Anda di halaman 1dari 13

PEDOMAN

PELAYANAN PESERTA JKN/BPJS KESEHATAN


DI RUMAH SAKIT TIARA KASIH SEJATI
I.PENDAHULUAN.

Pelayanan kesehatan di rumah sakit pada akhir-akhir ini mengalami banyak kemajuan
dan perkembangan. Khususnya dalam hal tatakelola rumah sakit akan ada berbagai faktor
yang harus diperhatikan, antara lain mulai adanya Perjanjian Kerja sama JKN di RSTKS
pada tahun 2018 ini. Dengan system berbasis INA CBG’s maka diharapkan rumah sakit
dapat melakukan kendali biaya dan kendali mutu secara sinergi. Sangat sulit berkompetisi
manakala rumah sakit tidak melakukan berbagai terobosan menyikapi pelaksanaan JKN
ini. Berbagi regulasi yang mendukung dilaksanakannya JKN juga belum terselesaikan
sehingga akan mempengaruhi pelaksanaan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dengan
berakhirnya system fee for service dan berubah ke system berbasis kapitasi maka perlu
adanya merubah pola kerja dan mindset dari pelaksana di lapangan. Untuk bisa
mengadaptasi pola tersebut maka dibutuhkan loyalitas dan pengorbanan dari para
pelaksana pelayanan kesehatan di rumah sakit.

II.LATAR BELAKANG.

Dengan dimulainya Perjanjian Kerja sama JKN di RSTKS pada tahun 2018 ini maka
diharapkan Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati dapat ikut andil dalam pelayanan kesehatan
sebagai rumah sakit rujukan. Sehingga perlu dilakukan persamaan persepsi oleh seluruh
pelaksana, guna untuk menyelaraskan apa –apa yang harus dilakukan dilapangan
menyikapi program JKN ini. Berkaitan dengan itu maka Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati
harus menyiapkan diri dengan berbagai terobosan untuk pengendalian biaya dan
pengendalian mutu pelayanan berkaitan dengan efisiensi tarif INA CBG’s yang terjadi
sekarang ini.

III.TUJUAN.
Tujuan Umum :
- Dapat terselenggaranya pelayanan peserta JKN di RS Tiara Kasih Sejati dengan
memperhatikan agar tidak ada kerugian di Rumah Sakit, peserta, dan BPJS Kesehatan
sebagai operator dilapangan.

Tujuan Khusus :

- Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati dapat melakukan kendali biaya.


- Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati dapat melakukan kendali mutu.
- Ada keuntungan dari pelayanan peserta JKN.
- Ada manfaat yang diperoleh oleh peserta JKN.
- Tidak mengurangi niat baik dalam melayani pelanggan kami.

IV.ALUR PELAYANAN PASIEN PESERTA JKN/BPJS Kes.

Dihalaman berikutnya………….
V.KEBIJAKAN RUMAH SAKIT.

A. ADMISSION/ IGD

1. Petugas pendaftaran memastikan kepesertaan pasien dari hasil skrining dan konfirmasi ke
Petugas IGD dan keluarga Pasien.apakah menggunakan BPJS
Kesehatan/Ketenagakerjaan, asuransi lain/ pasien reguler (Umum).
2. Petugas Pendaftaran menerima persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien untuk
persyaratan klaim (mencetak SEP) (Foto kopi rangkap 2 : kartu BPJS
/ASKES/JAMKESMAS , KTP,KK,surat Rujukan dari faskes I bila tidak emergency,
disertai aslinya untuk diverifikasi) .
3. Petugas memberitahukan hak kelas rawatan /ruangan yang harus ditempati sesuai
kepesertaan kartu BPJS,bisa menempati ruangan di atasnya dengan iur biaya kecuali
pasien BPJS penerima bantuan iuran/PBI
4. Pada saat kamar sesuai hak pasien habis,maka pasien dapat dititipkan satu kelas diatas
kepesertaan haknya (3x24 jam) dan harus diturunkan kembali sesuai haknya.Jika pasien
menolak maka hak pasien gugur dan harus menjadi pasien umum.
5. Pasien JKN dengan status titipan harus di follow up dalam tempo 3x24,koordinasi
dengan admin ruangan.
6. Petugas memberikan informasi apabila naik kelas ke VIP tarif mengikuti tarif RS,iur
biayanya adalah 50 % dari biaya kelas 1 ,penetapan dari kredensialing kantor cabang
BPJS Kesehatan
Contoh :
Pasien A (hak kelas rawat kelas I ) di rawat inap di VIP
Tarif Ina –Cbg kelas I = Rp.10.000.000
Maka Tambahan Biaya yang dibayarkan pasien A adalah
(Rp.10.000.000 x 50% ) = Rp. 5.000.000

