2004 , Panel PBB mendifinisikan terorisme sebagai :
“Segala aksi yang dilakukan untuk menyebabkan kematian atau kerusakan tubuh yag
serius bagi para penduduk sipil, non kombatan dimana tujuan dari aksi tersebut
berdasarkan konteksnya adalah untuk mengintimidasi suatu populasi atau memaksa
pemerintah atau organisasi internasional untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu.”
Dapat dikatakan secara sederhana bahwa aksi-aksi terorisme dilatarbelakangi oleh
motif – motif tertentu seperti motif perang suci, motif ekonomi, motif balas dendam
dan motif-motif berdasarkan aliaran kepercayaan tertentu. Namun patut disadari
bahwa terorisme bukan suatu ideologi atau nilai-nilai tertentu dalam ajaran agama. Ia
sekedar strategi , instrumen atau alat untuk mencapai tujuan . Dengan kata lain tidak
ada terorisme untuk terorisme, kecuali mungkin karena motif-motif
kegilaan (madness).
A. Tragedi Bom Sarinah
Daftar Tersangka :
1. Ahmad Muhazan – Meninggal, kelahiran 5 Juli 1990, alamat di Krangkeng,
Indramayu, Jawa Barat
2. Muhamad Ali – Meninggal, kelahiran 17 Maret 1976, alamat di Kampung
Sanggrahan, Kembangan, Jakarta Barat
3. Dian Juni Kurnadi – Meninggal, kelahiran tahun 1990, alamat di Jalan Jenderal
Sudirman Kav 18, Jakarta dan Kotawaringin, Kalimantan Tengah.
4. Afif alias Sunakin – Meninggal, tanggal lahir belum diketahu
Daftar Korban :
1. Sugito – Meninggal, Warga sipil, kelahiran 23 Februari 1973, alamat di
Purwasari, Karawang, Jawa Barat
2. Rico Hermawan – Meninggal, Warga sipil, kelahiran tahun 1995
3. Amir Quali Tamer – Meninggal, WNA Kanada, kelahiran 23 Juni 1990
4. Rais – Meninggal, Warga sipil sekuriti Bangkok Bank, luka tembak di kepala dan
dalam kondisi mati batang otak (MBO). Ia sebelumnya menjalani perawatan di RS
Abdi Waluyo sebelum meninggal pada Sabtu malam, 16 Januari.
5. Aiptu Deni - Anggota Polri, luka di kaki, masih dirawat di ruang ICU
6. Indah Pustpita Sari - Warga sipil, luka di kening sebelah kiri dan perut memar,
sudah diijinkan pulang
7. Mira Puspita - Warga sipil, luka kaki kanan dan jilbab terbakar, sudah diijinkan
pulang
8. Venosia Dyah Mavianti - Warga sipil, luka robek di kepala belakang, sudah
diijinkan pulang
9. Aiptu Dodi Maryadi - Anggota Polri, luka tembak di perut
10. Aiptu Budiyono - Anggota Polri Jakarta Pusat, luka tembak di perut dan dada,
masih dirawat di ruang ICU
11. Budi Rachmat - Warga sipil, luka tembak di dada kiri, sudah membaik dan
diijinkan pulang
12. Anggun Antiasari - Warga sipil, luka kaki kanan
13. Chairul - Warga Sipil, luka punggung kanan dan tangan kanan
14. Yohanen Antonius Maria alias Johan Kieft - WNA Belanda, luka tangan kiri patah
dan tempurung kaki pecah, akan dirujuk keluarga ke Singapura
15. Mr. Marek - WNA Aljazair, luka di dada kiri dan kaki kiri patah
16. Agus Kurnia - Warga sipil, luka di kepala
17. Permana - Warga sipil, luka punggung kiri.
18. Aiptu Suhadi - Anggota Polri, luka tembak di punggung dua kali
19. Aldi Tardiansyah - Warga sipil, luka serpihan di telinga
20. Afrizal - Warga sipil, luka serpihan di dahi dan siku kiri
21. Manfred Stoif - WNA Austria, luka robek pergelangan tangan kanan dan kiri,
akan dirujuk oleh keluarga ke Singapura
22. Frank Feunen - WNA Jerman, luka robek di dahi dan leher
23. Riter Willy Putra - Warga sipil, luka punggung kiri belakang, sudah diijinkan
pulang
24. Brigadir Suminto - Anggota Polri, luka tembak di tangan sebelah kiri tembus ke
ketiak
25. Dwi Siti Ramdani - Warga sipil, luka berat, patah tulang leher bagian belakang
3. Dampak Tragedi Sarinah
Keberadaan Pancasila sebagai dasar negara yang dapat menjadi filter bagi masuknya
berbagai ancaman dari luar dirasa kurang berhasil, apa sebabnya?
