Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA NY. A DENGAN

GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI PENDENGARAN

DI RUANG KRESNA WANITA

RS DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR

DISUSUN OLEH : KELOMPOK I

1. Maria Kartini 132651


2. Meiwan Kristiani 1326
3. Monipius Waruwu 132654
4. Paskah Elia Laora 132659
5. Putri Cahaya Simanjuntak 132661
6. Reni Dameria 132665
7. Rika Natalia 132666
8. Ruth Hellades 132670
9. Ruth Rumintang Mutiara 132671

AKADEMI PERAWATAN RS PGI CIKINI JAKARTA


RS DR. H. MARZOEKI MAHDI
BOGOR, 2015

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Masalah Utama
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran di Ruang Kresna Wanita RS Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor” yang diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar
Keperawatan Jiwa II di RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor, yang dilaksanakan pada tanggal 19-31
Okotober 2015.

Mengesahkan :

Pembimbing Ruangan I Pembimbing Ruangan II

( Ns. Siti Noor Triana. S. Kep) (Suherni,Amd.Kep)

NIP: NIP: 198106262007012014

Pembimbing Akademik

(Ns. Sri Hunun W, M. Kep. Sp.Kep.SpJ)


NIDN: 0310056402

Kata pengantar
Puji syukur dan hormat kemuliaan kita panjatkan kepada Allah sang pencipta alam
semesta atas pertolongan dan penyertaan-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan laporan
makalah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan “Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
Pendengaran ”. Banyak pihak yang telah membantu dalam penyusunan aporan makalah Asuhan
Keperawatan ini, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini kelompok
ingin menyampaikan penghargaan dan ungkapan terima kasih kepada:

1. Akper RS PGI Cikini yang telah menyediakan praktek mata kuliah Keperawatan
Jiwa II.
2. RS dr. H MARZOEKHI MAHDI yang telah menyediakan lahan praktek untuk
pemberian asuhan keperawatan jiwa khususnya ruangan Kresna Wanita
3. Ns. Siti Noor Triana. S. Kep selaku pembibmbing ruangan Kresna Wanita
4. selaku pembimbing ruangan Kresna Wanita
5. Semua perawat di ruangan Kresna Wanita yang mendukung dan membimbing
dalam pemberian asuhan keperawatan

Demikian ucapan terima kasih yang kelompok sampaikan atas partisipasi Bapak/Ibu dan
Saudara/i yang telah mendukung penyelesaian proses persiapan dan penyelesaian makalah
Asuhan Keperawatan. Kelompok menyadari bahwa dalam penyusunan laporan makalah
Asuhan Keperawatan ini kemungkinan masih ada yang perlu diperbaiki. Untuk itu kelompok
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan makalah Asuhan
Keperawatan ini maupun laporan kelompok yang akan datang.

Bogor, 28 Oktober 2015

Penulis

Kelompok II
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. kesehatan jiwa
bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di
tentukan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta
mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya.
Serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Menkes, 2005)
Di masa dahulu gangguan jiwa di pandang sebgai kerasuan setan, hukuman
karena pelanggaran social atau agama, kurang minat atau semangat dan pelanggaran
norma social. Penderita gangguan jiwa di nyatakan tidak dapat di sembuhkan dan di
belenggu dalam penjara tanpa di beri makanan, tempat berteduh, atau pakaian yang
cukup. Namun, saat ini gangguan jiwa di definisikan sebagai masalah medis.

Menurut Prof. Dr. Azrul Azwar mengatakan angka tersebut menunjukan jumlah
penedrita gangguan jiwa di masyarakat sangat tinggi, yaitu satu dari empat penduduk
Indonesia menderita kelainan jiwa dari rasa cemas, depresi, stress, penyalahgunaan obat,
kenakalan remaja sampai Skizopernia (Anonim, 2004)

Agar perilaku kekerasan tidak terjadi pada klien halusinasi maka sangat di
butuhkan asuhan keperawatan yang berkesinambungan, jika tidak mendapatkan
penanganan dan perawatan secara baik dapat membahayakan diri sendiri maupun orang
lain.

Berdasarkan uraian diatas, kelompok membahas kasus tentang “ Asuhan


keparawatan pada Ny. A dengan gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran di
Ruang Kresna wanita RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor “
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa/mahasiswi mampu memahami konsep dan mampu memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan sensori persepsi : halusinasi.
2. Tujuan khusus
Diharapkan mahasiswa atau mahasiswi mampu:
 Memahami tentang konsep dasargangguan sensoori persepsi : halusinasi
 Menggambarkan hasil pengkajian keperawatan pada Ny.A dengan
gangguan sensori persepsi : halusinasi.
 Mendeskripsikan hasil analisa data yang di peroleh oleh Ny, A dengan
gangguan sensori persepsi: halusinasi
 Mengenali diagnose keperawatan yang muncul pada ,Ny.A dengan
gangguan sensori persepsi : halusinasi
 Menyusun intervensi keperawatanyang dilakukan oleh Ny.A dengan
gangguan sensori perepsi: halusinasi
 Melakukan tindakan keperawatan yang telah dilakukan oleh Ny.A dengan
gangguan sensori persepsi : halusinasi
 Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan oleh Ny.A
dengan gangguan sensori persepsi : halusinasi

C. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang di gunakan kelompok adalah metode deskriptif, dimana
kelompok hanya memaparkan data yang sesungguhnya pada kasus. Untuk menggali data
teknik yang di gunakan berbagai macam di antaranya adalah

1. Studi kasus
Kelompok melakukan asuhan keperawatan secara lansung pada seorang klien
dengan masalah perubahan sensori persepsi halusinasi pendengaran di ruang
kresna wanita
2. Observasi
Mengobservasi gejala perilaku yang di alami klien dengan halusinasi dengar dan
observasi keberhasilan standar asuhan keperawatan yang diberikan
3. Wawancara
Pengkajian dalam rangka pengumpulan data dilakukan terhadap klien keluarga
serta perawat ruangan
4. Studi perpustakaan
Kelompok mempelajari beberapa sumber yang berhubungan dengan halusinasi
yang dilakukan secara bertahap.

D. SISTEMATIK PENULISAN
Makalah ini di susun dengan sistematika sebagai berikut

BAB I : PENDAHULUAN
Yang terdiri dari : latar belakang, tujuan (umum dan khusus), metode penulisan
dan sistematika penulisan:
A. Latar belakang
B. Tujuan (Umum dan Khusus)
C. Metode penulisan
D. Sistematika penulisan

BAB II : TINJAUAN TEORI


Yang meliputi :
A. Pengertian
B. Psikodinamika
Yang meliputi :
>Penyebab
>Tanda dan Gejala
>Rentang Respon
C. Pengkajian
Yang meliputi
~Faktor Predisposisi
~Faktor Presipitasi
~Sumber Koping dan Mekanisme Koping
~Aspek Medik
D. Diagnosa keperawatan
E. Perencanaan
F. Implementasi
G. Evaluasi

BAB III : TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
B. Analisa data
C. Pohon masalah
D. Diagnosa keperawatan
E. NCP
F. Catatan perkembangan
Yang meliputi
*Implementasi
*Evaluasi

BAB IV : PEMBAHASAN

Yang meliputi :
~Pengkajian
~Diagnosa Keperawatan
~Rencana Tindakan Keperawatan
~Evaluasi

BAB V : PENUTUP

Yang meliputi :

^Kesimpulan

^Saran

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa adanya stimulus yang nyata,
artinya klien mengidentifikasi sesuatu yang nyata tanpa stimulus dari luar.
( Stuart and Laraia, 2005 ).

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa, klien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau
penghiduan tanpa stimulus nyata. ( Dr. Budi Anna Keliat 2012)

Halusinasi pendengaran adalah suatu persepsi klien yang mendengar suara yang
membicarakan, mengejek, menertawakan, mengancam, memerintahkan untuk melakukan
sesuatu (kadang hal-hal yang membahayakan). ( Trimelia S, Skp, 2012 )

Varcarolis mendefinisikan halusinasi sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana


tidak terdapat simulus (Yosep, 2009)
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien merasa melihat,
mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang
tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin, 2005).

Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
Kesimpulannya bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap
lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.

B. PSIKODINAMIKA
1. Etiologi

Terjadinya perubahan sensori persepsi : halusinasi dipengaruhi oleh multi factor baik eksternal
maupun internal diantaranya : koping individu tidak adekuat, individu yang mengisolasi diri dari
lingkungan, ada trauma yang menyebabkan rasa rendah diri, koping keluarga tidak efektif, dan
permasalahan yang kronik tidak diselesaikan.

