Anda di halaman 1dari 14

KARAKTERISTIK MINEROLOGI BATUAN DI GUNUNG KELUD

Disusun oleh :

Halimatul Aslamia 18030224005

Ria Dwi Agustin 18030224017

Riana Ambarsari 18030224020

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Tahun Akademik 2019-2020


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karakteristik dan ciri khusus dari batuan salah satu ilmu yang dipelajari pada ilmu
geologi. Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang
bentuk (arsitektur) batuan hasil dari proses mempelajari struktur deformasi. Geologi
struktur ditekankan pada studi mengenai unsur-unsur struktur geologi, seperti perlipatan
(fold), rekahan (fracture), patahan (fault) dan yang merupakan bagian dari satuan tektonik.
Salah satu ilmu geologi yang digunakan dalam mengkaji karakteristik batuan yaitu
kristalografi dan mineralogi yakni sebuah studi mengenai geometri dan susunan atom
didalam mineral dan jenis mineral pembentuk batuan.
Geologi struktur sangat diperlukan dalam berbagai bidang. Umumnya geologi
struktur diperlukan untuk eksplorasi bumi dan meneliti lapisan struktur bumi serta
bagaimana struktur geologi dalam suatu batuan terbentuk. Selain itu, dengan mempelajari
geologi struktur, dapat mengetahui proses kejadian sumber daya geologi seperti air,
minyak, gas dan mineral lainnya. Dalam mempelajari ilmu kebumian (terutama geologi)
perlu adanya penelitian lapangan karakteristik mineral batuan ini untuk kandungan
mineral yang terdapat di dalam batuan yang tersebar di permukaan Gunung Kelud,
Wisata Gunung Kelud, Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, dan Kabupaten Kediri,
Jawa Timur. Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu daerah di Pulau Jawa yang
memiliki riwayat meletusnya gunung api dan data geologi yang bagus untuk dijadikan
sebagai daerah penelitian. Dari sekian banyak lokasi penelitian, terdapat beberapa lokasi
dengan riwayat meletusnya gunung berapi. Lokasi meletusnya gunung berapi antara lain
berada di Gunung Merapi dan Gunung Kelud. Dari kedua lokasi tersebut, salah satu
daerah yang memiliki kondisi geologi yang ideal dan terjangkau untuk di jadikan lokasi
penelitian adalah Gunung Kelud. Gunung Kelud meletus pada tanggal 13 Pebruari 2014
terletak di Desa Sugih Waras Kabupaten Kediri Provinsi Jawa Timur.
Di daerah permukaan Gunung Kelud didapatkan infomasi dari Badan Geologi
bahwa jenis batuan gunung kelud adalah “calk-alkaline” dengan komposisi dari basalt
sampai dengan andesit. Hasil sayatan tipis batuan gunung kelud menunjukkan tekstur
porfiritik dan glomerofiritik, vesikuler, berbutir halus hingga berukuran 2,3 mm.
Dari uraian tersebut maka dilakukan penelitian mengenai kandungan batuan lebih
lanjut mengenai batuan yang terdapat pada Gunung Kelud. Selain berdasarkan atas uraian
tersebut. Dengan penelitian ini, maka diharapkan perkembangan pemanfaatan batuan
akibat letusan Gunung Kelud menjadi sesuatu yang berguna bagi masyarakat sekitar.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik minerologi batuan yang terdapat di Gunung Kelud ?
2. Bagaimana kandungan mineral pada batuan yang terkandung dalam batuan ?

C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan karakteristik minerologi batuan yang terdapat di Gunung Kelud.
2. Mendeskripsikan jenis mineral yang terkandung dalam batuan di Gunung Kelud.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian “Karakteristik Minerologi Batuan di Gunung Kelud” ini bermanfaat
dalam memberikan informasi geologi mengenai perkembangan sedimentasi batuan pada
lokasi penelitian, meliputi perubahan lingkungan pengendapan dan waktu
terendapkannya batuan tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia terletak didalam lingkar cincin api (Ring of Fire) Pasifik, dimana zona ini
merupakan sumber gempa dan tumbuhnya sebagian besar gunung api didunia[1]. Gunung
Kelud merupakan salah satu gunung aktif yang berada di pulau Jawa yang secara geografis
terletak pada 7º56’ LS 112º18’30” BT dengan ketinggian puncak 1731 mpdl. Gunung ini
mengalami 32 kali erupsi sejak 1300 hingga tahun 2014 dan menyebabkan kerusakan 45.165
hektar lahan pertanian dan 15381 korban jiwa. Dengan setatus Gunung Kelud yang aktif,
kondisi seperti ini memiliki kemungkinan akan terulang lagi di hari mendatang[2].

