Asuhan Keperawatan Pada Pemenuhan Elimin PDF
Asuhan Keperawatan Pada Pemenuhan Elimin PDF
Disusun oleh:
Kelompok 5
Irlindawati (P07120214056)
M.Ichwan Rijani (P07120214064)
Muhammad Azhar Rifa’i (P07120214065)
Nahla Hayyatu Syifa (P07120214067)
Rini Sohartinah (P07120214072)
Rizky Audina (P07120214073)
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal
yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang
menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa
melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam
terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan
interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting
bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan
yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih
atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin
dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber
nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan
kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang
penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang
sehat.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari
dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan
dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi,
sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan
saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang
dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril
.Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan
Eliminasi urin secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan dan sirkulasi
volume darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin
juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan
kandungan produk sampah didalam urin.
1.4 Manfaat
Mengetahui dan dapat memahami konsep kebutuhan eliminasi urin beserta anatomi
fisiologi sistem perkemihan dan proses perkemihan tersebut.
2.1 Definisi
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh. Pembuangan
dapat melalui urine ataupun bowel.
Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini sangat
bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder, dan
uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine. Ureter mengalirkan urine
ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas tertentu yang
kemudian dikeluarkan melalui uretra.
4. Uretra
Uretra membentang dari kandung kemih sampai meatus uretra.Panjang uretra pada
pria sekitar 20 cm dan membentang dari kandung kemih sampai ujung penis.Uretra
pria terdiri atas tiga bagian,yaitu uretra pars prostatika,uretra pars membranosa,dan
uretra pars spongiosa.Pada wanita,pamjamg uretra ssekitar 3 cm dan membentang dari
kandung kemih sampai lubang di antara labia minora 2,5 cm di belakang klitoris.Karen
uretranya yang pendek,wanita lebih rentan mengalami infeksi saluran kemih.
2.4 Urine
1. Ciri-ciri urine normal
a. Jumlah dalam 24 jam ± 1.500 cc,bergantung pada banyaknya asupan cairan
b. Berwarna oranye bening,pucat,tanpa endapan
c. Berbau tajam
d. Sedikit asam ( pH rata – rata 6 )
2. Proses pembentukan urine
Ada tiga proses dasar yang berperan dalam pembentukan urine : filtrasi glomerulus,
reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus.
1. Pengkajian
Dalam pengkajian harus melakukan harus menggerakkan semua indera dan tenaga
untuk melakukan pengkajian secara cermat baik melalui wawancara , observasi,
pemeriksaan fisik untuk menggali data yang akurat .
a. Tanyakan riwayat keperawatan klien tentang pola berkemih, gejala berkemih,gejala
dari perubahan berkemih, faktor yang mempengaruhi berkemih .
b. Pemeriksaan fisik klien meliputi :
• Abdomen ,pembesaran , pelebaran pembuluh darah vena distensi bledder ,
pembesaran ginjal, nyeri tekan, tandamess , bising usus.
• Genetalia : wanita , inflamasi, nodul, lessi, adanya secret dari meatus,
kesadaran, antropi jaringan vagina dan genitalia laki-laki kebersihan ,
adanya lesi ,tenderness, adanya pembesaran scrotum .
c. Identifikasi intake dan output cairan dalam (24 jam ) meliputi pemasukan minum
dan infus, NGT, dan pengeluaran perubahan urine dari urinal, cateter bag, ainage ,
ureternomy, kateter urine, warna kejernihan , bau kepekatan .
d. Pemeriksaan diagnostik :
• Pemeriksaan urine (urinalisis)
• Warna (jernih kekuningan )
• Penampilan (N : jernih )
• Bau (N : beraroma)
• pH (N : 4,5-8,0)
• Berat Jenis (N : 1,005- 1,030)
• Glukosa (N: Negatif )
• Keton (N; negatif )
3. Intervensi
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor keadaan bladder setiap 2 1. Tingkatkan kekuatan otot bladder
jam dan kolaborasi dalam bladder
training
2. Hindari faktor pencentus 2. Mengurangi atau menghindari
inkontenensia urine seperti cemas inkontinensia
3. Kolabarasi dengan dokter dalam 3. Menghindari faktor penyebab
pengobatan dan kateterisasi
4. Berikan penjelasan tentang 4. Meningkatkan pengetahuan dan
pengobatan , kateter , penyebab pasien lebih kooperatif
dan tindakan lainnya
6. Retensi Urine
Definisi : Kondisi dimana seseorang tidak mampu mengosongkan bladder secara tuntas
, kemungkinan penyebab (berhubungan dengan ): Obstruksi mekanik pembesaran
prostat , trauma, pembedahan kehamilan, kemungkinan klien mengalami (data yang
ditemukan) : tidak tuntasnya penyeluaran urine distensi bledder, hypertropi prostat ,
kanker, infeksi saluran kemih , pembesaran besar abdomen.