2. Tanda dan Gejala

Menurut Hamid (2000) yang dikutip oleh Jallo (2008), dan Menurut Keliat (2009) dikutip oleh
Syahbana (2009) tanda dan gejala yang berkaitan dengan halusinasi sebagai berikut:

a) Bicara, senyum dan tertawa sendiri.


b) Mengatakan mendengar suara, menggerakan bibir tanpa suara, pergerakkan mata
yang cepat, dan respon verbal yang lambat.
c) Merusak diri sendiri, orang lain atau lingkungan,
d) Tidak dapat membedakan hal yang nyata maupun tidak nyata.
e) Tidak dapat memusatkan konsentrasi atau perhatian.
f) Pembicaraan kacau kadang tidak masuk akal.
g) Sikap curiga dan bermusuhan.
h) Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
i) Sulit membuat keputusan.
j) Ketakutan.
k) Mudah tersinggung, jengkel, mudah marah.
l) Menyalahkan diri sendiri atau oarng lain.
m) Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
n) Tidak mampu melakukan asuhan mandiri: mandi, berpakaian.
o) Muka merah kadang pucat.
p) Ekspresi wajah tegang.
q) Tekanan darah meningkat.
r) Nadi cepat.
s) Banyak keringat.
3. Rentang Respon Neurobiologis

Dari definisi yang elah djelaskan sebelumnya, dapat dismpulkan bahwa halusinasi merupakan
persepsi yang nyata tanpa adanya stimulus. Gangguan sensori persepsi : halusinasi disebabkan
oleh fungsi otak yang terganggu. Respon individu terhadap gangguan orientasi berfokus
sepanjang rentang respon dari adaptif sampai yang maladaptif, dapat dilihat dalam gambar
dibawah ini :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis Kadang-kadang proses Waham


pikiran terganggu

Persepsi akurat Ilusi Halusinasi

Emosi sesuai pengalaman Emosi berlebihan/kurang Kerusakan proses ilusi

Perilaku cocok Perilaku yang tidak biasa Perilaku tidak terorgnisir

Hubungan sosial harmonis Menarik diri Isolasi sosial

( Stuart and Laraia, 2005 )

Keterangan Gambar:

a) Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma social dan
budaya secara umum yang berlaku didalam masyarakat, dimana individu menyelesaikan
masalah dalam batas normal yang meliputi :

1. Pikiran logis adalah segala sesuatu yang diucapkan dan dilaksanakan oleh individu sesuai
dengan kenyataan.

2. Persepsi akurat adalah penerimaan pesan yang disadari oleh indra perasaan, dimana dapat
membedakan objek yang satu dengan yang lain dan mengenai kualitasnya menurut
berbagai sensasi yang dihasilkan.

3. Emosi konsisten dengan pengalaman adalah respon yang diberikan individual sesuai
dengan stimulus yang datang.

4. Prilaku sesuai dengan cara berskap individu yang sesuai dengan perannya.

5. Hubungan sosial ialah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan.
b) Respon psikososial meliputi

1. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan


2. Ilusi ialah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi karena rangsangan panca indera
3. Emosi berlebihan atau kurang
4. Perilaku tidak biasa ialah perilaku yang melebihi batas kewajaran
5. Menarik diri ialah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain

c) Respon maladaptif ialah suatu respon yang tidak dapat diterima oleh norma-
norma sosial dan budaya secara umum yang berlaku dimasyarakat, dimana individu
dalam menyelesaikan masalah tidak berdasarkan norma yang sesuai diantaranya :
1. Kelainan pikir ialah keyakinan yang secara kokoh dapat dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh oranglain dan bertentangan dengan keyataan sosial
2. Halusinasi adalah gangguan identifikasi stimulus berdasarkan informasi
yang diterima otak dari lima indra seperti suara, raba, bau, dan pengelihatan
3. Kerusakan proses emosi adalah respon yang diberikan Individu tidak
sesuai dengan stimulus yang datang.
4. Prilaku yang tidak terorganisir adalah cara bersikap individu yang tidak
sesuai dengan peran.
5. Isolasi social adalah dimana individu yang mengisolasi dirinya dari
lingkungan atau tidak mau berinteraksi dengan lingkungan.

C. Pengkajian keperawatan
A. Faktor Predisposisi

Menurut Trimelia S.Skp ( 2012 ), bahwa faktor terjadinya halusinasi meliputi :


1. Faktor predisposisi
a) Faktor Biologis
Terdapat lesi pada area frontal, temporal dan limbik.
b) Faktor Perkembangan
Rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan individu tidak mampu
mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadapa
stress adalah merupakan salah satu tugas perkembangan yang terganggu.
c) Faktor Sosiokultural
Individu yang merasa tidak diterima lingkungannya akan merasa tersingkirkan
kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya.
d) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami individu maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang
dapat bersufat halusnogenik neurokimia seperti Buffofenon dan
Dimetytransferase (DMP). Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
teraktivitasnya neurtransmiter otak.
e) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian yang lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. Selain itu ibu yang pencemas, overprotektif,
dingin, tidak sensitif, pola asuh tidak adekuat juga berpengaruh pada
ketidakmampuan individu dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa
depannya. Individu lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
menuju alam nyata.
f) Faktor genetik
Penelitian menunjukan bahwa anak yang di asuh oleh orang tua skizofrenia
cenderung akan mengalami skizofrenia.

B. Faktor Presipitasi
Adalah stimulus yang dipersiapkan oleh individusebagai tantangan,
ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energy ekstra untuk koping.
Menurut Stuart (2007) yang dikuip oleh Jallo (2008), faktor presipitasi
terjadinya gangguan halusinasi adalah:

a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmapuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterprestasikan.
b. Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi dengan stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

C. Sumber Koping dan Mekanisme Koping

A. Sumber koping
Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman terhadap pengaruh
gangguan otak dan prilaku. Kekuatan dapat meliputi seperti modal intelegensia
atau kreatifitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif mendidik anak-anak
dan dewasa muda tentang ketrampilan koping, karena meraka biasanya tidak
hanya belajar dari pengamatan. Sumber keluarga dapat berupa pengetahuan
tentang penyakit. Finansial yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga
kemampuan serta untuk memberikan dukungan csecara kesinambungan.

B.Mekanisme koping
1.) Regresi : menghindari stress, kecemasan dan menampilkanprilaku
kembali seperti pada prilaku perkembangan anak atau berhubungan
dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi
ansietas.
2.) Proyeksi : keinginan yang tidak dapat ditoleransi mencurahkan emosi
pada orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai
upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi).
3) Isolasi sosial : reaksi yang ditampilakn dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atu lari menghindar sumber
stressor, misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan
lain-lain. Sedangkan reaksi psikologis individu menunjukan perilaku
apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan
bermusuhan.
4.) Prilaku halusinasi
Menurut Rawlins dan Heacokck ( dalam Yosep 2010) Prilaku
halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi sebagai berikut:
a.) Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik, seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang
lama. Tanda gejala yang ditimbulkan yaitu muka merah, kadang pucat,
ekspresi dengan perubahan wajah tegang, TD meningkat, nafas
tersengah-sengah, nadi cepat, timbul gangguan kebutuhan nutrisi.

b.) Dimensi Emosi


Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar masalah yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi
dapat berupa perintah memaksa dan menankutkan. Tanda gejala yang
dapat dilihat ketakutan dengan rasa tegang dan rasa tidak aman, tidak
berdaya, menyalahkan diri sendiri atau orang lain sikap curiga dan saling
bermusuhan, marah, jengkel, dendam dan sakit hati.

c.) Dimensi Sosial


Klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal dan comforting, klien
menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahayakan. Klien asyik dengan halusinasinya, seolah-olahia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi
halusinasi dijadikan kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika
dioerintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu
cenderung untuk itu. Tanda gejala yang timbul isolasi sosial, menghindar
dari orang lain, berbicara / komunikasi verbal tergangu, bicara inkoheren
dan tidak masuk akal, merusak diri sendiri atau orang lain

d.) Dimensi Intelektual


Bahwa individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya
penurunan fungsi ego.tanda gejala tidak dapat membedakan nyata dan
tidak nyata, sulit membuat keputusan, tidak mampu berfikir abstrak dan
daya ingat menurun

e.) Dimensi Spiritual


Secara spritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup ,
rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang
berupaya secara spritual untuk menyucikan diri. Saat terbangun merasa
hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya. Individu sering memkai takdir
tetapi lemah dalam upaya menjemput rezeki, menyalahkan lingkungan
dan orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk.

Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantungpada jenis


halusianasinya, meliputi:

a. Isi halusinasi
Ini dapat ditanyakan, suara apa yang didengar, apa saja yang dikatakan
suara itu, jika halusinasi audiotorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat
oleh klien, jika halusinasi visula, bau apa yang tercium, jika halusinasi
penghidu, rasa apa yang dikecap jika halusinasi pengecap, dan apa
yang dirasakan dipermukaan tubuh jika halusinasi perabaan.

b. Waktu dan Frekuensi


Ini dapat ditanyakan kepada klienkapan pengalaman halusinasi muncul,
berapa kali sehari, seminggu, sebulan pengalaman itu muncul.

c. Pencetus halusinasi
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi
muncul. Selain itu perawat perlu juga bisa mengobservasi apa yang
dialami klien menjelang munculnya halusinasi untuk memvalidasikan
pernyataan klien.

d. Respon klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien,
bisa dikaji dengan apa yang dilakukan klien saat mengalami halusinasi.
5.Aspek Medik

Adapun pelaksana medisnya menurut Touwnsend, M, C ( 2003) adalah sebagia berikut:

a. Chlorpromazine (CPZ)
1) Klasifikasi sebagai antipsikotik dan antiemetic

2) Indikasi

Penanganan gangguan psikotik seperti skizofrenia, fase mania pada gangguan bipolar,
ganggauan skizoaktif, ansientas dan agitasi, anak hiperaktif yang menunjukkan aktivitas motorik
berlebihan.

3) Mekanisme kerja
Mekanisme antipsikotik yang tepat belum di pahami sepenuhnya namun mungkin
berhubungan dengan efek antidopaminergi. antipsikotik dapat menyekat reseptor dopamine
postsinaps pada ganglia basal, hipotalamus, system limbic, batang otak dan medulla.

4) Kontrakindikasi

Hipersensitivitas terhadap obat ini, pasien koma atau depresi sumsum tulang, penyakit parkinson,
insufiensi hati, ginjal dan jantung, anak usia dibawah 6 bulan dan wanita selama kehamilan dan
muntah.

5) Efek samping

Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, hipotensi, ortostastik, hipertensi, mulut kering,
mual dan muntah.

B. Haloperidol ( HLP)

1) Klasifikasi sebagai antipsinkotik, neurolleptik, butirofenon.

2) Indikasi

Penatalaksanaan psikotik kronis dan akut, pengendalian hiperaktivitas dan masalah yang berat
pada anak- anak.

3)Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja antipsikotik yang tepat belum di pahami sepenuhnya tampak menekan SSP
pada tingkat subkortikal, penyakit parkinson, dan anak di bawah usian 3 tahun.

4) Hipersensitivitas terhadap obat ini pasien depresi SSP dan sumsum tulang, kerusakan otak
subkortikal formasi retikuler otak, mensefalon dan batang otak.

5) Efek samping

Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, obat kering dan anoreksia.

C. Trihexypenidil (THP)

1. Klasifikasi antiparkinson

2. Indikasi

Segala penyakit parkinson, gajala ekstra pyramidal berkaitan dengan obat anti parkinson.

3. Mekanisme kerja
Mengoreksi ketidakseimbangan defisiensi dopamine dan kelebihan asetilkolin dalam korpus
striatum, asetikolin disekat oleh sinaps untuk mengurangi efek kolinergik berlebihan.

4. Kontraindikasi

Hipersensitivitas terhadap obat ini, glaukoma sudut tertutup, hipertropi prostat, pada anak
dibawah usia 3 tahun.

5. Efek samping

Mengantuk, pusing, disorientasi, hipotensi, mulut kering, mual dan muntah.

6. Pohon masalah

Resiko perilaku kekerasan

Gangguan sensori persepsi : Halusinasi


Isolasi sosial

Pohon masalah ( Nita Fitrian, 2010)

D. Diagnosa keperawatan

1. Risiko perilaku kekerasan

2. Gangguan sensori persepsi halusinasi

3. Isolasi sosial

E. Perencanaan keperawatan

Diagnosa 1 : Ganguan persepsi sensori halusinasi

Tujuan umum : Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialami

TUK : Klien dapat membina hubungan saling percaya

Kriteria evaluasi : menunjukkan tanda-tanda percaya kepada per


perawat

• Ekspresi wajah bersahabat

• Menunjukkan rasa senang

• Ada kontak mata


• Mau berjabat tangan

• Mau menyebutkan nama

• Mau menjawab salam

• Mau duduk berdampingan dengan perawat

• Bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi

Rencana tindakan keperawatan :

1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik

• Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

• Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan berkenalan

• Tanyakan nama lengkap ndan nama panggilan yang disukai klien

• Buat kontrak yang jelas

• Tunjukkan sikap jujur yang menepati janji setiap kali interaksi

• Tunjukkan sikap empati dan menerima apa adanya

• Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

• Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien

• Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien

TUK 2 : klien dapat mengenal halusinasinya

Kriteria evaluasi : klien mampu menyebutkan isi, waktu, frekuensi, situasi kondisi yang
menimbulkan halusinasi.

Rencana tindakan keperawatan

1) adakan kontrak sering dan singkat secara bertahap

• Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya (dengar,melihat, menghidu,


mengraba dan mengecap)

• Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu (dengar/melihat/penghidu/raba/kecap)


• Katakan bahwa perawat percaya klien mengalami hal tersebut, namun perawat sendiri tak
mengalaminya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi)

• Katakan bahwa ada klien lain yang mengalami hal yang sama

• Isi, waktu, frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore,malam atau sering dan
kadang-kadang)

• Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi

2) klien mampu menyatakan perasaan dan responnya saat mengalami halusinasinya

• Marah

• Takut

• Sedih

• Senang

• Cemas

• Jengkel

3) diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan berikan kesempatan
untuk mengungkapkan perasaan.

4) diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut

5) diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila klien menikmati halusinasinya

TUK : klien dapat mengontrol halusinasinya

Kriteria evaluasi :

• Klien mapu menyebutkan tindakan yang biasa dilakukan untuk mengendalikan


halusinasinya

• Klien dapat menyebutkan cara baru mengontrol halusinasinya

• Klien mapu memilih dan memperagakan cara mengatasi halusinasi


(dengar/lihat/penghidu/pengraba/pengecap)

• Klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasi

• Klien mampu mengikuti terapi aktifitas kelompok


Rencana tindakan keperawatan:

• Identifikasi bersama klien atau cara yang dapat dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur,
marah, menyibukkan diri, dan lain-lain)

• Diskusikan cara yang digunakan klien, jika acara yang digunakan adaptif, berikan pujian,
jika cara yang digunakan mal adaptif, diskusikan cara tersebut

• Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi

Tuk 4 : klien dapat mengontrol halusinasinya

Rencana tindakan keperawatan

• Klien mendapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol halusinasinya

• Keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan dengan perawat

• Keluarga mampu menyebutkan pengertian tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi,
untuk mengendalikan halusinasi

• Buat kontrak dengan keluarga nuntuk pertemuan (waktu, tempat dan topik)

• Diskusikan dengan keluarga pda saat pertemuan keluarga atau pada saat kunjungan
( pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi, cara mengendalikan halusinasi, obat
halusinasi, cara merawat anggota keluarga dirumah)

Tuk 5 : klien dapat memanfaatkan obat-obat dengan baik

Rencana tindakan keperawatan

• Klien mampu menyebutkan manfaat minum obat, kerugian jika tidak minum obat( nama,
warna, dosis, efek samping obat)

• Klien mampu mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar

• Klien mampu menyebutkan akibat berhenyi minum obat tanpa konsultasi dokter

• Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum obat, kerugian minum obat (nama,
warna, dosis, efek samping obat dan efek terapi obat)

• Pantau klien saat penggunaan obat

• Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar

• Diskusikan akibat dari berhenti minum obat tanpa konsultasi dengsn dokter
• Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter atau perawat jika terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan

F. Implementasi keperawatan

Sebelum melakukan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu


mengvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih dibutuhkan klien dan sesuai dengan
kondisi saat ini. Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan, perawat melakukan kontrak
dengan klien dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta klien yang
diharapkan.