Erupsi dari Gunung akan membawa unsur-unsur mineral yang dibawa bersama aliran
lava. Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk secara ilmiah, padat dan mempunyai
struktur tertentu. Mineral mempunyai sifat fisik tertentu pula; warna, kekerasan, belahan,
bentuk kristal, dan sifat optik.

Mineral dapat diketahui melalui 2 cara yaitu (1) analisa kimiawi dan (2) sifat fisik
kimiawi. Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat dikelompokkan menjadi mineral
Silikat dan mineral Non-silikat. Terdapat 8 (delapan) kelompok mineral Non-silikat, yaitu
kelompok Oksida, Sulfida, Sulfat, Native elemen, Halid, Karbonat, Hidroksida, dan Phospat.
Di depan telah dikemukakan bahwa tidak kurang dari 2000 jenis mineral yang dikenal
hingga sekarang. Namun ternyata hanya beberapa jenis saja yang terlibat dalam
pembentukan batuan. Mineral-mineral tersebut dinamakan Mineral pembentuk batuan, atau
Rock-forming mineral, yang merupakan penyusun utama batuan dari kerak dan mantel Bumi.
Mineral pembentuk batuan dikelompokan menjadi empat: (1) Silikat, (2) Oksida, (3) Sulfida
dan (4) Karbonat dan Sulfat.

Berikut merupakan sifat-sifat kimiawi mineral yang dapat diidentifikasi untuk mengenal
mineral, yaitu :

1. Mineral Silikat
Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok mineral silikat, yang
merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal.
Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak bumi terdiri dari
mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai kedalaman 2900 km dari
kerak Bumi). Silikat merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu sedimen,
batuan beku maupun batuan malihan. Silikat pembentuk batuan yang umum adalah
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-ferromagnesium.
Berikut adalah mineral silikat:

1. Kuarsa
2. Felspar Alkali
3. Felspar Plagiklas
4. Mika Muskovit
5. Mika Biotit
6. Amfibol
7. Pyroksen
8. Olivin

2. Mineral ferromagnesium
Umumnya mempunyai warna gelap atau hitam dan berat jenis yang besar.

Olivine: dikenal karena warnanya yang olive, tumbuh sebagai mineral yang mempunyai
bidang belah yang kurang sempurna.

Augitit: warnanya sangat gelap hijau hingga hitam. dengan bidang belah yang
berpotongan hampir tegak lurus. Bidang belah ini sangat penting untuk membedakannya
dengan mineral hornblende.

Hornblende: warnanya hijau hingga hitam; dan mempunyai bidang belah yang
berpotongan dengan sudut kira-kira 56° dan 124° yang sangat membantu dalam cara
mengenalnya.
Biotite: adalah mineral mika bentuknya pipih yang dengan mudah dapat dikelupas.
Dalam keadaan tebal, warnanya hijau tua hingga coklat-hitam.

3. Mineral Non-Ferromagnesium
Muskovit: disebut mika putih karena warnanya yang terang, kuning muda, coklat, hijau
atau merah.

Felspar: merupakan mineral pembentuk batuan yang paling banyak. Namanya juga
mencerminkan bahwa mineral ini dijumpai hampir disetiap lapangan. Feld dalam bahasa
Jerman adalah lapangan (Field). Jumlahnya didalam kerak Bumi hampir 54 %. Nama-
nama yang diberikan kepada felspar adalah plagioklas dan orthoklas. Plagioklas
kemudian juga dapat dibagi dua, albit dan anorthit. Orthoklas adalah yang mengandung
Kalium, albit mengandung Natrium dan Anorthit mengandung Kalsium.

Orthoklas: mempunyai warna yang khas yakni putih abu-abu atau merah jambu.

Kuarsa: kadang disebut silika. Adalah satu-satunya mineral pembentuk batuan yang
terdiri dari persenyawaan silikon dan oksigen. Umumnya muncul dengan warna seperti
asap atau smooky, disebut juga smooky quartz. Kadang-kadang juga dengan warna
ungu atau merah-lembayung (violet). Nama kuarsa yang demikian disebut amethyst,
merah massip atau merah-muda, kuning hingga coklat. Warna yang bermacam-macam
ini disebabkan karena adanya unsur-unsur lain yang tidak bersih.

