Anda di halaman 1dari 9

Pendidikan Karakter dalam Surat Luqman Ayat 13-19

Oleh Ahmad Fikri Sabiq

Pendahuluan
Presiden pertama Indonesia pernah menyampaikan pidato yang masih
terkenal sampai saat ini tentang pemuda, berbunyi “Berikanlah sepuluh orang
pemuda, maka dunia ini akan dapat digoncangkan.” Dari pidato tersebut,
disadari bahwa pemuda memiliki kekuatan yang besar untuk memberikan
perannya untuk berkontribusi bagi negeri ini. Peran pemuda juga bisa disimak
dari perjalanan sejarah bangsa ini yang tidak luput dari perannya. Dari berbagai
pergerakan serta dinamikanya, serta organisasi-organisasi kepemudaan seperti
Budi Utomo, terbukti bisa melawan pemerintah kolonial Belanda. Begitu pula
dengan peristiwa sejarah 28 Oktober 1928 yang saat ini masih diperingati
setiap tahu, yaitu peristiwa sumpah pemuda, juga merupakan suatu bukti
bahwa pemuda memiliki kontribusi yang besar terhadap dinamika zaman yang
ada.
Peran pemuda juga nampak pada zaman Rasulullah Saw. Pemuda
memiliki peran yang luar biasa terhadap perjalanan da’wah Islam. Dengan
kekuatan, tenaga, serta ide-ide kreatifnya, pemuda menjadi pengawal panji-
panji da’wah Rasulullah, semisal ide dari Salman Al-Farisi, seorang pemuda
dari daerah Faris, yang memiliki ide untuk membuat parit yang kemudian bisa
menjadikan kaum muslimin memenangkan peperangan atas orang kafir.
Takluknya Konstantinopel dan Andalusia di tangan Islam juga tidak bisa lepas
dari peran para pemuda.
Dari berbagai peran tersebut, dirasa pantas untuk menyebut pemuda
sebagaimana yang disebutkan oleh Abuddin Nata (Nata, 2002:191) sebagai
sosok yang sering tampil dalam ciri-ciri fisik dan psikis yang khas. Secara
fisik, pemuda memiliki format tubuh, panca indera yang sempurna, tinggi
badan, raut muka, tangan, kaki, dan unsuk fisik lainnya yang terlihat segar.
Secara psikis, pemuda tampil dengan jiwa dan semangat yang menggebu-gebu,

1
penuh ide, dan krativitas. Pemuda sering tampil di depan untuk memberikan
aksi protes, kepedulian sosial, demonstrasi, dan aksi-aksi lainnya.
Dari tampilan-tampilan positif tersebut, tak jarang pemuda juga
menampilkan hal-hal negatif yang dilakukan dan disebabkan oleh berbagai
faktor. Dengan kekuatan dan tenaga yang dimiliki, pemuda sering terlibat
dalam kerusuhan, tawuran, tindakan asusila, serta berbagai kegiatan negatif
lainnya. Terlebih, berkembangnya dunia informasi dan komunikasi di era
sekarang ini juga berbanding lurus dengan tingkat keburukan yang dilakukan
oleh umat manusia, termasuknya oleh pemuda.
Oleh karenanya, perlu sebuah pendidikan dan pembinaan yang masif dan
kontinue kepada para pemuda sebagai bekal dan filter dalam menjalani
kehidupan di era global ini. Dan hal ini juga menjadi perhatian pemerintah
khususnya ranah pendidikan yang kemudian menjadikan salah satu alasan
dicetuskannya pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 yang telah
direncanakan oleh pemerintah sejak tahun 2010. Dari kurikulum tersebut,
diharapkan siswa agar tidak hanya sekedar tahu dan bisa terkait dengna bidang
keilmuan yang ditekuni, akan tetapi juga memiliki karakter yang baik sebagai
penerus bangsa yang akan meneruskan perjuangan bangsa Indonesia ini
menjadi lebih baik.
Allah memberikan himbauan dengan firmannya pada surat An-Nisa’ ayat
9 sebagai berikut:

            

  


Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
Perkataan yang benar. (QS. An-Nisa’: 9)

