Anda di halaman 1dari 7

Asuhan anenatal

Pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas

• Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan, termasuk gizi, agar kehamilan berlangsung sehat;

• Melakukan deteksi dini masalah, penyakit, dan penyulit/komplikasi kehamilan

• Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman;

• Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi;

• Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila diperlukan;

• Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga kesehatan dan gizi ibu hamil,
menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi penyulit/komplikasi.

10 T

1.Timbang berat badan

2.ukur tekanan darah

3.ukur tinggi fundus uteri

4. pemberian imunisasi TT (tetanus toksoid) lengkap

5.Tentukan status gizi (LILA)

6.tes terhadap penyakit menular seksual, HIV/AIDS hepatitis dan malaria

7.Tentukan presentasi dan DJJ

8.Tata laksana kasus

9.temu wicara (konseling)

10.pemberian tablet zat besi, minimal 90 hari selama kehamilan

Diperlukan ANC TERFOKUS dalam SETIAP KUNJUNGAN APA BEDANYA ?

Tenaga kesehatan akan diarahkan untuk lebih waspada hanya kepada ibu hamil resiko tinggi yang
mungkin akan menimbulkan komplikasi selama kehamilan,sedangkan ibu hamil "resiko rendah" mungkin
tidak mendapatkan perhatian atau mungkin tidak akan siap untuk mengenali Tanda-tanda komplikasi
(WHO,2011)

Apa itu ANC terfokus?


Berdasarkan definisinya maka perawatan antenatal terfokus memiliki makna memberikan fokus
Perhatiannya pada penilaian ibu hamil dan tindakan yang diperlukan dalam membuat keputusan serta
memberikan pelayanan dasar pada setiap ibu hamil (WHO, 2011) pendekatan dalam pelayanan
antenatal kepada ibu hamil ini lebih menekankan pada kualitas daripada kuantitas.

Ciri/Karakteristik ANC terfokus

1. ANC terfokus akan lebih menekankan kunjungan K1 trismester 1 dan bukan K1 akses

2. ANC terfokus dapat menentukan pemeriksaan pada ibu hamil dengan lebih terarah sesuai dengan
usia kehamilannya

3. Jika kunjungan ANC terlewati dapat dilakukan pemeriksaan kembali berdasarkan paket kunjungan yg
sebelumnya

4. Lebih selektif dalam penerapannya, ANC terfokus hanya dilakukan pada pasien yg memenuhi kriteria
ANC terfokus (tidak mempunyai resiko potensi komplikasi kehamilan)

5. Skrining pada ANC terfokus dapat ditekankan pada pemeriksaan tertentu, sesuai dengan endemisitas
suatu penyakit disuaru daerah .

6. Kualitas kunjungan lebih diutamakan dibandingkan dengan kuantitas kunjungan.

Perubahan Global terkait MDGS

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2010,trend percepatan pencapaian target
MDGS bidang kesehatan (penurunan AKI) di indonesia begitu menjanjikan. Hasil RISKESDAS 2013
mengungkapkan bahwa diantara perempuan berusia 19-54 tahun 2,6 persen menikah pertama kali pada
umur kurang dari 15 tahun dn 23,9 persesn menikah pada umur 15-19 tahun. Menikah pada usia dini
merupakan masalah kesehatan Reproduksi karena semakin muda umur menikah semakin panjang
rentang waktu untuk bereproduksi. Angkake hamilan penduduk perempuan berusia 10-54 tahun adalah
2,68 persen,terdapat kehamilan pada umur kurang 15 tahun, meskipun sangat kecil(0.02%) dan
kehamilan pada umur remaja (15-19 tahun) sebesar 1,97 persen.Apabila tidak dilakukan pengaturan
kehamilan melalui program keluarga berencana (KB) akan mempengaruhi tingkat fertilitas di Indonesia.
Hampir seluruh ibu hamil di Indonesia (95,4%) sudah melakukan pemeriksaan kehamilan (K1) dan
frekuensi kehamilan minimal 4 kali selama masa kehamilannya adalah 83,5 persen. Adapun untuk
cakupan pemeriksaan kehamilan pertama pada trimester pertama adalah 81,6 persen dan frekuensi
ANC 1-1-2 atau K4 (minimal 1 kali pada trimester pertama, minimal 1 kali pada trimester kedua dan
minimal 2 kali pada trimester 3) sebesar 70,4 persen.Tenaga yang paling banyak memberikan pelayanan
ANC adalah bidan (88%)dan tempat
pelayanan ANC paling banyak diberikan
di praktek bidan (52,2%). Persalinan di
fasilitas kesehatan adalah 70,4 persen
dan masih terdapat 29,6 persen di
rumah/lainnya. Penolong persalinan
oleh tenaga kesehatan yang kompeten
(dokter spesialis, dokter umum dan
bidan) mencapai 87,1 persen,namun
masih bervariasi antar provinsi.
Terdapat 81,9 persen ibu bersalin yang
mendapat pelayanan nifas pertama pada periode 6 jam sampai 3 hari setelah melahirkan (KF1), periode
7 sampai 28 hari setelah melahirkan (KF2) sebesar 51,8% dan periode 29 sampai 42 hari setelah
melahirkan (KF3) sebesar 43,3 persen. Akan tetapi angka nasional untuk K4 lengkap yang dicapai baru
sebesar 32,1% ibu bersalin yang Mendapat pelayanan KB Pasca bersalin mencapi 59,6%