Implementasi keperawatan yang dilakukan perawat adalah sesuai dengan strategi pelaksanaan
(sp) yang telah dibuat. Strategi pelaksanaan yang diberikan untuk pasien dan keluarga terdiri
dari:

1) sp 1 pasien, yaitu membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara mengontrol


halusinasi dengan mengajarkan pasien menghardik halusinasi

2) sp 2 pasien, yaitu melatih pasien mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap bersama orang
lain

3) sp 3 pasien, yaitu melatih pasien minum obat secara teratur

4) sp 4 pasien, yaitu melatih pasien mengontrol halusinasi dengan melaksanakan aktifitas


terjadwal

5) sp 1 keluarga, yaitu memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis


halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara – cara merawat pasien
halusinasi

6) sp 2 keluarga, yaitu melatih keluarga pratik merawat pasien langsung dihadapan pasien.
Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan
halusinasi lansung dihadapan pasien.

7) sp 3 keluarga, yaitu membuat perencanaan pulang bersama keluarga

G. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi keperawatan adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada renspon klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan (keliat,2005)

Evaluasi digunakan sebagai alat ukur keberhasilan suatu asuhan keperawatan yang telah
dibuat. Adapun evaluasi yang dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP (keliat,
2005: hal 17) yaitu :
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan

O : Respon objektik klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan

A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masalah
masih tetap atau muncul masalah atau ada data yang kontra indikasi dengan masalah yang ada

P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klein. Pada inplementasi
dilakukan maka, evaluasi hasil interfensi terhadap pasien halusinasi yaitu: terbina hubungan
saling percaya antara klien dan perawat, klin dapat mengenal halusinasinya, mendapatkan
dukungan dari keluarga untuk mengontrol halusinasinya dan dapat memanfaatkan obat baik
sesuai dengan program pengobatan.
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
I. IDENTITAS
Nama : ny.A
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Perkejaan : karyawan swasta
Agama : islam
Status perkawinan : menikah
Alamat : kp. Babakan . RT 01 / 01. Kecamatan tapos kelurahan sukatani
Sukubangsa : Indonesia
Nomor RM : 315441
Ruang : kresna wanita
Tanggal pengkajian: 24 oktober 2015
Diagnos medis : Skizofrenia Paranoid

II. ALASAN MASUK


Tidak bisa tidur , marah-marah , mudah tersinggung , merusak ART , menggangu
lingkungan , bicara dan tertawa sendiri , tidak mampu merawat diri keluyuran .
III. FAKTOR PREDISPOSISI
Klien sakit sejak 2 minggu yang lalu, sebelum di bawa ke RS klien oleh keluarga di
bawa ke dukun,tetapi pengobatan kurang berhasil.
Klien pernah mengalami aniaya fisik pada usia 19 tahun, sebagai korban klien di
pukul oleh bibinya. Klien tidak pernah mengalami aniaya seksual, penolakan,
kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal.
Masalah keperawatan : koping keluarga in efektif.
Di dalam anggota keluarga klien ada yang mengalami gangguan jiwa seperti klien
yaitu saudara sepupu dari pihak ibu. Gejala berbicara sendiri, tertawa sendiri, marah-
marah. Riwayat pengobatannya tidak pernah di bawa ke Rumah Sakit dan hanya di
bawa ke dukun.
masalah keperawatan : Halusinasi
Resiko perilaku kekerasan
Koping keluarga in efektif
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu pada saat ibunya
meninggal dunia tahun 2005 dan ayahnya meninggal pada tahun 2008 . sampai
saat ini klien mengatakan masih sedih
Masalah keperawatan : berduka dis fungsional
IV. PEMERIKSAAN FISIK
TD : 110/70 mmHg , N : 80x/menit , S : 360C , P : 18x/ menit.
Ukuran tubuh TB : 152 cm BB : 48 kg
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik
Masalah keperawatannya : tidak di temukan masalah keperawatan
V. PSIKOSOSIAL
1. GENOGRAM

KKeterangan :
: Wanita

: Pria

: Wanita sudah meninggal

: Pria sudah meninggal

: Klien

K : Bibi klien

B : Tinggal serumah

Klien anak pertama dari empat bersaudara, sebelum ibu dan ayahnya meninggal
klien tinggal bersama ayah dan ibu dan ketiga adiknya. Pola asuh dalam keluarga
klien selalu disayang, komunikasi terbuka, pengambilan keputusan di keluarga
yaitu ayahnya. Setelah orang tua klien meninggal diambil alih oleh bibinya dari
pihak ayahnya. Pola asuh bibi klien tidak mau mengurus klien, lalu klien
ditempatkan di pesantren.
Masalah keperawatan: koping keluarga in efektif
2. KONSEP DIRI
a. Gambaran diri: Klien menganggap dirinya sempurna
b. Identitas: Klien mengatakan puas dengan anggota tubuhnya
c. Peran: klien mengatakan sebagai ibu rumah tangga tidak mampu
menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga

d. Ideal diri: Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera bertemu
dengan suami dan anaknya .
e. Harga diri: Klien mengatakan merasa malu karena tidak mampu
menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga
Masalah keperawatannya : harga diri rendah
3. HUBUNGAN SOSIAL
a. Orang yang berarti Klien mengatakan ibu , ayah , suami dan
anaknya adalah orang yang berarti dalam hidupnya .
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok klien mengatakan tidak
mempunyai kegiatan kelompok sosial
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain klien
mengatakan malas berhubungan dengan orang lain
Masalah keperawatan : isolasi sosial

4. SPIRITUAL
a. Nilai dan keyakinana yang dianut Klien mengatakan keyakianan yang di
anutnya islam
b. Kegiatan ibadah Klien mengatakan sering melalkukan sholat 5 waktu
Tidak di temukan masalah keperawatan

VI. STATUS MENTAL


1. PENAMPILAN
Penampilan klien tidak rapih , rambut tidak di sisir , berpakaian rangkap-rangkap ,
sering gonta ganti baju , gigi klien bersih , tidak ada tercium bau , kuku klien
bersih dan pendek .
Masalah keperawatan : defisit perewatan diri , berpakian dan berhias

2. PEMBICARAAN
Pembicaraan klien cepat dan keras , nada suara klien tinggi
Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan
3. AKTIVITAS MOTORIK

Aktivitas motorik klien gelisah , mondar mandir , bicara sendiri

Masalah keperawatannya : halusinasi

4. ALAM PERASAAN
Klien mengatakan “ sedih , ingin cepat pulang dan cepat sembuh
Masalah keperawatannya tidak di temukan masalah keperawatan

5. AFEK
Afek klien sesuai , jika ada stimulus menyenangkan klien akan berespon senang
dan ceria , jika stimulus yang menyedihkan klien akan berespon sedih .
Masalah keperawatannya : tidak di temukan masalah

6. INTERAKSI SELAMA WAWANCARA

Pada saat interaksi selama wawancara klien terdapat kontak mata kurang , tidak
focus klien melihat kearah sesuatu

Masalah keperawatan isolasi sosial dan halusinasi

7. PERSEPSI

“Klien mengatakan mendengar suara ibunya yang menyuruh klien menjaga adik-
adiknya pada waktu pagi, siang dan malam hari, frekuensi sering, pada saat
sendiri, bila medengar suara klien kesal “

“Klien mengatakan melihat bayangan ibunya, pada waktu pagi dan siang hari,
frekuensi lebih dari 3 kali, pada saat sendiri, bila melihat bayangan klien
menangis”

Masalah keperawatan : halusinasi pendengaran dan penglihatan

8. PROSES PIKIR

Pada saat interaksi , klien mampu menjawab pertanayaan yang di berikan perawat
Tidak di temukannya masalah keperawatan
9. ISI PIKIR
Pada saat ineraksi , tidak ditemukan adanya waham
Masalah keperawatan tidak ditemukan

10. TINGKAT KESADARAN


Pada saat interaksi klien bingung , tetapi klien tidak mengalami disorientasi :
tempat , waktu dan orang . di buktikan pada saat di tanya pagi hari , siang , sore
dan malam hari klien menjawab dengan benar , pada saat di tanya klein berada
dimana klein menjawab dengan benar , pada saat di tanya ini suster siapa dia
menjawab dengan benar
Masalah keperawatannya tidak di temukan masalah
11. MEMORI

Gangguan daya ingat jangka panjang klien tidak mengalami gangguan gangguan
daya ingat jangka panjang , di buktikan kliem mampu menceritakan saat ayah dan
ibunya meninggal .