4. Mineral Oksida
Terbentuk sebagai akibat perseyawaan langsung antara oksigen dan unsur tertentu.
Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida umumnya lebih keras
dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur
yang paling utama dalam oksida adalah besi, chrome, mangan, timah, dan aluminium.
Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah es (H2O), korondum (Al2O3),
hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).
5. Mineral Sulfida
Merupakan mineral hasil persenyawaan langsung antara unsur tertentu dengan sulfur
(belerang), seperti besi, perak, tembaga, timbal, seng, dan merkuri. Beberapa dari
mineral sulfida ini terdapat sebagai bahan yang mempunyai nilai ekonomis, atau bijih,
seperti pirit (FeS3), chalcocite (Cu2S), galena (PbS), dan sphalerit (ZnS).
6. Mineral-Mineral Karbonat dan Sulfat
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2−, dan disebut karbonat, umpamanya
persenyawaan dengan Ca dinamakan kalsium karbonat, CaCO3 dikenal sebagai mineral
kalsit. Mineral ini merupakan susunan utama yang membentuk batuan sedimen.

X- Ray Diffraction (XRD) merupakan metode karakterisasi yang dapat memberikan


informasi tentang susunan atom, molekul atau ion dalam bentuk padat atau kristal. Analisis
berdasarkan pengukuran transmisi dan difraksi dari sinar X yang dilewatkan pada sampel
padat. Difraksi sinar X suatu teknik yang digunakan untuk menentukan sistem kristal,
kualitas kristal dan identifikasi campuran serta analisis kimia. Adapula cara kedua adalah
menggunakan karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD), Scanning Electron Microscope Energy
Dispersive Spectroscopy (SEM–EDS), dan X-Ray Flourencence (XRF). Analisis
menggunakan XRF dilakukan berdasarkan identifikasi dan pencacahan karakteristik sinar-X
yang terjadi dari peristiwa efekfotolistrik. Efekfotolistrik terjadi karena elektron dalam atom
target (sampel) terkena berkas berenergi tinggi (radiasi gamma, sinar-X). Observasi dengan
SEM dilakukan untuk menyelidiki struktur mikro permukaan material.

Tiga metode untuk memastikan bahwa kedudukan bidang tertentu daripada hablur
atau material yang dikaji memenuhi syarat-syarat Bragg pengukuran penyinaran, difraksi.
Ketiga metode ini adalah: (1) Metode difraksi Laue; (2) Metode hablur bergerak; dan (3)
Metode difraktometeri serbuk. Metode difraktometeri serbuk ialah untuk mencatat difraksi
sampel polikristal. Pada analisis struktur material berbasis bahan alam ini, digunakan alat
difraktometer, yang prinsip kerjanya seperti Gambar 1. Sampel serbuk dengan permukaan
rata dan mempunyai ketebalan yang cukup untuk menyerap alur sinar-X yang menuju
keatasnya. Puncak-puncak difraksi yang dihasilkan dengan menggunakan alat pencacah.
Umumnya menggunakan pencacah Geiger dan sintilasi. Alat monitor dapat diputar
mengelilingi sampel dan diatur pada sudut 2 terhadap alur datang. Alat monitor dijajarkan
supaya sumbunya senantiasa melalui dan bersudut tepat dengan sumbu putaran sampel.
Intensitas sinar-X yang difraksi sebagai fungsi sudut 2.

Gambar 1. Difraksi Sinar-X pada Bidang Atom

Peralatan yang digunakan adalah XRD (merk Philips). Hasil difraksi sinar-x
dicetakkan pada kertas dengan sumber pancaran radiasi Cu Ka dan dengan filter nikel. Data
difraksi sinar-X daripada sampel kemudian dibandingkan dengan kartu JCPDS (Joint
Committee Powder Diffraction Standard). Dari nilai difraksi sinar-X yang menghasilkan
intensitas dan sudut difraksi, dianalisis untuk menentukan jenis struktur kristalnya dengan
mencocokan pada data ICSD (Inorganic Crystal Structure Database) untuk semua sampel
yang di uji. Metode difraksi sinar-x dapat dibedakan menjadi: (1) Metode kristal tunggal.
Metode ini sering digunakan untuk menentukan struktur kristal, dalam ini dipakai berbentuk
kristal tunggal. (2) Metode serbuk (powder Method). Bahan sampel pada metode ini dibuat
berbentuk serbuk,sehingga terdiri banyak kristal yang sangat kecil dan orientasi sampai tidak
perlu diatur lagi kerena semua orientasi bidang telah ada dalam sampel dengan demikian
hukum Bragg dapat dipenuhi. Metode lebih cepat dan lebih sederhana dibandingkan dengan
metode kristal tunggal. Metode serbuk ini dapat digunakan untuk menganalisa bahan apa
yang terkandung di dalam suatu sampel juga dapat ditentukan secara kwantitatif. Pada
penelitian ini dipergunakan metode serbuk.