7. Petugas memberikan informasi apabila naik kelas, misalnya dari kelas II ke kelas I iur
biayanya adalah selisih antara tarif INA CBGs kelas Idikurangi tarif INA CBGs kelas II
Contoh :
Pasien B(hak kelas rawat di kelas II) di rawat inap di kelas I
Tarif Ina - Cbg kelas I = Rp.5000.000
Tarif Ina – Cbgs kelas II = Rp.4.000.000
Tambahan Biaya yang dibayarkan Pasien B tersebut sebesar
( Rp.5000.000 – Rp.4000.000) = Rp.1.000.000
8. Untuk pasien BPJS PBI tidak diperbolehkan naik kelas apabila naik kelas dinyatakan
gugur kepesertaannya ketika di rawat ( pasien umum/bayar sendiri.
9. Pemegang kartu BPJS Mandiri Kelas III diperbolehkan naik kelas.
10. Petugas menyodorkan formulir persetujuan naik kelas apabila di setujui untuk ditanda
tangani.(bermaterai)
11. Apabila pasien/keluarga pasien mendaftar untuk berobat dengan mengatakan akan
menggunakan fasilitas BPJS (Mandiri/non mandiri) pasien didaftar sesuai keinginannya
diberi batasan waktu 3 x 24 jam untuk kelengkapan berkas, apabila kurun waktu tersebut
tidak bisa memenuhi maka pasien diperlakukan sebagai pasien umum/regular.
12. Pada kasus-kasus penyakit tertentu (sebelum pasien direkomendasi oleh dokter untuk
rawat inap jangan didaftar terlebih dahulu), untuk memastikan pasien bisa dirawat
inapkan atau tidak.
Contoh :
a. Pasien kiriman dari PPK I/datang sendiri untuk bersalin, harus diperiksa oleh
dokter apakah ada penyulit atau tidak.
b. Pasien tidak emergency datang sendiri dengan keluhan ISPA,meminta untuk
dirawat inap .
c. Pasien Kecelakaan dikarenakan pengaruh minum keras/alkohol
13. Hal-hal yang berkaitan dengan peralatan dan kebutuhan pribadi tidak termasuk paket
pelayan JKN/BPJS Kesehatan (Sikat gigi, Pasta gigi, sendok,Pembalut, Handuk dll).
14. Petugas melakukan pendaftaran dan membuatkan SEP.
15. Pada kasus-kasus KLL petugas pendaftaran dan petugas IGD saling berkoordinasi untuk
memberitahukan kepada koordinator asuransi dan meminta kel pasien mengurus surat
lapor polisi (3x24 jam)
16. Jika kecelakaan terjadi di sekitar rumah maka disertakan dengan alur kronologis oleh
saksi keluarga pasien.
17. Melakukan Finger Print untuk Pasien yang Pertama kali rawat inap di RSTKS dengan
bukti nomor kartu BPJS Kesehatan /NIK.(minimal 3x24 jam)
18. Apabila Pasien mendaftar via telpon , petugas pendaftaran memberikan informasi untuk
melengkapi persyaratan berobat ( Foto kopi rangkap 2 : kartu BPJS
/ASKES/JAMKESMAS , KTP,KK,surat Rujukan dari faskes I bila tidak emergeny, surat
kontrol , disertai aslinya untuk diverifikasi )