Keberhasilan membuat perangkat hukum yang baik belum tentu memberikan dampak
positif dalam mewujudkan maksud dan tujuan hukum. Sebagus apapun produk hukum formal
yang ada tidak akan ada artinya tanpa disertai penerapan yang
baik. Ironisnya, Indonesia dipandang sebagai negara yang pandai membuat perangkat hukum
namun masih lemah penerapannya. Hal ini jika dibiarkan akan mempengaruhi tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap hukum itu sendiri.
Terorisme di Indonesia tumbuh subur karena didukung oleh perilaku sebagian masyarakat
yang bertentangan dengan filosofi Pancasila. Setiap sila telah diselewengkan: Ketuhanan
Yang Maha Esa yang memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk memeluk agama
menurut keyakinan dan kepercayaannya, telah diracuni oleh pemikiran-pemikiran salah yang
hanya mengistimewakan agama tertentu saja. Salah satunya adalah Tragedi Bom Sarinah,
peristiwa teroris ini terjadi karena adanya penyimpangan dasar negara karena kurang
pemahaman akan dasar negara yaitu pancasila itu sendiri sehinnga membuat para teroris
melakukan penyimpangan ini.
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, berupa penghargaan akan harkat dan martabat
kemanusiaan, yang diwujudkan dengan penghargaan terhadap hak azasi manusia diabaikan.
Dasar negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan untuk memberi
kekuatan berdirinya sebuah negara, jika seseorang melanggar aturan yang dibuat oleh negara
indonesia maka otomatis orang tersebut wajib di hukum atau diadili.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, kini tercabik-cabik ditarik ke sana kemari demi kepentingan politik praktis.
Dan terakhir, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tinggal slogan kosong
karena adanya jurang pemisah yang amat dalam antara si-kaya dan si-miskin, yang
menimbulkan kecemburuan sosial.
Lantas mengapa terorisme masih tetap berlanjut di Indonesia seperti Tragedi Bom
Sarinah, padahal Indonesia memiliki Pancasila sebagai ideologi? kehadiran terorisme seakan
menggerus ideologi Pancasila yang selama ini dijadikan landasan hidup bagi
masyarakat Indonesia dalam berbangsa dan bernegara.
Sumber pokok kesalahan tidak terletak pada Pancasila. Tak ada yang salah dengan
Pancasila karena isi Pancasila tidak melenceng dari nilai-nilai yang ada. Kesalahan yang
sesungguhnya terletak pada penerapan Pancasila sebagai dasar negara yaitu pancasila pada
sila pertama bertujuan
Supaya setiap individu masyarakat Indonesia bisa bebas memeluk agama sesuai dengan
kepercayaan mereka masing-masing dan juga beribadah sesuai agama dan bisa saling
menumbuhkan rasa toleransi kepada agama lain.
Tetapi pada tujuan pancasila ini membuat para kelompok radikal yang mengatas namakan
agama mempunyai pikiran yang salah, mereka tidak mampu menangkap pesan-pesan luhur
yang baik. Ayat-ayat perang tidak di tela’ah secara seksama, tidak dilihat tujuan dan maksud-
maksudnya, namun hanya dijadikan bahan bakar untuk mengobarkan api kebencian,
permusuhan, dan peperangan.
Hal itu terjadi karena banyaknya orang Indonesia tidak dapat menerapkan nilai-nilai
Pancasila dengan benar. Terlebih para teroris, mereka adalah orang-orang yang tidak
konsisten dalam melaksanakan isi Pancasila. Mereka mengerti dan memahami Pancasila
namun tidak menerapkannya dalam kehidupan mereka.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pancasila Sebagai Dasar negara
Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala sumber hukum
Indonesia.Pancasila merupakan asas kerokhanian dalam pembukaan UUD 1945
dijelma dalam 4 pokok pikiran meliputi :
- Suasana kebatinan dari UUD 1945
- Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara (baik hukum dasar tertulis
maupun tidak tertulis).
- Mengandung norma yang mengharuskan UUD yang mewajibkan pemerintah dll,
penyelenggara negara memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur,
bunyinya sebagai berikut :
“ Negara berdasarkan atas ketuhanan yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
- Merupakan sumber semangat dengan perkembangan zaman dan dinamika
masyarakat dengan semangat yang bersumber pada asas kerokhanian negara,
sebagai pandangan hidup bangsa, maka dinamika masyarakat dan negara akan
tetap diliputi dan di arahkan atas kerohanian negara.
Saran
http://novinitaa.blogspot.co.id/2015/06/pancasila-sebagai-ideologi-negara.htm
https://guruppkn.com/makna-pancasila-sebagai-ideologi-negara
http://gegecar.blogspot.co.id/2013/06/perlunya-pancasila-sebagai-dasar.html
http://www.tribunnews.com/regional/2017/09/26/pelajar-smp-dijual-temannya-sendiri-via-
medsos-ke-pria-hidung-belang
http://eprints.umpo.ac.id/1852/2/BAB%20I.pdf
https://www.academia.edu/35366700/IDEOLOGI_PANCASILA_TERHADAP_TRAGEDI_
BOM_SARINAH