Gangguan daya ingat jangka pendek klien tidak mengalami gangguan daya ingat
jangka pendek di buktikan klien mampu menceritakan sebelum dibawa ke RS .
Gangguan daya ingat saat ini klien tidak mengalami gangguan daya ingat saat ini
di buktikan klien mampu menceritakan kegiatan bangun tidur sampai saat ini .

12. TINGKAT KONSENTRASI DAN BERHITUNG

Tingkat konsentrasi dan berhitung klien baik di buktikan pada saat dalam
pertanyaan hitung-hitungan klien mampu menjawab dengan benar .

Masalah keperawatan tidak di temukan

13 KEMAMPUAN PENILAIAN

Klien mampu melakukan penilaian sederhana pada saat di berikan 2 pilihan :


makan terlebih dahulu atau mandi terlebih dahulu , klien menjawab mandi
terlebih dahulu baru makan

Masalah keperewatan tidak di temukan masalah


14. DAYA TILIK DIRI

Klien menyadari bahwa dirinya sakit dan membutuhkan perwatan

Masalah keperawatan tidak di temukan masalah

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Klien makan sehari 3x/hari , klien makan di meja makan , nasi tumpah-
tumpahan,bila minum air tumpah kebaju ,sebelum makan klien di motivasi
untuk mencuci tangan dan berdoa , cara makan klien tidak rapih
Masalah keperawatan : defisit perawatan diri : makan
2. BAB / BAK
Klien BAB 2x/hari dan BAK 3x/hari di toilet , dan di motivasi untuk
menyiram dengan bersih dan mencuci tangan
Masalah keperawatannya tidak ada .
3. Mandi
Klien mandi 3x/hari dengan menggunakan sabun , sampo dan pasta gigi , dan
di motivasi untuk sesuai urutan saat mandi
Tidak di temukan masalah
4. Berpakian atau berhias
Klien berpakaian 4x sehari klien selalu ganti-ganti pakaian , rambut tidak
rapih
Masalah keperawatan defisit keperwatan diri : berpakaian atau berhias

5. Istirahat dan tidur


Klien istirahat tidur siang 2 jam ( 13.00-15.00 ) , klien istirahat tidur malam 9
jam ( 21.00-06.00 ) , klien tidak ada kegiatan sebelum dan sesudah tidur
Tidak di temukan masalah
6. Penggunaan obat
Klien minum obat 3x / hari , pagi ( 8) siang hari (13 ) sore (18) sebelum
minum obat klien di motivasi untuk mengambil minum . nama obat klien
adalah chlorpromazine 1x50 gr berfungsi untuk menangani gangguan seperti
skizofrenia . Trihexyphemidy 2x2gr berfungsi untuk mengurangi efek
samping obat antipsikotik pada klien gangguan jiwa , Rispendone 2x2 gr
berfungsi untuk skizofrenia serta perilaku agresif yang membayangkan pasien
maupun orang lain .
Tidak ada masalah keperawatan
7. Pemeliharaan kesehatan
Dalam pemeliharaan kesehatan klien membutuhkan perawatan lanjutan dari
RS seperti pemberian obat teratur , dalam perawatan pendukung klien
membutuhkan perawatan dukungan dari keluarga
8. Kegiatan di dalam rumah
Dalam kegiatan di dalam rumah sewaktu sehat klien mampu menyiapkan
makan , mencuci pakaian , menjaga kerapihan rumah tetapi sewaktu sakit
klien tidak mampu mempersiap kan makanan , menjaga kerapiharan rumah .
Masalah keperwatan koping keluarga Disfungsiolnal
9. Kegiatan di luar rumah
Dalam kegiatan di luar rumah sewaktu sehat klien mampu belanja di warung .
Tidak ada maslah keperwatan
VIII. MEKANISME KOPING
Adaptif
Klien mampu bicara dengan orang lain , klien mampu beraktfitas senam
Maladaptif
Klien terdapat menciderai dirinya saat di masukkan kedalam ruang isolasi
Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
 Klien mengalami masalah perumahan , klien mengatakan “ pernah
dianaiaya oleh bibinya di rumah “
 Klien mengalami masalah dengan dukungan kelompok , kakeknya
klien mengatakan bahwa klien sudah putus hubungan dengan bibinya
karena menikah dengan suaminya
X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG :
 Klien kurang penegtahuan tentang penyakit jiwa yang ia derita .
 Klien kurang pengetahuan tentang penyelesaian masalah yang ia
alami
Masalah keperawatannya kurang pengetahuan tentang penyakit

B. Analisa data

DATA MASALAH
Subjektif : Gangguan sensori persepsi : halusinasi
“Klien mengatakan mendengar suara ibunya pendengaran dan penglihatan
yang menyuruh klien menjaga adik-adiknya
pada waktu pagi, siang dan malam hari,
frekuensi sering, pada saat sendiri, bila
medengar suara klien kesal “
“Klien mengatakan melihat bayangan ibunya,
pada waktu pagi dan siang hari, frekuensi lebih
dari 3 kali, pada saat sendiri, bila melihat
bayangan klien menangis”
Objectif :
-gelisah
-mondar-mandir
-berbicara sendiri
Subjectif : Resiko Perilaku Kekerasan
- Klien mengatakan bila medengar suara klien
kesal
Objektif :
- Pembicaraan klien cepat dan keras , nada
suara klien tinggi

Subjektif : “klien mengatakan malas Isolasi Sosial


berhubungan dengan orang lain,

Objectif : -Kontak mata kurang


-menarik diri
-klien tampak binggung
Subjektif : - Defisit perawatan diri : Berhias (berpakaian)
Objectif : - Penampilan klien tidak rapih , dan makan
rambut tidak di sisir , berpakaian rangkap-
rangkap , sering gonta ganti baju, makan tidak
rapih ,nasi tumpah-tumpahan,bila minum air
tumpah kebaju
Subjektif : - klien mengatakan merasa malu Harga diri rendah
karena tidak mampu menjalankan tugasnya
sebagai ibu rumah tangga
Objectif : -mengkritik diri sendiri
-kontak mata kurang

Subjektif :- Klien mengatakan pernah Koping keluarga in efektif


mengalami aniaya fisik pada usia 19 tahun,
sebagai korban klien di pukul oleh bibinya
- Pola asuh dalam keluarga klien selalu
disayang, komunikasi terbuka, pengambilan
keputusan di keluarga yaitu ayahnya. Setelah
orang tua klien meninggal diambil alih oleh
bibinya dari pihak ayahnya. Pola asuh bibi
klien tidak mau mengurus klien, lalu klien
ditempatkan di pesantren.

Subjektif : Klien mengatakan Pengalaman Berduka disfungsional


masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu pada
saat ibunya meninggal dunia tahun 2005 dan
ayahnya meninggal pada tahun 2008 . sampai
saat ini klien mengatakan masih sedih
Objektif : - klien tampak sedih
C. Pohon masalah

Resiko perilaku kekerasan

Gangguan sensori persepsi: halusinasi


pendengaran dan penglihatan

isolasi sosial
(berpakaian) dan makan

Harga diri rendah

Berduka disfungsional

Koping keluarga in efektif

D. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas:
1. Gangguan sensori persepsi: pendengaran dan penglihatan
2. Resiko perilaku kekerasan
3. Isolasi Sosial
4. Defisit perawatan diri : berhias (berpakaian) dan makan
5. Harga diri rendah
E. NCP (terlampir)
F. Catatan perkembangan :
Selasa/20-10-2015 DS : “Klien mengatakan tidak ada S : “Klien menagtakan tidak ada
Jam : 11.00 WIB suara-suara suara-suara”
DO : -klien tampak gelisah O : pasien belum mampu
-mondar-mandir mengidentifikasi jenis halusinasi
-bicara sendiri -pasien belum mampu
Dx : gangguan sensori persepsi mengidentifikasi waktu
halusinasi halusinasi
Tindakan keperawatan: -pasien belum mampu
-mengidentifikasi jenis halusinasi mengidentifikasi frekuensi
-mengidentifikasi waktu halusinasi halusinasi
-mengidentifikasi frekuensi -pasien belum mampu
halusinasi mengidentifikasi situasi hausinasi
Mengidentifikasi situasi hausinasi -pasien belum mampu
-mengidentifikasi respon terhadap mengidentifikasi respon terhadap
halusinasi. halusinasi.
- menganjurkan klien memasukkan -pasien belum mampu
kedalam jadwal kegiatan harian menghardik halusinasi.
RTL: Bantu klien mengenal A : Halusinasi masih ada
halusinasi P : Lapor bila halusinasi muncul