B.RAWAT JALAN POLI KLINIK

1. Petugas rawat jalan /Perawat memeriksa catatan medis pendaftaran untuk


memastikan peserta BPJS/tidak.
2. Petugas rawat jalan menyiapkan : Resep, Bukti Pelayanan Rawat jalan ,Surat
Rekomendasi (jika perlu), Bukti tindakan dan penunjang pemeriksaan.
3. Petugas memberitahukan kepada Dokter pemeriksa bahwa pasien tersebut
peserta BPJS, agar bisa memberikan terapi atau pemeriksaaan penunjang
seefisien mungkin sesuai Formularium Nasional.
4. Peresepan pasien berobat jalan diberikan untuk satu episode yaitu 7 hari.
5. Jika ada Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan dalam kurun waktu 1 minggu
masih terhitung dengan satu episode jalan.
6. Dokter dapat menuliskan resep selama 1 bulan untuk pasein kronis ( DM,
Hipertensi, Jantung, Asma, PPOK,stroke,epilepsy,SLE,Schizophrenia) sesuai
dengan formularium obat nasional. Terapi 7 hari inklude dengan tarif BPJS
Rawat Jalan dan selebihnya(23 hari ) di klaimkan secara manual oleh bagian
Apotik .
7. Pasien yang di Rujuk balik ke PPK I, diberikan SEP yang sudah di
legalisasikan oleh petugas PRB BPJS, beserta kopi resepnya.dan lembar
konfirmasi untuk rujuk balik oleh petugas PRB
8. Pasien dengan penyakit kronis yang belum dirujuk balik ke PPK I oleh PPK II
(Dokter Spesialis), kontrol berikutnya bisa menggunakan rujukan sebelumnya
yang berlaku/Rekomendasi DPJP minimal 2 x kunjungan sampai dengan
dinyatakan stabil dan dirujuk balik.
9. Pasien dengan penyakit kronis dengan jadwal kontrol satu bulan apabila obat
masih dan belum ada satu bulan kontrol lagi dengan kasus yang sama maka
tidak dapat dilayani, kecuali terdapat keluhan lain (diagnosis lain)
10. Pasien rujukan dari PPK I yang memerlukan konsul ke dokter spesialis
lainnya maka di arahkan untuk mengambil rujukan baru ke Puskesmas/PPK I
(Pembebanan pemeriksaan di buat hanya satu untuk dokter konsulen).
11. Pastikan Pasien Poli Jantung telah melakukan Finger Print
12. Pemeriksaan penunjang Kebidanan dan Kandungan (USG) hanya bisa
dilakukan per-triwulan.
13. Pemeriksaan Penunjang untuk satu episode rawat jalan hanya satu jenis
prosedur.
14. Pasien post operasi di wajibkan kontrol satu kali ke PPK II(lembar Disharge
Planning), kontrol selanjutnya ke PPK I (Apabila ada indikasi medis kontrol
ke PPK II, masih diperbolehkan tetapi harus mengambil rujukan baru ke PPK
I ).
15. Penyakit tertentu yang harus dirawat inapkan, akan tetapi sarana prasarana
rumah sakit tidak mendukung , penyakit yang sulit dan harus di rawat di RS
type B di wajibkan untuk di rujuk.
16. Dokter PPK II (Spesialis ) diharapkan untuk efisiensi pemeriksaan penunjang
(Laboratorium, Radiologi dan USG).
17. Pasien pasca rawat inap yang harus kontrol tidak perlu membawa surat
rujukan dari PPK I, cukup menunjukkan surat Discharge Planing /kontrol dari
RSTKS. Surat kontrol hanya berlaku untuk satu kali kunjungan dan dalam
waktu 7 hari dari pasien pulang.
18. Pasien yang telah dirujuk ke Rumah sakit tipe B,harus mendapatkan surat
rujuk balik untuk bisa kembali di layani di Rawat jalan RSTKS,kecuali dalam
keadaan ermergency.