Analisis menggunakan XRF dilakukan berdasarkan identifikasi dan pencacahan


karakteristik sinar-X yang terjadi dari peristiwa efekfotolistrik. Efekfotolistrik terjadi karena
elektron dalam atom target (sampel) terkena berkas berenergi tinggi (radiasi gamma, sinar-X).
Bila energi sinar tersebut lebih tinggi dari pada energi ikat elektron dalam orbit K, L, atau M
atom target, maka elektron atom target akan keluar dari orbitnya. Dengan demikian atom
target akan mengalami kekosongan elektron. Kekosongan elektron ini akan diisi oleh elektron
dari orbital yang lebih luar diikuti pelepasan energi yang berupa sinar-X. Skematik proses
identifikasi dengan XRF tampak pada Gambar 2.

Gambar 2. Prinsip X-Ray Flourescence

Sinar-X yang dihasilkan merupakan gabungan spektrum sinambung dan spektrum


berenergi tertentu (discreet) yang berasal bahan sasaran yang tertumbuk elektron. Jenis
spektrum discreet yang terjadi tergantung pada perpindahan elektron yang terjadi dalam atom
bahan. Spectrum ini dikenal dengan spektrum sinar-X karakteristik. Spektrometri XRF
memanfaat-kan sinar-X yang dipancarkan oleh bahan yang selanjutnya ditangkap detektor
untuk dianalisis kandungan unsur dalam bahan. Bahan yang dianalisis dapat berupa padat
massif, pelet, maupun serbuk. Analisis unsur dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif.
Analisis kualitatif menganalisis jenis unsur yang terkandung dalam bahan dan analisis
kuantitatif dilakukan untuk menentukan konsetrasi unsur dalam bahan. Sinar-X yang
dihasilkan dari peristiwa seperti peristiwa tersebut diatas ditangkap oleh oleh detektor semi
konduktor Silikon Litium (SiLi)[3].
Dari hasil pengamatan terhadap jenis-jenis batuan tersebut, kita dapat
mengelompokkannya menjadi tiga kelompok besar, yaitu (1) batuan beku, (2) batuan
sedimen, dan (3) batuan malihan atau metamorfis. Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh
para ahli Geologi terhadap batuan, menyimpulkan bahwa antara ketiga kelompok tersebut
terdapat hubungan yang erat satu dengan lainnya. . Dengan perjalanan waktu serta perubahan
keadaan, maka terjadilah perubahan-perubahan yang disertai dengan pembentukan
kelompok-kelompok batuan yang lainnya. Proses perubahan dari satu kelompok batuan ke
kelompok lainnya, merupakan suatu siklus yang dinamakan daur batuan. Konsep daur batuan
ini merupakan landasan utama dari Geologi Fisik yang diutarakan oleh JAMES HUTTON.
Dalam daur tersebut, batuan beku terbentuk sebagai akibat dari pendinginan dan pembekuan
magma. Pendinginan magma yang berupa lelehan silikat, akan diikuti oleh proses
penghabluran yang dapat berlangsung dibawah atau diatas permukaan Bumi melalui erupsi
gunung berapi.apabila kemudian tersingkap dipermukaan, maka ia akan bersentuhan dengan
atmosfir dan hidrosfir, yang menyebabkan berlangsungnya proses pelapukan. Melalui proses
ini batuan akan mengalami penghancuran. Media pengangkut tersebut juga dikenal sebagai
alat pengikis, Bahan-bahan yang diangkutnya baik itu berupa fragmen-fragmen atau bahan
yang larut, kemudian akan diendapkan ditempat-tempat tertentu sebagai sedimen.

Gambar 3. Daur Batuan (Siklus Batuan)

Kandungan mineral dalam bumi sebagian akan keluar pada saat terjadi proses erupsi
gunung api. Kandungan bahan kimia pada material sangat tergantung dari sumber magma.
Pada batuan volkanik, terdapat 4 tipe batuan yang didasarkan pada kandungan silika (SiO2),
yaitu: Basalt, Andesit, Dacite, dan Rhyolite.Kandungan yang lain adalah titanium (TiO2),
aluminum (Al2 O3), besi (FeO atau Fe2 O3), Mangan (MnO), Calcium (CaO), Sodium (Na2
O), Kalium (K2 O) dan Phospat (P2 O5). Dari tipe batuan dan bahan kimia yang terkandung
di dalamnya, sangat menentukan komposisi kimia dari material vulkanik yang dihasilkan
pada suatu erupsi.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Subjek dan Objek Penelitian


1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah batuan yang terdapat pada Kawasan Gunung Kelud.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah jenis mineral pada batuan yang terdapat di Kawasan
Gunung Kelud.