Rabu/21/10/2015 DS: klien mengatakan mendengar S: “Klien mengatakan mendengar


Jam : 10.00 WIB dan melihat bayangan suara ibunya yang menyuruh klien
DO: -pasien tampak gelisah menjaga adik-adiknya pada waktu
-mondar-mandir pagi, siang dan malam hari,
Dx : gangguan sensori persepsi frekuensi sering, pada saat sendiri,
halusinasi bila medengar suara klien kesal “
Tindakan keperawatan: “Klien mengatakan melihat
-mengidentifikasi jenis halusinasi bayangan ibunya, pada waktu pagi
-mengidentifikasi waktu halusinasi dan siang hari, frekuensi lebih
-mengidentifikasi frekuensi dari 3 kali, pada saat sendiri, bila
Jum’at, 23/10/2015 DS: klien mengatakan masih melihat S : klien mengatakan sudah bisa
Jam : 09.30 WIB dan mendengar bayangan menghardik
DO:- gelisah dan mondar-mandir - klien mengatakan benar
- Teriak-teriak obat,benar pasien,benar waktu,
- Bicara sendiri
benar dosis,benar cara
Dx : gangguan persepsi sensori:
pemberian,benar dokumentasi
halusinasi pendengaran dan
-klien mengatakan bila minum
penglihatan
obat terasa lebih tenang, bila tidak
minum obat gelisah
Tindakan keperawatan:
O : - klien mampu memperagakan
-mengevaluasi kemampuan klien
cara menghardik
dalam menghardik halusinasi
- klien mampu menjelaskan cara
- melatih klien mengontrol halusinasi
mengontrol halusinasi dengan
dengan cara minum obat secara
cara minum obat secara teratur
teratur
-klien mampu mendiskusikan
- mendiskusikan tentang prnsip 6
tentang prnsip 6 benar
benar minum obat
minum obat
-mendiskusikan tentang keuntungan
-klien mampu mendiskusikan
dan kerugian bila tidak minum
tentang keuntungan dan
obat
kerugian bila tidak minum
- menganjurka klien memasukan
obat
kedalam jadwal kegiatan harian

A : halusinasi masih ada


RTL :
-latih klien mengontrol halusinasi
P : -latihan menghardik 3x sehari
dengan cara bercakap-cakap
-minium obat 2x sehari secara
dngan orang lain
teratur
DS : klien mengatakan merasa malu
Jam : 11.30 WIB S : klien megatakan senang
karena tidak mampu menjalankan
melakukan kegiatan yang sudah di
tugasnya sebagai ibu rumah tangga
ajarkan
DO : -mengkritik diri sendiri
O:
-kontak mata kurang -klien mampu mengidentifkasi
aspek positif dan
DX : Harga diri rendah kemampuan yang dimiliki
Tindakan keperawatan : -klien mampu melakukan kegiatan
-mengidentifkasi aspek positif dan yang sudah dipilih
kemampuan yang dimiliki - klien mampu untuk
-melakukan kegiatan yang sudah memasukkan ke dalam
dipilih jadwal kegiatan harian
-menganjurkan klien untuk A : Harga diri rendah masih ada
memasukkan ke dalam jadwal P : latihan melakukan kegiatan
kegiatan harian yang sudah dijadwalkan
RTL :
Latih klien untuk melakukan
kegiatan mencuci piring
Sabtu, 24/ 10 / 2015 DS : - klien mengatakan bila S : klien mengatakan kesal bila
Jam: 10.00 WIB mendengar suara klien kesal mendengar suara-suara
-klien mengatakan suka marah-marah -klien mengatakan bila kesal
DO : - klien berteriak tangan mengepal, mata melotot,
- klien tampak gelisah akibatnya klien membanting
-klien tampak kesal dan marah barang-barang yang ada
DX : resiko perilaku kekerasan disekitarnya
-klien mengatakan mau diajarkan
Tindakan keperawatan : tarik napas dalam dan memukul
- mengindentifikasi penyebab PK bantal
-mengidentifikasi tanda dan gejala
PK O : - mengindentifikasi penyebab
- mengidentifikasi PK yang PK
dilakukan -mengidentifikasi tanda dan gejala
- mengidentifikasi akibat dari PK PK
- melatih klien mengontrol perilaku - mengidentifikasi PK yang
kekerasan fisik 1 : tarik napas dilakukan
dalam dan memukul bantal - mengidentifikasi akibat dari PK
-menganjurkan klien memasukkan ke - melatih klien mengontrol
dalam jadwal kegiatan harian perilaku kekerasan fisik 1 :
tarik napas dalam dan
RTL : latih klien mengontrol PK memukul bantal
dengan cara minum obat secara -menganjurkan klien memasukkan
teratur ke dalam jadwal kegiatan
harian

A : resiko PK masih ada

P : latihan tarik napas dalam dan


pukul bantal 3x sehari
Senin, 26/10/2015 DS : - klien mengatakan masih S : klien mengatakan mau latiha
Jam : 10.00 WIB mendengar dan melihat bayangan bercakap-cakap
DO : - klien tampak gelisah O : klien mampu memperagakan
-mondar-mandir kembali cara mengontrol
-berbicara sendiri halusinasi ke 3 ( bercakap-cakap
dengan orang lain )
DX : gangguan sensori persepsi
halusinasi pendengaran dan A : gangguan persepsi halusinasi
penglihatan masih ada

Tindaka keperawatan : P : latihan menghardik 3x sehari


-mengevaluasi kemampuan klien Minum obat 2x sehari
dalam menghardik dan minum obat latihan bercakap-cakap dengan
-melatih klien mengontrol halusinasi orang lain 3x sehari
dengan bercakap-cakap
-menganjurkan klien memasukkan ke
dala jadwal kegiatan harian

RTL : latih klien mengontrol


halusinasi dengan cara melakukan
kegiatan yang di sukai

Jam 12.00 WIB DS : - S : klien mengatakan sebelum


DO : -cara makan klien tidak rapih makan mencuci tangan terlebih
- nasi tumpah-tumpahan dahulu dan berdoa
-bila minum air tumpah kebaju Klien mengatakan makan yang
DX : defisit perawatan diri : makan benar tidak terburu-buru
Tindakan keperawatan : O : -klien mampu mengevaluasi
-mengevaluasi jadwal kegitan harian jadwal kegitan harian
klien -klien mampu menjelaskan cara
-menjelaskan cara makan yang baik makan yang baik
-membantu klien mempratekkan cara -klien mampu mempratekkan cara
makan yang baik makan yang baik
-menganjurkan klien untuk - klien mampu untuk
memasukkan ke dalam jadwal memasukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian kegiatan harian
RTL : A : defisit perawatan diri masih
Latih klien cara berhias (berpakaian) ada
P : latihan makan yang benar 3x
sehari

Selasa / 27 / 10 / DS : - klien mengtakan mendengar S : - klien mengatakan sudah


2015 dan melihat bayangan latihan menghardik,minum obat,
Jam : 10.00 WIB DO : - ekspresi bingung dan bercakap-cakap
-mondar-mandir -klien mengatakan mau
-berbicara sendiri melakukan kegiatan

DX : gangguan sensori persepsi O : -klien mampu mengontrol


halusinasi pendengaran dan halusinasi dengan melakukan
penglihatan kegiatan

Tindakan keperawatan : A: halusianasi masih ada


- mengevaluasi jadwal kegiatan
harian P : latihan menghardik 3x sehari
- Melatih klien mengontrol
Minum obat 2x sehari
halusinasinya yaitu
melakukan kegiatan yang latihan bercakap-cakap dengan
terjadwal orang lain 3x sehari
- Menganjurkan klien untuk
latihan melakukan kegiatan
memasukkan kedalam jadwal
harian klien . terjadwal
RTL : mengevaluasi kembali cara
mengontrol halusinasi dengan
menghardik,minum obat secara
teratur, bercakap-cakap dengan orang
lain dan melakukan kegiatan
terjadwal
Rabu, 28/10/2015
Jam: 11.00 WIB DS : - klien mengatakan masih kesal S : klien mengatakan sudah
Do : -klien berteriak berbicara secara verbal dengan
- Klien tampak kesal dan marah baik kepada orang lain
- Klien gelisah Klien mengatakan mau
mengontrol perilaku kekerasan
DX : resisko perilaku kekerasan dengan cara spiritual
O : - klien mampu mengevaluasi
Tindakan keperawatan : jadwal kegiatan harian
-mengevaluasi jadwal kegiatan harian - Klien mampu melakukan
klien cara mengungkapkan
-mengajarkan klien cara acara dengan baik secara
mengungkapkan rasa secara verbal verbal
-menganjurkan klien untuk - Klien mampu
memasukkan jadwal kegiatan harian memasukkan kedalam
jadwal kegaitan harian
RTL : latih klien mengotrol PK
dengan cara spiritual A : resiko perilaku kekerasan

P : latihan tarik nafas dalam dan


memukul bantal setiap 3x sehari
Latihan spiritual dengan 5x sehari
Subjektif : “klien mengatakan malas
Rabu,28/10/2015 berhubungan dengan orang lain, S: kilen mengatakan” sudah bisa
jam menyebutkan penyebab isolasi”
Objectif : -Kontak mata kurang -klien mengatakan sudah mengerti
-menarik diri cara berkenalan dengan perawat
-klien tampak binggung atau pasien lain.