C.RAWAT JALAN IGD

1. Petugas IGD/Perawat memeriksa catatan medis pendaftaran untuk memastikan


peserta BPJS/tidak.
2. Petugas memberitahukan kepada Dokter pemeriksa bahwa pasien tersebut
peserta BPJS, agar dokter bisa melakukan pemeriksaan apakah kondisi pasien
emergency atau tidak untuk dilayani di IGD.
3. Jika kondisi pasien tidak termasuk kategori emergency maka dokter
menyarankan untuk kembali ke PPK I.
4. Jika sebelumnya pasien selesai berobat dari poliklinik (belum 7 hari ),dan
kembali berobat ke IGD non emergency maka pasien di edukasi untuk
meneruskan obatnya,dan kembali sesuai masa episodenya.emergency maka
pasien dapat ditangani sesuai kondisi dan therapi 3 hari (pasien diarahkan un
tuk kembali PPK I untuk mengambil rujukan )
5. Jika Pasien tertentu harus dirawat inapkan,maka petugas IGD terlebih dahulu
mengecek kamar sesuai data kepesertaan pasien,jika kamar tidak tersedia pasien
dapat dititipkan satu kelas diatas haknya 3x24 jam .Jika seluruh ruang rawat
penuh maka pasien dirujuk ke rumah sakit lain yang setipe.
6. Penyakit tertentu yang harus di rawat inapkan , akan tetapi sarana prasarana
rumah sakit tidak mendukung, penyakit yang komplikatif dan harus di rawat di
RS type B di wajibkan untuk di rujuk.
7. Pasien dengan kasus kecelakaan, petugas IGD harus melakukan koordinasi
dengan petugas Pendaftaran /Asuransi untuk dilaporkan ke kantor Jasa Raharja
dan meminta surat lapor polisi.
8. Untuk kasus KLL rawat jalan dengan jaminan BPJS Kesehatan harus
melampirkan surat lapor polisi pada hari itu juga.
9. Pasien tidak diperbolehkan berobat jalan untuk permintaan pemeriksaan
Penunjang/laboratorium tanpa indikasi dari dokter.(kembali ke PPK I)
10. Pasien Paru yang mendapatkan therapy nebule,masker nebule hanya diberikan
pada saat pertama pasien berobat dan disarankan untuk membawa masker
nebule setiap kali berobat jalan.
11. Pasien kasus kecelakaan dengan luka luas dan indikasi medis diperlukan rawat
inap maka dirawat inapkan
12. Kasus - kasus tertentu (Luka gigitan ular) apabila ada indikasi medis dirawat
inapkan maka dapat dirawat inapkan.
13. Dokter IGD memberikan pemberian terapi dan pemeriksaan penunjang
(Laboratorium, Radiologi dasar ) sesuai dengan clinical pathway