INTERVENSI RASIONAL
1. Memonitor keadaan bledder 1. Menentukan masalah
setiap 2 jam
2. Ukur intake dan output cairan 2. Memontior keseimbangan cairan
steiap 4 jam
3. Berikan cairan 2000ml / hari 3. Menjaga defisit cairan
dengan kolaborasi
4. Kurangi minum setelah jam 6 4. Mencegah nocturia
malam 5. Membantu monitor
5. Kaji dan monitor analisis urine keseimbangan cairan
elektrolit dan berat badan 6. Meningkatkan fungsi ginjal dan
6. Lakukan latihan prgerakan dan bledder
lakukan relaksasi ketika duduk 7. Relaksasi pikiran dapat
berkemih meningkatkan kemampuan
7. Ajarkan teknik latihan dengan berkemih
kolaborasi dokter/ fisioterapi 8. Mengoatkan otot pelvis
8. Kolaborasi dalam pemasangan 9. Mengeluarkan urien
kateter
INKONTINENSIA URIN
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Inkontinensia urine adalah pelepasan urine secara tidak terkontrol dalam jumlah
yang cukup banyak, sehingga dapat dianggap merupakan masalah bagi seseorang
2. Klasifikasi
Inkontinensia urin dibagi atas 3, yaitu :
a. Inkontinensia urgensi
Adalah pelepasan urine yang tidak terkontrol sebentar setelah ada peringatan ingin
melakukan urinasi. Disebabkan oleh aktivitas otot destrusor yang berlebihan atau
kontraksi kandung kemih yang tidak terkontrol
b. Inkontinensia tekanan
Adalah pelepasan urine yang tidak terkontrol selama aktivitas yang meningkatkan
tekanan dalam lubang intra abdominal. Batuk, bersih, tertawa dan mengangkat
beban berat adalah aktivitas yang dapat menyebabkan inkontinensia urin
5. Manifestasi Klinis
✓ Kulit ruam
✓ Dekubitus
✓ Iritasi kandung kemih
✓ Ketidakmampuan mengontrol BAK
6. Pemeriksaan Diagnostik
7. Penatalaksanan Medik
✓ Urgensi
Cream estrogen vaginal, anticolenergik, imipramine (tofranile). Diberikan pada
malam hari dan klien diajurkan untuk sering berkemih
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. pengumpulan data
aktivitas / Istrahat
Tanda : Klien nampak lemah
Eliminasi
Gejala : Klien mengeluh tidak dapat mengontrol buang air kecil, klien
mengatakan kencingnya keluar sendiri
Keamanan
Tanda : Dekubitus.
Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Klien mengeluh nyeri pada daerah abdomen bagian bawah
b. Pengelompokan Data
Data Subjektif
Data Objektif
c. Analisa data
Data Penyebab Masalah
cemas
d. Prioritas Masalah
1) Nyeri
2) Perubahan pola eliminasi
3) Kecemasan
4) Resiko tinggi deficit volume cairan
5) Resiko tinggi kekurangan nutrisi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada mukosa dinding kandung kemih yang
ditandai dengan :
Ds : ✓ Klien mengeluh nyeri pada daerah abdomen bagian bawah
3. Perencanaan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada mukosa dinding kandung kemih
Tupan :
Tupen :
Tupen :
Tupen :
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama beberapa hari rasa cemas klien
beransur-ansur hilang dengan kriteria :
3) Motivasi dan berikan kesempatan pada klien untuk mengajukan pertanyaan dan
menyatakan masalah
® Membuat perasaan terbuka dan bekerja sama dan memberikan informasi
yang akan membantu dalam identifikasi atau mengatasi masalah
Tupen :
e. Resiko tinggi kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi yang kurang adekuat
Tupan :
Tupen :
4) Berikan pasien atau orang terdekat daftar makanan atau cairan yang diizinkan
dan libat kan pasien dalam pemilihan menu
® Memberikan pasien tindakan kotrol dalam pembatasan diet. Makanan diari
rumah dapat meningkatkan nafsu makan