DX;isolasi sosial O: - klien mampu


Tindakan keperawatan: mengidentifikasi penyebab isolasi
-identifikasi penyebab isolasi sosial sosial
-identifikasi keutungan isolasi sosial -klien mampu mengidentifikasi
-identifikasi kerugian dari isolasi keutungan dan kerugian isolasii
sosial sosial
-latihan berkenalan dengan orang -klien mampu berkenalan dengan
pasien atau perawat orang lain
-memasukkan jadwal kegiatan harian -klien mampu memasukkan
pasien. kedalam jadwal kegiatan hariam
pasien.
RTL:latih pasien berkenalan dengan
orang pertama atau pasien lain.
A:isolasi sosial masih ada

P: latiahan berkenalan dengan


satu orang.

XI. Aspek Medik


Diagnosa Medik : Skizofrenia Paranoid
Terapi Medik
Klien minum obat 3x / hari , pagi ( 8) siang hari (13 ) sore (18) sebelum
minum obat klien di motivasi untuk mengambil minum . nama obat klien adalah
chlorpromazine 1x50 gr berfungsi untuk menangani gangguan seperti
skizofrenia . Trihexyphemidy 2x2gr berfungsi untuk mengurangi efek samping
obat antipsikotik pada klien gangguan jiwa , Rispendone 2x2 gr berfungsi untuk
skizofrenia serta perilaku agresif yang membayangkan pasien maupun orang lain.
XII. Daftar Masalah Keperawatan
- Resiko perilaku kekerasan
- Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan
- Isolasi Sosial
- Defisit Perawatan Diri: Berhias (berpakaian) dan Makan
- Harga Diri Rendah
- Berduka disfungsional
- Koping keluarga in efektif
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini, kelompok II akan membahas tentang kesenjangan antara


teori dengan kasus “Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan gangguan sensori persepsi:
Halusinasi Pendengaran di ruang Kresna Wanita RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor”.
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada Ny. A dengan perubahan persepsi sensori:
Halusinasi Pendengaran di ruang Kresna Wanita RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor,
kelompok kami menerapkan asuhan keperawatan sesuai dengan teori yang ada, dimulai
dengan Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Tindakan
Keperawatan dan Evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan.

A. Pengkajian

Pengajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri dari faktor predisposisi dan presipitasi yang dikemukakan oleh Stuart
dan Sundeen dengan Halusinasi adalah meliputi biologis, psikologis, sosial budaya dan
genetik. Pada Ny. A ditemukan faktor predisposisi klien belum pernah mengalami
gangguan jiwa di masa lalu jadi penyakit yang dialami saat ini sangat labil, stimulusnya
sangat kuat, ketika ada yang menyuruh sesuatu dan tidak dia sukai dia akan melotot dan
marah, klien mempunyai keluarga yang mengalami gangguan jiwa, klien tidak
mengalami aniaya fisik, aniaya seksual, penolakan dan tindakan kriminal tetapi dia
mengalami kekerasan dalam keluarga yaitu dipukuli oleh bibi dan kakeknya sebelum dia
menikah.
Faktor prisepitasi sesuai antara teori dan kasus adalah faktor psikologi dapat
dilihat dari adanya stresor saat dia mengalami kekerasan oleh bibi dan kakeknya.
Sedangkan faktor presipitasi yang tidak terdapat dalam kasus dan ada teori yaitu faktor
stress sosial atau budaya, faktor biologis dan faktor lingkungan.
Berdasarkan data yang diperoleh saat pengkajian pada Ny. A sesuai dengan kasus
yaitu klien mengatakan mendengar suara-suara dari ibunya mengatakan “Jaga adik-adik
mu” suara itu muncul pada saat sedang sendirian. Suara itu muncul ketika dia dikurung
diruang isolasi. Saat suara itu muncul awalnya klien menangis kemudia mencoba
menghardik suara-suara tersebut.

Pohon masalah yang muncul dalam kasus sesuai teori terjadi pengembangan pohon masalah
yang terjadi diantaranya pohon masalah yang terjadi diantaranya halusinasi pendengaran klien
mengalami Koping Keluarga tidak Efektif disebabkan almarhum ibunya yang pada tahun 2005
telah meninggalkan dia dan adiknya. Dari koping keluarga yang tidak efektif menyebabkan
Resiko Perilaku Kekerasan disebabkan oleh bibi dan kakeknya sering memukulinya. Harga
diri rendah disebabkan klien ketika akan dimasukan ke dalam ruang isolasi karena ia tidak suka
dan selalu ingin meninggal saja jika diperlakukan seperti ini terus. Hambatan dengan orang lain
klien selalu menghindar dan gelisah ketika diajak berkomunikasi, namun klien selalu mengikuti
senam dengan gerakannya sendiri tidak mau mengikuti arahan sampai pada akhirnya klien
mengalami Isolasi Sosial yang mengakibatkan gangguan sensori persepsi. Dari Harga Diri
Rendah mengakibatkan Defisit Perawatan Diri ditandai dengan cara makan yang tidak sesuai
dan sering mengganti pakaian. Pola asuh dalam keluarga klien selalu disayang, komunikasi
terbuka, pengambilan keputusan di keluarga yaitu ayahnya dan setelah orang tua klien meninggal
diambil alih oleh bibinya dari pihak ayahnya. Pola asuh bibi klien tidak mau mengurus klien, lalu
klien ditempatkan di pesantren mengakibatkan Koping Keluarga in Efektif serta Pengalaman
masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu pada saat ibunya meninggal dunia tahun 2005 dan
ayahnya meninggal pada tahun 2008 . sampai saat ini klien mengatakan masih sedih
mengakibatkan Berduka Disfungsional.

Faktor pendukung adanya sumber informan dari pasien sendiri, status, perawat dan keluarga.
Adanya sedikit perbedaan format antara institusi dan pengkajian ruangan. Ada faktor
penghambat dalam hal interaksi selama wawancara karena klien selalu gelisah, cemas, mudah
bosan dan tidak suka diajak berinterasi terlalu lama.
B. Diagnosa Keperawatan

Pada kasus Ny. A kelompok menentukan lima diagnosa keperawatan sesuai


dengan teori yaitu Gangguan sensori persepsi: Halusinasi Pendengaran, Isolasi Sosial,
Harga Diri Rendah, Defisit Perawatan Diri: Makan dan Berhias, Resiko Perlaku
Kekerasan.
Sesuai dengan teori yaitu Gangguan sensori persepsi: Halusinasi Pendengaran
diagnosa ini di ambil berdasarkan data-data yang menunjang seperti, klien mengatakan
mendengar suara ibunya yang meminta dia untuk menjaga adiknya, suara itu muncul
disaat dia dimasukan diruang isolasi yang sedang sendirian, disaat suara itu muncul dia
akan menangis kemudian melakukan menghardik dengan suara kencang.
Diagnosa kedua yaitu Resiko Perilaku Kekerasan yang ditandai dengan klien
yang mengamuk jika diberi arahan untuk melakukan yang benar dan akan teriak-teriak,
meronta-ronta, mengatakan kata-kata kasar, menendang-nendang bahkan menjambak dan
melempar barang-barang jika akan dimasukkan ke dalam ruang isolasi.
Pada diagnosa ketiga yaitu Harga Diri Rendah klien ketika akan dimasukan ke
dalam ruang isolasi karena ia tidak suka dan selalu ingin meninggal saja jika
diperlakukan seperti ini terus. Hambatan dengan orang lain klien selalu menghindar dan
gelisah ketika diajak berkomunikasi.
Pada diagnosa yang keempat yaitu Isolasi Sosial yang ditandai dengan hambatan
dengan orang lain klien selalu menghindar dan gelisah ketika diajak berkomunikasi,
namun klien selalu mengikuti senam dengan gerakannya sendiri dan tidak mau mengikuti
arahan.
Diagnosa yang kelima Defisit Perawatan Diri: cara makan dan berhias, klien
makan teratur tetapi selalu berantakan, makan cepat, tidak mau berdoa dan terkadang
piringnya tidak mau diletakkan ditempat kotor sedangkan berhias, klien sering mengganti
pakaian meskipun belum mandi.