D.RAWAT INAP IGD/RUANGAN

1. Petugas/perawat rawat inap memastikan kepesertaan pasien JKN/BPJS atau


tidak.
2. Pasien ditanya Riwayat opname terakhir kali dengan mencek histori pasien
dari kartu kepesertaan BPJS.
3. Jika Pasien Pulang atas permintaan sendiri dari Rumah sakit lain dan masih
dalam tempo belum 7 hari,maka tidak dapat menggunakan jaminan BPJS
4. Jika Pasien baru dirawat dari Rumah Sakit lain dalam tempo 7 hari,maka
masih terhitung 1 (satu) episode rawat inap dan masih tanggung jawab
pelayanan Rumah sakit sebelumnya dan harus kembali ke rumah sakit
tersebut.
5. Jika Pasien baru pulang dari RSTKS dan kembali dengan keluhan yang sama
di hari itu atau dalam waktu 7 hari,maka terhitung satu episode.
6. Jika Pasien baru pulang rawat inap dari RSTKS dan masuk kembali dengan
kondisi emergency atau dengan keluhan yang berbeda maka termasuk 1
episode baru.
7. Jika pasien baru pulang rawat inap dari RSTKS ,kondisi tidak emergensi dan
masih mempunyai obat rawat jalan maka,disarankan untuk kembali ke
poliklinik dengan menggunakan discharge planning atau ke PPK I.
8. Pasien diberi pelayanan keperawatan dan medis sesuai SPO
9. Perawat IGD /ruangan memberitahukan ke DPJP bahwa pasien adalah peserta
JKN/BPJS.
10. Perawat /petugas IGD menyiapkan formulir Bukti layanan Rawat Inap yang
berkaitan dengan pelayanan pasien
11. Pemeriksaan penunjang diagnosis dilakukan sesuai dengan diagnosis.
12. Terapi pasien menggunakan buku acuan formularium obat nasional/FORNAS
13. Pasien JKN/BPJS PBI tidak diperbolehkan naik kelas, jika naik kelas gugur
kepesertaannya sebagai peserta Jamkesmas (dianggap pasien umum)
14. Pasien JKN/BPJS non PBI bisa naik kelas diatasnya dengan iur biaya.
15. Pasien rawat inap yang membutuhkan fasilitas yang lebih lengkap, dirujuk ke
RS tipe di atasnya.
16. Iur biaya peserta JKN/BPJS yang naik kelas VIP adalah 50% dari total biaya
kelas 1
17. Iur biaya peserta JKN/BPJS yang naik kelas II, kelas I, perhitungannya adalah
selisih biaya tarif INA CBG’s haknya dengan tarif INA CBG’s kelas yang
ditempati.
18. Petugas admin ruangan mengecek kelengkapan berkas dan koordinasi dengan
petugas Rekam medis ruangan dan admission.
19. Admin ruangan memberitahukan dokter DPJP untuk melengkapi diagnosis
utama dan diagnosis penyerta di catatan medis pasien.
20. Pasien dirawat oleh DPJP sesuai dengan jadwal on call Ruangan,kecuali
pasien kiriman langsung dari dokter yang merawat.

E.INSTALASI FARMASI.
Pelayanan Resep Pasien JKN/BPJS Rawat Jalan

1. Pemberian obat pasien JKN/BPJS dengan penyakit non kronis, diberikan


sesuai resep dokter ( 7 hari )
2. Pemberian obat rawat jalan dari IGD 3 hari
3. Pemberian obat pasien JKN/BPJS dengan penyakit kronis yang tidak dirujuk
balik diberikan maksimal 1 bulan, 7 hari include klaim INA CBG’s dan 23
hari berikutnya diklaim tersendiri oleh bagian apotik secara manual dengan
software BPJS
4. Pemberian obat pasien rawat jalan JKN/BPJS sesuai dengan formularium
nasional/FORNAS/generik.
5. Obat yang tidak masuk FORNAS, dikoordinasikan oleh apoteker dengan
dokter pemberi resep.
6. Apoteker berhak dan mempunyai wewenang menentukan penggantian resep
yang tidak masuk FORNAS dengan obat yang ada di FORNAS dengan
komposisi dan dosis yang sama.
7. Apabila dokter tidak bersedia mengganti dengan obat yang ada di FORNAS,
maka harus ada persetujuan dari Ketua Tim Komite Farmasi
therapy,Pengendali Asuransi Kesehatan, Komite Medis, dan Direktur.
8. Apoteker harus memeriksa kelengkapan berkas laboratorium untuk kategori
obat tertentu.
F. PASIEN PESERTA JKN/BPJS RAWAT INAP

1. Pasien Poliklinik rawat jalan indikasi untuk rawat inap maka pembebanan
pasien dibebankan dirawat inap saja tidak dibebankan lagi dengan dokter yang
sama. (rawat jalan di batalkan )Kecuali pasien divisit oleh dokter konsulen
lain dapat dibebankan.
2. Pemberian obat pasien rawat inap JKN/BPJS sesuai dengan formularium
nasional/FORNAS/generik.
3. Obat yang tidak masuk FORNAS, dikoordinasikan dengan dokter pemberi
resep.
4. Pemberian obat sesuai dengan jumlah yang tertera diresep. Obat yang tidak
diberikan ke pasien (dihentikan DPJP), perawat harus
meretur/mengembalikannya ke apotik
5. Pasien setelah rawat inap yang dianjurkan kontrol ke poli RSTKS diberikan
surat control /Discharge Planning untuk satu kali kunjungan, apabila kontrol
ke PPK I diberikan surat rujukan balik.