Ilmu dan pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Muchtar
mengibaratkan kedua hal ini bagaikan dua sisi pada mata uang yang tidak bisa
dipisahkan. (Muchtar, 2008:12)
Sejalan dengan ayat di atas, Rasulullah Saw. bersabda:

2
‫ِع ٍم‬ ‫ِع‬ ‫ِع‬
‫َطَط ُب اْل ْل ِع َط ِعْل َط ٌة َطعَطى ُب ِّل ُب ْل ٍم َط ُب ْل َط‬
Mencari ilmu adalah wajib bagi setiap muslim dan muslimah.(HR. Ibnu
Barri)

Dari ayat dan hadis tersebut, diketahui betapa pentingnya pendidikan dan
pembinaan untuk anak-anak ataupun generasi muda yang ke depan akan
memegang peradaban dunia ini. Pendidikan kepada generasi muda juga
diisyaratkan pada kisah Luqman Al-Hakim yang diabadikan dalam surat
Luqman ayat 13-19.
Luqman Al-Hakim, seorang tokoh yang disebutkan dalam Al-Qur`an,
dikisahkan bahwa Luqman Al-Hakim memberikan beberapa aspek pendidikan
kepada anaknya. Lantas, pendidikan apa saja yang diberikan oleh Luqman
tersebut kaitannya dengan pendidikan untuk pemuda yang dalam surat tersebut
adalah anaknya, serta bagaimana kaitannya dengan pendidikan karakter? Itulah
yang kemudian akan dibahas oleh penulis dalam tulisan ringkas ini.
Dari permasalahan di atas, penulis merumuskan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut: 1) Apa definisi dari pendidikan berbasis karakter? 2)
Bagaimana tafsir dari Surat Luqman ayat 13-19 mengenai pendidikan berbasis
karakter?

Pengertian Pendidikan Karakter


Terkait dengan istilah pendidikan, setidaknya ada tiga kata dalam Bahasa
Arab yang berhubungan dengannya, yaitu kata at-tarbiyah, at-ta’lim, dan at-
ta’dib. Dari ketiga kata di atas, kata at-tarbiyah adalah yang sering digunakan
dalam konteks pendidikan. dalam sebagaimana dikemukakan oleh Abuddin
Nata dapat diartikan sebagai proses menumbuhkan dan mengembangkan
potensi (fisik, intelektual, sosial, estetika, dan spiritual) yang terdapat pada
peserta didik, sehingga dapat tumbuh dan terbina dengan optimal melalui cara
memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki, dan mengaturnya secara
terencana, sistematis, dan berkelanjutan. (Nata, 2010:7-8)
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, disebutkan karakter diartikan sebagai
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dengan yang lain; tabiat; watak. Thomas Lickona mendefinisikan karakter

3
sebagaimana dikutip oleh Listyarti yaitu bahwa pendidikan karakter adalah
perihal sekolah karakter, di mana sekolah adalah tempat terbaik untuk
menanamkan karakter. (Listyarti, 2012:8)
Kuntjaraningrat dan Mochtar Lubis, menuturkan bahwa bangsa Indonesia
ini memiliki beberapa karakter negatif yaitu meremehkan mutu, suka
menerabas, tidak percaya diri sendiri, tidak berdisiplin, mengabaikan
tanggungjawab, hipokrit, lemah krativitas, etos kerja yang buruk, suka
feodalisme, dan tidak punya malu. Senada dengan hal tersebut, Winarno
Surakhmad dan Pramoedya Ananta Toer menuturkan karakter asli bangsa
Indonesia ini adalah penakut, feodal, penindas, koruptif, nerimo dan tidak
logis. (Listyarti, 2012:4)
Kondisi lemah tersebut sudah mengakar pada bangsa ini sejak lama,
sehingga perlu usaha yang lama dan mendalam untuk menghilangkan atau
setidaknya mengurangi karakter tersebut. Hal inilah yang kemudian
melatarbelakangi lahirnya pendidikan karakter dalam pendidikan di negeri ini.
Pendidikan harus menyisipkan nilai-nilai karakter dalam proses kesehariannya
yang terdiri dari 18 nilai, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah
air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. (Listyarti,
2012:5

Pembahasan Surat Luqman ayat 13-19


Surat Luqman merupakan surat yang turun di Mekah. Dalam urutan
mushaf Al-Qur`an, surat yang terdiri dari 34 ayat ini menempati urutan ke 31.