B. Alat dan Bahan Penelitian


1. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi palu, plastik klip, label, buku, dan
paku besar.
2. Bahan
Bahan dalam penelitian ini meliputi sampel batuan dalam kawasan yang telah
ditentukan letak kawasan tersebut.

C. Lokasi Penelitian
Praktek kegiatan lapangan akan dilaksanakan di wilayah Gunung Kelud Gunung Kelud,
tepatnya di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

D. Waktu Penelitian
Praktek kegiatan lapangan akan dilaksanakan selama 2 hari pada tanggal 20-21
September 2019. Meliputi tiga kegiatan utama yaitu persiapan, pelaksanaan, dan
penyelesaian.

E. Alur Penelitian
a. Pemilihan Batuan
Dalam penelitian ini pengambilan sampel batuan dominan (pemetaan) di
beberapa kawasan di Gunung Kelud. Dari batuan tersebut kemudian dilakukan proses
pemilihan dan penghalusan hingga menjadi serbuk yang siap untuk diuji dengan XRD.
Tahapan skematik dalam penelitian ini tampak pada gambar dibawah ini :
Pemilihan Batuan

Penumbukan
Batuan

Penyaringan

Halus

Uji XRD Uji XRF

Analisa

Gambar 4. Alur Penelitian

b. Persiapan Sampel Uji


Sampel disiapkan dari batuan pada kawasan Gunung Kelud, pengambilan
batuan dititik berbeda dan diambil beberapa sampel batuan yang dominan dikawasan
tersebut kemudian diambil sebagian kecil batuan dijadikan ke bentuk serbuk
selanjutnya dilakukan penyaringan atau pengayakan. Setelah dilakukan proses
pengayakan akan didapatkan serbuk yang sangat halus. Serbuk yang sangat halus
tersebut kemudian siap untuk dilakukan uji XRD dan XRF untuk mengetahui jenis
mineral yang terdapat pada batuan tersebut.
Hasil uji difraksi sinar-x tersebut kemudian dianalisis kualitatif dengan metode
search and match. Analisis kualitatif XRD tersebut untuk dan komposisi unsur-unsur
yang terkandung dalam batuan tersebut. Untuk mendukung analisis tersebut dilakukan
uji XRF.
c. Metode Penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini pada saat di lapangan adalah
dengan metode observasi yaitu pengumpulan data secara langsung atau dengan
pengamatan langsung dimana cara pengambilan data dengan menggunakan mata
tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Metode lain yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah uji laboratorium yaitu X- Ray Diffraction (XRD)
merupakan metode karakterisasi yang dapat memberikan informasi tentang susunan
atom, molekul atau ion dalam bentuk padat atau kristal. Selain dilakukan uji
laboratorium XRD, untuk menunjang hasil analisis juga dilakukan uji laboratorium X-
Ray Flourencence (XRF). Analisis menggunakan XRF dilakukan berdasarkan
identifikasi dan pencacahan karakteristik sinar-X yang terjadi dari peristiwa
efekfotolistrik. Efekfotolistrik terjadi karena elektron dalam atom target (sampel)
terkena berkas berenergi tinggi (radiasi gamma, sinar-X).
DAFTAR PUSTAKA

[1] Aini LN, Mulyono, and Hanudin Eko. Mineral Mudah Lapuk Material Piroklastik
Merapi dan Potensi Keharaannya Bagi Tanaman. PLANTA TROPIKA: Jurnal
Agrosains (Journal of Agro Science). 2016; 4(2): 84-94. DOI:
https://doi.org/10.18196/pt.2016.060.84-94.
[2] Aqil MI and Budisusanto. Analisis Perubahan Nilai Tanah Akibat Erupsi Gunung
Kelud Tahun 2014 DI Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri. Jurnal Teknik ITS. 2017;
6(2): 24628. DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j23373539.v6i2.24628.
[3] Munasir M, Triwikantoro T, Zainuri M, and Darminto D. Uji XRD dan XRF pada
Bahan Meneral (Batuan dan Pasir) sebagai Sumber Material Cerdas (CaCO3 dan
SiO2). Jurnal Penelitian Fisika Dan Aplikasinya (JPFA). 2012; 2(1): 20-29. DOI:
http://dx.doi.org/10.26740/jpfa.v2n1.p20-29.

Anda mungkin juga menyukai