G.PELAYANAN DARAH

1. Perawat ruangan mempersiapkan Fotocopi (lembar SEP/kartu BPJS),mengisi


Form Permintaan darah (PMI) ,hasil crosscheck gol.darah dan sample darah
serta mengisi jenis darah,dan jumlah yang dibutuhkan ditandatangani oleh
DPJP/dr.ruangan.
2. Perawat menkonfirmasi petugas PMI untuk stok darah yang dibutuhkan
3. Tersedia stok : perawat mengarahkan kel.Pasien menuju Bank Darah (PMI)
dengan membawa berkas yang dipersiapkan,(tidak ada biaya apapun)
4. Tidak tersedia stok :
 perawat menganjurkan keluarga pasien untuk mendonor dan
dilakukan di Bank Darah (PMI)
 Keluarga Pasien diarahkan ke seminari untuk meminta bantuan dengan
membawa form dari PMI
 Keluarga Pasien membayar pendonor dari PMI (Rp.200.000) dan
kelurga pasien sendiri yang membayar Pendonor di PMI
5. Jika Berkas pasien belum lengkap,dan pasien membutuhkan segera tranfusi
darah ,maka keluarga pasien membayar terlebih dahulu harga kantung darah
sebesar Rp.360.000/bag.
Keluarga pasien akan mendapatkan kwitansi sementara dan bukti kwitansi itu
kembali diuangkan pada saat berkas pasien lengkap di Bank Darah (PMI ).
H. RUJUKAN.
1. Pasien emergency ke IGD diterima tanpa rujukan dari PPK I (rujukan
intern IGD)
2. Pasien non emergency wajib membawa rujukan dari PPK I, kecuali pasien
kontrol pasca rawat jalan atau rawat inap yang harus dikelola oleh PPK II
(memakai surat kontrol/Discharge Palnning)
3. Pasien masuk lewat IGD non emergency di luar jam kerja untuk rawat
inap, perawat IGD /dokter IGD memberitahukan kepada keluarganya
untuk kembali meminta rujukan ke PPK1 dengan memberikan diagnosis
penyakitnya (ditulis dikertas)
4. Pasien JKN/BPJS yang dirujuk dari RSTKS ke RS diatasnya disertakan
surat rujukan dari dokter DPJP dilampiri SEP Rujukan.
5. Pasien JKN/BPJS yang dirujuk ke RS jenjang tipe B atau RS lain dengan
kondisi emergensi untuk rawat inap .menggunakan Ambulance RSTKS
petugas membawa formulir rujukan,formulir bukti penggunaan
ambulance, yang harus ditanda tangani dan distempel oleh rumah sakit
rujukan.
6. Rujukan untuk penyakit tertentu (kasus jiwa, kanker, jantung, kelainan
darah/hemophilia dll) rujukan bisa langsung ke RS yang mempunyai
kompetensi
7. Rujukan pasien dari PPK tingkat I ke PPK tingkat II setelah diperiksa
hasilnya penyakit non kronik, maka pasien diberikan rujukan balik ke PPK
tingkat I.

I.PENDAFTARAN BAYI BARU LAHIR

1. Pendaftaran bayi dilakukan segera setelah lahir ≥ 28 hari


2. Bayi yang lahir dari peserta yang terdaftar sebagai peserta PBI maka secara
otomatis mempunyai hak menjadi peserta BPJS,dengan cara orangtua bayi
mendaftarkan ke kantor cabang BPJS dengan membawa bukti surat lahir dari
Rumah Sakit.
3. Bayi yang lahir dari peserta mandiri harus didaftarkan segera langsung di
RSTKS dengan melapor ke Tim JKN RSTKS,Perawat ruangan
mempersiapkan :Kartu BPJS orangtua /KTP/KK/Surat Lahir Bayi.
4. Bayi yang lahir dari PPU,maka orangtua harus melapor ke Perusahaan tempat
bekerja dengan membawa bukti surat lahir .
5. Bayi yang lahir dari orangtua PNS harus segera melapor ke kantor BPJS
Kesehatan .