              
13. dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar".(QS.Luqman: 13)

Pada Surat Luqman ayat 13, disebutkan bahwa Luqman Al-Hakim


memanggil anaknya dengan panggilan ‫ُب َن َّي‬ dengan bentuk tashghir dari kata

4
‫ إ‬, asalnya ‫ إ ن‬yang berate anak laki-laki. Penggunaan panggilan ini yang
oleh Quraisy Shihab dipatronkan pada hal yang menggambarkan kemungilan.
Pemungilan tersebut mengindikasikan suatu rasa kasih sayang, yaitu kasih
sayang seorang ayah dalam hal mendidik anaknya. (Shihab, 2000:127) Dari hal
tersebut, diisyaratkan bahwa dalam mendidik anak itu harus didasari rasa kasih
sayang. Dari proses itulah, secara tidak langsung menjadikan seorang anak
menjadi lebih santun, halus, dan cinta damai yang merupakan bagian dari 18
nilai-nilai pendidikan karakter. Cinta damai merupakan sikap, perkataan, dan
tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman.
Dalam ayat 13 tersebut, Luqman Al-Hakim mengajarkan nilai pendidikan
religius, yaitu sikap keimanan untuk tidak menyekutukan Allah Swt. Aspek
keimanan merupakan hal yang paling mendasar dalam Islam, di mana iman
merupakan suatu fondasi dasar seorang muslim dalam beribadah dan
bermuamalah secara khusus, ataupun fondasi dalam kehidupan secara umum.

             

               

               

    


Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah
kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan
baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan. (QS.Luqman: 14-15)

Surat Luqman ayat 14-15 tersebut menurut mayoritas ahli tafsir bukan
merupakan salah satu nasehat yang diberikan oleh Luqman Al-Hakim kepada
anaknya. Ayat ini disisipkan dalam surat tersebut untuk menunjukkan bahwa
menghormati dan berbakti kepada orang tua menempati tempat kedua setelah

5
pengagungan kepada Allah Swt, yaitu yang ada pada ayat sebelumnya. Formasi
seperti ini (menyembah kepada Allah yang dilanjutkan dengan perintah
berbakti kepada orang tua) sering terjadi pada Al-Qur`an. Meskipun ayat ini
bukan merupakan nasehat Luqman Al-Hakim kepada anaknya, akan tetapi
bukan berarti Luqman tidak memberikan nasehat serupa kepada anaknya.
(Shihab, 2000:131)
Dalam ayat 15, disebutkan agar tidak mentaati perintah orang tua ketika
perintah tersebut adalah perintah untuk menyekutukan Allah Swt. Meskipun
demikian, tetap tidak diperkenankan untuk memutuskan hubungan dengan
orang tua. Al-Qur`an memerintahkan untuk tetap bergaul dan membersamai
mereka dengan baik.
Dari ayat tersebut, ada nilai pendidikan karakter yaitu kemandirian yang
tergambar bahwa orang tua menyapih anaknya dalam usia dua tahun. Ketika
anak sudah memasuki usia dua tahun, maka dianjurkan untuk menyapihnya
atau tidak diberikan ASI. Itu merupakan suatu simbol bahwa anak tersebut
sudah menjadi individu sendiri yang harus mandiri. Meskipun setelah disapih,
bukan berarti seorang anak itu dilepas tanpa ada ikatan apapun dengan orang
tuanya. Selain itu, juga ada nilai pendidikan karakter lainnya, yaitu
kedisiplinan. Listyarti menuturkan bahwa disiplin merupakan tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
(Listyarti, 2012:6) Dalam ayat di atas, perintah untuk mentaati perintah orang
tuadalam hal kebaikan dan perintah untuk tidak boleh mentaati keduanya
dalam hal kemusyrikan.