Namun demikian, berdasarkan hasil survei Demogafi dan Kependudukan Indonesia (SDKI) 2012 terdapat
kenaikan angka kematian ibu(AKI) yang cukup drastis dari 228 per 100 ribu kelahiran menjadi 359 per
100 ribu kelahiran pada tahun 2012 (Wardah,2013) dan hal ini berkaitan langsung dengan banyaknya
kehamilan pada wanita usia di bawah 19 tahun (Suhanda,2014 ). Faktor yang paling mungkin
berpengaruh terhadap fenomena ini adalah tingginya seks bebas di kalangan remaja dan kurangnya
pemahaman tentang kesehatan reproduksi wanita. AKI diindonesia digambarkan sebagai berikut :

terjadinya hubungan seks di usia dini yang berpotensi menimbulkan kehamilan usia dini. Beberapa situs
pornografi juga telah merekrut perempuan remaja untuk menjadi pelaku pornografi. Adalah satu
penyebab yang dianggap sebagai penghambat peningkatan kesehatan ibu adalah dari segi kemiskinan.
Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan, sejak tahun 1998 Pemerintah
melaksanakan berbagai upaya pemeliharaan kesehatan penduduk miskin.(Astuti,2014). Berdasarkan
pengalaman-pengalaman pelayanan kesehatan dimasa lalu dan upaya untuk mewujudkan sistem
pembiayaan yang efektif danefisien, pemerintah pun memulai cara baru dengan menetapkan
mekanisme jaminan kesehatan yang berbasis asuransi sosial. Upaya yang tengah digalakkan saat ini ialah
system kesehatan nasional (SKN dengan jaminan kesehatan nasional (JKN) melalui program badan
penyelenggara jaminan social (BPJS) (Anonim, 2013).Pada tingkat individu, terdapat suatu hubungan
yang sangat erat antara pendidikan yang diraih dan pendapatan, dan akses yang lebih besar terhadap
pendidikan yang lebih baik adalah sebuah kunci strategi pengurangan kemiskinan pada negara-negara di
dunia berkembang. Pendidikan orangtua, terutama pendidikan ibu, sangat kuat pengaruhnya terhadap
angka kelahiran yang lebih rendah, kematian ibu yang lebih rendah dan keadaan kesehatan dan nutrisi
anak yang lebih baik. Oleh karena itukebijakan peningkatan kesehatan ibu senantiasa berdampimgan
dengan kebijakan pendidikan (wiku,2009)
Peningkatan layanan kesehatan ibu dan bayi : Upaya peningkatan mutu di tingkat fasilitas
kesehatan

Saat ini Kesehatan ibu dan Anak masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling mendesak di
Indonesia. Angka kematian ibu yang masih tinggi pada 305/100.000 kelahiran dan angka kematian bayi
32 /1.000 pada tahun 2015 menjadikan Indonesia gagal mencapai target Tujuan Pembangunan Milenium
(Millennium Development Goals /MDGs)4. Kesenjangan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak masih
dapat dirasakan terutama untuk wilayah di luar pulau jawa, Padahal kedepan kita dihadapkan pada
target SDG’s 2030 yang lebih ambisius.

Yang terpenting dalam kualitas perawatan rumah sakit yang diberikan kepada ibu dan bayi yang baru
lahir dapat dicapai melalui proses penilaian yang berbasis aksi dan partisipatif dan pengkajian ulang
berbasis standar. beberapa cara dilakukan termasuk penggunaan tools untuk Penilaian Kualitas
Perawatan Rumah Sakit untuk Ibu dan Bayi yang baru lahir ditujukan untuk membantu manajer rumah
sakit dan profesional kesehatan di tingkat fasilitas dan pembuat kebijakan di tingkat nasional untuk
mengidentifikasi perawatan di bidang obstetri dan neonatal yang perlu ditingkatkan dan untuk
mengembangkan rencana tindakan untuk menerapkan perubahan.

Tools yang digunakan untuk melakukan penilaian berdasarkan pada pedoman WHO dan pengalaman
sebelumnya dilakukan secara global untuk perawatan anak. Semua aspek utama perawatan, termasuk
infrastruktur, peralatan dan layanan pendukung, keamanan dan efektivitas manajemen kasus dan hak
untuk informasi, privasi, dan perawatan holistik untuk ibu dan bayi digunakan. Berikut dibawah ini
beberapa detail penilaian yang dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan bayi:
Lanjutan
Demikian di atas merupakan proses partisipatif yang mampu membangun kesadaran untuk melihat
kesenjangan yang ada dan yang paling penting adalah motivasi untuk melakukan perubahan di antara
para manajer rumah sakit dan staf kunci. Proses penilaian, selain mempromosikan perubahan dalam
fasilitas kesehatan, manajer rumah sakit diminta melakukan tindakan otoritas kesehatan baik secara
lokal dan nasional untuk memastikan masalah sistemik, seperti kurangnya komoditas khusus dapat
ditangani. Perbedaan antar rumah sakit dapat dikaitkan dengan berbagai tingkat komitmen dan
kepemimpinan. Bahkan, kepemimpinan yang efektif merupakan otoritatif dukungan bagi mereka yang
ingin mempromosikan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi.

https://mutupelayanankesehatan.net/19-headline?start=20

Anda mungkin juga menyukai