J.KEUANGAN.
1. Pasien peserta JKN/BPJS menggunakan tarif INA CBG’s.
2. Jasa medis pemeriksaan poliklinik sesuai dengan SK Direktur.
3. Jasa medis visite, konsul, tindakan, operasi sesuai dengan SK Direktur.
4. Pembebanan konsul pasien (hadir /pertelpon) hanya dibebani sekali perhari.
5. Pembebanan biaya beberapa tindakan dokter masih dalam satu diagnosis yang
dilakukan oleh DPJP pemberian jasa medis sesuai SK Direktur.
6. Pembebanan biaya beberapa tindakan dokter dalam satu diagnosis yang
dilakukan oleh dua dokter (dalam kasus emergency/kasus lain) pemberian jasa
medis sesuai SK Direktur.
7. Pembelian kebutuhan darah untuk pasien menggunakan uang pasien yang bisa
ditukar hari berikutnya ke Bank Darah jejaring Rumah Sakit dengan bukti
kwitansi sementara.
8. Penggunaan Alkes bedah umum, sesuai dengan SK Direktur.

.
PENUTUP

Demikian telah di susun buku Pedoman Pelayanan Peserta JKN di Rumah Sakit
Tiara Kasih Sejati

Harapan kami dengan di buatnya buku pedoman ini dapat menjadi acuan dan
pedoman bagi kita khususnya yang bertugas di bagian unit Asuransi Center BPJS Rumah
Sakit Tiara Kasih Sejati. Buku pedoman ini akan di tinjau ulang secara periodik sesuai
perkembangan waktu, apabila ada hal-hal yang baru maka buku pedoman akan selalu
diselaraskan sehingga masukan-masukan yang bersifat membangun masih sangat di
harapkan.

Semoga apa yang menjadi harapan kita semua dapat terwujud dengan baik dan
kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangsihnya, baik gagasan pemikiran,
tenaga dan kontribusi lainnya mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT Amin
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Puji syukur alhamdullillah senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
bimbingan dan petunjukNya dalam pembuatan Buku Pedoman Pelayanan Peserta JKN di
Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati (RSTKS) kami susun dengan maksud untuk
membukukan penatalaksanaan kegiatan unit Asuransi Center BPJS di Rumah Sakit Tiara
Kasih Sejati, sehingga tercapai mutu pelayanan JKN yang setinggi-tingginya dan dapat
digunakan sebagai pedoman kerja bagi pejabat dan staf Asuransi Center BPJS di Rumah
Sakit Tiara Kasih Sejati

Karena buku pedoman ini bersifat dinamis maka buku Pedoman Pelayanan
Peserta JKN di Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati ini akan direvisi secara periodik sesuai
perkembangan waktu, apabila ada hal-hal yang baru maka buku Pedoman akan selalu
diselaraskan sehingga saran dan masukan yang bersifat membangun dari semua pihak
sangat kami harapkan.

Kami menyadari dalam pedoman ini kemungkinan masih terdapat kekurangan


dalam penyajian ataupun isinya, oleh karena itu saran dan masukan dalam
penyempurnaan akan sangat kami hargai.

Demikian Buku Pedoman Pelayanan Peserta JKN di Rumah Sakit Tiara Kasih
Sejati ini kami buat, mudah-mudahan dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk
Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati di waktu yang akan datang.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua, Amin.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

“ Satu Visi dan Misi Kita Melangkah Pasti “

Direktur Tiara Kasih Sejati

dr.Yenni Hastita

Anda mungkin juga menyukai