                

        


(Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau
di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui.(QS.Luqman:
16)

Ayat tersebut pendidikan karakter yang diajarkan oleh Luqman Al-


Hakim adalah pendidikan kejujuran dan tanggungjawab. Hal ini dapat disimak

6
dari ayat bahwa Allah akan mendatangkan (membalas) setiap perbuatan
manusia, yang baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang harus bisa
berperilaku jujur dan bersiap untuk bertanggungjawab atas perbuatan yang
dilakukannya, karena Allah Swt. Maha Halus dan Maha Mengetahui atas
segala hal yang besar maupun kecil, yang nampak atau yang tidak nampak.
Selain itu, ayat di atas juga mengandung nilai karakter rasa ingin tahu,
yaitu sikap dan tindakan ang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
(Listyarti, 2012:6) Ayat ini menunjukkan kekuasaan Allah Swt. dengan
diantaranya memiliki ilmu yang tidak terbatas. Oleh karenanya, manusia
dianjurkan untuk meminta sebayak-banyaknya ilmu tersebut.

               

  

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang


baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
(QS.Luqman: 17)

Pada ayat 17 di atas, Luqman Al-Hakim memerintahkan dengan lembut


kepada anaknya untuk mendirikan shalat, memerintahkan kebaikan dan
mencegah kemungkaran, serta sabar dalam menghadapi hal yang telah
ditetapkan oleh Allah Swt. Dari hal tersebut, selain ada nilai karakter religius,
juga ada nilai untuk senantiasa bekerja keras, peduli lingkungan dan peduli
sosial. Sikap kerja keras tergambar dari perintah untuk sabar atas hal yang
menimpa ketika sedang melakukan hal apapun. Peduli lingkungan dan sosial
nampak pada perintah untuk amar ma’ruf dan nahi mungkar.
Kemudian pada ayat selanjutnya, Luqman Al-Hakim memberikan
nasehat terkait dengan akhlak dan sopan santun dalam berinteraksi dengan
sesama manusia. Hal itu tergambar pada ayat berikut:

7
                

             
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.
Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
(QS.Luqman:18-19)

Hal itulah bagian dari bentuk nilai karakter yaitu bersahabat atau
komunikatif. Komunikatif atau bersahabat adalah tindakan yang
memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan
orang lain. (Listyarti, 2012:6)
Dari nilai-nilai pendidikan itulah, Luqman Al-Hakim memberikan
pembinaan kepada anaknya. Unsur itulah yang kemudian bisa dikembangkan
oleh berbagai pelaku pendidikan seperti orang tua, guru, pemerintah, dan
masyarakat yang kemudian dijadikan bagian dari dasar dalam mendidik
generasi muda.

Kesimpulan
Pendidikan sebagai bagian terpenting dalam kehidupan ini merupakan
suatu hal yang perlu diperhatikan secara serius. Tiga unsur pendidikan
(keluarga, sekolah, dan masyarakat) nampaknya perlu memahami perjalanan
bangsa ini sebagai icon yang tidak bisa dipungkiri sebagai hasil dari
pendidikan. Pendidikan yang telah lama berlangsung perlu adanya evaluasi dan
aksi perubahan secara bersama dan menyeluruh ketika hasil dari pendidikan di
negeri ini tidak mencerminkan sebagai sosok terdidik dan intelektual.
Dari surat Luqman ayat 13-19 di atas, nilai-nilai pendidikan karakter
yang diajarkan oleh Luqman Al-Hakim kepada anaknya yang terdiri dari nilai
religius, kejujuran, disiplin, kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu, bersahabat
atau komunikatif, cinta damai, peduli lingkungan dan sosial, serta tanggung
jawab bisa dikembangkan untuk mendidik pemuda di era sekarang ini.

8
Nilai-nilai pendidikan ini lantas dikembangkan dalam sistem pendidikan
di negeri ini, yaitu dengan diberlakukannya kurikulum 2013. Dengan adanya
nilai-nilai pendidikan karakter yang secara formal dimasukkan ke dalam sistem
pendidikan nasional, setidaknya memberian sinyal positif untuk perbaikan
bangsa untuk menciptakan generasi berkarakter di masa mendatang.

Daftar Pustaka

Departemen Agama RI. 1995. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Depag.

Listyarti, Retno. 2012. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan
Kreatif. Jakarta: Erlangga.

Muchtar, Heri Jauhari. 2008. Fikih Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nata, Abuddin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.

Nata, Abuddin. 2002. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo


Persada

Shihab, Quraisy. 2000. Tafsir Al-Misbah. Vol 11. Jakarta: Lentere Hati. Cet.
IX.

Anda mungkin juga menyukai