Pada diagnosa keenam Koping Keluarga in Efektif pola asuh dalam keluarga
klien selalu disayang, komunikasi terbuka, pengambilan keputusan di keluarga yaitu
ayahnya dan setelah orang tua klien meninggal diambil alih oleh bibinya dari pihak
ayahnya. Pola asuh bibi klien tidak mau mengurus klien, lalu klien ditempatkan di
pesantren.

Dan diagnosa yang terakhir Berduka Disfungsional pengalaman masa lalu yang
tidak menyenangkan yaitu pada saat ibunya meninggal dunia tahun 2005 dan ayahnya
meninggal pada tahun 2008. Sampai saat ini klien mengatakan masih sedihs

C. Rencana Keperawatan

Perencanaan meliputi penetuan, tujuan, kriteria evaluasi, intervensi yang harus


disesuaikan dengan kebutuhan serta masalah yang dihadapi klien. Perencanaan pada Ny.
A dengan perubahan sensori persepsi halusinasi pendengaran dengan mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik, minum obat, bercakap-cakap dengan orang lain dan
melakukan kegiatan. Pada tahap ini kelompok menekankan dan memfokuskan pada
pemecahan masalah pada Ny. A dan mengharapkan klien aktif dan ikut bekerjasama
sedangkan perawat membimbing klien untuk tercapainya tujuan keperawatan pada
pasien.
Dalam membuat perencanaan keperawatan kelompok mengalami sedikit
hambatan karena kondisi klien yang masih labil dan tidak mau untuk diajak berinteraksi
lama-lama dan petugas ruangan pun turut serta untuk membantu dengan menggunakan
standar yang ada di rumah sakit

D. Implementasi Keperawatan

Pada tahap ini kelompok mengacu pada perencanaan yang telah dirumuskan
sebelumnya dengan memprioritaskan masalah yang ada pada Ny.A dan disesuaikan
dengan situasi dan kondisi, serta kebutuhan klien pada saat dilakukan tindakan
keperawatan, sebelumnya dilakukan dengan Ny.A bahwa implementasi mulai pada
tanggal 20 Oktober 2015 dimulai dari pukul 07.00-13.00 Wib dilakukan perdiagnosa.
Diagnosa satu gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran. Diagnosa 1 : halusinasi
pendengaran kelompok 4 yaitu yang telah dilakukan yaitu :

SP 1 : Mengajarkan klien untuk mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik


SP 2 : Mengajarkan klien untuk mengontrol halusinasinya dengan cara minum obat
secara teratur

SP 3 : Mengajarkan klien untuk mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap


dengan orang lain

SP 4 : Mengajarkan klien untuk mengontrol halusinasinya dengan cara melakukan


kegiatan yang bisa dilakukan.

E. Evaluasi Keperawatan

Tahap terakhir dalam proses keperawatan adalah evaluasi dimana merupakan upaya
untuk menilai hasil keperawatan yang telah dilakukan dalam mengatasi masalah klien.
Evaluasi dilakukan setiap hari dengan melihat perubahan perilaku klien sesuai dengan
tujuan yang diharapkan dalam melaksanakan proses keperawatan.
Untuk diagnosa 1 gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran dan penglihatan
didapatkan hasil SP 1,2,3 dan 4 sebagai berikut :

 SP 1 : Klien dapat mengenal halusinasinya dan mempraktekkan cara


mengontrol halusinasinya dengan menghardik
 SP2 : Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara minum obat
secara teratur
 SP 3 : Klien mampu mendemonstrasikan cara mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap dengan orang lain
 SP 4 : Klien mampu mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang dapat
dilakukan jika halusinasi muncul.

BAB V

PENUTUP
Kelompok telah melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan masalah
Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan pada tanggal 20 Oktober –
28 Oktober 2015, kelompok mencoba menyimpulkan dan mengajukan beberapa saran yang
mungkin akan bermanfaat untuk peningkatan Asuhan Keperawatan Jiwa di masa yang akan
datang.

A. Kesimpulan
Menurut hasil pengkajian pada Ny. A didapatkan ada sedikit perbedaan antara
teori dan kasus yaitu faktor predisposisi untuk persepsi sensori: Halusinasi adalah faktor
sosial budaya dan kultural dimana keluarga dan lingkungan pasien sangat menerimanya
sejak bayi. Diagnosa keperawatan yang ditemukan telah sesuai antara teori dan kasus.
Perencanaan dilakukan sesuai dengan standar asuhan keperawatan secara teoritis yang
ada menurut standar asuhan keperawatan secara teoritis menurut standar Asuhan
Keperawatan Jiwa.
Implementasi keperawatan pada klien sesuai dengan rencana asuhan keperawatan
yang telah kelompok lakukan dengan kebutuhan klien. Klien telah mengimplementasikan
lima diagnosa, yaitu diagnosa pertama telah dilakukan TUK 1 sampai dengan TUK 4,
diagnosa kedua telah dilakukan TUK 1 sampai dengan TUK 4, diagnosa ketiga telah
dilakukan TUK 1 sampai dengan TUK 5, diagnosa keempat TUK 1 sampai dengan TUK
3 dan diagnosa kelima TUK 1 sampai TUK 4.
Evaluasi keperawatan yang telah kelompok lakukan adalah diagnosa pertama
yaitu dapat membina hubungan saling percaya, mengenal halusinasi, mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik, manfaat penggunaan obat dengan benar, bercakap-
cakap dengan orang lain dan melakukan aktivitas yang dapat dilakukan secara mandiri.
Diagnosa kedua yaitu klien dapat membina hubungan saling percaya,
mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, tanda dan gejala perilaku kekerasan,
mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan, mengidentifikasi akibat perilaku
kekerasan, mempraktekan tarik napas dalam dan memukul bantal, mengontrol perilaku
kekerasan dengan minum obat secara benar dan teratur, mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara verbal dan menontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual.
Diagnosa ketiga yaitu mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien dan
melatih klien melakukan kegiatan harian yang telah direncanakan, diagnosa keempat
yaitu mengidentifikasi kemampuan klien untuk berinteraksi dengan orang lain dengan
cara berkenalan dan melakukannya sesuai dengan yang telah direncanakan dan diagnosa
kelima yaitu klien dapat menjaga kebersihan diri dengan cara berdandan dan berpakaian
serta cara makan yang benar dan sesuai.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, kelompok memberikan saran atau masukkan kepada :
a) RS Dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor diharapkan fasilitas rumah sakit
ditingkatkan, seperti lampu penerangan di jalan sekitar rumah sakit, rumput-
rumput ilalang yang berada di sekitar rumah sakit seharusnya diurus, air di asrama
sering tidak ada, kurangnya keamanan dan kenyamanan, dan perawat-perawat
serta karyawan rumah sakit lebih ditingkatkan kesabarannya dan keramahannya.
b) Ruangan Kresna Wanita
Lebih memperhatikan kebersihan dan penampilan pasien, memperlakukan pasien
sesuai Asuhan Keperawatan, alat-alat kebutuhan pasien harus lebih bersih lagi.
c) CI Ruangan
Lebih memperhatikan penugasan yang telah dikerjakan mahasiswa, agar ketika
mahasiswa melakukan kesalahan tidak berdampak besar terhadap penugasannya
yang akan dikumpulkan.
d) Institusi Pendidikan
Diharapkan agar institusi dapat menyediakan sumber edisi terbaru, mengatur
jadwal praktek dengan baik, kehadiran dosen pembimbing mata Ajaran
Keperawatan Jiwa II minimal dua kali dan diharapkan mengajarkan TAK lebih
dahulu sebelum kami praktek ke Bogor.

Anda mungkin juga menyukai